Share

Kelemahan Keenan

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 10:20:59

Bab 8

Entahlah. Keenan sendiri tidak bisa mendeskripsikan.

Banyak hal yang terjadi setelah Alifa pergi.

Keluarga besarnya rame-rame menjodohkannya dengan Eliana. Secara fisik Eliana cantik dan berpendidikan tinggi. Dia lulusan sebuah universitas ternama. Meski dia tidak menggunakan ijazahnya untuk bekerja, itu tak masalah bagi Keenan, karena masih bisa menafkahi Eliana, asalkan masih dalam taraf yang wajar.

Namun setelah Eliana hamil, perempuan itu berubah. Dia seperti tidak Eliana yang dia kenal selama ini. Sikap lembut dan anggun itu hilang begitu saja. Ataukah jangan-jangan ini adalah kepribadian asli seorang Eliana?

Namun Keenan tidak punya pilihan. Dia harus tetap bersama Eliana, karena ibunya sangat menyukai perempuan itu.

Kelemahan Keenan ada pada ibunya.

Untuk bisa bersama Alifa saja dulu Keenan harus bersusah payah meminta restu, meskipun pada akhirnya Alifa menodai cinta mereka.

"Cukup, El. Aku lelah dan ingin tidur. Sebaiknya kamu juga segera tidur. Tidak baik berkeliara
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Kita Sudah Selesai

    Bab 9Pria itu masih saja seperti yang dulu. Hanya saja kali ini Mas Keenan terlihat sedikit kurus. Selebihnya dia masih tetap menawan.Sontak aku memejamkan mata lalu menunduk.Apa-apaan ini?Setelah apa yang ia lakukan kepadaku, masihkah aku sudi mengagumi sosoknya?Pria itu sudah tidak memiliki ikatan apapun lagi denganku. Sebagai manusia biasa tentunya aku tidak pernah melupakan peristiwa saat aku diusirnya dari rumah, bahkan dia pun menghancurkan masa depanku dengan membakar semua surat berharga yang kumiliki termasuk ijazah dan kartu tanda pengenal.Aku bisa saja mengurus kembali ijazahku, sehingga aku bisa bekerja di tempat yang lebih layak, tetapi resikonya aku harus berhubungan dengan orang-orang yang ada di kota itu.Mereka pasti akan memberondongku dengan pertanyaan yang ujung-ujungnya hanya akan menyudutkanku sebab mana mungkin mereka akan mempercayai jika aku sebenarnya tidak pernah melakukan hal yang nista, mengingat banyaknya bukti yang disodorkan oleh kedua kakak pere

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Maafkan Saya, Dok

    Bab 10"Jangan gila kamu, Mas! Berhenti atau aku lapor sama Mama!" Eliana hanya memberinya dua pilihan dan itu cukup untuk membuat Keenan berhenti dari tujuannya semula ingin menyusul Alifa yang dibawa oleh dokter Aariz.Begitu banyak pertanyaan yang tumbuh di benaknya. Ada hubungan apa Alifa dengan dokter Aariz? Keenan melihat dengan mata kepalanya sendiri, dokter Aariz menyerahkan seorang bayi kepada Alifa. Apakah itu bayi mereka? Keenan mencoba menghitung sejak Alifa pergi dari rumah. Ya, bisa saja itu merupakan bayi mereka, karena sekarang sudah lewat 9 bulan lebih. Tapi masalahnya, kapan mereka menikah?Iddah seorang wanita yang diceraikan adalah tiga kali suci, yang berarti itu setidaknya dua bulan lebih. Alifa tentu lebih paham soal agama, sedikit berbeda dengannya yang sama sekali tidak pernah diajarkan oleh agama dari keluarga. Tidak mungkin mereka menikah begitu ia menceraikan Alifa, bukan?Atau jangan-jangan sepasang insan itu kumpul kebo dan bayi itu adalah hasil ci

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Makan Malam Dengan Atta

    Bab 11Aku mengangguk. "Tentu saja, Dok. Saya akan patuhi semua aturan dari Dokter dan Mas Atta.""Baiklah, Alifa. Saya hanya bisa mengantar kamu sampai sini." Pria itu menyentuh tombol di pintu, lalu pintu itupun terbuka. "Silahkan masuk. Saya akan menghubungi Atta untuk memberitahu, supaya dia tidak perlu kaget jika melihat keberadaan kamu dan Gibran di apartemennya.""Apakah Mas Atta akan tinggal di sini?" tanyaku. Aku melongok ke dalam dan menyadari jika apartemen ini ukurannya tidak terlalu luas."Kadang-kadang. Terkadang dia masih menyukai tinggal di rumah utama, tapi tak jarang dia pun pulang ke apartemennya sendiri."Aku tidak lagi menanyakan apa-apa dan membiarkan dokter Aariz meninggalkan tempat itu setelah memberitahukan password pintu masuk apartemen ini.Kuhela nafas dalam-dalam sembari menyandarkan punggungku di sandaran sofa, menikmati geliat tubuh Gibran yang tampak gelisah. Aku mengeluarkan aset pribadiku dan mulai menyusui Gibran. Tidak ada perlengkapan bayi di apar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Pelatihan Jadi Seorang Ayah

    Bab 12Dibandingkan dengan dokter Aariz, Atta memang lebih hangat dan membuatku nyaman dari pertama kali bertemu. Pria itu pula yang pertama kali menawarkan untuk menyusui keponakannya.Aku mengangguk, lalu kembali menyuap nasi goreng yang terasa begitu lezat di lidahku. Atta pun begitu juga. Kami makan dengan sangat lahap karena memang belum makan apapun semenjak sore tadi. Aku bahkan sengaja nggak masak dan berjanji kepada Naira untuk membawakan makanan untuknya.Selesai makan, aku pun bangkit dari kursi dan berjalan menuju sisi cafe ini. Cafe ini didesain terbuka, jadi tinggi dindingnya hanya setengah badanku. Sementara bagian atas dibiarkan terbuka, sehingga terkesan tempat ini menyatu dengan alam. Aku menikmati pemandangan beberapa orang yang masih saja berlarian di bibir pantai sembari bermain pasir. Tampak begitu ceria dan bahagianya mereka.Aku menggigit bibirku. Getir sekali. Dulu aku seringkali dibawa mas Keenan menghabiskan waktu di pantai seperti ini.Ah, kenapa otakku ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Seperti Papa Saja Layaknya

    Bab 13Pengalaman indah?Ya, aku memang memiliki kenangan indah bersama dengan mas Keenan. Tapi itu dulu, sebelum orang-orang di dalam keluarga mas Keenan merencanakan makar untuk memisahkan kami."Aku tidak punya kriteria apapun. Yang penting dia pria yang baik. Sudah, itu saja.""Cuma itu?!" Atta tampak kaget. "Wanita secantik Mbak Alifa tidak punya kriteria tentang suami idaman?""Nggak, Mas." Aku tersenyum geli, merasa lucu dengan pertanyaan pria itu. Bukan cuma pertanyaannya, tetapi juga dengan gestur tubuhnya yang di mataku terlihat menggemaskan, mirip seorang pria yang ingin menembak seorang wanita saja. Namun aku segera menepis dugaan itu, karena tidak mungkin juga Mas Atta akan menembakku.Dibalik perhatiannya yang detil, Atta selalu bersikap sopan, menghormati, dan tidak pernah menggodaku, padahal ia tahu jika aku seorang janda.Namun pria itu balas tersenyum. Dia tak menanyakan apapun, tetapi malah bangkit dari sofa. Dia melangkah menuju kamar, lalu merebahkan Gibran denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Main Rahasia

    Bab 14Ini bukan kedekatan seorang majikan kepada pekerjanya.Ini lebih intim.Aariz melihat sendiri dari gestur tubuhnya, adiknya terlihat menyukai Alifa. Atau jangan-jangan mereka memang sudah dekat duluan sebelum Alifa melahirkan?Lalu, dimana sebenarnya Atta kenal dengan Alifa? Kapan mereka berkenalan?Ah, rasanya Atta mulai main rahasia dengannya.Memang menurutnya ini sedikit janggal. Tiba-tiba saja Atta begitu perhatian dengan anaknya, bahkan sampai rela mencarikan seorang ibu susu. Dan ibu susu pilihan Atta adalah Alifa.Iya sih, Alifa itu sehat setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan air susunya pun melimpah. Ibunya pun setuju jika Alifa menyusui Gibran.Tapi apa benar alasan Atta, jika sengaja menyuruh Alifa untuk menyusui Gibran dengan tujuan untuk menghibur perempuan itu? Jadi sebenarnya yang menjadi pusat perhatian Atta itu siapa? Alifa atau Gibran?Pria itu menghela nafas, lalu segera berjalan menuju ruang tamu."Saya berangkat dulu, Alifa. Sudah ditunggu sama Nia d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Ternyata Kamu Bisa Memasak, Alifa

    Bab 15"Hebat sekali," gumamku tanpa sadar."Biasa saja. Saya hanya menyayangi para perempuan dan ingin agar mereka bisa melahirkan senyaman mungkin. Saya menginginkan setiap perempuan bisa melewati proses persalinannya senyaman liburan. Kamu sudah ngerasainnya, bukan?" Lagi-lagi pria itu tersenyum.Mimpi apa aku semalam, sehingga sore ini dokter Aariz terlihat jauh lebih ramah, padahal tidak ada Gibran di dekatku."Ya, saya merasakan pelayanan paripurna dari RSIA Hermina. Excellent." Tanpa sungkan aku mengacungkan jempol."Terima kasih atas reviewnya. Kami berusaha melayani sebaik mungkin. Jika memang ada harga yang harus dibayar, itu adalah hal yang wajar, karena ada obat yang harus dibeli, karyawan yang harus dibayar upahnya, listrik, air, dan semua keperluan yang tidak bisa diselesaikan tanpa menggunakan uang.""Tentu saja. Di balik itu, tanpa harus mengurangi tingkat keikhlasan dari tim dan dokter, kan?""Pintar kamu, Alifa." Pria itu pun membalas dengan mengacungkan jempol.Dokt

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Hambar

    Bab 16Aku yang sedang makan langsung tersedak, buru-buru mengambil air minum dan segera menegak cairan putih itu sampai isi gelas tinggal separuh.Eliana mau melahirkan?Entah kenapa ada rasa nyeri yang menyergap di hatiku.Aku teringat mendiang anakku, Zaid, yang tidak diketahui keberadaannya oleh mas Keenan. Dan sekarang dia sudah mendapatkan gantinya. Anaknya akan segera lahir. Anak yang ia nantikan selama ini akan lahir dari rahim Eliana, istri barunya.Aku harus bilang apa sekarang? Aku juga tidak bisa bersikap apapun, bahkan mendoakan semoga semua proses persalinannya lancar pun tidak bisa. Rasanya ada yang mengganjal di hatiku. Aku tidak membenci mas Keenan ataupun Eliana. Hanya saja, aku tidak bisa melupakan perlakuan mereka yang begitu kejam.Dituduh berzina, selingkuh, dikata-katai seorang pelacur, dan akhirnya diceraikan. Aku bukan cuma kehilangan suami dan harta, tapi juga nama baik dan harga diri. Aku terisolir dari lingkungan pergaulanku karena semua orang menganggapk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 140

    Bab 140Keenan tahu, orang yang dimaksud oleh dokter Aariz itu adalah Eliana, dan dokter Aariz juga memberi tindakan operasi caesar kepada Eliana atas paksaannya, karena pria itu tidak mau terlalu lama mendengarkan umpatan kesakitan dari mantan istrinya itu.Pria itu mendengar dengan jelas apa yang disampaikan oleh dokter Aariz. Obrolan mereka sangat jelas terdengar. Namun Keenan sengaja tidak mau turut campur. Tidak ada urusan dengannya. Lagi pula sepertinya Alifa memang hanya menginginkan bertemu dengan Donita.Terlihat jelas dari sikap dokter Aariz bahwa dia begitu posesif. Dia dan dokter Aariz sama-sama laki-laki dan tentu tahu bagaimana caranya agar pasangan tidak lagi berhubungan dengan mantan. Jelas sekali bahwa pria itu tidak menginginkan Alifa berhubungan kembali dengan mantan suaminya, walaupun hanya sebatas berteman."Apa aku terlihat menyedihkan?" Pria itu memutar bola matanya malas sembari berjalan mendekat setelah sepasang suami istri itu meninggalkan ruangan perawatan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 139

    Bab 139"Sepanjang kondisi kamu masih memungkinkan, Mas pasti mengizinkan." Aku berbaring dengan posisi miring menghadapnya. Pandangan kami beradu, aku mencoba menyelami apa yang ada di dalam pikirannya.Barusan ia bilang jika Donita sudah melahirkan, dan aku spontan mengemukakan keinginan untuk menjenguk Donita di rumah sakit, lagi pula itu adalah rumah sakit milik suamiku sendiri, seharusnya kan tidak masalah."Tapi ingat kamu nggak boleh mual-mual atau menunjukkan ekspresi yang mencurigakan, karena kita harus menyembunyikan kehamilan kamu," ujarnya lagi."Sampai saat ini aku masih tidak mengerti apa alasan Mas menyembunyikan semuanya.""Kelak kamu pasti akan mengerti jika usia kandunganmu sudah memasuki trimester ketiga.""Mas menyembunyikan sesuatu dariku," rajukku."Ini untuk kebaikanmu dan keluarga kita, jangan sampai kamu kenapa-kenapa." Pria itu melingkarkan tangan di pinggangku dan wajah kami pun terpadu. Dia mencium keningku lalu berlanjut ke pipi.Aku mendengus. "Mas selal

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 138

    Bab 138Pria itu tidak berbohong. Aariz menjamin jika Donita bisa melahirkan secara normal.Dan benar saja. Begitu pembukaan sudah lengkap, pria itu memberi instruksi Donita untuk segera mengejan Seorang bayi laki-laki lahir, dan suara tangis pertamanya memenuhi seisi ruangan persalinan, membuat Keenan seketika mengucap syukur. Lantaran Donita menggunakan metode ELA, jadi dia bisa lebih fokus dan tenang untuk mengejan. Dan hasilnya, perempuan itu hanya menerima dua bonus jahitan saja.Luar biasa, bukan?"Selamat ya Donita. Tuh, bisa kan lahiran normal?" Pria itu mengacungkan jempol setelah dokter anak mengambil alih bayi itu untuk diobservasi."Perjuangan yang luar biasa. Untung dokternya sabar." Perempuan itu menanggapi sambil tersenyum. Saat digigit pun, Donita tetap tenang karena rasanya memang tidak terlalu sakit, beda sekali jika menjahit. jalan lahir tanpa bius sama sekali.Itu karena kamu bersedia untuk berjuang. Kalau pasien nggak mau diajak berjuang dan maunya minta SC, ya

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 137

    Bab 137Keenan menatap nanar pria yang sudah menghilang di balik ruangan tempat ia duduk. Sekarang sepertinya pria itu menuju ruangan operasi, karena barusan dia mendengar Nia memberitahu jika akan ada tindakan untuk salah satu pasien. Pria itu menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Lamat-lamat dia masih mendengar suara Donita yang merintih. Ada rasa tidak tega, tapi bagaimanapun dia harus mematuhi anjuran dokter. Aariz itu terkenal jujur dalam memberi rekomendasi. Banyak dokter yang cenderung merekomendasikan untuk operasi caesar, karena ingin pekerjaannya cepat selesai, apalagi bagi pasien yang menggunakan layanan pembayaran melalui BPJS. Keenan pernah mendengar rumor yang berkembang di dunia kesehatan. Konon BPJS hanya bersedia untuk membayar tindakan terakhir, jadi tindakan sebelumnya seperti induksi dan lain-lain tidak dihitung, sehingga para dokter cenderung lebih merekomendasikan operasi caesar apabila pasien mengalami sedikit kesulitan dalam proses persalinan normal. Padahal sebe

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 136

    Bab 136"Dok, satu jam lalu masuk satu pasien atas nama Donita. Dia baru pembukaan satu sejak mulas pertama kali tadi malam. Dokter Amel menyarankan untuk induksi, tapi pasien itu tidak mau," lapor Nia saat Aariz baru saja menjejakkan kakinya di pelataran rumah sakit."Baiklah, kita akan memeriksanya." Pria itu segera berbelok ke arah samping, di mana ruangan IGD berada. Dia memasuki ruangan dengan langkah-langkah lebarnya. Suara rintihan terdengar. Hal yang biasa ia dengar jika masuk ke ruangan seperti ini."Loh, Donita." Pria itu sangat terkejut. Tentu dia mengenali perempuan itu, karena mereka pernah beberapa kali ketemu saat kontrol kehamilan."Dok, sakit," rintih Donita. Dia menggeliat. Pinggangnya sudah sangat pegal. Sesekali gelombang kontraksi menderanya, gelombang yang semakin lama semakin sering dan itu yang membuat Donita semalaman tidak bisa tidur. Dia mengantuk, tapi tidak bisa tidur. Fisiknya pun terasa mulai melemah.Sebenarnya sudah sejak sore kemarin dia merasakan hal

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 135 (Menyembunyikan Kehamilan)

    Bab 135Pria itu tidak menjawab. Dia memilih untuk membelai rambut istrinya, lalu mengusap wajah itu, dan mengatupkan kedua mata Alifa. "Tidurlah. Kamu pasti lelah.""Kamu belum menjawab pertanyaanku, Mas," ucap Alifa. Rupanya dia masih belum juga memejamkan mata."Kamu akan tahu jawabannya nanti, jadi untuk sekarang tolong patuhi perintahku. Kamu nggak boleh kasih tahu kepada siapapun soal kehamilan kamu, meski itu orang terdekat kita sekalipun.""Aku akan mentaati suamiku sejauh itu tidak bertentangan dengan perintah Allah dan rasul-nya...." "Bagus, istri solehah." Pria itu tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya, dan mengecup kening perempuan itu. "Sekarang kamu tidur ya, semoga besok nggak mual-mual lagi."Perempuan itu mengangguk. Dia mulai memejamkan mata.Aariz tersenyum senang. Sebenarnya istrinya ini penurut dan sangat baik. Hanya saja sampai saat ini dia baru sebatas melakukan segala hal untuk menjadikan dirinya sebagai suami yang layak untuk Alifa, perempuan yang dipilihkan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 134 (Menyembunyikan Kehamilan)

    Bab 134Baru saja perut kenyang lantaran makan martabak dan juga makan malam dengan menu yang sangat enak di posko tadi, tapi kini semuanya termuntahkan, sehingga perutku kembali kosong. Aku memandangi sisa-sisa muntahanku yang tengah coba kuhilangkan dengan guyuran air yang terus mengalir dari kran di atas wastafel kamar mandi. Sementara suamiku yang rupanya menyusulku ke kamar mandi tengah memijat-mijat punggungku."Sayang, kamu kenapa? Lagi masuk angin, atau asam lambung kamu yang kumat?""Aku nggak tahu, Mas," jawabku setelah menutup kembali kran di tempat cuci tangan dan muka di kamar mandi setelah memastikan semua isi muntahanku bersih.Tubuhku gemetar dengan kepala yang berkunang-kunang. Mas Aariz memapahku kembali ke ranjang, lalu menyandarkan tubuh ini di kepala ranjang dengan beberapa bantal sebagai penyangga."Sepertinya kamu salah makan deh. Tadi kan kamu menghirup banyak kuah asam yang buat martabak itu. Kayaknya nikmat sekali." Dia mengingatkan."Memang enak, Mas. Rasan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 133

    Bab 133"Saya bahkan bisa saja meminta kepada suami saya untuk menarik dukungannya terhadap suami Ibu," tekanku tanpa mengeraskan suara."Dan saya pastikan karir Aariz tamat sebagai dokter kandungan di rumah sakit umum," balas perempuan paruh baya itu."Oh ya?" Bukannya takut, tapi aku malah kembali tersenyum. "Apa saya tidak salah dengar? Bukankah kalian sengaja memasukkan Mas Aariz sebagai salah satu anggota tim sukses agar suami saya ini tidak melanjutkan niatnya untuk mengundurkan diri dari rumah sakit umum?" Tidak prakteknya suamiku di rumah sakit umum pasti akan berdampak cukup besar, karena kebanyakan pasien memang selalu ingin ditangani oleh dokter senior, walaupun mereka menggunakan pembiayaan dari BPJS sekalipun."Jaga bicara kamu ya!""Saya pikir malah bagus, karena kalau suami saya tidak lagi praktek di rumah sakit umum, maka calon pasien dipastikan akan langsung ke RSIA Hermina. Jadi rumah sakit milik sendiri pasti akan lebih maju....""Tutup mulutmu! Tahu apa kamu tenta

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 132

    Bab 132"Jadi dulunya Mbak Alifa ini kuliahnya apa?""Akuntansi, Dok, karena saya suka hitung-hitungan.""Wah... Emangnya nggak tertarik dengan kedokteran?" Perempuan itu menaikkan alisnya."Kebetulan Alifa ini dulunya suka sama itung-itungan, dan dia kuliah lewat jalur beasiswa." Pria itu menerangkan tanpa melepas genggaman tangannya padaku. Di atas meja hadapan kami sudah ada beberapa macam hidangan yang siap untuk kami santap. Namun tampaknya dokter Hera masih penasaran denganku. Dia tetap mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaannya."Oh, ya? Apakah lewat jalur prestasi atau beasiswa yang buat anak yang nggak mampu?""Jalur prestasi, Hera. Alifa ini pintar dan dia berhasil kuliah di bidang yang ia sukai. Lulus kuliah, Alifa sempat bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan, tapi kemudian resign karena dia menikah.""Loh, katanya kan Mbak Alifa ini ibu susu anaknya dokter. Emangnya kapan dia bekerja sebagai akuntan?""Tepatnya sebelum menikah dengan suami pertamanya. Setelah menik

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status