Share

Aliansi

last update Last Updated: 2023-08-27 22:02:19

Hari - 1

Saat Bagas membukakan pintu, Aku dapat melihat dua orang gadis sedang berdiri di depan kami. Satu memiliki wajah yang serius, sedangkan yang satunya sedang membuat wajah ketakutan sambil memegang ujung cardigan yang dipakai oleh gadis lainnya.

“Maaf tiba-tiba mengganggu kalian, tapi apakah kita bisa berbicara sebentar?”

Aku saling memandangan dengan Bagas untuk beberapa saat. Sejujurnya Aku tidak begitu yakin bagaimana harus menanggapinya.

“Apa kau tidak keberatan berbicara dengan mereka berdua?”

“Jujur saja, Aku menentangnya!”

“Kau benar-benar berterus terang.”

Aku kagum dengan temanku yang bisa mengatakan hal itu langsung di depan mereka berdua.

“Aku tahu bahwa kalian mungkin tidak bisa langsung mempercayai kami, apalagi setelah apa yang baru saja terjadi, tapi ada hal yang ingin kubicarakan dengan kalian.”

“Apakah hal itu penting bagi kami?”

“Bagaimana jika Aku mengatakan bahwa Aku mengenal salah satu dari kalian, sebelum kita berada di sini.”

Aku langsung berwajah serius. Aku melihat sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada orang di sekitar sini, setelah merasa aman, Aku kemudian membukakan ruang agar mereka berdua bisa masuk ke kamar kami.

“Cepat masuk!”

Mereka berdua segera masuk ke kamar kami. Aku dengan cepat menutup pintu kamar kami, sebelum ada yang melihat mereka berdua memasuki kamar kami.

“Kalian bisa duduk dimanapun kalian mau.”

Karena di kamar ini hanya terdapat dua buah futon tanpa ada bangku apapun, kami terpaksa duduk di lantai. Aku belum memeriksa seluruh ruangan, mungkin saja ada bangku atau meja yang tersimpan di lemari, tapi untuk saat ini tak masalah jika kita duduk di lantai.

Gadis yang memiliki wajah serius saat ini nampak menganalisa sekeliling kamar kami, sebelum akhirnya memutuskan duduk di dekat pintu.

Sedangkan gadis yang nampak ketakutan duduk di sampingnya. Dia masih tak melepaskan cardingan milik temannya itu.

“Apa kalian memutuskan untuk tinggal di satu kamar setelah melihat kejadian barusan atau kalian sudah merencanakan hal ini sebelumnya?”

“Itu tak ada urusannya denganmu! Cepat katakan urusanmu!”

“Kurasa kau benar, maaf.”

Kurasa dia menyadari bahwa kami telah berbagi kamar setelah melihat dua futon yang berada di kamar ini.

Aku yang duduk di depan si gadis berwajah serius, kemudian membuka suaraku.

“Kau tadi mengatakan bahwa kau sudah mengenal salah satu dari kami, sebelum kau datang ke sini... siapa yang kau bicarakan?”

“Aku sedang membicarakan tentang dirimu... kau adalah siswa peringkat pertama di ujian nasional tingkat SMP tahun lalu, kan?”

“Bagaimana kau bisa mengetahui hal tersebut?”

Aku cukup terkejut dia mengetahui hal tersebut. Temanku yang duduk di sebelahku langsung menatap gadis itu dengan tatapan membunuh. Sepertinya dia merasa sangat curiga pada gadis itu, karena ucapannya barusan.

“Aku hanya sedang iseng mencari tahu orang-orang terpintar di berbagai tingkatan, lalu Aku melihat wajahmu di salah satu foto yang kutemukan selama pencarianku.”

“Aku terkejut kau bisa mengingat wajahku, hanya karena kau pernah melihatku di sebuah foto.”

“Awalnya Aku juga tak begitu yakin, tapi melihat dirimu yang bisa menganalisa situasi dengan tenang dan kemampuan berpikirmu, Aku merasa bahwa kau benar-benar adalah orang itu.”

“Apa yang kulakukan bukanlah sesuatu yang luar biasa.”

“Tidak, biasanya orang akan merasa ketakutan, gelisah, panik dan berbagai emosi lainnya saat berhadapan dengan situasi kita saat ini.”

“Asal kau tahu saja, Aku juga merasa ketakutan saat ini... sejujurnya Aku merasa ingin segera melarikan diri dari tempat ini secepat mungkin.”

“Meski begitu, kemampuan membuat keputusanmu sangatlah luar biasa.”

“Jadi apa yang sebenarnya yang ingin kau katakan?”

“Aku merasa membutuhkan orang sepertimu untuk bisa bertahan hidup di situasi kita saat ini, jadi Aku ingin membuat aliansi denganmu!”

Temanku langsung mempertajam pandangannya, dia juga tak lupa untuk menatap ke arah gadis yang sedang ketakutan di depannya.

“Hiii!”

Gadis itu langsung beringsut ketakutan saat mendapat tatapan membunuh dari temanku. Sejujurnya Aku merasa bahwa teriakannya tadi itu terdengar sangat imut.

“Hei, kau! Kau tidak perlu menakutinya seperti itu!”

“Jujur saja, Aku tidak bisa mempercayai mereka!”

Temanku memang suka sekali dengan yang namanya berterus terang. Andai saja Aku bisa sepertinya.

“Anu, bisakah kau menjelaskan kenapa kau ingin membuat aliansi dengan kami?”

“Lupakan saja tentang aliansi! Kita bahkan tak mengetahui apapun tentang kalian berdua!”

“Oh, maafkan Aku! Aku belum memperkenalkan diriku!”

Setelah mengatakan itu, dia kemudian mengeluarkan tanda pengenalnya dari saku cardingannya dan memperlihatkannya pada kami.

“Namaku Sarah! Meskipun Kepala desa itu menyuruh kita untuk memakai tanda pengenal ini di dada, tapi Aku tak merasa ingin mengikuti perintahnya begitu saja.”

“Aku mengingat namamu saat kau memperkenalkan dirimu di bis, jadi bukan itu maksudku!”

“Eh! Kau dapat mengingat namanya! Luar biasa!”

Aku menatap takjub pada temanku. Meskipun dia sering bersikap tak peduli dengan sekitarnya, tapi sebetulnya dia benar-benar memperhatikan sekitarnya dengan baik.

“Kau saja yang terlalu ceroboh! Kau harus memperhatikan orang-orang di sekitarmu dengan lebih baik atau kau akan dimanfaatkan oleh mereka!”

Atau mungkin itu hanya karena dia terlalu curiga dengan orang-orang di sekitarnya. Sekarang Aku tidak tahu harus merasa takjub atau kasihan padanya.

“Aku juga memperhatikan sekelilingku dengan baik, tapi agak sulit bagiku untuk mengingat nama orang-orang, jika Aku hanya sekali mendengarnya.”

“Kurasa itu tak dapat dihindari.”

Melihat reaksinya tadi, sepertinya temanku juga tak dapat mengingat nama semua orang. Apa tadi itu adalah gertakan.

“Oi, Ria! Kau juga harus memperkenalkan dirimu!”

Saat Aku dan temanku sedang berbicara, Sarah mendesak temannya yang sedang ketakutan untuk memperkenalkan dirinya. Aku sebetulnya mengingat gadis itu, dia adalah gadis terakhir yang datang ke bis. Aku bertanya-tanya apakah dia masih mengingat diriku.

“Namaku Ria!”

Gadis itu, Ria, memperkenalkan dirinya sambil mencari tanda pengenalnya. Setelah menemukannya, dia memegang tanda pengenalnya dengan kedua tangannya, lalu memperlihatkannya pada kami.

Meskipun mereka berdua memperlihatkan tanda pengenal mereka, tapi hanya ada foto dan nama mereka di atas tanda pengenal itu, jadi Aku merasa satu-satunya alasan mereka melakukan itu hanya untuk menunjukan bahwa mereka tidak berbohong tentang nama mereka. Meski sebenarnya nama itu bukanlah nama kami yang sesungguhnya, melainkan nama yang kami putuskan untuk kami gunakan selama kami tinggal di sini. Nama itu menunjukkan bahwa kami telah meninggalkan diri kami yang sebelumnya.

“Apa Aku perlu menyebutkan namaku?”

“Tenang saja, Aku mengingat namamu... kau Asraf, kan?”

Aku menganggukkan kepalaku.

“Aku tidak ingin memperkenalkan diri pada orang yang tak bisa mengingat namaku!”

“Apa kau perlu mengatakannya seperti itu?”

Aku menatap heran pada temanku. Kenapa dia bersikap sangat tidak bersahabat seperti itu. Aku tahu bahwa mereka berdua memang mencurigakan, tapi kau tak perlu membuat tembok yang sangat tinggi seperti itu atau kau yang akan dicurigai oleh mereka.

“Kau tak perlu khawatir, Aku juga mengingat namamu... namamu Bagas, kan?”

“Aku berharap bahwa kau tak mengingat namaku!”

Sarah tak merubah ekspresi wajahnya yang serius, sedangkan ekspresi temanku terlihat bertambah kesal. Dia bahkan sampai mendecakkan lidahnya.

“Jadi apakah kita sekarang sudah resmi membentuk aliansi?”

“Sayang sekali tidak! Jika kalian tidak bisa membuktikan bahwa kalian berdua bukanlah pengkhianat, maka tidak akan ada aliansi di antara kita.”

Sepertinya kita tidak akan bisa membentuk aliansi, selama temanku terus menantangnya seperti ini. Sebetulnya Aku juga tak berniat membentuk aliansi dengan siapapun, jika temanku tidak ingin melakukan hal tersebut. Bagaimanapun Aku tidak ingin kehilangan orang yang paling kupercayai di tempat seperti ini.

“Sayangnya Aku tak memiliki bukti apapun bahwa Aku bukanlah pengkhianat, tapi Aku bisa membuktikan bahwa Aku bisa berguna untuk kalian.”

“Berguna bagi kami? Bagaimana caranya?”

“Kalian sepertinya tidak menyadarinya, tapi sebetulnya ada orang yang sedang menguping pembicaraan kita saat ini!”

Setelah dia mengatakan itu Aku dan temanku dengan refleks langsung melihat ke arah pintu masuk.

“Aku tidak menyangka bahwa Aku bisa ketahuan olehmu semudah itu.”

Setelah orang di balik pintu mengatakan hal tersebut, dia kemudian membuka pintu kamar kami tanpa meminta izin dari kami. Aku sengaja tak mengunci pintu agar kami bisa segera melarikan diri dari kamar ini, jika kami merasa bahwa kedua gadis itu berbahaya.

“Sepertinya Aku tak salah memilih kalian sebagai rekan untuk aliansiku!”

Berdiri di depan pintu saat ini adalah gadis lainnya. Dia memasang senyuman lebar sambil menghisap sebuah permen lolipop. Gadis itu mengenakan jaket dengan tudung yang memiliki telinga kucing yang lucu berwarna hitam.

“Perkenalkan namaku adalah Crona!”

Related chapters

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Aliansi bagian 2

    Hari - 1 Kami semua menatap ke arah Crona yang baru saja memperkenalkan dirinya. Ekspresi tak percaya berada di wajahku, ekspresi yang mengatakan ‘yang benar saja’ di wajah temanku, ekspresi datar di wajah Sarah dan ekspresi yang tak bisa kudeskripsikan di wajah Ria. Apakah dia memasang wajah ketakutan, bingung atau khawatir? Atau mungkin itu adalah ekspresi dari gabungan ketiganya? “Apa kau tidak pernah diajarkan untuk tidak menguping pembicaraan orang lain oleh orang tuamu?!” Bagas berkata dengan kasar. Sudah jelas, dia sangat tak menyukai Crona. Crona kemudian menarik permen lolipop di bibirnya dengan tangan kanan, lalu menunjuk ke arah Bagas dengan lolipop tersebut. “Kau kasar sekali! Apakah orang tuamu tidak pernak mengajarimu cara berbicara kepada seorang wanita?!” “Berisik! Aku tidak ingin mendengar ceramah dari bocah sepertimu!” “Meskipun kau bersikap seperti itu, tapi bukankah kita hanya berbeda satu tahun?” Saat Crona mengatakan itu, kami semua (kecuali Ria) menatap C

    Last Updated : 2023-08-28
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Meninjau kembali

    Hari - 1 Setelah kami sepakat membentuk aliansi, kami berlima duduk melingkar di lantai kamarku dan Bagas. Posisi kami dari searah jarum jam adalah Aku, Crona, Ria, Sarah dan Bagas. “Apakah kamar ini tak memiliki tempat duduk apapun yang bisa digunakan?” Crona mengeluh sambil menepuk-nepuk lantai dengan wajah kesal. “Entahlah, Aku belum memeriksa lemari dan berbagai tempat lainnya... lagi pula, kita memiliki hal lainnya yang lebih penting untuk dibahas saat ini.” “Ya, itu benar... apa yang harus kita lakukan setelah ini?” Sarah memegang dagunya saat mengatakan hal tersebut. Dia nampak berpikir cukup keras. “Meskipun kita sudah membentuk aliansi, tanpa adanya rencana, maka aliansi ini tidak akan berarti banyak.” Lanjut Sarah. “Kalau tak salah kaulah yang pertama kali mengajukan permintaan untuk membuat aliansi, kan? Apa ada yang kau pikirkan saat kau mengajukan hal tersebut?” Crona mengajukan pertanyaan. “Aku hanya berpikir untuk mencari rekan yang bisa diajak berkerja sama..

    Last Updated : 2023-08-29
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Perkenalan

    Hari - 0 Aku dengan gugup melihat ke sekelilingku. Ada banyak sekali orang asing di sekelilingku, tapi mereka mungkin akan menjadi temanku di masa yang akan datang jadi mungkin Aku perlu untuk mendekatkan diriku dengan mereka mulai sekarang. “Anu... hmm...” “Tes... tes... tes...” Tapi sayangnya saat Aku ingin berbicara dengan seorang gadis yang duduk di bangku seberangku, tiba-tiba Aku dikejutkan dengan suara microphone yang sedang dites oleh seorang lelaki. Perhatianku dan beberapa orang lainnya langsung tertuju pada lelaki tersebut. “Hallo semuanya, apa kabar kalian?” Tidak ada satupun orang yang menjawab sapaannya. Beberapa dari kami memandangnya dengan bingung, beberapa lainnya nampak tak tertarik dengannya dan sisanya sibuk dengan urusan mereka sendiri. “Anu, semuanya tolong perhatiannya!” Dia masih tak mendapatkan balasan apapun dari kami. Matanya nampak gugup saat dia melihat wajah kami satu persatu dari tempatnya berdiri. Setelah beberapa saat, seorang wanita cantik ke

    Last Updated : 2023-08-30
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Memulai Hidup baru

    Hari - 0 “Baik, teman-teman sekalian... kalian pasti tahu tujuan dari bis ini, kan?” Tak ada yang menjawab pertanyaan dari James. Semuanya hanya terdiam dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku jadi kasihan dengannya, jadi Aku mengangkat tanganku. “Ya, kakak di sana... kemanakah tujuan dari bis ini?” “Ke Desa tanpa nama.” “Benar sekali... untuk apa kita ke sana?” Aku tahu dia ingin memeriahkan suasana di sini, tapi jika tak ada yang peduli dengannya, rasanya sangat menyedihkan. “Memulai hidup baru.” Karena tak ada yang menanggapinya lagi, Aku kembali menjawab pertanyaannya. “Benar sekali... kita akan memulai hidup kita dengan hidup yang baru... kita akan melupakan semua yang terjadi di masa lalu, bahkan nama kita... Aku tahu bahwa kalian tadi hanya menyebutkan nama samaran kalian, tapi itu akan menjadi nama kita yang sebenarnya mulai hari ini, kita tak perlu lagi mengingat nama lama kita... kita akan membuang semuanya!” Meskipun dia berbicara dengan semangat, tapi te

    Last Updated : 2023-08-31
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Rest Area

    Hari - 0 “Kenapa bisnya berhenti? Apakah kita sudah sampai di tujuan?” Aku bertanya sambil melihat-lihat keadaan di sekitarku. “Tidak, sepertinya ini waktunya makan siang.” James menjawabku sambil menunjuk ke arah Rest Area. Bis yang kami tumpangi berhenti, karena harus mengantri untuk masuk ke Rest Area. “Jadi ini sudah waktunya makan siang, Aku sama sekali tak sadar... apakah kau mau makan sesuatu, Bagas?” “Aku masih belum lapar, tapi jika ada hal yang menarik, mungkin Aku akan makan.” Sejujurnya Aku juga masih tidak lapar, tapi mungkin kami tak akan melakukan pemberhentian dalam waktu dekat, jadi kurasa lebih baik kita memakan sesuatu. Dan buang air selagi sempat, yah jangan sampai lupa dengan buang air. “Kurasa Aku akan buang air dulu, sebelum makan...” “Kau tidak seharusnya mengatakan itu di dekat seorang gadis.” “Maaf...” Sepertinya gumamanku yang kurang sopan dapat didengar oleh Rina, jadi Aku langsung meminta maaf padanya. “Kalian hanya memiliki waktu satu jam untuk

    Last Updated : 2023-09-01
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Penilaian

    Hari - 1 “Nah, apa mungkin penilaian tentang kita sudah dimulai sejak saat itu?” Sarah bertanya sambil memegang dagunya. “Karena orang itu dibunuh hari ini, maka kemungkinan dia terpilih karena perbuatannya kemarin, jadi bisa saja kita sudah dinilai sejak kita pertama kali naik bis.” “Orang kurus yang kau temui waktu itu adalah Kira, kan?” “Ya, Aku yakin kalau itu memang dia... kau bisa bertanya pada kedua temannya, jika kau tidak yakin dengan ceritaku... meski Aku tak ingat nama mereka, tapi Aku masih ingat wajah mereka.” “Kenapa kau tidak bisa mengingat nama semua orang?” Crona menatapku dengan pandangan kecewa. “Mau bagaimana lagi... ada banyak orang di dalam bis dan Aku jarang berinteraksi dengan yang lain, selain Rina, Cinta dan James yang kebetulan ada di dekatku waktu itu.” “Tapi kau juga tak berinteraksi dengan orang yang duduk di belakangmu, kan? Padahal dia juga duduk di dekatmu... begitu juga dengan Ria dan Sarah, mereka berdua duduk tak jauh darimu, kan?” “Agak su

    Last Updated : 2023-09-02
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Perjalanan

    Hari - 0 “Di sana kami memulai hidup kami yang baruuu!”” Selama berada di dalam bis, kami menanyikan lagu Himne dan Mars dari Desa tanpa nama. Jika kau bertanya dari mana kami mengetahui lagunya, maka jawabannya sangat sederhana, kami menerima e-mail yang berisi kedua lagu tersebut. Dipimpin oleh Maria, kami mulai menanyikan kedua lagu itu untuk mengisi waktu luang kami. Aku melirik ke arah temanku saat Aku menanyikan lagu tersebut. Cukup mengejutkanku, meski suaranya pelan, tapi dia tetap ikut bernyanyi bersama kami. “Hmm, karena kita sudah selesai bernyanyi, kurasa kita lebih baik melakukan suatu permainan untuk mengisi waktu luang... apakah ada yang punya ide?” Maria bertanya pada kami, tepat setelah kami menyelesaikan lagu kami. “Aku punya ide!” James mengangkat tangannya sambil berbicara di depan mic. “Ya, apa idemu?” “Bagaimana jika kita memainkan permainan kejujuran?” “Permainan kejujuran? Bagaimana cara kita memainkannya?” “Mudah saja, kita hanya perlu saling menyera

    Last Updated : 2023-09-03
  • Misteri Menara Tanpa Nama   Terpilih

    Hari - 1 “Setelah mendengar ceritamu tadi, sekarang Aku mengerti alasan kenapa kau berpikir bahwa terpilihnya Kira sebagai korban pertama agak aneh.” Sarah membuat komentar itu, setelah Aku berhenti bercerita. “Setelah dipikir-pikirkan lagi, lelaki bernama Rock itu juga melakukan banyak hal yang bisa membuatnya terpilih sebagai korban pertama.” Croba berkata sambil mengangkat kedua bahunya. “Meski begitu, kau masih tetap menjadi orang yang paling mencurigakan di sini.” “Ya, Aku mengerti... cerita Asraf tadi tak membuktikan apapun bahwa Aku bukanlah si pengkhianat.” Sarah berkata dengan tenang. Sepertinya dia tidak lagi memikirkan dirinya yang dicurigai oleh kami semua. “Meski kau bersikap arogan seperti itu, tapi kau juga sama mencurigakannya!” “Kenapa Aku juga sama mencurigakannya dengannya?!” “Itu karena kau menguping pembicaraan kami!” Bagas dan Crona kembali menatap satu sama lain dengan pandangan yang tajam. Aku tak bisa menyangkal perkataan Bagas sedikitpun, Crona mema

    Last Updated : 2023-09-04

Latest chapter

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Kata Penutup

    pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Epilog : Desa Tanpa Nama

    Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Akhir Menara Tanpa Nama (Bagas)

    Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Percakapan terakhir

    Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Rencana terakhir

    Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan bagian 3

    Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan bagian 2

    Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Berbicara tentang masa depan

    Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse

  • Misteri Menara Tanpa Nama   Pagi yang baru

    Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k

DMCA.com Protection Status