Misteri Mayat Sahabat-Sahabatku

Misteri Mayat Sahabat-Sahabatku

last updateLast Updated : 2023-04-10
By:  WuSaKoRiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
28Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Meha - Asisten Laboratorium Mikrobiologi di Universitas Elephas hampir saja menjadi tersangka pembunuhan berantai yang sedang marak terjadi di kotanya. Hanya karena TKP korban pertama kali ditemukan di laboratorium tempat ia bekerja. Remi - nama rekan kerjanya sesama asisten juga ikut terseret dalam arus konspirasi dan politik yang memanas di kampusnya. Mereka berdua difitnah di sana sini. Mau tak mau, ia harus turun tangan menyelesaikan teka teki pembunuhan ini jika tak ingin nama baiknya semakin tercemar dan beasiswa yang mati-matian diperjuangkannya putus di tengah jalan. Setelah kasus pertama yang dapat diselesaikannya itu, muncul kasus kedua dengan pembunuh yang berbeda. Seolah - olah menjadikannya magnet bagi para pembunuh yang kepiawaiannya dalam melancarkan aksi itu haus untuk dibongkar Meha. T A N T A N G A N Terima, atau tidak?

View More

Chapter 1

1. Ritual

“Kamu! Pelakunya!”

Tanganku menunjuk seseorang yang begitu aku kenal.

Saat mengetahui siapa biang kerok dari semua teror ini. Aku sempat denial, menyangkal berulang kali karena sosoknya yang benar-benar di luar perkiraanku.

Namun seluruh bukti yang kukumpulkan dengan sembunyi-sembunyi itu mengarah hanya padanya seorang. Di tempat kejadian perkara yang sesungguhnya, aku memojokkan sang pelaku.

“Meha, kau menyusahkan sekali.” Seringai pembunuh berdarah dingin itu yang membuat seluruh bulu kudukku berdiri.

Aku lengah, luput menilai jika ia masih punya sisi baik terlepas dari rangkaian pembunuhan keji yang ia lakukan.

“BUGH!”

Pukulan ke kepalaku dari arah belakang.

Gelap.

Aku tak tahu jika ia punya kaki tangan.

Aku salah perhitungan.

Dan kini, namaku yang mungkin akan terpampang di setiap surat kabar elektronik bersandingan dengan nama-nama korban sebelumnya.

Ah, Meha. Padahal kamu baru saja jatuh cinta.

“Meha.... Meha.... TOLONG!” Teriakan Nina - sahabatku yang kutemukan dengan tubuh terpotong-potong di dalam mesin autoklaf laboratoriumku 6 bulan lalu.

“Nina!” aku terkejut, melihatnya yang sedang ketakutan di dalam lingkaran bertanda bintang.

“Sebentar lagi dia datang, tolong aku Meha, tolong!” tangannya dengan sekuat tenaga memukul-mukul dinding tak kasat mata yang melingkarinya.

“Nina! Nina!” panikku hendak mengeluarkannya dari kungkungan itu namun usaha kami sia-sia.

Sosok hitam tiba-tiba muncul di udara dalam lingkaran Nina. Wajah Nina semakin ketakutan dan air mata keluar deras dari matanya.

“No, no, NOOO!!” pekik Nina menyayat hati saat aku terpaku menyaksikan sosok di dalam jubah hitam menyeramkan mengeluarkan tangan dengan jari jemari panjang, tak ada wajah di balik tudung jubah itu, hanya berupa tengkorak hewan bertanduk, dan rongga mata yang terisi api berkobar. Sosok itu merenggut leher Nina, lalu mencekik lehernya, Nina megap-megap sembari memandangku meminta pertolongan.

“LEPASKAN! LEPASKAN!” Aku menendang dan meninju dinding tak kasat mata itu sekuat tenaga. Sosok itu mengulurkan tangannya satu lagi padaku, namun Nina menangkapnya sekuat tenaga, terlepas dari posisinya yang tak menguntungkan, ia masih berusaha melindungiku.

 “AAARGH!!” lengkingan Nina menyakitkan telinga saat kusaksikan iblis itu menarik paksa jantung Nina keluar dari rongga tubuhnya hanya dengan jari jemarinya, tubuh Nina terkulai lemas saat penopang hidupnya itu telah lepas.

Seperti boneka tak berharga, tubuh lemas Nina disentakkan lalu sosok itu menghilang membawa jantung sahabatku itu.

“NOOO! Nina! Nina!”

“Keluar ... keluarlah... da-dari... sini, Meha. Ba-bangunlah!”

Lalu, seperti ada lubang hitam raksasa yang menyedot kesadaranku pergi dari mimpi buruk tentang Nina.

“NOOO!” teriakku saat tak lagi melihat sosok Nina.

“SRAAK!” Tarikan paksa dari kain hitam yang menutupi kepalaku membuatku tersadar. Ruangan ini temaram, sebuah kamar terbengkalai dari baunya yang lapuk. Aku menatap sang pembunuh keji yang berdiri di depanku itu dengan gigi bergemeletuk.

Siapa sangka Langdon Bortolomov, Kaprodi yang terkenal baik dan pengayom itulah pelaku pembunuhan berantai yang membayangi kampus kami 6 bulan belakangan. Pantas saja ia begitu licin menghindar dari endusan polisi. Karakter yang dia tunjukkan ke masyarakat begitu suci tanpa cacat cela.

Remi, kekasihkulah yang justru menjadi kambing hitam dan harus mendekam di penjara karena tipu dayanya. Sungguh culas dan tak termaafkan!

“Sialan!” aku mengumpat keras.

“DIAM KAU MEHA! Sudah cukup kau jadi duri dalam petualanganku! Jalang kecil, kali ini permainan detektif-detektifanmu itu harus berakhir. Tenanglah, tunggu sebentar lagi, aku akan membuat namamu terkenal! Oh Meha... Rubah kecilku.” Dengan tangannya yang menjijikkan ia menggamit daguku. Aku menggigit bibir bawahku menahan tangis.

Bagaimana bisa, aku mengidolakan sosok ini dulu. Sangat naif. Sir Langdon menjadi Kaprodi termuda, dengan kharismanya yang pandai memikat lawan bicara. Materi-materi kuliah yang terkini, perdebatan berbobot tanpa henti dengan para mahasiswa dan rekan dosen yang tak setuju dengan teorinya.

Tak butuh waktu lama, ia yang semula datang sebagai dosen baru itu menaiki tangga karir dengan cepat. Tak peduli tua muda, laki laki atau wanita, tertipu oleh pesonanya.

Namanya wira wiri di stasiun TV nasional. Viral sebagai dosen ter “panas” dekade ini. Belum lagi latar belakang keluarganya yang merupakan turunan old money. Seolah keberuntungan tak lepas dari bayang-bayangnya.

Suami dari Mrs Leah Thompson-Bortolomov, mantan model yang banting setir menjadi philantropist terkenal di kalangan atas. Dengan penggambaran tanpa cela itu maka siapa sangka kini, sosok bak malaikat didepanku itu berubah menjadi tukang jagal paling ditakuti.

Hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhku. ‘Tolong! Siapapun! Aku tak ingin menjadi korbannya!’

“Uggh!” aku berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan tali yang mengikatku di kursi, tapi tak bisa.

“Ckckck, jangan buru-buru rubah kecil. Tunggu sebentar dan kau akan menikmati penyatuan denganku. Bukankah itu yang kau inginkan? Aku tahu kau selama ini diam-diam menjadi pengagum beratku. Groupies tuan Langdon?”

“CUIH!” aku meludahi wajahnya yang mendekat.

“SLAP!!” tamparan keras pada pipiku, rasa berdenging sesaat. Bibirku pecah karena tamparan kerasnya tadi. Selanjutnya dengan kasar tangan pembunuh itu meremas rahangku.

“KAU. Kurang ajar. Padahal tadi aku ingin memberikanmu pelepasan yang indah. Tapi, karena kau tak menjadi jalang penurut maka kesucianmu akan kurenggut kasar! Kita lihat apakah harga dirimu itu masih ada saat kesucianmu kurenggut. Shirley! Sumpal mulutnya! Aku sudah muak mendengar ia berbicara!”

‘Shirley? Ia kah kaki tangan pembunuh ini? Bagaimana mungkin? Aku sungguh telah dibodohi.’ panik, aku semakin berusaha keras membuka ikatan pada kaki dan tanganku, hingga kulitku rasanya terkelupas karena tergesek tali tambang. Aku dapat merasakan darah mengalir dari pergelangan tangan dan kakiku.

Aku menggeleng-geleng saat sumpal kotor dimasukkan paksa ke dalam mulutku oleh Shirley. Lalu tanpa belas kasihan ia menahan kepalaku kasar dan dijejalkannya juga, aku merintih tanpa suara. Memandangnya dengan tajam, Shirley menatapku balik dengan seringai mengejek yang kejam.

Mr Langdon sedang mempersiapkan sesuatu di lantai yang tampak tak asing, bintang berbentuk lingkaran itu digambarnya dengan kapur putih. Di tengah-tengah layaknya altar, diletakkan sebuah meja kayu yang memiliki strap di ujung-ujungnya, memungkinkan persembahannya diam di tempat tak dapat kabur.

Rupanya selama ini, korban-korban itu adalah hasil dari ritual pemujaan setan. Siapa yang dapat menyangka? Diabad 21 ini, ritual tua kejam ini masih terjadi.

“Done,” ucap Mr Langdon menyeringai puas melihat hasil kerjanya. Cahaya dari lilin membuat bayangannya memanjang layaknya setan yang kulihat dalam mimpiku tadi bersama Nina.

“Apakah sudah saatnya, Sir?” Shirley mencicit.

“Ya. Kau dapat memanggil mereka.”

Shirley lalu keluar dari ruangan dan kembali dengan membawa 3 orang bertudung hitam, wajah mereka tak dapat terlihat.

Saat satu persatu dari orang itu membuka tudung mereka, aku semakin pias. Sungguh di luar perkiraanku.

“Mari kita lakukan!” perintah Mr Langdon.

Ketiga orang yang sosoknya tak asing bagiku itu lalu mendekatiku, membuka ikatan tali dan mencancangku di altar.

Pakaianku direnggut paksa, hanya menyisakan pakaian dalamku saja. Teriakpun percuma karena tak ada suara yang dapat keluar dari mulutku.

‘Siapapun! Tolonglah! Tolonglah aku!’

“HAHAHA! Lihatlah. Belum apa-apa kau sudah ketakutan. Kenapa kau tak tunduk sedari tadi. Aku bisa melakukannya dengan lembut untukmu yang pertama kali. Tapi karena kau nakal, aku akan melakukannya dengan kasar!”

Mr Langdon mendekat dan membuat sayatan di kedua pergelangan tanganku.

Perih... Ruangan tampak kabur saat mereka mulai menggumamkan mantra. Bayang-bayang mereka yang mengelilingiku dari 5 penjuru tampak menyatu menjadi sosok menyeramkan berjubah hitam tadi.

Saat kesadaran hampir meninggalkan ragaku. Sayup-sayup aku mendengar suara pintu didobrak paksa dan teriakan-teriakan orang dari dalam ruangan.

Suara tembakan bersahutan, setelah itu aku tak tahu lagi.

Karena kini gelap kembali menguasai.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Presso
Nagih, alurnya susah ditebak.
2023-02-15 19:51:34
2
user avatar
WuSaKoRi
Hai, author harap kalian menikmati karya ini ...
2023-01-31 14:56:19
2
28 Chapters
1. Ritual
“Kamu! Pelakunya!”Tanganku menunjuk seseorang yang begitu aku kenal.Saat mengetahui siapa biang kerok dari semua teror ini. Aku sempat denial, menyangkal berulang kali karena sosoknya yang benar-benar di luar perkiraanku.Namun seluruh bukti yang kukumpulkan dengan sembunyi-sembunyi itu mengarah hanya padanya seorang. Di tempat kejadian perkara yang sesungguhnya, aku memojokkan sang pelaku.“Meha, kau menyusahkan sekali.” Seringai pembunuh berdarah dingin itu yang membuat seluruh bulu kudukku berdiri.Aku lengah, luput menilai jika ia masih punya sisi baik terlepas dari rangkaian pembunuhan keji yang ia lakukan.“BUGH!”Pukulan ke kepalaku dari arah belakang.Gelap.Aku tak tahu jika ia punya kaki tangan.Aku salah perhitungan.Dan kini, namaku yang mungkin akan terpampang di setiap surat kabar elektronik bersandingan dengan nama-nama korban sebelumnya.Ah, Meha. Padahal kamu baru saja jatuh cinta.“Meha.... Meha.... TOLONG!” Teriakan Nina - sahabatku yang kutemukan dengan tubuh ter
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more
2. Kejutan
“Bagaimana keadaan gadis itu?”“Belum siuman karena masih kehilangan banyak darah Sir.”“Laporkan keadaannya padaku langsung, tempatkan dua penjaga di depan ruangannya. Dia adalah saksi kunci kita, kita tak mau mengambil resiko kehilangannya.”“Baik, Sir.”Aku mendengar samar-samar percakapan dari luar masih dengan mata terpejam, kesadaranku berusaha mengetuk-ngetuk untuk ke permukaan tapi fisikku tak kuasa. Kegelapan seolah lebih mudah untuk digapai dibanding terang. Aku terseret pasrah pada tarikan kelelahanku lagi.Disorientasi waktu, rasanya lelah. Entah sudah berapa lama rasanya aku berlari di dalam kabut tebal bertelanjang kaki. Rumput di bawah kakiku basah berlumpur, piyama rumah sakit yang kukenakan kotor tak karuan, sela-sela jarikupun mulai terasa gatal.“Meha... Meha...!” Lagi-lagi aku mendengarkan suara teriakan Nina, untuk itulah aku tadi berlari, mencari-cari sumber suaranya.Sumber cahaya satu-satunya di kejauhan layaknya mercusuar yang menjadi tujuan pelarianku. Menemb
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more
3. Awal Seteru
“Ikat dia sebelum kabur! Sumpal mulutnya juga!”‘Sial! Keberuntungan belum juga dipihakku. Ditangkap oleh ular licik ini.’“Cih. Tutupi mukanya juga, aku tak tahan!” dengan bergidik ia menatapku yang memandangnya dengan dendam berkilat-kilat.Aku berontak saat orang suruhannya memegangi tubuhku, namun staminaku yang telah terkuras kalah tanpa perjuangan berarti.Suara sirine terdengar mendekat dari arah jalan raya, rasa bahagiaku terbit namun segera dipadamkan oleh jalang itu dengan menampar pipiku begitu kuat dan membuatku pingsan. Sayup-sayup aku mendengar, kaki tangan si jalang memintanya untuk bersembunyi menutup kepala dan menambatkan sekoci di bawah jembatan agar tak terlihat.Kembali ke masa dimana masalah paling berat yang kuhadapi hanya seputar tugas dan laporan bulanan.Sir Langdon con artist itu, adalah magnet kuat popularitas, siapapun yang berhasil masuk dalam lingkarannya akan terciprat kepopulerannya itu. Dan ia senang mengundang segelintir mahasiswa yang menarik minatn
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more
4. Klaim
“SIAL!” umpat Remi. Tak kupedulikan lagi karena aku sudah berlari dari ruangan itu, terlalu malu menjadi saksi skandal sebuah keluarga. Orang-orang kaya ini terlalu bosan dengan hidupnya sehingga mencari percikan dari hubungan terlarang. Hatiku memanas karena itu tadi Remi! Merasa bodoh pernah membuka diri pada pria bejat sepertinya, amoral pula! Tiba di ruangan yang jadi tujuanku sebenarnya, saat tanganku hendak membuka handlenya, urung. Berbalik menuju pintu depan, bodoh sekali aku sempat merasa bangga menjadi bagian dari mereka. Semu. Aku tak cocok menjadi penjilat. Lagipula topeng mereka telah terbuka, mereka bukan orang-orang suci tanpa cela yang diagung-agungkan berita. Tak lagi memedulikan pesta, dengan tekad bulat aku melangkahkan kaki keluar. Sebuah tangan besar menarik lenganku, tubuhku di paksa masuk ke cloakroom yang penuh dengan mantel milik para tamu. “Apa-apaan?!” “Meha, gadis nakal. Kau sudah memergoki perbuatan terlarang dan sekarang hendak kabur? Mau kau jual k
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more
5. First Case
DOR!Raymond rebah ke tanah diikuti teriakanku yang menggema ke segala arah. Rahang Remi mengeras menahan emosinya tumpah. Siapa sangka, orang yang paling ia percaya berkhianat. Jika itu orang lain, atau bahkan papanya sekalipun ia maklum, tapi ini Raymond?“Ray? Bagaimana bisa?” “Kamu tak papa? Love?” tanya Remi padaku yang masih ternganga, aku menggeleng sebagai jawaban.Ia merengkuhku ke dalam pelukannya dengan posesif, menyiratkan kekhawatirannya padaku. Ku balas dengan melingkarkan lenganku lembut di lehernya. Oh, betapa rindunya aku pada lelaki ini.Menangkup wajahnya dengan kedua tanganku, aku memberinya kecupan-kecupan kecil. Yang berhasil membuatnya menggeram.“Kucing kecil....” suara dalam dan menggetarkan Remi memanggilku dengan julukan kesayangannya di telingaku, membuat kulitku meremang akan gairah. Ia bagai dewa Eros bagiku, memancing hasrat seksual yang tak pernah sadar kumiliki.Dihirupnya bau tubuhku kuat-kuat, awalnya pelan, lembut, hingga gairahnya menguasai dan m
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
6. Ancaman
“Hey, kau baik-baik saja?” Remi bertanya padaku yang sedang terpaku di mobil polisi yang membawa kami ke markas mereka.“Itu...., itu NINA!! NINAAAA!!” histeris kala memutar kembali peristiwa tadi di dalam otakku. Remi memelukku erat, aku tersedu sedan di pelukannya. Sera yang duduk di sampingku termenung menatap ke luar jendela.Aku terlalu mengenal Nina hingga bagaimanapun mengerikannya kondisi mayat tadi aku masih mengenalinya.Nina, Nina-ku, mati. Dengan cara keji yang tak dapat kubayangkan.Apakah aku sedang bermimpi? Siapa yang bisa melakukan kekejaman ini pada Nina? Padahal dia adalah manusia paling lembut dan baik hati yang kukenal.Tanganku terkepal, rasa marah menguasaiku. Siapapun yang melakukan ini pada Nina, akan kupastikan mendapatkan balasan yang jauh lebih kejam.“Hey, hey. Tenanglah.” Remi mengelus punggungku membuatku memejam.“Gila, sangat mengerikan. Aku tak yakin bisa hidup normal setelah ini. Mata itu, mata itu.” lirih Sera seperti bergumam sendiri.Apa yang dika
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
7. Cat Kuku Hint Biru Metalik
Aku menjauh dari dekapan Remi, tahu sekali jika pertahananku lemah jika sudah menyangkut dada bidang dan aroma tubuh Remi yang menghipnotis. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berpikir macam-macam.Remi memandangku yang menelan ludah dengan susah payah. Sisi positif dari rasa gugup ini adalah, aku tak lagi menggigil kedinginan karena jantung memompa darah lebih cepat dari biasanya, mengalirkan hangat ke seluruh tubuhku.“Meha, aku rasa kamu harus berhati-hati mulai sekarang. Jika mereka sampai mengirim detektif untuk membuntutimu artinya ini bukan kasus kecil.”“ITU, atau aku dicurigai sebagai pembunuh Nina.”“Apakah kau pelakunya?”“Apakah semudah itu ditebaknya?” aku bertanya dengan nada sarkas sambil memutar bola mata.“Hanya untuk memastikan.”“No. Dan keinginanku untuk mengungkap pembunuh Nina mungkin lebih besar dibandingkan polisi-polisi itu.”“Kau mencurigai seseorang?”“Ya. David Brown, dia pacar Nina, hubungan mereka tak sehat, ia sangat kasar.”Aku dan Remi bertukar pand
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more
8. Sera Ramirez
Aku berlari sempoyongan menuju arah pintu keluar, dengan panik memencet tombol turun. Pintu lift segera membuka, aku menghambur masuk, melihat Remi yang menyusulku dan ikut masuk. Dengan segera aku memencet tombol tutup dan mengarahkan lift kembali ke basement.“Kenapa? Kau membuatku terkejut Meha. Kau mengenal itu siapa? Karena dari bentuk kakinya, aku bisa pastikan itu bukan milik laki-laki.”“Alice, itu Alice. Alice Garcia.”“Siapa?”“Dia ... Mahasiswa penelitian di labku.”“Oh Meha, situasi ini semakin buruk saja untukmu.”Jari jemariku bergetar, ada apa ini? Mengapa dua orang yang kukenal tew4s dalam keadaan mengerikan dan tak wajar?“Remi, apa yang harus kita lakukan?”“Melaporkannya pada polisi?”Aku menatap Remi tak percaya, bagaimana mungkin ide itu muncul di kepalanya. Apa dia tak ingat jika posisiku di ujung tanduk?“Look Meha, sidik jari kita sudah menempel di mana-mana, akan lebih mencurigakan jika kita memilih diam. Lift ini bahkan sudah merekam wajah kita berdua!”Ding!
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more
9. Oh, Sera
“Bagaimana ini Remi? Itu Sera! Sera menghilang!”“Tenang, Meha. Bisa saja ia hanya memutar dan petugas itu selip memperhatikan Sera.”“Oh, Remi. Kali ini aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Firasatku buruk mengenai ini Remi.”Polisi tua penguntit kami tadi melompat ke ruang kemudi dan membunyikan sirine menuju alamat terakhir Sera terlihat, bergabung dengan petugas yang menunggu di sana.“Hey, kita berputar sebentar ya. Teman kalian hilang dari radar.”“Pak! Apa tadi maksudnya teman saya – Sera Ramirez hilang dari pantauan? Apakah kalian mengamatinya?”“Ya, tidak hanya dia. Kami memang mendapat tugas untuk memantau satu-satu dari kalian. Aku seharusnya memantaumu juga. Lihatlah apa yang terjadi saat kau menghilang! Satu lagi pembunuhan terungkap! Sangat ganjil untuk dibilang kebetulan. Apakah kau kena kutukan, atau kau adalah pelakunya?” lirik tajam sang detektif tua padaku yang mengintip dari jeruji yang memisahkan kami.“Sepertinya aku hanya berada di waktu dan tempat yang s
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more
10. Tuduhan
Aku berlari ke luar dari ruangan berpendingin itu menahan rasa shock, rasa menggigil di badan akibat suhu ruangan yang ekstrem tak terasa lagi.“Meha. Bagaimana? Tak ada?”Dengan mata berkaca-kaca aku menatap Remi, tanganku menunjuk dengan gemetar ruangan tersebut. “Sera... Sera di sana, dalam plastik hitam...”Remi gantian masuk dengan berlari, langsung membuka plastik hitam yang kumaksud. Sama sepertiku, ia keluar dengan wajah pias kehabisan kata-kata. Kami duduk termenung berdua di depan ruangan berpendingin itu hingga suara petugas berlarian mencari kami.“KALIAN!! Menyusahkan sekali!!” petugas tua yang belakangan kutahu bernama Sir George itu berang menatap kami.Aku dan Remi tak mengindahkan amarah detektif tersebut.“Great! Sekarang kalian bertingkah seperti patung. Ayo kembali ke mobil sebelum masa pensiunku ditangguhkan gara-gara kalian.”“Kami menemukan Sera.”Petugas itu menatapku sangsi dan bertanya dengan kalimat menyepelekan. “Sekarang kalian ingat menaruh mayatnya di ma
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status