Share

Merah Hitam Cinta #book1
Merah Hitam Cinta #book1
Penulis: Suzy Wiryanty

Chapter 1

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-25 18:49:11

"Jadi saya beneran hamil ini, Dok?" Kanaya Prameswari nyaris tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Kedua tangannya bergetar saat membaca hasil urine dari laboratorium RSIA. Lima tahun penantiannya berakhir sudah. Selama lima tahun pernikahannya ini, Ghifari Albani, suaminya, sangat mengharapkan kehadiran seorang buah hati. Wajar saja, suaminya adalah seorang anak tunggal. Kehadiran generasi penerus pasti sudah pasti sangat dinanti-nantikan oleh seluruh keluarga besarnya. Dalam dua tahun terakhir ini suaminya sangat stress karena tekanan dari berbagai pihak. Baik itu dari keluarga besar Albani atau pun dari kedua orang tuanya. Mereka semua kerap menyindir-nyindir kehidupan rumah tangga mereka yang dianggap belum sempurna karena ketiadaan buah hati. Dengan kehamilannya ini pasti akan membuat suaminya bahagia luar biasa. Memikirkan hal itu rasa syukur tidak henti-henti diucapkan Kanaya pada yang Maha Kuasa.

"Benar, Bu. Saat ini kandungan Ibu telah berusia dua minggu. Selamat ya, Bu?" Dokter Rasyid Rasyidi ikut berbahagia melihat senyum yang terus terkembang di wajah pasien mudanya. Ia adalah dokter kandungan keluarga besar Albani. Jadi ia sangat memahami posisi Kanaya di dalam keluarga besar terpandang itu. Kedua mertua Kanaya juga kerap mengeluhkan soal menantu mereka yang tidak kunjung hamil. Padahal usia pernikahan anak menantunya telah memasuki tahun ke lima.

"Tapi harap diingat. Kandungan Ibu ini masih sangat muda. Rahim Ibu masih rentan terhadap segala bentuk guncangan. Selain itu, kondisi fisik dan psikis Ibu juga harus selalu terjaga. Ibu tidak boleh terlalu capek dan banyak pikiran ya, Bu?" Nasehat dokter Rasyid lagi. Kanaya mengangguk takzim.

"Tentu saja, dokter. Saya akan menjaga kandungan saya ini sebaik mungkin. Saya juga akan selalu mengingat pesan-pesan, dokter. Saya permisi dulu ya, dok? Terima kasih atas semuanya." Kanaya menyalami dokter Rasyid sebelum keluar dari ruangan praktek.

Kanaya melangkahkan kaki menuju parkiran dengan senyum yang terus terkembang. Di dekapnya surat hasil dari laboratorium rumah sakit di dada. Ia masih seperti tidak percaya kalau ia sekarang sedang mengandung anak Ghifari. Pak Rustam, sang supir pribadi, buru-buru membuka pintu mobil saat melihat kehadiran nyonya mudanya. Melihat senyum yang terus tersungging di bibir sang nyonya muda, maka tau lah ia akan hasil laboratorium yang sedari dua hari lalu dinanti-nantikan oleh nyonya mudanya. Pak Rustam tersenyum. Ia ikut berbahagia untuk kebahagiaan seluruh keluarga besar Albani.

"Kita ke kantor Mas Fari dulu ya, Pak? Ada yang ingin saya sampaikan padanya," ujar Kanaya.

"Baik, Bu." Pak Rustam dengan sigap menjalankan kendaraan. Selama berkendara, Pak Rustam bersikap sangat hati-hati. Ia menghindari jalan yang rusak dan berkendara dengan kecepatan sedang. Sebisa mungkin ia menghindari guncangan. Ia tidak ingin kandungan nyonya mudanya terganggu.

Pak Rustam melirik kaca spion depan. Nyonya mudanya kembali membaca selembar surat dengan ekspresi gembira. Kebahagian terus terpancar di wajah lembutnya. Syukurlah, penantian panjang keluarga besar majikannya, berakhir bahagia. Dengan begitu segala pertikaian terkait masalah keturunan di masa lalu, tidak akan terulang lagi. Sebagai seorang pekerja, ia ikut lega.

Selama dalam perjalanan, Kanaya terus membayangkan bagaimana ekspresi suaminya saat membaca surat dari laboratorium rumah sakit ini. Pasti suami tercintanya itu tidak kuasa menahan rasa haru dan bahagia. Penantian siang malam selama lima tahun pernikahan mereka akhirnya berbuah bahagia. Membayangkan hal itu Kanaya semakin tidak sabar untuk memberitahukan kabar baik ini pada suaminya.

Empat puluh lima menit kemudian, mereka telah tiba di sebuah gedung perkantoran elit. Suaminya memang berkantor di sini. Dengan tidak sabar Kanaya keluar dari mobil dengan surat hasil dari laboratorium di tangan. Kalau menuruti kata hati, Kanaya ingin berlari secepat mungkin ke ruangan suaminya. Ia ingin suaminya membaca sendiri surat dari laboratorium rumah sakit ini.

Setiba di lobby kantor, Kanaya bergegas masuk ke dalam lift dan menekan angka 4. Ghifari memang berkantor di lantai empat. Saat pintu lift terbuka, Kanaya keluar dari lift dengan senyum yang kian lebar. Langkah kaki ia percepat karena ingin segera menemui suaminya. Saat tiba di depan pintu ruang kerja suaminya, langkahnya dihadang oleh Sanny, sekretaris suaminya.

"Bapak ada di dalam 'kan, San?" Tanya Kanaya pada sekretaris suaminya.

"A--ada, Bu." Sahut Sanny gugup. "Sebentar, saya akan memberitahu Bapak kalau Ibu ada di sini." Ujar Sanny kian gugup. Kanaya mengerutkan kening. Tumben Sanny gelisah seperti ini. Biasanya Sanny gembira-gembira saja saat ia mengunjungi suaminya.

"Tidak perlu, San. Saya ingin memberi kejutan pada, Bapak." Tukas Kanaya seraya memutar handle pintu.

"Ja--jangan dulu, Bu!" Seru Sanny ketakutan.

Begitu pintu ruang kerja suaminya terbuka, Kanayalah yang mendapat kejutan alih-alih suaminya. Di sana, di kursi direktur suaminya, Dina, sahabat baiknya sedang beradu mulut panas dengan suaminya. Akibat panasnya ciuman mereka berdua, mereka bahkan tidak sadar kalau pintu sudah terbuka, dan ada orang lain yang tengah menonton aksi mereka berdua.

"Astaghfirulahaladzim!" Kanaya berulang kali mengucapkan beristighfar. Ia nyaris tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Dua orang yang paling ia sayangi dan ia percayai, sampai hati menghianati seperti ini. Langit seperti runtuh tepat di depan matanya. Jeritan pedihnya membuat dua kepala yang sebelumnya saling bertukar saliva itu menjauh dengan tiba-tiba. Wajah keduanya pucat pasi saat melihat kehadirannya. Namun ada sesuatu yang sempat Kanaya tangkap sebelum tautan bibir keduanya terlepas. Rasa puas di mata Dina! Kanaya berteman cukup lama dengan Dina. Ia sangat mengenali air muka sahabatnya ini.

"Astaga, Naya. Ini... ini... tidak seperti yang kamu pikirkan, sayang. Mas bisa menjelaskan soal semua ini ini. Mas... Mas..."

Melihat suaminya kebingungan tidak tau harus mengatakan apa, Kanaya sudah tau apa yang sesungguhnya telah terjadi. Suami dan sahabatnya telah berselingkuh di belakangnya. Dina yang mengaku sebagai sahabatnya, baru sebulan bercerai dari Reyhan. Menurut Dina, Reyhan menceraikannya karena ia mandul. Selama kurang lebih sebulan ini, ia sibuk membesarkan hati Dina. Menghiburnya pagi, siang, malam agar sahabatnya ini tidak depresi. Ia bahkan menandai media sosial Dina dengan hashtag woman supporting woman. Kala itu mereka saling berpegangan tangan. Tertawa dan menangis bersama karena merasa sama-sama tidak bisa mempunyai keturunan. Namun siapa nyana kalau balasan yang Dina berikan malah woman hurting woman. Betapa kejamnya!

"Mas tidak perlu menjelaskan apapun. Naya bukan anak kecil, Mas. Jangan berbohong untuk menutupi kebohongan yang lainnya. Bersikap jantanlah, Mas." Desis Kanaya dengan suara di hidung.

"Aku... aku juga minta maaf, Na. Aku juga tidak tau sejak kapan rasa ini tumbuh. Hanya saja, aku tidak kuasa untuk melawan perasaan ini. Sekali lagi, aku minta maaf, Na." Akhirnya Dina bersuara juga.

"Oh, jadi permintaan maafmu ini hanya untuk mengakui ketidakberdayaanmu melawan perasaan terlarang terhadap suamiku?" Desis Kanaya geram. "Itu namanya bukan permintaan maaf, Din. Tapi pengakuan maaf. Kamu pasti lega sekali karena akhirnya perselingkuhan kalian kupergoki 'kan? Karena kamu sangat tau bahwa aku sangat intoleran terhadap perselingkuhan."

Kanaya tersenyum pahit. Kediaman Dina mengartikan satu hal. Bahwasannya semua dugaannya benar. Dina ingin menggantikan tempatnya. Menjadi pemilik hati suaminya satu-satunya. Karena Dina sudah memprediksi kalau ia pasti akan pergi. Dina memang benar soal ia pasti akan pergi. Hanya saja yang lainnya salah. Dina bodoh. Ia tidak belajar dari kesalahan-kesalahannya. Dia sendiri diceraikan Reyhan karena divonis mandul. Jadi bagaimana mungkin ia bisa menjadi pusat hidup Ghifari kalau ia tidak bisa memberikan keturunan? Toh permasalahan rumah tangga mereka sama. Sama-sama diharapkan bisa memberikan keturunan. Dina terjatuh di lubang yang sama dua kali.

"Naya pamit, Mas. Lanjutkan saja kemesraan kalian yang sempat terputus tadi. Santai saja. Toh tidak ada yang perlu kalian khawatirkan lagi," guman Kanaya seraya menjejalkan surat dari rumah sakit ke dalam tas tangannya. Mulai hari ini, kehadiran bayi di dalam rahimnya adalah miliknya sendiri. Ia tidak perlu membagi kabar bahagia ini kepada ayah bejat seperti suaminya.

"Tunggu dulu, Naya. Jangan pergi begitu saja. Mari, kita bertiga duduk bersama menyelesaikan kesalahpahaman ini," Ghifari menghela pergelangan tangannya. Wajah kalut penuh penyesalannya terlihat begitu nyata. Seperti ini tampang seorang penyelingkuh. Pias oleh seribu penyesalan apabila tertangkap basah. Type orang-orang yang tidak berpikir panjang.

"Bertiga? Maaf Mas, Naya tidak ada hubungannya dengan masalah kalian berdua. Sewaktu kalian menjalin affairs kan Naya tidak diajak berembuk. Mengapa setelah ketahuan Naya dibawa-bawa?" Sahut Kanaya ketus. Tanpa banyak bicara lagi, Kanaya berjalan ke arah pintu. Urusannya di sini usai sudah.

"Jangan mengejar Naya, Mas. Naya tidak sudi menjadi tontonan ala sinetron azab Indosia*." Ancam Kanaya.

"Tunggu dulu, Na. Kamu tadi ke sini ada urusan apa? Biasanya kalau kamu ke kantor pasti ada hal penting yang ingin kamu sampaikan langsung pada, Mas." Ghifari masih berupaya menahan kepergiannya.

Diingatkan pada tujuan utamanya ke sini, air mata Kanaya mengalir bagai air bah. Sedari tadi, walau sakit hati, tidak setetes pun air matanya jatuh. Rasa marah dan kecewa lebih mendominasi dari pada sakit hati. Tapi saat diingatkan pada bayi yang saat ini menghuni rahimnya, perasaannya lah yang berbicara. Bukan hatinya saja yang sakit. Tapi seluruh jiwa raganya serasa luluh lantak! Kanaya teringat pada kegembiraan luar biasanya saat di rumah sakit dan di sepanjang perjalanan menuju kantor. Ternyata semua kebahagiannya hancur dalam hitungan detik saja. Alangkah ironisnya!

Astaghfirullahaladzim..

Astaghfirullahaladzim... 

Astaghfirullahaladzim...

Kanaya tidak henti-hentinya mengucapkan istighfar dalam hati. Memohon kesabaran dari Yang Maha Kuasa agar lebih dikuatkan dalam menghadapi badai terbesar dalam rumah tangganya ini. Selama ini ia kuat dalam diam karena ada Ghifari yang menjadi tempat bersandarnya. Tidak masalah jika semua orang mengejeknya, menyindirkan bahkan mengolok-olok kemandulannya. Ia telan semuanya selama Ghifari tidak berada di kubu mereka. Namun kini, setelah ia tau bahwa Dina menusuknya dari belakang dan Ghifari menaburi garam di sepanjang lukanya, ia tidak kuat lagi. Kesabaran dan kekuatannya telah tiba di titik nadir. Raungan kesedihannya menggema di seluruh penjuru ruangan.

"Astaga, Naya. Maafkan Mas, Naya. Maaf... maaf... maaf, Naya. Mas tidak bermaksud menyakiti kamu sampai seperti ini," guman Ghifari kalut. Ia ingin mendekati Kanaya, tapi ia takut kalau tindakannya malah membuat istrinya semakin histeris. Saat ini, Kanaya bukan seperti dirinya yang biasanya. Selama tiga tahun berpacaran dan lima tahun menikah, Ghifari tidak pernah melihat Kanaya kehilangan kendali seperti ini. Kanaya ini lembut namun kuat. Kanaya tidak pernah mengadu atau pun berkeluh kesah walau diserang kanan kiri oleh keluarga besarnya. Kanaya selalu mengatakan kalau semua orang berhak menyuarakan pendapatnya. Selama ia tidak terluka dan berdarah-darah, ia ikhlas menerima semuanya. Kebesaran hati Kanaya menghangatkan dirinya. Kini, melihat Kanaya hancur seperti ini, penyesalannya tidak terucapkan. Ghifari tau, tidak akan mudah baginya untuk mendapatkan maaf dari Kanaya. Ia sangat mengenal sifat istrinya.

Ia hanya tidak menyangka kalau keisengannya menyambut undangan terang-terangan Dina akan berakibat sefatal ini. Ia laki-laki. Diberi makanan gratis tanpa embel-embel tanggung jawab membuatnya lupa diri. Pikirnya toh Dina memang mandul. Janda lagi. Jadi tidak akan ada drama-drama kehamilan dan minta dinikahi. Hubungan mereka adalah senang sama senang. Ia dan Dina sepakat untuk tidak membawa-bawa masalah hati dalam affairs mereka ini. Hubungan mereka murni soal nafsu birahi. Titik.

Kalau terhadap Kanaya, ia memang cinta. Makanya ia tetap mempertahankan rumah tangganya meskipun kedua orang tuanya menginginkan agar ia bercerai dari dari Kanaya. Mereka menganggap kalau istrinya ini mandul. Namun ia bertekad akan terus mempertahankan Kanaya mau Kanaya itu mandul atau pun tidak. Misalkan Kanaya benar-benar mandul pun, ia tidak akan pernah menceraikannya. Mungkin ia akan menikah lagi untuk memperoleh keturunan. Tapi ia akan tetap mempertahankan Kanaya.

Setelah berulang kali beristighfar, Kanaya berusaha menenangkan dirinya. Cukup sudah ia membuang-buang air mata untuk seseorang yang mulai hari ini bukan lagi siapa-siapanya. Kanaya membuka tas tangan. Mengeluarkan sapu tangan dan membersit hidung. Berusaha menghilangkan sisa-sisa kesedihannya. Kesadaran dirinya telah kembali.

"Masalah itu sudah tidak penting lagi sekarang. Apa yang tadi ingin Naya sampaikan, tidak akan pernah lagi Naya katakan. Naya pulang dulu, Mas. Dan kalau Mas memang punya hati, tolong biarkan Naya sendiri dulu. Nana butuh waktu untuk memikirkan semua ini." Guman Kanaya lirih. Tanpa menunggu jawaban Ghifari, Kanaya menegakkan kepala. Melangkah keluar ruangan dengan anggun. Ia tidak ingin seorang pun tau tentang badai yang memporakporandakan hatinya. Setibanya di parkiran Kanaya menengadahkan kepala. Cuaca di sore hari ini sungguh cerah. Sinar matahari sore terang benderang tanpa tertutup sepotong pun awan. Namun di hatinya, seperti sedang terjadi hujan badai yang meruntuhkan langit dan akan menimpa bumi. Masalahnya, Kanaya merasa hanya kepalanya saja yang tertimpa. 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Senjaha27851336
aku hadir disini kak suzy
goodnovel comment avatar
Ikhsan Humairoh
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Nimranah nim
aku baca di sini Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 2

    Pak Rustam berulang kali melirik nyonya mudanya. Ia bingung melihat betapa berbedanya air muka sang nyonya muda saat kembali ke mobil. Terlebih lagi kepergian nyonya mudanya tidak lebih dari sepuluh menit. Tetapi ia hanya bisa menyimpan rasa penasarannya dalam hati saja. Ia toh hanya seorang supir."Kita mau ke mana, Bu?" Tanya Pak Rustam sopan. Namun kalimatnya sama sekali tidak direspon oleh sang nyonya muda. Nyonya mudanya hanya memandang lurus ke depan dengan tatapan nyalang."Bagaimana, Bu?" Tanya Pak Rustam untuk ke dua kalinya."Hah? Bapak menanyakan apa tadi?" Guman Kanaya linglung. Bukan hal mudah menyembunyikan perasaan hati yang gundah gulana dengan tampilan seolah baik-baik saja."Saya tadi bertanya, kita mau ke mana, Bu? Mau langsung pulang ke rumah atau mengunjungi orang tua Bu Naya dulu barangkali?" Ujar Pak Rustam hati-hati. Mata tuanya menangkap kesedihan di kedua bola mata nyonya mu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 3

    "Mas Fari, Naya." Melihat kehadiran mereka berdua Dina langsung berdiri dari sofa. Wajahnya terlihat kusut dengan air muka yang disedih-sedihkan. Ada satu hal ganjil yang Kanaya perhatikan. Dina sama sekali tidak berani memandang wajahnya. Ia sangat mengenal Dina. Kalau Dina bersikap seperti ini, itu artinya ia sedang merasa bersalah padanya. Dina pasti tengah merencanakan sesuatu yang akan menyakiti hatinya."Ada apa, Din? Mengapa kamu mencari saya sampai ke sini? Kamu ingat 'kan perjanjian kita?" Tukas Ghifari ketus. Kanaya tahu bahwa Ghifari mulai tidak nyaman melihat sikap Dina yang terlalu nekad."Maaf, Mas. Aku kemari karena ini," Dina membuka tas tangan dan menyerahkan sebuah amplop putih berlogo Rumah Sakit Ibu dan Anak ke tangan Suaminya.Sekarang Kanaya mengerti apa maksud kedatangan Dina ke rumahnya. Sama persis sama seperti yang ingin ia lakukan di kantor Ghifari sekitar satu jam yang lalu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 4

    Setelah hampir seminggu bersitegang dengan Ghifari, akhirnya suaminya itu bersedia juga bercerai. Harus Kanaya akui, keberhasilannya kali ini sebagian besar adalah berkat andil ibu mertuanya. Ya, ibu mertuanya tidak henti-hentinya mendukung keinginannya untuk bercerai. Padahal selama lima tahun menjadi menantunya, ibu mertuanya ini tidak pernah sekalipun mendukungnya dalam hal apapun. Ini ini adalah kali pertama mereka berdua bersepakat dalam satu hal. Sepakat untuk mengakhiri statusnya sebagai menantu keluarga Albani tentu saja. Dan Kanaya memang sudah siap lahir batin untuk melepas singgasananya.Kanaya sekarang bisa bernapas lega karena gugatan cerainya atas Ghifari akhirnya diproses juga. Minggu depan adalah sidang pertama gugatan cerainya. Proses perceraian mereka bisa berjalan cepat karena ia memang hanya menginginkan perpisahan saja. Ia sama sekali tidak memasukkan soal klausual harta gono gini sama sekali. Makanya ibu mertuanya bersedia mendukung.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 5

    "Duh lo nggak berubah ya, Nay? Muka lo tetep imut kayak sepuluh tahun lalu. Cemilan lo formalin ya?" Safa memeluknya hangat. Akhirnya ia sampai juga di kediaman keluarga Baihaqi. Rumah besar ini dulu kerap ia kunjungi setiap kali liburan sekolah. Keluarga Baihaqi memang selalu menghabiskan masa-masa liburan di perkebunan ini. Tinggal di ibukota yang ramai dan sumpek, membuat mereka menyimbangkan aktivitas dengan menghirup udara segar di perkebunan setiap liburan. Prinsip mereka bekerja sambil liburan murah. Dan Kanaya kecil tentu saja selalu diajak."Lo juga nggak berubah, Fa. Tetep cakep seperti dulu. Lo apa kabar, Fa? Duh gue seneng banget akhirnya kita bisa bertatap muka. Selama sepuluh tahun ini kita cuma chat dan sesekali teleponan doang." Kanaya balas memeluk Safa tak kalah erat. Semilir angin pedesaan dan hijaunya pemandangan alam, membuatnya seolah-olah kembali terlempar ke masa lalu. Masa ketika ia masih berseragam merah putih hingga puti

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 6

    Sepeninggal Bik Surti, ponselnya bergetar. Saat melihat nama Safa di layar ponsel, Kanaya mengerti. Pasti Safa ingin mengabari soal kedatangan kakaknya yang di luar prediksi."Nay, gue mau ngabarin kalau Mas Haikal sedang on the way ke Sukawangi. Gue nelpon lo, supaya lo nggak kaget-kaget amat kalau pas nanti kepethuk." Benar 'kan tebakannya?"Kami udah ketemu kok, Fa." Kanaya menjawab apa adanya.Bahkan udah berantem lagi."Hah! Udah ke temu? Terus gimana, Nay? Mas Haikal udah nggak marah lagi sama lo 'kan?"Kanaya tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak sebelum memberikan jawaban bijak. Ia tidak ingin menjadi penyebab kedua kakak beradik itu saling bentrok."Ya gitu deh, Fa." Kanaya memberikan jawaban ambigu."Eh tapi gue heran, lo bilang 'kan Mas Haikal lagi ada project b

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 7

    Sudah seminggu ini Kanaya tinggal di desa Sukawangi. Dan telah seminggu ini juga ia menjalani rutinitas yang menyenangkan hatinya. Berjalan pagi, ikut ke pasar bersama Mbok Surti, atau sekedar melukis di bawah Gunung Arca. Ya, melukis. Ia memang menuruni bakat melukis dari ayahnya. Sedari kecil ia telah aktif ikut mencorat-coret kanvas, setiap ayahnya melukis di studio kecil mereka. Ayahnya memang seorang pelukis profesional. Setelah dewasa pun, ia masih senang melukis jika mempunyai waktu luang. Kala itu ia masih bekerja sebagai sekretaris Ghifari. Setelah makin dekat dengan Ghifari secara pribadi, ia tidak pernah melukis lagi. Ghifari tidak menyukai seniman. Bagi Ghifari seniman itu selain nyentrik, juga pemalas dan masa depannya tidak jelas. Buktinya ayahnya tetap melarat walau lukisannya konon di koleksi oleh para pejabat. Ayahnya dan Ghifari tidak pernah sepakat dalam hal apapun. Da

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 8

    Kanaya sedang berkonsentrasi melukis saat ponselnya bergetar. Ah, pasti Safa yang memanggil. Nomor ponselnya yang baru ini memang hanya diketahui oleh lima orang. Kedua orang tuanya, Safa, Pak Kholil pengacaranya dan Bik Surti. Ibunya baru tadi pagi meneleponnya. Sedangkan Pak Kholil sudah jarang meneleponnya sejak kasus perceraiannya dibatalkan. Sementara Bik Surti lebih suka mendatanginya langsung dari pada menelepon. Buang-buang pulsa katanya. Jadi kemungkinannya hanya satu yaitu Safa. Kanaya menarik sehelai tissue basah untuk mengelap tangannya yang penuh dengan noda cat. Setelah itu barulah ia meraih ponsel di atas meja. Kening seketika berkerut saat melihat ada nomor yang tidak dikenal meneleponnya. Aneh! Siapa si penelepon ini? Karena penasaran Kanaya pun mencoba mengangkatnya."Hallo," Kanaya memberi salam dengan hati-hati."Kamu sekarang silahkan ke rumah utama. Kami semua menunggu kehadiranmu di sini."

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 9

    Dengungan suara orang-orang yang berbicara dalam waktu secara bersamaan, membuat Kanaya berusaha membuka mata. Ia ingin mengatakan kalau ia baik-baik saja. Ia tidak mau membuat kehebohan di rumah orang. Hanya saja matanya tidak mau bekerjasama. Tetap lengket dan sulit sekali untuk dibuka."Kamu bertengkar dengan Naya, Kal? Kalau ada masalah, ya mbok dibicarakan baik-baik. Naya ini 'kan sedang mengandung. Bagaimana kalau cucu Ibu sampai kenapa-kenapa?"Berarti sampai sejauh ini, Haikal belum mengatakan hal yang sebenarnya pada keluarganya. Benar-benar keterlaluan! Tunggu sampai ia sedikit bertenaga. Akan ia bongkar semua omong kosong ini!"Bukan bertengkar kok, Bu. Hanya sedikit berselisih paham saja. Naya tidak ingin Haikal memberitahu Ibu soal kehamilannya, sedangkan Haikal bersikukuh . Makanya Naya jadi marah pada Haikal."Bohong! "Nak, sebenarnya Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19

Bab terbaru

  • Merah Hitam Cinta #book1   Extra Part II

    Tiga bulan kemudian. Kanaya bernapas sesuai dengan intruksi dokter Kirana. Perutnya mulas luar biasa. Bayi-bayi yang selama sembilan bulan lebih menghuni rahimnya ini, seperti tidak sabar berebutan ingin keluar. Kanaya sampai berkeringat dingin karenanya. Rasanya baru kemarin ia melahirkan Juang, dan kini ia harus kembali melahirkan lagi. Sebenarnya Haikal menginginkannya melahirkan dengan operasi caesar. Karena menurut Haikal dan kedua mertuanya, lebih aman mengingat ia harus melahirkan dua orang bayi. Dikhawatirkan ia kehabisan tenaga atau letak bayinya sungsang dan lain sebagainya. Tetapi Kanaya bersikeras ingin melahirkan secara normal. Karena Juang juga ia lahirkan secara normal. Untungnya keinginannya itu didukung oleh dokter Kirana. Menurut dokter Kirana bayi kembar bisa dilahirkan secara normal apabila keadaannya memungkinkan. Misalnya pada saat akan dilahirkan keadaan b

  • Merah Hitam Cinta #book1   Extra Part I

    Lima bulan kemudian. Kanaya merapikan pakaian Juang yang tengah berada dalam gendongan Ika. Anak seusia Juang memang sedang aktif-aktifnya menarik-narik sesuatu. Alhasil baik pakaian Juang sendiri, atau pun pakaian orang yang menggendongnya, harus siap diacak-acak sewaktu-waktu. Pokoknya setiap ada bentuk dan warna yang mencolok, pasti akan menarik perhatian Juang. "Kalau kamu capek terus menggendong Juang, sini gantian, Ka. Kamu makan saja dulu. Tuh, makanannya enak-enak 'kan?" ujar Kanaya pada Ika. Ika kasihan melihat Ika yang ngos-ngosan karena terus menggendong Juang."Ah jangan dong, Bu. Perut Ibu sudah sebesar itu. Kasihan adek-adek bayinya kalau Ibu harus menggendong Juang. Belum lagi nanti saya diomelin Bapak." Ika nyengir. ARTnya ini sangat memahami sifat Haikal. Kandungannya kini telah memasuki bulan ke tujuh, dan ia meng

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 46(end)

    Kanaya beringsut dari kursi kafe sembari memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Berarti sekitar setengah jam lagi, Pak Yaman dan Bu Maryam, akan menemuinya di restaurant ini. Kemarin kedua mantan mertuanya itu meneleponnya. Bu Maryam berbicara dari hati ke hati dengannya hampir selama satu jam penuh. Bu Maryam mengatakan bahwa ia telah mengetahui jati diri Juang yang sebenarnya. Dan sebagai nenek dan kakek, mereka berdua memohon agar diperbolehkan untuk menjenguk Juang. Kedua mertuanya juga berjanji kalau mereka tidak akan berbuat macam-macam, seperti ingin merebut Juang darinya misalnya. Mereka berdua hanya ingin melihat rupa cucu kandung mereka, katanya. Dari cara berbicara Bu Maryam di telepon, Kanaya bisa menangkap satu hal. Bahwa kedua mantan mertuanya ini telah banyak berubah. Setelah tertangkapnya Ghifari dan beberapa perusahaannya dinyatakan pailit, sikap kedua mantan mertuanya ini pun ikut berubah."Apa

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 45

    "Cukup, Nay. Aku sudah kenyang."Marsya menolak suapan bubur ayam dari Kanaya. Sungguh ia tidak berselera makan sama sekali. Bayangan ia akan benar-benar kehilangan hak asuh kedua anaknya, menggentarkannya. Marsya sadar, dirinya memang gagal menjadi orang baik. Tetapi sebagai seorang ibu, ia tidak gagal. Ia berusaha mendidik Attar dan Azizah dengan baik. Mengajari ilmu pengetahuan, hingga adab dan kesopanan. Sejahat-jahatnya dirinya, sebagai seorang ibu, tetap saja ia menginginkan yang terbaik bagi kedua anaknya. Makanya Marsya sangat depresi membayangkan kalau dirinya bukan saja kehilangan hak asuh, tetapi akan dijauhkan dari anak-anak kandungnya sendiri. Demi apapun, ia tidak sanggup!"Sedikit lagi ya, Mbak? Dari tadi pagi Mbak belum makan apa-apa lho. Mbak bisa sakit yang lain nanti," bujuk Kanaya.

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 44

    Haikal berulang kali meremas jalinan tangannya di pangkuan. Saat ini ia tengah duduk gelisah di studio kecil ayah mertuanya. Ia bermaksud membawa Kanaya pulang ke rumah. Dan untuk itu tentu saja ia harus meminta izin pada ayah mertuanya. Haikal tau, tidak mudah mengajuk hati ayah mertuanya yang eksentrik ini. Bara Sudibyo, sang ayah mertua, sikapnya memang tidak bisa diprediksi. Buktinya sudah hampir satu jam ia duduk di studio ini, namun kehadirannya sama sekali tidak dianggap oleh ayah mertuanya.Sedari tadi, ayah mertuanya hanya sibuk melukis. Sesekali ayah mertuanya ini menelengkan kepala. Mengamati hasil lukisannya dari berbagai sisi. Di saat lain, ayah mertuanya akan menggerutu sendiri. Mungkin ayah mertuanya merasa hasil lukisannya kurang memuaskan hatinya. Kehadirannya sekian lama di sini hanya dianggap seperti kuas cat saja sepertinya."Mau ngapain kamu ke sini?" Bara melirik sekilas laki-laki muda di sampingnya. Selanjutnya ia ke

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 43

    Dan di sinilah sekarang Kanaya berada. Di kamar mereka berdua, dengan Haikal yang terus saja berdiri di depan jendela. Sementara dirinya sendiri duduk di ujung ranjang. Sedari dirinya tiba beberapa menit lalu, Haikal terus memandang keluar jendela. Seolah jendela-jendela di kompleks perumahan ini, lebih menarik untuk ditatap daripada wajah istrinya sendiri.Dalam keadaan masih duduk, Kanaya menatap Haikal lurus-lurus. Hampir sebulan tidak bertemu, perubahan-perubahan di diri Haikal sangat signifikan. Kepalanya sudah tampak normal. Perban yang biasa menutupi luka bekas operasinya sudah tidak ada. Begitu juga dengan luka parut di pipinya. Jika dipandang sekilas, orang-orang tidak akan tau kalau Haikal itu baru saja menjalani operasi rekonstruksi kepala dan wajah. Haikal sudah kembali gagah dan tampan seperti sebelumnya. Kecuali bila didekati dan diperhatikan dengan seksama. Maka akan tampak bekas-bekas operasi halus di sana. Hasil kerja rumah sakit ter

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 42

    Rasa adem langsung menerpa kulit Kanaya, kala ia mendorong pintu kafe. Ramainya pengunjung membuat Kanaya celingukan mencari-cari meja yang kosong. Pada hari minggu seperti ini kafe memang sedang ramai-ramainya. Sebenarnya Kanaya malas sekali harus meninggalkan warung dan juga Juang untuk ke kafe ini. Tetapi demi menguak tabir kebenaran mengapa sikap Haikal berubah 180 derajat seperti ini, Kanaya memaksakan diri ke sini juga. Safa ingin bertemu dengannya secara empat mata katanya. Makanya Kanaya penasaran sekali. Kanaya menebak, pasti ini semua ada kaitannya dengan Haikal.Kanaya memindai seantero kafe. Mencari-cari meja yang masih kosong. Pengunjung kafe hari ini sangat ramai. Tidak heran memang, mengingat ini adalah hari minggu. Hari di mana orang-orang refreshing menikmati hari libur, atau sekedar family time dengan makan bersama. Kanaya menarik napas lega kala pandangannya membentur meja yang paling pojok. Meja itu memang relatif lebi

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 41

    Ghifari memandang video-video panas yang baru saja diedit Rafly dengan tatapan puas. Sungguh ia sama sekali tidak menyangka, kalau teknologi sekarang sudah secanggih ini. Video-video panasnya dengan Kanaya semasa masih menjadi sepasang suami istri dulu, telah berganti waktu dan tanggalnya. Ia memang suka merekam aksi-aksi panas mereka dulu tanpa sepengetahuan Kanaya. Dan ia sama sekali tidak menyangka kalau kebiasaannya itu kini akan sangat berguna dalam planning-planningnya. Ia akan merebut kembali Kanaya dari Haikal tentu saja."Oke, Pak Ghifari. Semua video-video ini sudah saya edit tanggal dan jamnya. Saya yakin, tidak ada satu orang pun yang bisa mendeteksi kebenarannya." Rafly, sang peretas juga ikut tersenyum puas. Hanya saja tingkat kepuasan dua orang laki-laki ini berbeda. Jika Ghifari puas karena ia akan mendapatkan kembali mantan istrinya, maka Rafly puas karena akan mendapatkan sejumlah besar dana. Win win solution.

  • Merah Hitam Cinta #book1   Chapter 40

    Kanaya memandangi rinai hujan di depan jendela. Sesekali ia mengusap kaca jendela nako yang basah. Bulir-bulir air yang berjatuhan mewakili hatinya saat ini. Jatuh ke titik nadir. Saat ini ia berada di rumah Jihan. Entah mengapa saat mengorder taksi online tadi, ia malah mengetik alamat Jihan, alih-alih orang tuanya. Mungkin ia merasa malu karena rumah tangganya kembali bermasalah. Makanya alam bawah sadarnya mencari perlindungan pada Jihan. Sebagai sesama wanita yang gagal dalam berumah tangga, setidaknya Jihan pasti sangat memahami keadaannya saat ini.Dugaan Kanaya tepat. Jihan sama sekali tidak heboh dan menginterogasinya saat melihat kedatangannya malam-malam. Istimewa dengan keadaan yang seadanya. Kanaya memang hanya sempat membawa dompet dan ponsel, selain baju yang melekat di badan. Itu pun karena dua benda tersebut kebetulan ada di saku celananya.Saat ia datang dalam rinai hujan, Jihan dengan luwes

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status