Beranda / Rumah Tangga / Menyusui Bayi Dokter Tampan / Ternyata Kamu Bisa Memasak, Alifa

Share

Ternyata Kamu Bisa Memasak, Alifa

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 11:04:05

Bab 15

"Hebat sekali," gumamku tanpa sadar.

"Biasa saja. Saya hanya menyayangi para perempuan dan ingin agar mereka bisa melahirkan senyaman mungkin. Saya menginginkan setiap perempuan bisa melewati proses persalinannya senyaman liburan. Kamu sudah ngerasainnya, bukan?" Lagi-lagi pria itu tersenyum.

Mimpi apa aku semalam, sehingga sore ini dokter Aariz terlihat jauh lebih ramah, padahal tidak ada Gibran di dekatku.

"Ya, saya merasakan pelayanan paripurna dari RSIA Hermina. Excellent." Tanpa sungkan aku mengacungkan jempol.

"Terima kasih atas reviewnya. Kami berusaha melayani sebaik mungkin. Jika memang ada harga yang harus dibayar, itu adalah hal yang wajar, karena ada obat yang harus dibeli, karyawan yang harus dibayar upahnya, listrik, air, dan semua keperluan yang tidak bisa diselesaikan tanpa menggunakan uang."

"Tentu saja. Di balik itu, tanpa harus mengurangi tingkat keikhlasan dari tim dan dokter, kan?"

"Pintar kamu, Alifa." Pria itu pun membalas dengan mengacungkan jempol.

Dokt
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Hambar

    Bab 16Aku yang sedang makan langsung tersedak, buru-buru mengambil air minum dan segera menegak cairan putih itu sampai isi gelas tinggal separuh.Eliana mau melahirkan?Entah kenapa ada rasa nyeri yang menyergap di hatiku.Aku teringat mendiang anakku, Zaid, yang tidak diketahui keberadaannya oleh mas Keenan. Dan sekarang dia sudah mendapatkan gantinya. Anaknya akan segera lahir. Anak yang ia nantikan selama ini akan lahir dari rahim Eliana, istri barunya.Aku harus bilang apa sekarang? Aku juga tidak bisa bersikap apapun, bahkan mendoakan semoga semua proses persalinannya lancar pun tidak bisa. Rasanya ada yang mengganjal di hatiku. Aku tidak membenci mas Keenan ataupun Eliana. Hanya saja, aku tidak bisa melupakan perlakuan mereka yang begitu kejam.Dituduh berzina, selingkuh, dikata-katai seorang pelacur, dan akhirnya diceraikan. Aku bukan cuma kehilangan suami dan harta, tapi juga nama baik dan harga diri. Aku terisolir dari lingkungan pergaulanku karena semua orang menganggapk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Jangan Komplain!

    Bab 17 Selesai mengazankan putrinya, Keenan kembali menyerahkan kepada perawat yang langsung membawanya kembali ke ruang bayi baru lahir. Pria itu menghela nafas. Dia mengarahkan pandangannya ke depan. Sosok perempuan tua yang tak lain adalah ibunya itu muncul, tengah berjalan mendekatinya. "Bagaimana keadaan Eliana?" tanyanya dengan nafas terengah-engah. Berjalan dari lokasi parkir ke tempat putranya sekarang berada membuatnya sedikit merasa lelah. "Masih di ruang operasi, Ma," jawab Keenan. "Operasi?!" Perempuan tua itu langsung membulatkan matanya. "Memangnya kenapa sih harus operasi? Ada masalah apa?" "Dia yang minta, Ma. Katanya udah nggak kuat menahan sakit," ujarnya datar. Keenan merasa tidak perlu menutupi keadaan yang sebenarnya. Bukankah Eliana itu menantu kesayangan ibunya? "Mana ada proses melahirkan yang nggak sakit, Keenan?" cetusnya kesal. "Istrimu itu memang manja!" "Itu istri pilihan Mama loh, jadi jangan komplain!" sindir Keenan. "Bedalah kalau yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Tak Semudah Itu, Keenan

    Bab 18Keenan terus melangkah sembari menekan dadanya. Sungguh sesak rasanya membayangkan Alifa berada dari pelukan lelaki yang satu ke pelukan lelaki yang lain."Kurang apa aku selama ini, Sayang? Mengapa kamu lakukan itu? Kenapa kamu tak pernah kembali dan menyadari kesalahanmu, sampai akhirnya aku terpaksa menikahi Eliana dan mendapatkan anak darinya?" Pria itu memejamkan mata sejenak setelah ia mendaratkan tubuhnya di balik kemudi.Keenan menghidupkan mesin mobil, dan mobil itu pun perlahan keluar dari pekarangan rumahnya, lalu meluncur ke jalan raya. Tak ada tujuan Keenan saat ini. Dia hanya ingin menenangkan diri.Keenan mengemudikan kendaraannya begitu lambat, sembari menatap ke depan.Perutnya sudah berdemo minta di isi. Sebenarnya ia ingin makan malam di restoran, tetapi rasanya begitu hambar jika makan sendirian. Belum apa-apa moodnya sudah rusak.Mobil terus meluncur. Dia sudah melewati beberapa restoran. Namun tak ada satupun yang menarik perhatian untuk disinggahinya.Sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bisakah Kita Berteman?

    Bab 19Gibran masih asyik menyusu tatkala suara bel di depan berbunyi. Matanya yang baru saja terpejam membuatku terpaksa melepas puting payudaraku dari mulut mungil itu, lalu mengangkat tubuhnya dengan hati-hati, merebahkannya di kasur, di samping Naira.Sembari memberi kode kedipan mata dengan baby sister itu, aku perlahan melangkah keluar kamar dan menuju pintu depan. Terhitung sudah dua kali bel berbunyi. Aku mengintip melalui kaca kecil yang berada di tengah pintu."Dokter Aariz?" gumamku. Aku segera menekan tombol dan akhirnya pintu pun terbuka.Seketika aku menaikkan alis, menyadari penampilan pria yang bertubuh tinggi besar itu. Hari memang sudah malam dan penampilan pria itu tidak terlihat seperti orang yang baru datang dari rumah sakit."Apakah Gibran sudah tidur?" tanya pria itu."Iya Dok, dia di kamar bersama dengan Naira," jawabku.Pria itu mengangguk. Aku pikir dia akan langsung masuk ke dalam kamar, tapi ternyata dia malah duduk di sofa dan menepuk-nepuk tempat duduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Gajian

    Bab 20Sejenak aku tertegun. Pria itu bergerak begitu lihai, tak terlihat canggung sama sekali.Hebat!Sungguh tak bisa dipercaya jika dokter Aariz bisa melakukan pekerjaan dapur. Ini kejutan. Selama ini aku berpikir jika dokter Aariz hanya piawai memainkan pisau bedah saja.Aku memilih menumis ati ampela lebih dulu, kemudian membuat nasi goreng. Untung saja bumbu-bumbunya sudah aku persiapkan, karena itu adalah bumbu jadi, tapi buatanku sendiri. Bumbu basah yang biasa menjadi andalanku ketika ingin memasak lebih cepat yang stoknya selalu tersedia di kulkas."Harum sekali," komentar dokter Aariz. Terlihat sekali ia sangat puas dengan hasil masakanku."Terima kasih sudah bantu saya memasak. Nggak nyangka ternyata dokter Aariz bisa memasak. Kirain hanya bisa memainkan pisau bedah saja." Aku terkekeh.Pria itu pun seketika tergelak. "Cuma mengiris ati ampela saja, Ifa. Kamu terlalu melebih-lebihkan.""Itu juga sangat membantu, Dok." Aku segera menyiapkan piranti makan dan mengisi piring

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Menolak Menyusui

    Bab 21Aku mulai mengeluarkan perlengkapan bayi milik Zaid dari dalam lemari. Baju, celana, bedongan, gendongan, kasur bayi, bantal, guling, beberapa kaos kaki dan topi. Ada pula perlengkapan mandi dan perawatan bayi. Semuanya lengkap, tidak kurang suatu apapun, meskipun barang-barang itu berasal dari merk yang harganya murah.Keterbatasan ekonomi membuatku berpikir ulang untuk menyiapkan perlengkapan bayi dengan budget wow, meskipun sebagai seorang ibu aku menginginkan yang terbaik. Itu pun aku harus mencicilnya sedikit demi sedikit dari toko ibu Sabrina."Bener juga, sebaiknya disumbangkan saja, daripada mubazir," ucapku dalam hati. Jika ke depannya aku menikah kemudian punya anak lagi, aku bisa membelinya lagi. Namun fokusku sekarang bukan soal itu. Aku harus menjalankan peranku sebagai ibu susu bayi dokter Aariz ini, dan nanti akan bekerja di perusahaannya seperti yang ia janjikan.Tak sepatutnya aku memikirkan soal jodoh. Aku pun masih trauma dengan yang namanya pernikahan. Pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Pergi Ke Panti Asuhan

    Bab 22"Kalaupun aku masih mencintainya, apa dia masih mau untuk dicintai?" Keenan tersenyum pahit seolah memberi gambaran kepada sang ibu jika ia begitu terluka. Menceraikan Alifa, sama artinya dengan melukai dirinya sendiri. Membakar semua barang kepunyaan perempuan itu, sama artinya dengan membakar barang berharganya sendiri.Sampai saat ini, Keenan tidak tahu secara persis, alasan apa yang menyebabkan ibu dan dua kakak perempuannya begitu benci dengan Alifa. Namun yang lebih lucu, mereka memaksa untuk menjodohkannya dengan seorang perempuan yang jauh lebih buruk daripada Alifa, minus kelakuan Alifa yang pernah berselingkuh."Mama nggak akan izinkan kamu untuk rujuk dengan Alifa, walaupun kamu menceraikan Eliana. Lebih baik Mama nggak punya menantu daripada bermenantukan wanita miskin seperti Alifa." Yunita tetap bersikukuh dengan pendiriannya. Perempuan paruh baya itu malah mengepalkan tangan, sembari menunjuk kepada putra bungsunya ini.Apa jangan-jangan karena selama ini dia mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Akan Indah Pada Waktunya

    Bab 23"Assalamualaikum, Bunda." Aku mencium bunda Ramlah, pemilik panti asuhan itu."Waalaikumsalam, Nak Ifa. Silahkan masuk," ujarnya ramah. Sebelum menuju panti asuhan ini kami memang sudah mengkonfirmasi kesediaan bunda Ramlah untuk kunjungan kami malam ini. Sebenarnya tidak enak juga berkunjung ke tempat orang malam-malam. Tapi benar, Atta tidak memiliki waktu lain selain malam hari"Mohon maaf jika kedatangan kami malam-malam begini, karena saya dari pagi sampai malam bekerja. Jadi tidak ada yang mengantar Alifa untuk bertamu ke panti ini," jelas Atta setelah ia meletakkan barang bawaannya di lantai."Tidak apa-apa, Nak Atta. Kami merasa sangat beruntung dikunjungi oleh orang-orang seperti kalian. Sudah hampir sebulan ini panti tidak mendapatkan kunjungan dari...."Aku memindai sekelilingku. Bangunan ini memang sudah tua dan sepertinya memang perlu renovasi. Heran, kenapa ada panti asuhan di tengah kota yang kondisinya memprihatinkan seperti ini?"Ada berapa anak di panti ini,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 97

    Bab 97Seketika Keenan membeku. Dia tak menyangka akan bertemu dengan pria ini di sini. Dia sudah mencoba menghindari dokter Aariz dengan tidak membawa Donita ke RSIA Hermina. Namun dia melupakan jika dokter Aariz juga praktek di rumah sakit lain. Seharusnya ia tahu jika ini adalah rumah sakit milik pemerintah daerah, yang di mana dokter Aariz masih merupakan dokter yang paling banyak dicari calon pasien, terutama calon pasien yang tidak mungkin masuk ke RSIA Hermina, karena rumah sakit itu tidak bekerjasama dengan pihak BPJS."Selamat malam, Pak Keenan, Ibu Donita. Silahkan duduk. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Pria itu menyambut dengan sikapnya yang sangat profesional. Tutur kata dan senyum yang ramah dan hangat, khas seorang dokter."Selamat malam juga, Dok. Saya ingin memeriksakan kehamilan," ujar Donita."Baiklah, Bu. Silahkan berbaring. Kita USG dulu ya," ujarnya sembari bangkit dan berjalan menuju alat USG yang tepat berada di samping tempat tidur pasien.Donita menurut. Dia

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 96

    Bab 96Hari terus berganti.Meski Donita terus menolak tawarannya, tetapi Keenan tetap memperlihatkan perhatian pada wanita itu. Membuatkan susu ibu hamil, mengingatkannya untuk mengonsumsi vitamin, bahkan membelikannya setelan kerja untuk ibu hamil.Perut Donita memang masih rata. Tapi beberapa bulan kemudian, pasti akan terlihat dan Keenan sudah memperhitungkan resiko itu. Dia tidak akan memecat Donita. Namun demi menjaga nama baik perempuan itu, dia merencanakan cuti panjang untuk Donita, sehingga dia bisa menjalani kehamilannya dengan baik dan tanpa beban. Sebab bukan tidak mungkin jika dipaksakan untuk terus bekerja saat perutnya membuncit, akan muncul gosip miring yang dialamatkan kepada Donita dan mengguncang mental perempuan itu. Sebenarnya bukan cuti, karena Donita akan tetap bekerja. Donita akan bekerja dari apartemen mereka. Keenan pun akan membatasi wanita itu untuk keluar dari apartemen jika perut Donita mulai membesar.Dengan bekerja dari apartemen, setidaknya Donita ti

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 95

    Bab 95Perempuan itu hanya tersenyum tipis. Pantas saja dulu Keenan lebih memilih Alifa ketimbang Aina. Ternyata attitude Aina jelek, padahal sebagai istri pemimpin perusahaan, seharusnya memiliki attitude yang baik. Di samping cantik, dia juga harus cerdas, memiliki public speaking yang bagus, dan bisa menempatkan diri sebagai istri dari pimpinan sebuah perusahaan."Perkenalkan, namaku Donita. Aku sekretarisnya Keenan dan sekaligus sebagai kekasihnya sekarang." Donita menyodorkan tangan yang ditepis oleh Aina. Namun, alih-alih tersinggung, Donita justru tersenyum semakin lebar.Rasanya menyenangkan juga melihat gadis itu yang terlihat kepanasan."Aku tak butuh perkenalan dari kamu. Namun posisi kamu sebagai sekretaris itu rawan. Jangan mengaku kekasih deh. Kamu pikir aku akan percaya, hmmm...? Bukankah seorang sekretaris lebih sering menjadi wanita pemuas bosnya. Aku bukan wanita kampung yang tak tahu apa-apa soal itu.""Terserah apa katamu, Aina. Tapi yang jelas, begitulah keadaanny

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 94

    Bab 94Suara bel di depan membuat aktivitas Donita yang tengah memotong-motong setengah ekor ayam berhenti. Dia mencuci tangannya di wastafel, kemudian segera membalikkan tubuhnya."Biar aku saja," cegah Keenan. Pria yang sebelumnya tengah asyik menghadapi laptopnya itu segera beranjak dari kursi dan bergegas menuju pintu depan.Donita menggeleng, tapi ia kembali fokus dengan kegiatannya. Meskipun indera penciumannya sangat sensitif terhadap bumbu dan masakan, tetapi Donita memaksakan diri untuk tetap memasak. Dia tidak mungkin bermanja pada Keenan yang jelas-jelas bukan ayah dari anak yang tengah dikandungnya. Bahkan dia menolak untuk dinikahi oleh pria itu, karena tidak mau membuatnya repot.Entah kenapa hari ini dia sangat ingin makan ayam masak kecap, tapi ayamnya harus dipotong kecil-kecil. Donita menggunakan setengah ekor ayam yang ditumis dengan bumbu-bumbu yang sudah ia buat sebelumnya. Supaya lebih praktis, wanita menggunakan cooper untuk menghaluskan bumbu. Di samping itu, b

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 93

    Bab 93"Kamu kenapa, Don?" Pria itu segera bergegas menyusul ke kamar mandi. Wajah Donita nampak pucat, karena dia sudah memuntahkan seluruh isi perutnya."Aku baik-baik saja, Mas, hanya sedikit mual dan pusing." Wanita itu meringis, lalu membasuh wajahnya dan sisa muntahannya yang memenuhi wastafel."Kita ke dokter saja ya. Belakangan ini aku lihat kamu lesu dan nggak ada semangat. Apakah kamu kecapean?""Kemungkinan iya, Mas. Tapi nggak usah ke dokter juga kali. Dibawa istirahat saja pasti akan enakan kok," tolaknya."Nggak ada bantahan, Donita. Kamu harus ke dokter sekarang. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu. Kalau ke dokter kan nanti ketahuan penyakitnya. Kamu itu sakit maag atau apa? Bukan cuma kali ini kan kamu muntah? Bahkan sudah beberapa hari ini begitu-begitu saja." Pria itu memapah Donita, lalu membawanya duduk di tepi tempat tidur. Dia sendiri yang mengambilkan dress untuk pakaian ganti sekretarisnya ini, lalu membantunya mengenakan pakaian. Lantaran seringnya melih

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 92

    Bab 92"Kamu mau bulan madu ke mana?" Pria itu bertanya setelah meletakkan bekas makanku di atas lemari nakas.Spontan aku menggeleng. "Tidak ada urusan bulan madu di benakku. Aku nggak kepikiran apa-apa, Mas. Nggak bulan madu juga nggak apa-apa, lagian pekerjaan Mas kan banyak. Anak-anak juga susah kalau ditinggalkan, walaupun ada baby sisternya. Aku kan sudah bilang, kalau aku nggak janji akan melayanimu seperti layaknya seorang istri yang masih gadis. Aku janda, dan anaknya banyak.""Cuma dua, Sayang. Nggak banyak itu.""Tiga, Mas. Zaid, Gibran, dan Anindita," ralatku. "Bagaimana bisa suamiku melupakan fakta jika aku memiliki anak bernama Zaid? Walaupun dia sudah tiada, tetapi dia tetap anakku!""Maaf, Sayang." Mas Aariz mengusap-usap bahuku dengan lembut."Iya, kita memang punya tiga anak. Tapi kalau kita nanti pergi berbulan madu, pasti akan bersama dengan anak-anak, Naira dan Maya. Kalau nggak gitu, nanti anak-anak repot mencarimu." Pria itu mengelap bibirku dengan tisu. Bibirk

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 91

    Bab 91"Kan bisa dikeringkan dengan hairdryer," ucap Atta sekenanya. Dia tak lagi melihat ponsel, malah antusias melihat kakaknya yang menata roti di atas piring, lalu membuatkan segelas susu."Cei cei... yang habis malam pertama, sarapannya di bawain ke kamar." Lagi-lagi pria itu menggodanya."Makanya nikah, Atta. Nanti kamu pasti akan merasakan kayak yang Mas lakukan, bahkan mungkin lebih daripada ini," ujar Aariz datar. Dia bergegas membawa nampan itu pergi menuju kamarnya.Atta hanya menggeleng, lalu kembali memusatkan perhatian pada ponsel. Ada beberapa email yang harus ia buka. Namun baru juga lima menit, ibunya datang ke ruangan ini."Sarapan yang benar, jangan kerja melulu."Pria itu berdehem. "Iya, Ma."Wardah duduk sembari menatap putra bungsunya dalam-dalam. "Apakah kamu tidak berpikir untuk menikah juga?""Memangnya mau menikah sama siapa, Ma?" Pria itu merotasi bola matanya malas."Siapapun perempuan yang kamu inginkan, Mama pasti merestui kok, asal jangan ada hubungannya

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 90 (Malam pertama)

    Bab 90"Kamu suka kamar ini?" cicit pria itu. Saking asyiknya mengagumi kamar ini, aku tidak menyadari jika tubuhku terangkat. Mas Aariz menggendongku ala bridal, lalu merebahkanku di pembaringan."Apakah aku punya alasan untuk tidak menyukai kamar ini?" Aku berusaha menahan nafas. Rasanya badanku panas dingin. Baru kali ini aku terlibat hal yang begitu intim dengan mas Aariz. Pria itu selalu bersikap sopan kepadaku selama ini, kecuali tadi malam. Dia sempat memelukku meski hanya sekilas, karena aku langsung berontak. Tapi aku mengerti alasannya memelukku, karena dia ingin menghiburku."Sebenarnya ini dadakan, jadi aku nggak sempat meminta pendapatmu. Tapi kalau kamu memang nggak suka dan ada yang ingin diubah, kamu bisa bilang kepadaku. Nanti akan diteruskan kepada orang-orang kita untuk melakukan perubahan pada tatanan kamar ini," ujar pria itu."Aku seperti seorang ratu saja." Senyumku langsung terbit. "Mas jangan terlalu berlebihan kepadaku. Aku hanya cukup menikah dengan Mas,

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 89

    Bab 89Pintu pun terbuka dan Alifa muncul dengan membawa setelan baju."Ini baju yang akan dipakai untuk acara malam ini. Barusan tadi Mbak Inara datang dan mengantar baju-baju yang akan kita kenakan sampai besok," ujar Alifa. Dia melangkah menghampiri ranjang dan meletakkan setelan baju itu di atas ranjang."Iya, barusan Mbak Inara chat. Cuman tadi aku males keluar," ujar Aariz. Senyumnya nampak kecut."Lah, kenapa gitu?"Pria itu menarik Alifa dan membawanya duduk di sisi ranjang. "Aku hanya malas bertemu dengan adik sepupumu itu....""Takut jatuh cinta?" goda Alifa."Bagiku dia cuma bocah. Apa yang mau diharapkan?"Seketika perempuan itu terkikik. "Biarpun masih bocah, tapi sudah bisa diajak untuk membuat bocah lho, Mas.""Nggak, nggak! Aku tidak suka dengan modelan sepupu kamu itu. Dan tolong setelah acara selesai, usahakan mereka bisa segera pulang.""Mas ingin mengusir mereka?" Seketika alis perempuan itu terangkat."Bukan. Aku hanya tidak ingin ada masalah, karena Atta malam i

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status