Share

Raihan Harus Menghindar

last update Last Updated: 2023-01-02 20:46:56

Waktu cepat berlalu, tiba jam makan siang Naila kembali berpapasan dengan Raihan yang hendak menuju parkiran. “Eh Naila, mau kemana?” sapa Raihan sesuai porsinya.

“Mau ke kantin,” jawab canggung Naila karena walau Daffa tidak di sini, tapi gadis ini tetap ketakutan jika Raihan akan mengalami hal buruk.

“Oh, saya duluan.” Lagi, Raihan menghindari Naila walau keinginan di hatinya berkebalikan.

Fani dan Ciara baru saja menyusul Naila setelah dari toilet. “Kamu masih di sini Nai, kita kira sudah memesan,” kekeh Fani.

“Saya sengaja jalan pelan itung-itung menunggu kalian,” kekeh Naila. Bersama kawan-kawannya, gadis ini bisa melupakan secuil kesedihannya berumah tangga dengan Daffa. Maka, bersama Fani, Ciara dan Alia, Naila bisa menarik garis senyuman ceria.

Setibanya Naila di kantin, Raihan memerhatikan. “Saya tidak ada hak ikut campur dalam kehidupan kamu, tapi Daffa memang tidak pantas memiliki kamu.” Tidak lama Raihan melihat gadis itu karena kawan-kawannya segera mengajaknya berlalu dari kampus.

[Saya sudah di depan. Sekarang juga cepat pulang!] Perintah Daffa dalam chat.

Naila segera membalas bersama rasa bingung. [Tapi materinya belum selesai.]

[Pokoknya pulang sekarang juga. Saya sudah di depan, kamu membantah!] Lagi, Daffa membuat Naila ketakutan

[Iya, saya pulang.] Segera, Naila berpamitan pada Fani dan Ciara mengatakan jika dirinya ada keperluan keluarga dadakan bahkan makanan yang dipesannya belum sempat disantap. Kedua gadis ini percaya begitu saja, mereka juga mendoakan semoga Naila selamat sampai ke rumah.

Kini, Naila sudah tiba di depan gerbang kampus. [Kamu di mana?]

[Di seberang, kamu buta ya!] Kalimat Daffa selalu kasar pada Naila bahkan dalam chat sekalipun.

Naila segera menyeberang guna menghampiri Daffa. “Kenapa tidak tunggu di depan?”

“Suka-suka saya. Cepat naik!” titah Daffa sedikit membentak. Laki-laki ini segera membawa pulang istrinya ke rumah dan mengurungnya secara tidak langsung di sana. “Jangan pernah pergi kemanapun, ke warung juga tidak boleh!”

“Makanan di kulkas habis, saya juga butuh uang buat belanja,” ucap santun Naila.

“Tidak ada, saya belum dapat uang. Kamu juga inisiatif dong, kerja kek cari uang, jangan mengandalkan saya!” Alih-alih memberi nafkah sebagaimana semestinya justru Daffa membentak dan lari dari tanggung jawabnya.

“Tapi kalau saya bekerja nanti bagaimana kalau ditanya orangtua kita.”

“Banyak alasan, bilang saja tidak mau!” Daffa segera berlalu. Kini, Naila tidak bisa kemanapun bahkan untuk keluar rumah.

“Terus, mau masak apa kalau tidak ada makanan,” bingungnya. Setiap hari gadis ini menyediakan makanan untuk Daffa walau suaminya tidak pernah menyantapnya sesuappun.

“Assalamualaikum,” salam Mia yang sengaja mengunjungi kediaman putrinya.

Naila segera membuka pintu kala mendengar suara ibunya. “Wa’alaikumussalam, ma,” riangnya kala mendapat kunjungan dari Mia.

“Alhamdulillah kamu di rumah, tadi kuliah?”

“Kuliah ma, baru saja pulang.” Naila segera mengecup punggung tangan Mia dengan sangat santun, “ayo masuk, ma.”

“Ada Daffa?” tanya Mia sebelum menapakan kaki di rumah anaknya.

“Tidak ada, baru saja Daffa pergi.”

“Daffa bekerja?” selidik santai Mia karena Daffa terkenal bukan contoh baik di daerah ini. Jadi, rasa curiga selalu timbul meroket.

“Alhamdulillah, bekerja.” Naila menunjukan wajah riang walau sebenarnya dirinya menjalani rumah tangga tanpa kata bahagia.

Kini, Mia sudah masuk ke dalam rumah. Wanita ini membawa beberapa jenis masakan yang masih panas karena baru saja diangkat dari penggorengan. “Mama baru saja memasak, mama sengaja kesini, mengirimkan makanan untuk kalian berdua,” kekeh hangat seorang ibu.

“Alhamdulillah mama bawa makanan, kebetulan Naila belum masak,” kekeh gadis ini kala berdusta karena hari ini dirinya tidak akan memasak apapun.

“Iya sudah kalau begitu, ayo makan. Jangan lupa sisakan buat Daffa.” Mia membuka semua penutup makanannya dan segera menyodorkannya pada Naila. Ketika putrinya menyantap makanan, wanita ini membuka kulkas bermaksud menyimpan buah-buahan yang dibawanya. Segera, rasa heran menyerang, “Nak, kok tidak ada makanan?”

Naila segera menoleh kaget ke arah ibunya yang berdiri di depan kulkas besarnya. Rumah serta isinya memang pemberian dari orangtua Daffa yang seorang manusia berada maka semua benda di sini berharga mahal. “Oh eu-iya ma, karena Naila belum sempat belanja.” Senyuman lebar ditarik kala berdusta.

“Astagfirullahadzim ..., kalaupun tidak sempat belanja kulkasnya jangan sampai kosong seperti ini dong sayang, ini benar-benar tidak ada apa-apa, isinya hanya es batu dan air putih!” Mia geleng-geleng kepala kala menasihati putrinya, “jika tidak sempat belanja banyak, kamu belanja sedikit-sedikit saja, minimalnya untuk dua hari, jangan sampai kulkasnya kosong begini, untuk apa punya kulkas,” nasihat wanita ini masih berlanjut tanpa mengetahui alasan sebenarnya dari balik kosongnya kulkas yang ada di rumah putrinya.

“Maaf, ma ....”

“Kok minta maaf sama mama, kasihan Daffa loh kalau pulang kerja tidak kamu suguhkan apapun. Sudah, setelah makan mama antar kamu ke warung sekalian beli bumbu, sampai bawang saja kamu tidak punya!” Mia kembali menggelengkan kepalanya, kamudian merapihkan buah-buahan yang dipetiknya dari kebun.

Naila kebingungan dengan ajakan ibunya karena Daffa tidak memberinya uang belanja sedangkan di dalam kamar hanya satu amplop yang tersisa, itupun entah berapa isinya?

Mia sudah menutup kulkasnya. “Kamu makan dulu, mama akan menunggu.”

“Ma, sepertinya Naila tidak bisa ke warung sekarang karena banyak sekali tugas kuliah, paling nanti sore, masih keburu masak kok!” alasan Naila agar terhindar dari ajakan Mia.

“Iya sudah, tapi mama akan bantu catatkan yang harus kamu beli ya nak, telur itu salah satu makanan wajib yang harus selalu ada di dalam kulkas,” nasihat Mia lagi, “mama sudah bilang sebelum kamu menikah, kulkas tidak boleh kosong biar kamu selalu bisa memasak untuk suami saat Daffa pulang bekerja, jamu suami kamu dengan benar dan sikap santun, kamu harus selalu tersenyum di depan Daffa.”

“Iya, ma.” Naila mengangguk patuh walau semua nasihat Mia sulit untuk dijalankan karena sikap Daffa padanya yang tidak menunjukan pencitraan seorang suami.

Mia mulai mencatat bahan makanan yang akan mudah ditemukan di warung, kemudian menyerahkannya pada Naila. “Kalian hanya hidup berdua, mama kira belanja ini saja cukup untuk tiga hari.”

Naila membaca semua bahan makanan yang dituliskan ibunya, tapi hatinya diserang sendu. 'Maaf ma, mungkin Naila tidak bisa membeli semuanya.'

Cukup lama Mia berada di rumah Naila karena wanita ini menuntun putrinya berbenah rumah sampai bersih dan rapih. “Kalau mertua kamu berkunjung jangan sampai rumahnya berantakan atau bau karena mama yang akan malu, seakan mama tidak mengajari Naila,” pesannya.

“Setiap hari Naila beres-beres kok ma, cuma kadang-kadang Daffa buang puntung rokok sembarangan.”

“Tugas kamu mengingatkan Daffa, sekalian bersihkan abu rokok sama puntungnya ya. Jangan suruh Daffa membersihkannya.”

“Iya, ma,” patuh Naila seiring menyapu di bawah sofa dan meja.

Pukul dua siang Mia baru saja berlalu setelah putrinya merapihkan rumah. Kini, Naila mulai membuka satu amplop yang tersisa. “Tuh kan isinya cuma selembar, mana cukup buat beli semua yang mama tuliskan.” Itu hanyalah uang pecahan lima puluh ribu yang hanya cukup membeli setengahnya dari daftar belanjaan.

Naila hanya duduk termenung, kemudian mengirim chat kepada Daffa. [Ini uang terakhir.]

Bersambung ....

Related chapters

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Naila Dijadikan Kambing Hitam

    Daffa tidak membalas, dengan sengaja laki-laki ini mengabaikan chat dari Naila karena dirasa sangat tidak penting. Kini, dirinya sedang bekerja di perusahaan ayahnya. “Kerja-kerja, tapi tidak ada hasilnya!” rutuknya bersama dengusan.Kebetulan Haris mendengarnya karena dirinya sedang berkeliling memeriksa karyawan. “Daffa, ke ruangan papa sekarang,” titahnya dengan suara biasa saja.Daffa segera menghentikan pekerjaan terhormatnya untuk mengikuti langkah kaki ayahnya hingga tiba di ruangan sang pemilik perusahaan. Laki-laki ini duduk di hadapan ayahnya.“Apa maksud kamu kerja tidak ada hasilnya? Memangnya gaji harian kamu tidak cukup untuk hidup bersama Naila,” interograsi kecil Haris.“Jujur saja tidak,” jawab Daffa yang sebenarnya tidak pernah memberikan nafkah lahir untuk Naila. Selama berumah tangga kedua orang itu hanya mengandalkan amplop dari hasil resepsi. “Papa menggaji kamu tiga ratus ribu sehari, mana mungkin tidak cukup?” heran Haris, “uang itu di luar keperluan kuliah ka

    Last Updated : 2023-01-03
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Pertolongan Raihan Lagi

    Naila menjawab kalimat kejam Daffa dengan anggukan kecil saat hatinya sendu, kemudian dilupakan begitu saja karena dia pikir menyimpan kepedihan hanya akan menambah beban di hatinya. Pada waktu magrib Naila mengajak suaminya shalat berjamaah dan memintanya menjadi imam karena sejak menikah Daffa belum pernah melakukannya.Namun alih-alih menyetujui ajakan Naila, justru Daffa memikirkan hal wajib suami dan istri. “Berarti menstruasi kamu sudah selesai, kalau begitu layani saya malam ini!" titahnya.“Iya, tapi kita harus shalat dulu sampai isha.”“Ck, shalat saja sendiri. Saya akan shalat sesudah kamu!” tolak Daffa karena dirinya memang tidak ingin memimpin shalat istrinya. Menjadi imam dalam rumah tangga saja sudah sangat memberatkannya, apalagi ditambah dalam urusan beribadah yang sebenarnya bukan kegemarannya bahkan tidak dianggap wajib. Maka, Daffa sering meninggalkannya.Naila tidak bersikukuh memerintah Daffa, baginya asalkan sudah mengingatkan. Jadi, Naila shalat sendiri di dalam

    Last Updated : 2023-01-04
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Raihan Memiliki Banyak Saingan

    Naila sudah tiba di kelas tepat waktu. "Untung tadi ada Raihan." Gadis ini merasa lega sekalian menjalani kesehariannya sebagai mahasiswi dengan lega juga.Ciara bertanya dengan volume rendah, "Tumben datangnya meped?""Nanti saya ceritakan," kekeh kecil Naila, sedangkan Fani dan Alia hanya menatap tanpa berkata karena dosen mulai menjelaskan seiring memerhatikan peserta di kelasnya hari ini.Sementara, Raihan masih berada di halaman. Dia sedang bersama salah satu pemuda di daerah rumahnya bernama Umar. Laki-laki ini mendapatkan pertanyaan penuh selidik, "Kenapa tadi boncengan sama Naila, kamu tidak takut sama Daffa?""Kenapa harus takut? Tadi saya menolong Naila." Santai Raihan."Hah, kenapa lagi Naila!" kaget dan peduli pemuda ini."Cuma masalah kecil sih, tapi kalau saya tidak menolong Naila akan menjadi masalah besar." Masih santai Raihan."Jujur saja saya kasihan sama Naila karena sebenarnya saya sering melihat Daffa balapan liar ditemani beberapa cewek sexy!" bongkar Umar yang m

    Last Updated : 2023-01-05
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Hanya Selembar Uang

    Setibanya di rumah, Raihan menanyakan tentang Naila pada Rumi, "Tante, keluarga Naila tinggal di sini juga?"Rumi sedikit memicingkan matanya. "Iya, memang kenapa?""Tidak apa-apa, cuma bertanya saja kok." Senyuman kecil Raihan.Rumi segera berkata sebagai peringatan, "Jangan cari tahu tentang Naila, gadis itu sudah dimiliki oleh Daffa. Memang benar, banyak pemuda yang mengidolakannya, tapi kamu jangan ikut-ikutan.""Tidak kok, tante. Raihan cuma bertanya saja karena kebetulan kan satu kampus sama Naila." Tawa hambarnya."Bagus kalau kamu tidak ada maksud apa-apa." Rumi sedang mencatat bahan roti yang diperlukan di tokonya dan akan diserahkan pada salah satu karyawan yang mengurusi urusan dapur.Di sisi lain, Naila juga sedang mencatat bahan makanan atas rekomendasi Farida karena melihat kulkas anak dan menantunya sangat kosong, hanya diisi oleh bahan makanan yang baru saja dibeli. "Nanti jangan sampai kosong seperti ini, banyak sekali ruangan yang belum terisi.""Iya, ma," patuh Nail

    Last Updated : 2023-01-06
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Rencana Licik Daffa

    Raihan hendak memeriksa halte bus di depan, tapi saat itu Umar datang. "Mau kemana lagi kamu, sudah hampir sampai kenapa putar balik?""Saya mau memeriksa Naila, saya takut dia melewatkan halte bus," aku Raihan."Sudah, tidak perlu terlalu pedulikan Naila, takutnya dilihat sama Daffa," peringatan Umar.Raihan kesulitan untuk mengabaikan Naila karena gadis itu terlihat membutuhkan bantuan, tapi akhirnya dirinya menyerah pada perasaannya dan memilih mendengarkan Umar. Kini, kedua laki-laki itu sudah masuk ke dalam kelas. Hingga selesai materi, laki-laki ini tidak pernah bertemu dengan Naila. Maka, dia memilih menghubungi adiknya Ciara, tapi tidak mendapat jawaban. "Tumben anak itu cuek," kekehnya.Raihan menuju ke parkiran untuk nongkrong bersama kawan-kawannya termasuk Umar, sedangkan Naila baru saja memulai materi pertamanya. Di kampus ini banyak sekali kegiatan untuk mahasiswa dan mahasiswi, tapi tidak seaktif di kampus favorit yang menaungi Daffa, bahkan Daffa menjadi salah satu ang

    Last Updated : 2023-01-07
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Warga Baru itu Pengecut!

    Raihan mengikuti motor Daffa dan kawannya menuju ke sebuah area yang entah di mana. Laki-laki ini tidak mengenal daerah di kota yang dipijaknya sekarang karena ini adalah kali pertama dirinya menaungi kota besar ini. Areanya sangat ramai kendaraan, Raihan pikir Daffa gila dan tidak memerhatikan keadaan karena balapan di tempat seperti ini sama saja dengan bunuh diri."Kita balapan di sini," ucap Daffa dengan seringai."Tempat ini berbahaya, polisi bisa muncul kapan saja selain itu akan membahayakan orang lain." Bukan maksud Raihan menjadi pengecut karena semua yang dikatakannya memang benar."Kalau mau mundur, iya sudah mundur saja. Pengecut!" ejek Daffa."Saya bukan pengecut, lihat keadaanya." Raihan masih menunjukan sabarnya.Daffa segera berkata pada kawan-kawaannya, "Ternyata warga baru ini seperti seorang gadis!" Tawa mengejeknya yang diikuti kawan-kawannya.Raihan berdecak kecil, "Di mana garis finishnya?" Ekspresinya menyimpan banyak kekesalan.Daffa menyeringai puas, kemudian

    Last Updated : 2023-01-08
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Sepertinya Naila Selingkuh Sama Raihan!

    Naila segera melukis wajah sendu. "Daffa, saya mohon, izinkan saya kuliah.""Mau bertemu Raihan, kan!" Tatapan Daffa sangat mengiris."Tidak, saya kuliah karena itu salah satu kewajiban saya," jelas Naila dengan menambah sedikit ketegasan."Pokoknya hari ini kamu tidak usah kuliah, di rumah saja!" perintah Daffa bersifat mutlak, dan tugas Naila mematuhi. Laki-laki ini tidak menjamah sarapannya, dirinya segera bersiap-siap dan berlalu.Kini Naila sedang dalam kebimbangan, antara pendidikan atau suami. "Papa sama mama mau Naila jadi anak yang sukses, sukses diawali dari sekolah." Segera keputusan diambilnya, gadis ini memilih mengabaikan perintah Daffa karena yang dia tahu perintah suami memang harus dituruti, tapi selama itu baik. Jika tidak baik, maka tidak ada kewajiban harus mendengarkan.Naila pergi memakai bus seperti biasanya, kepergiannya dilihat oleh Rico yang baru saja keluar daerah. "Daffa bilang dia akan melarang Naila kuliah, tapi kenapa Naila masih pergi?"Seketika kabar k

    Last Updated : 2023-01-09
  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Ingin Melihat Keseharian Naila

    Seusai kuliah, Raihan menghampiri Naila. "Mau pulang bersama? Kita kan searah," tawarnya walau tidak berharap Naila akan menerima kebaikannya."Tidak usah, nanti Daffa marah, apalagi Daffa mengira saya kuliah karena mau bertemu kamu," jelas Naila dengan sendu.Dahi Raihan mengeryit dalam. "Daffa sampai berpikiran seperti itu? Ck, konyol sekali," ejek Raihan."Maaf, saya tidak bisa pulang sama kamu," tolak Naila."Iya, tidak apa, tapi hati-hati ya jangan kebablasan lagi," pesan peduli Raihan.Naila hanya menatap Raihan sesaat kemudian mengangguk tipis dan berlalu. Beberapa menit kemudian bus menaungi gadis yang sedang kebingungan berlipat. "Saya harus pulang kemana? Daffa melarang saya pulang ke rumah." Dihembusnya udara pasrah, "memangnya harus kemana lagi saya pulang kalau bukan ke rumah suami."Jadi, Naila tetap kembali ke rumah yang ditinggalinya bersama Daffa. "Assalamualaikum," salamnya karena pintu rumah sudah terbuka."Wa'alaikumussalam," jawab ketus Daffa, "masih berani pulang

    Last Updated : 2023-01-10

Latest chapter

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Spesial Chapter

    "Iya ampun Nathan ...." Naila segera menggendong anak lelakinya yang baru saja bisa merangkak, "tidak boleh mendekati papa dulu, papa lagi makan." Kecupan sayang mendarat di pipi malaikat kecil."Tidak apa, mungkin Nathan mau coba jus apel. Lihat ini, Nala juga suka." Raihan makan seiring menggendong Nala di atas pangkuannya, maka hanya tikar yang menjadi alas duduk."Tapi tadi Nathan baru saja minum jus strawberi, memang pencernaannya tidak akan apa-apa ....""Insyaallah tidak, sudah disuapi bubur kan?" "Sudah sih." "Nathan biar saya yang gendong, mama giliran gendong Nala ya, sayang." Kalimat Raihan selalu lembut seiring memasang wajah teduh. Sikapnya tidak pernah berubah dari sejak menikah dengan Naila. "Nala minum banyak jus?" "Lumayan, tiga sendok makan," kekeh Raihan. Dirinya adalah seorang ayah berdedikasi penuh pada keluarga. Sehari-harinya bekerja di sebuah perusahaan kecil-kecilan yang memiliki brand tidak terlalu terkenal karena masih tahap pengembangan, tetapi usaha in

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Ending

    "Pembohong. Maksudnya gimana, kak?" Ciara belum mampu menebak jika ingatan Raihan telah kembali, dia pikir mungkin Naila salah bicara.Raihan baru saja berbalik, menatap adiknya penuh kecewa, tetapi rasa sayangnya mengalahkan kesalahan adiknya yang sama saja dengan Naila, pandai berbohong. "Kakak sudah ingat semuanya. Tolong beri tahu mama dan papa juga tante." Ciara menangkup mulutnya yang menganga karena terkesiap dalam sekaligus bahagia. Segera, pelukan mendarat di tubuh Raihan. "Syukurlah ingatan kakak sudah kembali. Kita sekeluarga selalu shalat malam untuk mendoakan kesembuhan kakak. Alhamdulillah, syukurnya Tuhan segera mengabulkan permintaan kita." Raihan mengusap belakang kepala serta punggung adiknya dengan lembut nan sangat sayang karena tidak ada siapapun yang lebih menyayanginya dibandingkan keluarganya. "Terimakasih. Berkat doa-doa terbaik keluarga akhirnya ingatan kakak kembali dan kakak merasa seperti lahir kembali." Kecupan sayang mendarat di puncak kepala Ciara.Ki

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Naila adalah Pembohong!

    Naila mengerjap dalam, tetapi saat ini dirinya tidak dapat menampik kalimat Raihan hingga senyuman kosong yang bisa ditunjukannya. Orangtuanya Raihan senang mendengar kabar baik ini karena putranya pandai memilih. "Semoga hubungan kalian langgeng, mama sama papa pasti akan merestui," ucap Aisyah yang disetujui oleh Bima. Sementara, Rumi hanya mendesah pelan, dirinya akan menjelaskan kesalah pahaman ini pada Aisyah dan Bima sebelum keduanya menaruh harapan besar, sedangkan Ciara justru mengaminkan jika Raihan bersama Naila karena kakaknya terlihat begitu bahagia padahal ini adalah saat-saat sang kakak kehilangan ingatanya. "Nai, kamu lihat sendiri Kak Raihan sangat membanggakan kamu. Apa kamu tidak bisa meninggalkan Daffa?" Frontalnya."Heuh!" Tentu saja Naila terkesiap mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut sahabatnya."Mana bisa ...." Ini adalah jawaban terbaik untuk saat ini. Bagaimanapun sikap Daffa, Naila tetap setia di sisinya apalagi sekarang suaminya telah berubah lebi

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Naila Pacarnya Raihan

    Tepatnya pada siang hari Naila tiba di rumah sakit tempat Raihan dirawat, Ciara adalah orang pertama yang menyambut kedatangannya dengan sikap ketus, "Kamu puas? Apa kamu merasa jadi gadis paling cantik karena disukai dua orang laki-laki sekaligus!" Kedua tangannya melipat di depan dada bersama wajah terangkat."Maaf ...." Naila menunjukan wajah penuh penyesalan walau sebenarnya jika dipikirkan ulang hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya karena gadis ini selalu bersikap biasa saja pada Raihan walaupun laki-laki itu singgah di hatinya."Mau apa kamu kesini, apa kamu mau mengingatkan Kak Raihan kalau kamu adalah gadis yang dicintainya?" Ciara yang sejak awal menjalin persahabatan dengan Naila kini terasa sangat berlainan, gadis itu sudah seperti musuh yang siap mencabiknya hidup-hidup."Saya mau menjenguk Raihan." "Tidak perlu, percuma saja. Jangankan sama kamu, sama kita saja yang jelas-jelas keluarganya Kak Raihan tidak ingat sama sekali!" "Saya minta maaf mewakilkan Daff

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Tragedi yang Menimpa Raihan dan Daffa

    Hari berganti, Raihan kembali mendengar jika Naila tidak pergi ke kampus, tetapi Ciara menambahkan jika mulai hari ini sahabatnya akan kuliah di rumah. Maka, laki-laki ini berhasil memfilter pemikirannya jika Daffa sengaja mengunci gadis itu. "Saya tidak tahu apa alasan kamu tiba-tiba saja kuliah di rumah, tapi kalau dilihat dari segi pandangan Daffa sepertinya dia tidak mau kamu dekat-dekat sama saya." Embusan udara dibuang Raihan karena dirinya tidak akan memiliki banyak kesempatan bertemu Naila seperti yang sudah-sudah. Daffa menghampiri Raihan, tiba-tiba saja dirinya muncul dari arah belakang laki-laki itu. "Ayo balapan!" tantangnya tanpa basa-basi."Tidak mau. Saya tidak akan melakukan hal yang tidak ada manfaatnya," tolak Raihan walau dirinya akan dianggap pengecut, tetapi masa bodo baginya."Apa kamu selemah ini." Daffa mulai memprovokasi, "cuma balapan kita berdua, saya cuma mau tahu kemampuan kamu. Apakah lebih baik dari saya?" Seringai Daffa yang tentu saja berniat memermal

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Daffa Terlalu Over!

    "Saya tidak pernah merasa seperti itu." Wajah Raihan terangkat karena dirinya tidak akan gentar sama sekali menghadapi Daffa. Maka, kini keduanya terlibat perkelahian hingga keduanya babak belur. Hari ini Daffa tidak dapat mengunjungi perusahaan ayahnya untuk bekerja maka dirinya segera kembali ke ke kediamannya bersama Naila. "Daffa, wajah kamu kenapa?" Naila terkesiap melihat penampilan suaminya yang babak belur. "Tidak apa-apa, sudah biasa." Senyuman teduh Daffa bersama belaian lembut di pipi Naila. "Tapi bibir kamu sampai berdarah." Khawatir Naila yang mendelik ke arah ujung bibir Daffa."Mau obati?" "Iya, biar saya obati." Ketulusan Naila ini membuat Daffa melengkungkan bibirnya bahagia. Jadi, laki-laki ini mendapatkan perawatan lembut dari istrinya yang sangat dia cintai setelah dulu sempat menyia-nyiakannya bahkan bayi mereka ikut merasakan sikap tidak acuhnya."Sayang, malam ini pengajian yuk buat anak kita," celetuk Daffa dengan lembut bersama tatapan selaras hingga Naila

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Apa Saya Seburuk itu di Mata Kamu, Nai?

    Naila menghayati kalimat bermakna yang diucapkan Daffa, sebuah anggukan patuh penuh makna diberikannya sebagai jawaban. Pelukan hangat seorang suami kembali didapatnya hingga gadis ini merasa nyaman, tetapi tidak dapat dipungkuri jika dirinya pernah merasa nyaman dan aman saat bersama Raihan. Hal ini akan selalu menjadi rahasia di ruang dengar Daffa.Hari berganti, Daffa semakin mengakui Naila sebagai istrinya walau tidak secara langsung, tetapi otomatis semua orang di kampus bisa menilainya karena dirinya terkesan over. Menggendeng, memeluk, mengecup dahi dan pipi, semuanya dilakukan tanpa pernah memerdulikan lingkungan hingga Naila sedikit memerotes, "Walau kita suami dan istri, tapi sepertinya kurang sopan kalau kita terus mengumbar kemesraan di depan umum." "Tidak apa, biar semua orang tahu kamu punya saya." Senyuman teduh Daffa. Hal ini akan disyukuri oleh semua istri bukan hanya Naila, tetapi tetap tidak boleh berlebihan menurut gadis berhijab nan cantik ini.Raihan menjadi sal

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Mulai Mencintai Naila

    Dua minggu berlalu, Naila sudah kembali ke kampusnya, tetapi yang sangat aneh Daffa juga pergi ke kampus yang sama karena dia memutuskan meninggalkan kampus favorit yang menaunginya demi membuktikan kedekatan Naila dan Raihan hingga dirinya bisa bersatu dengan Gisel. "Kelas kamu di mana?" tanya datar Daffa pada Naila yang berjalan di sisinya."Belum tahu, teman-teman saya akan menunggu biar kita ke kelas sama-sama." Kondisi Naila sudah kembali seperti semula walau hatinya yang hancur tetap menjadi kepingan, kehilangan anak bukanlah yang mudah diobati."Oh, iya udah." Daffa segera berlalu meninggalkan Naila karena tidak ingin hubungan keduanya tercium publik atau kepopulerannya akan sirna. Sebenarnya kepindahannya ke kampus ini menimbulkan pro dan kontra karena dirinya adalah salah satu anggota basket dari team andalan kampus. Namun, apa yang tidak bisa dilakukan Daffa? Semuanya selalu tampak mudah di tangannya. Dua minggu lalu, Daffa berbincang dengan Haris. "Daffa mau pindah ke kam

  • Merebut Istri yang Kau Sakiti   Salma Mengincar Naila untuk Dijadikan Menantu

    "Saya mengantarkan teman-temannya Naila!" tegas Raihan untuk menghindari pemikiran negatif orangtuanya si gadis karena ibunya Naila berada di dalam."Saya kira kamu punya maksud lain." Bibir Daffa setengah menyungging, dirinya juga tidak gentar saat kalimatnya terus mengarah pada pembahasan tidak pantas."Maksud lainnya cuma menjenguk. Tidak mungkin kan saya tidak menjenguk." Sikap santai Raihan walau menyimpan sedikit cemas akibat kalimat-kalimat Daffa."Masuk dong, kenapa sendirian di teras." Seringai licik Daffa.Mia dan semua orang yang berada di ruang tamu mampu mendengar percakapan Raihan dan Daffa. Segera, wanita ini menyambut hangat menantunya, "Nak Daffa sudah pulang. Ayo masuk, kita makan bersama. Nak Raihan juga."Raihan tersenyum ramah bersama penolakan, "Terimakasih tante, tapi sekarang Raihan ada urusan, lain kali saja ya tante." "Kok buru-buru sekali ..., Ciara juga masih di sini.""Maaf ya tante." Masih santun Raihan. Maka, dirinya berpamitan pada Mia sekaligus pada s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status