Beranda / Romansa / Menjelang Pernikahan / Bab 27 Tidak Batal Menikah

Share

Bab 27 Tidak Batal Menikah

Penulis: Yuliana Lathif
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-10 20:50:09

“Kalau kamu tanya pendapat Mama, Mama akan jawab gak setuju. Mama gak suka keluarga kita jadi bahan gunjingan orang. Masalah kamu yang gagal nikah sama Bahtiar aja, udah bikin heboh orang-orang. Kalau sekarang tiba-tiba kamu mau menikah dengan Yanu, bisa makin gempar warga sini. Mereka pasti mengira kamu yang bermasalah.”

Arisa hanya terdiam mendengar perkataan ibunya. Setelah Yanu pulang, Arisa menceritakan semuanya pada Linda. Belajar dari yang sudah-sudah, ia tak ingin lagi memendam masalah sendirian. Meski belum tentu mendapat solusi, tetapi dengan ia berani buka suara setidaknya batin terasa lebih lega.

“Tapi, dalam hal ini, kamu sepenuhnya punya kuasa. Kamu gak perlu mengikuti pendapat Mama. Kamu hanya perlu tanya hati kamu. Apa kamu yakin bisa bahagia dengan Yanu?”

Andai Arisa punya jawaban sendiri, tentu ia tak perlu bertanya lagi. Sungguh saat ini ia berada dalam posisi yang serba membingungkan. Arisa nyaman berada di dekat Yanu, akan tetapi itu sebelum ia mengetahui kalau p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cici Ekowati
ceritanya bagus, bahasanya sopan lanjut thor....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjelang Pernikahan   Bab 28 Diingatkan Kembali

    “Kamu nekad banget sih, Kak?” Arisa geleng kepala dengan tingkah kakak sepupunya yang sesuka hati, tanpa pernah meminta pendapat orang lain.“Orang kayak kamu itu mesti dipaksa. Kalau gak, ya susah dibujuknya,” sahut Yanu, terus menggenggam tangan Arisa.Mereka berjalan bergandengan tangan di dalam sebuah Mall besar. Selepas makan siang tadi, Yanu segera menyeret Arisa pergi meninggalkan sang ibu untuk kembali ke kantor sendiri. Ia hendak membelikan sesuatu sebagai simbol bukti keseriusan setiap kata yang diucapkan.Langkah keduanya terhenti di depan kotak kaca besar berisikan beragam jenis perhiasan yang berjejer apik memanjakan mata siapapun yang memandang.“Saya mau lihat contoh cincin kawin yang bagus,” kata Yanu, pada salah seorang pramuniaga yang datang menghampiri mereka.“Sebentar, Pak. Saya ambilkan ke dalam dulu. Ini juga ada katalog, barangkali mau lihat-lihat.” Perempuan muda berseragam toko itu kemudian berlalu usai menyerahkan dua buah katalog perhiasan.Yanu membuka lem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Menjelang Pernikahan   Bab 29 Chatingan Tengah Malam

    Tangan Arisa bergetar kala rekaman itu menjelaskan bagaimana beringasnya Bahtiar saat menguasai dirinya waktu itu. Sosok penyayang dan perhatian, serta selalu membuat Arisa tersenyum bahkan tertawa dengan segala canda, seakan tak ada dalam diri pria itu.Andaikan Arisa mengungkap sifat asli Bahtiar di hadapan semua orang yang menonton video itu, bisa dipastikan tak akan ada yang mau percaya.“Itu alasanku gak langsung nolongin kamu waktu itu. Aku yakin suatu saat bukti kebejatan Bahtiar akan dibutuhkan.” Masih dalam keadaan gemetar, Arisa mengembalikan ponsel Yanu. Dengan gerakan kasar ia menyeka cairan yang meleleh di wajah.“Rekaman ini bisa dijadikan bukti kalau-kalau Bahtiar gak mau ngaku di hadapan semua orang. Dia beruntung karena ibumu gak sampe lapor polisi.”Arisa tak membalas apapun yang dikatakan Yanu. Otaknya mulai berpikir tentang alasan Bahtiar rela menikahi Melia, meski bayi dalam kandungan perempuan itu bukan anaknya.“Aku gak tahu dari mana kamu punya pemikiran kalau

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Menjelang Pernikahan   Bab 30 Bertengkar Lalu Pergi

    “Kak Yanu apa-apaan sih?!” sentak Arisa, seraya mengambil paksa ponsel miliknya dari genggaman Yanu.“Jadi kalian chattingan tengah malam?” desak Yanu, dengan tatapan tajam.“Kak Yanu gak berhak ikut campur urusanku!” Arisa berteriak membentak lelaki yang telah lancang mengganggu ranah pribadinya.“Kau calon istriku!” balas Yanu, tak kalah kencang.Dada Arisa naik turun bersamaan dengan napas yang menderu. Tatapannya nyalang, layak seseorang yang tengah berang.“Kau posesif. Aku gak suka.” Arisa menaruh telunjuk di dada Yanu dengan gerakan menekan sehingga tubuh pria itu sedikit terdorong ke belakang.“Iya. Aku memang posesif. Dan aku tak suka kau berhubungan dengan laki-laki manapun. Terutama mantanmu yang bajingan itu.” Sikap Arisa justru menambah geram Yanu. Ia maju selangkah dengan wajah memerah dipenuhi amarah.“Aku benci sama kamu!” Sekali lagi Arisa meneriaki lelaki di depannya.Tas yang baru saja ia taruh, kembali diraih. Dengan darah yang mendidih, Arisa keluar dari ruang ker

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Menjelang Pernikahan   Bab 31 Bertemu Arisa Lagi

    Arisa sudah tak lagi menggigil. Perawat sudah menyuntikan obat pada selang infus. Meski suhu tubuh masih cukup tinggi, tetapi perempuan itu terlihat lebih nyaman beristirahat. Tidak lagi gelisah seperti semalam.Setelah memastikan putrinya beristirahat dengan baik, Linda segera menarik Yanu keluar. Dia masih penasaran mengapa Arisa pulang dalam keadaan bercucuran air hujan.“Katakan sejujurnya, kemarin kalian dari mana? Bukankah Tante sudah bilang, tunggu hujan reda dulu baru pulang.”“Maaf, Tante. Sebenarnya kemarin kami bertengkar. Arisa marah lalu pergi sejak siang ….” Mulut Yanu bertutur panjang lebar. Ia ceritakan dari awal sampai kemudian menemukan Arisa yang sedang memeluk nisan sang ayah.Linda menghela napas panjang. Seraya memegangi lutut, ia duduk di salah satu bangku.“Yanu,” lirih Linda, memanggil keponakan suaminya.Pria itu menoleh tanpa bicara.“Sebaiknya kamu jauhi Arisa.”Mendung yang belum usai, kian mencekam saat guntur peringatan terlontar. Bola mata Yanu membesar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Menjelang Pernikahan   Bab 32 Jam Tangan

    Lima menit yang dijanjikan telah dilanggar. Nyatanya Bahtiar terlarut dalam tangis tanpa mengingat batasan yang ia buat sendiri. Linda pun mulai was-was. Ia cemas Arisa mengetahui keberadaan Bahtiar di sisinya.“Tiar.” Linda menyentuh pundak Bahtiar, agar pria itu lekas menegakkan badan. “Sebaiknya kamu pulang. Saya takut Arisa bangun.”Kenyataannya waktu sebentar tak cukup memuaskan dahaga Bahtiar untuk bisa melihat Arisa. Rasa haus akan kebersamaan dengan gadis yang begitu ia cinta teramat menyiksa. Bahtiar masih berharap diberi kesempatan lebih lama.Namun demikian, ia tetap bangkit. Meraup kasar permukan wajah. Menghapus jejak basah, ungkapan perasaan sesak yang menghimpit dada.Tak pelak rasa iba menyeruak dalam hati Linda. Meski pria itu pernah membuat banyak luka dalam hati Arisa, tapi tak bisa dipungkiri kalau dia juga sempat memberi putrinya bahagia.“Tante, bolehkah nanti Tante kabari saya soal Arisa. Beritahu saya kalau dia sudah membaik. Beritahu juga kalau nanti sudah bol

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Menjelang Pernikahan   Bab 33 Harus Dipaksa Dulu

    Dalam kegugupan atas pertanyaan putrinya, ternyata Tuhan begitu baik pada Linda. Dia mengirim orang-orang yang menginterupsi percakapan mereka.Pintu terbuka dan tiga orang berbeda usia masuk ke dalam kamar rawat Arisa.“Sayang, apa sudah membaik?” Sofi lebih dulu maju dan menyapa Arisa.Tangannya bergerak mengusap kepala putri tunggal mendiang adiknya.“Sudah, Tante,” jawab Arisa, hampir tak terdengar.“Kenapa tidak tidur saja?” Wanita berambut blonde itu terheran melihat Arisa yang berdiri di samping tempat tidur.“Tadi dia mau ke kamar mandi.” Linda berinisiatif menjawab.“Yanu, tolong bantu Arisa. Kasihan Mamanya.” Sofi segera menyuruh sang putra untuk menggantikan peran Linda.Tentu saja pria berusia dua puluh sembilan tahun itu dengan senang hati melakukan apa yang diminta. Yanu cepat-cepat memapah Arisa sampai masuk ke kamar mandi. Setelah itu ia keluar lagi dan menunggu di depan pintu.Sementara itu, Linda menyapa ayahnya Yanu yang katanya baru kembali ke dalam negeri. Meski h

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Menjelang Pernikahan   Bab 34 Perkara Jam Tangan Yang Hilang

    “Mbak, kamu lihat jam tangan aku gak?”“Enggak, Mas.”“Mbak kemarin beres-beres kamar aku kan?”“Iya, Mas.”“Itu jam tangan aku yang coklat kok aku cari gak ada.”“Saya gak Tahu, Mas. Kan semua jam tangan saya taruh di kotak biasa. Mas cari di situ aja.”“Udah, Mbak. Tapi, gak ada. Aku cari di laci, dimana-mana juga gak ada.”“Wah, ya gak tahu ya, Mas.”Pagi-pagi rumah terdengar heboh. Bahtiar kehilangan jam tangan sudah seperti kebakaran jenggot. Semua penghuni rumah sampai asisten rumah tangga diinterogasi. Ditanyai dengan detail layaknya seorang polisi.“Kamu lupa kali,” kata Naima, yang entah sudah berapa kali.“Jam tangan kamu kan banyak. Tinggal pakai yang lain aja. Repot banget deh.” Adam pun turut menimpali.“Iya, kamu itu bikin seisi rumah heboh aja. Lagian gak mungkin Mbak Isti ngambil jam tangan kamu. Dia kerja udah lama di sini.” Sang ibu tak kalah geram melihat tingkah putranya pagi itu.“Bukan nuduh nyuri, Ma. Siapa tahu Mbak Isti lupa naruhnya,” kilah Bahtiar.“Yang ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Menjelang Pernikahan   Bab 35 Mengantar ART

    Melihat gelagat Yanu yang seperti itu, Arisa pun bersiap untuk berteriak. Ia akan memanggil sang ibu agar segera mengusir Yanu. Karena hanya wanita itu yang mampu membuat Yanu patuh.Namun, ketika mulut Arisa hampir terbuka, pria itu justru bangkit dari sofa seraya menghempaskan kaki adik sepupunya yang numpang seenaknya.“Ya ampun, Kak Yanu jahat banget. Aku kan lagi sakit. Masa dikasarin gini sih?” pekik Arisa, mengeluhkan sikap Yanu yang tega melempar kakinya tanpa ada kelembutan sedikit pun.“Lagian siapa suruh numpang-numpang. Pakai mancing-mancing pula. Aku khilaf beneran baru tahu rasa kamu,” sungut Yanu, lalu melenggang pergi ke arah dapur.Arisa memerhatikan sosok itu sampai menghilang di balik dinding. Ia lantas menggeleng, menepis pikiran negatif yang sempat singgah. Ia kira Yanu akan berbuat sesuatu seperti yang ada dalam bayangannya.“Duh, Risa, kamu ini mikir apa sih?” gumamnya, kemudian menutup wajah dengan bantal sofa.Tak lama dari itu, Yanu kembali membawa segelas ai

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26

Bab terbaru

  • Menjelang Pernikahan   Bab 54 Tamat

    Beberapa detik Bahtiar termangu mendengar pertanyaan Isti. Bukan sedang mencari jawaban yang tepat, melainkan memahami makna yang tersirat. Bahtiar menyadari kekhawatiran yang melanda di benak calon istrinya.“Tentu saja aku gak tega. Aku bahkan gak sampai hati memikirkan kalau Yanu sampai meninggal.”Isti merasa tertohok dengan jawaban yang Bahtiar berikan. Sungguh ia seperti telah menjadi manusia yang sangat jahat. Bagaimana bisa ia memikirkan sesuatu yang semengerikan itu.“Ma—maaf, Mas. Aku bukan bermaksud begitu.” Wanita itu langsung tergagap.Namun, Bahtiar yang memahami perasaan Isti tak lantas marah ataupun memaki. Ia justru segera merentangkan lengan dan meraih pundak Isti. Ditariknya tubuh itu agar merapat dan kepalanya mendarat.“Aku tahu. Aku percaya calon istriku tak mungkin sejahat itu. Aku juga tahu kau hanya sedang takut. Kau takut kehilanganku.”Perkataan Bahtiar memang terkesan sangat percaya diri. Tetapi, Isti

  • Menjelang Pernikahan   Bab 53 Apa Mas Tega?

    Semua masih baik-baik saja. Hingga urusan belanja selesai pun Bahtiar masih tertawa-tawa bercanda dengan Aziz. Bahkan saat keluar dari gedung pusat perbelanjaan, Bahtiar dan Isti menggandeng masing-masing tangan anak lelaki tersebut, kiri dan kanan. Mereka berjalan beriringan layaknya keluarga kecil yang bahagia. Sungguh Bahtiar pun telah lama mengharapkan momen semacam itu. Kehadiran Isti dan putranya seolah menjadi jawaban Tuhan atas segala doa-doa dan ketabahannya selama ini.“Nanti di mobil jangan loncat-loncat, ya?” Isti harus selalu mengingatkan putranya tentang aturan tersebut. Sebab Aziz memang seaktif itu bila sedang merasa senang.“Iya, Bu,” jawab Aziz, patuh.“Sayang, jangan terlalu keras. Pelan-pelan saja kalau ngasih nasehat,” tegur Bahtiar, kurang setuju bila nada bicara Isti membuat Aziz takut.Seorang anak memang harus selalu diajarkan mana yang benar dan mana salah. Mana yang baik dan mana yang buruk. Akan tetapi, cara p

  • Menjelang Pernikahan   Bab 52 Kecelakaan

    Sudah beberapa hari Arisa uring-uringan tidak jelas. Entah ada apa dengan wanita itu, yang pasti sejak pulang usai meninjau rumah baru, sikapnya sangat aneh. Meski begitu, Yanu tetap berusaha bersabar. Ia anggap sikap istrinya terpengaruh oleh hormon kehamilan. Yanu pernah mendengar bahwa trimester pertama itu adalah masa-masa paling rentan. Mau benar atau salah, akan lebih baik kalau suami mengalah.“Motor terus yang dielus-elus.” Kalimat bernada sindiran tersebut membuat Yanu mengalihkan perhatian.Sejak pagi Arisa terus menolak keberadaan Yanu di dekatnya. Untuk mengisi waktu luang di akhir pekan, Yanu pun memilih mencuci motor kesayangan. Semua itu ia lakukan untuk mengalihkan pikiran atas sikap Arisa yang belakangan sulit ia pahami.“Mau ngelus istri ditolak terus,” balas Yanu, kembali mengelap motor yang dulu kerap membonceng Arisa saat jalan-jalan.Merasa diabaikan, Arisa pun menghampiri sang suami. Ia lantas menarik lengan Yanu l

  • Menjelang Pernikahan   Bab 51 Bertemu Lagi

    Kehadiran Aziz di kediaman Bahtiar nyatanya telah memberi warna tersendiri pada kehidupan pria tersebut. Hari-hari yang sebelumnya hampa tak berarti, kini mulai terisi. Masa cuti yang ia kira akan membosankan rupanya berubah jadi menyenangkan.Perbedaan itu tak hanya dirasakan Bahtiar, tetapi bagi ibunya juga. Wanita tua itu seperti menemukan kembali nyawa sang putra. Setiap hari wajah Bahtiar ceria, apalagi ketika ia bermain bola bersama anak asisten rumah tangganya.Sampai tiba waktunya ia harus kembali bekerja. Bahtiar tampak sangat keberatan meninggalkan bocah lelaki tersebut untuk waktu yang lama. Bahkan setiap pulang, orang yang pertama ia tanyakan adalah Aziz. Bahtiar seperti telah jatuh hati sangat dalam pada anak itu.Hari berganti pekan, pekan berubah bulan, Bahtiar dan putra semata wayang Isti semakin tak terpisahkan. Kebersamaan mereka yang begitu lekat bahkan melebihi seorang ayah dan putra kandung. Apalagi ketika Isti turut membaur dan bergur

  • Menjelang Pernikahan   Bab 50 Mulai Suka

    Bahtiar menepikan mobil di dekat pintu masuk gang menuju rumah Isti. Sesuai dengan yang ia katakan sebelumnya, Bahtiar sungguh mengantar Isti pulang. Walau sempat menolak, Bahtiar tetap memaksa.“Makasih, Mas,” gumam Isti, sebelum menarik kenop pintu.“Sebentar.” Bahtiar segera mencegah pergerakan wanita itu. Ia mencondongkan badan ke belakang. Meraih sebuah kantong plastik berlogo sebuah minimarket yang memiliki seribu cabang di seluruh Nusantara. “Ini buat Aziz.”Ragu-ragu Isti menerima. Dalam perjalanan Bahtiar memang sempat berhenti dan mampir ke minimarket. Isti pikir pria itu hendak belanja kebutuhan pribadinya. Terlebih ia juga tak meminta Isti untuk ikut turun dan malah menyuruh menunggu di dalam mobil. Tak disangka ternyata belanjaan itu ia berikan untuk anak lelakinya.“Cuma snack. Aziz pasti suka.” Menangkap keraguan di mata Isti, Bahtiar pun segera memberitahukan apa isi kantong tersebut.“Makasih, Mas. Lain kali gak usah repo

  • Menjelang Pernikahan   Bab 49 Melihat Sisi Yang Lain

    “Aduh, Mas Tiar ngapain sih di sini?” Isti buru-buru bangun dan mengusap lengan yang terasa sakit.Mulutnya menggerutu menyalahkan Bahtiar yang tidur di karpet. Seolah bukan dirinya yang salah.“Kok jadi saya, sih? Mbak Isti tuh yang ngapain? Kalau saya jelas-jelas lagi tidur.” Tak jauh beda dengan Isti, Bahtiar juga harus meredam rasa sakit yang menghantam tulang iga. Untung saja tubuh Isti tergolong mungil. Kalau tidak, mungkin tulang-tulang itu bisa remuk seketika.“Ya, kalau tidur tuh di kamar, Mas. Ini bukan tempat tidur. Kalau udah kayak gini, kan saya yang sakit.”“Eh, Mbak Isti kira saya gak sakit? Badan Mbak Isti tuh nimpa badan saya. Kalau tulang iga saya patah bagaimana? Mbak Isti mau tanggung jawab?”“Lho, kok? Kenapa saya harus tanggung jawab? Salah Mas Tiar yang tidur di sini. Saya setiap pagi juga masuk ke sini buat bersih-bersih.”“Ya, kalau mau bersih-bersih, ya bersih-bersih aja. Gak usah pakai jatuh n

  • Menjelang Pernikahan   Bab 48 Yang Baik Bukan Berarti Yang Terbaik

    Waktu bergulir sangat cepat. Nyatanya mengurus kebebasan Bahtiar tak cukup sebentar. Mulai dari berembuk dengan tim kuasa hukum, hingga proses pencabutan laporan di kantor pihak berwajib, semua berlangsung cukup pelik.Namun, setelah semua selesai Arisa merasa sangat lega. Ia berharap setelah ini dirinya bisa menjalani kehidupan dengan tenang dan damai. Dengan jaminan Bahtiar tak akan lagi mengusik, setidaknya itu cukup untuk membuat suaminya tenang. Tak lagi dihantui rasa khawatir dan takut kalau suatu saat lelaki itu berusaha membawanya kabur.Sebelum pulang, ibunya Bahtiar datang menghampiri. Wanita tua itu berulang kali menggaungkan kata terima kasih. Selain rasa sayangnya terhadap Arisa yang teramat sangat besar, ia juga mengapresiasi segala kebaikan wanita muda tersebut. Terlepas dari surat perjanjian yang harus disepakati putranya, ibu Bahtiar sungguh merasa berhutang banyak pada Arisa. Dengan segala kesalahan yang dibuat sang anak, Arisa mau membe

  • Menjelang Pernikahan   Bab 47 Bebas Bersyarat

    “Saya mohon, Bu Linda. Beritahu saya, dimana Arisa dan suaminya sekarang?” Serba salah sekali Linda saat itu.Di satu sisi ia tak ingin mengganggu bulan madu anak dan menantunya. Baru saja menikah mereka sudah dihantam permasalahan yang cukup serius. Bahkan mungkin hingga saat ini Arisa belum mengetahui apa yang sudah dilakukan Yanu terhadap Bahtiar usai kejadian malam itu.Di sisi yang lain, ada seorang ibu yang mengiba mengharap pengampunan bagi sang putra. Persoalannya tak sesederhana itu, sehingga membuat Linda semakin tak tega,Belum lama ia ditinggal pergi suaminya. anak sulungnya pun harus mengalami depresi pasca dijatuhi talak. Kini ia terpaksa harus dirawat di rumah sakit jiwa, karena keluarga sangat kewalahan menghadapinya. Sementara anak yang satu lagi, berada di luar kota mengikuti suaminya.Kini, satu-satunya anak yang paling dekat, yang paling diharapkan bisa menemani di sisa usia, harus ditahan pihak berwajib atas laporan yang Yanu

  • Menjelang Pernikahan   Bab 46 Dalam Kamar Hotel

    Bias cahaya matahari merangsek masuk melalui celah jendela. Udara hangat pun perlahan masuk melewati tirai transparan yang melambai tertiup angin. Sebuah pertanda bahwa pintu di depan sana telah terbuka.Dalam keremangan pandangan yang belum terbuka sempurna, sayup-sayup Arisa mendengar suara tak asing sedang berbicara panjang lebar di luar sana.Entah berapa lama Arisa tak sadarkan pasca perbuatan Bahtiar yang menyesakkan pernapasannya. Yang pasti sebelum ini ia sempat terbangun dan mengetahui dirinya dikerumuni banyak orang. Tak ketinggalan pula sebuah alat bantu pernapasan melekat menutupi hidung serta mulutnya.Namun, kala itu semua orang segera melarangnya untuk bangkit. Bahkan sekadar bicara pun tak boleh. Mau tak mau Arisa tetap berbaring dan memejamkan mata. Hingga saat ini dirinya kembali terbangun, Arisa tak mengetahui sudah berapa lama ia tertidur.“Hai, sudah bangun?” Tirai tersingkap dan memunculkan sosok pria yang kini ia sebut suami

DMCA.com Protection Status