Share

5. Tawaran

Author: Sofi Sugito
last update Last Updated: 2021-06-09 06:18:41

Denis menepis tangan Nadia. Pemuda itu terlihat akan beranjak pergi meninggalkan wanita cantik tersebut, tetapi Nadia segera meraih lengan Denis.

"Den!" Nadia terlihat kesal, karena seolah Denis menganggapnya main-main.

Denis mengerutkan kening saat menatap tangan Nadia di lengannya. Namun, sebelum pemuda itu menepis lagi tangannya, Nadia lebih dulu melepaskan lengan Denis.

"Aku yakin tawaran ini akan menguntungkan dirimu—"

"Menguntungkan dari segi apa? Yang ada aku akan berada dalam bawah cengkeramanmu dan kamu akan bebas bermain-main dengan keluarga Wibisono!"

Melihat Denis mulai tak bisa mengendalikan emosinya, Nadia kemudian segera menghela napas. Dia berpikir, memang harusnya dia yang bersikap lebih tenang di sini, mengingat Denis jauh lebih muda darinya.

"Kumohon, duduklah dulu!"

Denis masih diam membisu. Nadia menghela napas lagi. Dengan agak kasar, dia hempaskan tubuh indahnya ke sofa, dan menarik pelan tangan Denis yang masih berdiri.

"Denis," panggilnya lembut.

"Oke! Hanya sepuluh menit. Apabila dalam jangka waktu itu yang kudengar adalah omong kosong, maka jangan pernah kamu temui dan ajak aku bicara tentang hal itu lagi, Nadia." Denis akhirnya duduk di samping Nadia.

Nadia tersenyum tipis dan mengangguk. "Terima kasih untuk sudah memberiku waktu, aku gak akan bertele-tele kok."

Nadia lalu menatap lekat Denis yang sudah melihat ke arahnya. "Kalau kita menikah, sebagian sahamku akan kuatasnamakan dirimu, dan kamu gak perlu jadi apa pun di WW Tech. Kamu jalani saja kehidupan yang kamu inginkan. Mau melukis, membangun mini art studio dengan dua sahabatmu itu ... apa pun."

Denis diam selama beberapa saat, sebelum akhirnya mendengkus dan hendak berdiri. Buru-buru Nadia mencekal lengan Denis dan berkata lagi, "Aku serius, Denis! Ini bukan omong kosong—"

"Apanya yang bukan omong kosong? Sahammu itu paling besar di WW Tech, lebih besar dari milik ayahku. Lalu, dengan baik hati akan kamu bagi dua kepadaku, yang adalah anak dari sainganmu di WW Tech?"

Nadia hendak menimpali, tetapi Denis kembali bersuara, "Yang lebih lucu lagi, aku tahu kamu dan Ayah bersaing memperebutkan saham terbesar dan posisi Presdir WW Tech. Dengan kamu menikahi Mas Dave, posisimu semakin kuat, ayah juga. Tepatnya, ada simbiosis mutualisme di dalamnya. Namun, bagaimana dengan jika kamu menikahiku? Yang diuntungkan hanya kamu, karena ayahku—"

Nadia terkekeh-kekeh geli, membuat kata-kata Denis terputus. Setelah puas tertawa, Nadia lalu berkata, "Itulah tujuan utamaku. Meninggalnya David sebenarnya bisa menjadi jalan besar bagi Om Adi untuk mendapatkan saham lebih besar di WW Tech, yaitu dari milik David. Di lain sisi, dia memang harus mengorbankan posisi yang sudah mapan ditempati David sebelumnya, atau menempatkan orang kepercayaan barunya, agar tetap bisa mendukungnya naik ke Presdir suatu hari nanti."

Nadia menghela napas pelan sebelum kembali melanjutkan, "Aku sejujurnya melakukan ini bukan karena aku sangat menginginkan itu, Denis. Kamu tahu? Aku tak percaya lagi dengan hal berbau cinta setelah lelaki itu mengkhianati dan meninggalkan diriku."

Denis tahu, yang dimaksud dengan 'lelaki itu' pasti adalah mantan suami Nadia. Pancaran mata Nadia terlihat agak meredup, seolah wanita itu kembali merasakan sakit, atas bekas luka yang digoreskan oleh mantan suaminya.

"Pun saat terpaksa menerima perjodohan dengan David. Posisiku menjadi sulit. Namun, melihat David begitu baik dan tulus menyukaiku, membuat aku iba."

Nadia menatap lekat-lekat kedua mata Denis. "Bohong jika kamu tak curiga pada Om Adi, meski dia ayahmu sendiri, 'kan?"

Denis terkejut, tetapi dalam hati dia membenarkan apa perkataan wanita itu. Adi Wibisono adalah orang terlicik yang pernah dia temui dalam hidup. Seorang suami yang tega menelantarkan istri, dan seorang ayah yang tega membuang anaknya sendiri. Seorang ayah yang membesarkan anak lelaki pertamanya tanpa kasih sayang, memupuknya dengan banyak trik-trik agar bisa menjadi makhluk yang sama licik dengannya. Semua demi harta, demi jabatan, demi kembalinya saham WW Tech utuh pada keluarga Wibisono.

Persaingan jelas-jelas tampak, antara keluarga Wibisono dan Wardoyo di dalam WW Tech. Namun, kedua keluarga itu tak bisa saling serang secara langsung, dan memilih untuk berusaha menjegal dengan menjalin ikatan kekeluargaan.

"Aku curiga, kematian David bukan hal yang lumrah—"

"Apa maksudmu?" Denis terkejut dengan kata-kata Nadia tersebut.

Nadia menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab, "Aku curiga ada sabotase. Ketika David meninggal, banyak pihak akan diuntungkan. Salah satunya ayahmu, dan yang lainnya juga banyak lagi—"

"Termasuk kamu, 'kan?" Denis menatap tajam Nadia.

Nadia mengangguk. "Ya, karena aku yang adalah tunangan David, akhirnya lepas dari ikatan pertunangan itu, sehingga Om Adi atau keluarga Wibisono tak akan bisa campur tangan dengan urusanku. Namun, dibandingkan keuntungan, aku lebih tidak mendapatkan apa pun dari kematian David, selain rasa kehilangan."

Hening selama beberapa saat. Nadia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, sementara Denis menunggu wanita itu kembali berbicara.

"David sejujurnya adalah lelaki baik. Hanya saja, dia sangat patuh pada Om Adi." Nadia mendongak kepada Denis. "David adalah kebalikanmu yang selalu menentang Om Adi, dan memiliki mimpi serta passion hidup yang kuat."

"Itu karena Mas Dave tak ingin hidup susah," gumam Denis. Hatinya perih saat teringat, bagaimana hancur hati Jenar saat David menolak ikut dengan sang ibu dan dirinya, hanya karena tak mau kehilangan segala kemewahan hidup yang dia dapatkan dari keluarga Wibisono. Membuat sosok David tumbuh menjadi seperti boneka hidup, yang siap melakukan apa pun kemauan Adi Wibisono, tanpa peduli pada dirinya sendiri.

"Ya, aku tahu itu." Nadia menanggapi. "Justru karena David yang seperti itulah, membuat keuntungan besar bagi Om Adi untuk memanfaatkannya. Berbeda denganmu yang sangat sulit untuk dia jinakkan, tapi akan sangat menguntungkan kalau kamu mau menjadi bidak caturnya, karena dengan kamu menjadi satu-satunya ahli waris Wibisono, klaim saham akan semakin kuat di tangan Om Adi."

Denis mengerjapkan matanya dengan bingung, membuat Nadia terkekeh-kekeh geli. "Masalah saham dan bisnis memang rumit. Kamu hanya akan paham jika berkecimpung di dalamnya. Intinya sih, kalau kamu mengikuti kemauan Om Adi, kamu gak akan mendapatkan apa pun kecuali kehilangan mimpi dan kebebasan hidupmu selama ini. Memang, saat Om Adi meninggal kelak, kamulah pewaris tunggal yang akan mengelola semua aset dan saham Wibisono, tapi apakah itu sebanding dengan hidup yang kamu tinggalkan?"

"Aku sendiri pun tak akan diam begitu saja dan cuma-cuma melepaskan aset dan saham yang sudah susah payah dikelola keluarga Wardoyo. Itulah kenapa aku mengajakmu bekerja sama. Bohong jika kamu tak mencurigai Om Adi, meski dia ayah kandungmu sendiri, bahwa dia bisa jadi tega melakukan cara tak halal, bahkan pada keluarganya sendiri, 'kan?"

Denis terkejut, tapi juga membenarkan apa kata Nadia. Dia tahu, sangat tahu, sejahat dan licik apa ayahnya itu. Entah mengapa dia juga curiga, dengan David yang meninggal, maka itu bisa memutuskan hubungan keluarga Wibisono dan Wardoyo dari ikatan pernikahan dan kekeluargaan, sehingga Adi bebas kembali melakukan serangan demi serangan kepada keluarga Wardoyo tanpa ada halangan, beban, atau rasa tak enak sedikit pun.

"Jadi," Denis bersuara lagi, "kamu ingin aku menyerang ayahku sendiri?"

"Tidak." Nadia menjawab dengan cepat. "Aku hanya ingin kamu hidup dengan mengejar mimpi dan menjalani kehidupan yang kamu harapkan saja. Itu sudah cukup. Kamu gak perlu menjalani apa pun, diam saja dan hiduplah sesukamu."

"Ha?" Denis tak paham maksud Nadia.

"Yah," Nadia menyelipkan anak rambut di pelipis kanannya ke belakang telinga, "setidaknya Om Adi tak punya bidak catur kuatnya, kalau kamu bebas hidup tanpa tergantung pada dukungan keluarga Wibisono, 'kan? Dia tak bisa lagi mengatur dan memonopoli dirimu, dan tak ada lagi celah baginya untuk melakukan intimidasi, karena yang akan terus mendukung dan memberimu semua fasilitas hidup, kini adalah aku."

Denis ternganga, tak percaya bahwa Nadia bisa berpikir sejauh dan selicin itu dengan sangat rapi. Di satu sisi, Denis mengakui kejeniusan Nadia, sisi lainnya justru membuatnya takut. Nadia begitu misterius, dan sangat besar ambisinya untuk bisa terus melangkah maju tanpa rasa takut sedikit pun.

"Aku yakin, kamu pasti juga penasaran ingin tahu apakah David meninggal wajar atau tidak."

Perkataan Nadia membuat Denis tertarik bertanya, "Kamu ingin aku mencurigai ayahku sendiri?"

Nadia menggeleng pelan. "Bukan Om Adi saja, tapi kamu tahu, bukan? Ada banyak orang di sekitar Wibisono dan Wardoyo yang juga sama licik dan tak bisa dipercaya."

"Dan lagi, Denis," Nadia kini bangkit dari duduknya seperti hendak pergi karena merasa telah jelas memberikan banyak penjelasan pada Denis, "aku mengajakmu bekerja sama ini, bukan berarti aku akan menjadikanmu sekutu. Kamu bebas melakukan apa pun hidupmu. Tujuanku hanya ingin kamu jauh dari Om Adi, sehingga dia tak memiliki lagi bidak catur kuat, dan calon pengelola saham yang selama ini telah dia rencanakan. Itu keuntungan yang ingin aku dapatkan. Masalah jika kamu ingin menyelidiki kematian David, lakukanlah sesukamu."

Nadia mengambil tasnya, membuka dan menuliskan sebuah cek. Wanita itu lalu menyerahkan kertas itu ke Denis dan berkata, "Serahkan ini pada seniormu tadi. Hubungi aku lagi jika memang galeri seni kampusmu ini membutuhkan lagi bantuan dana. Asal ada transparansi penggunaan dana bantuan dan laporan bulanan yang jelas, aku akan setia menjadi donatur tetap di sini."

Nadia tersenyum manis. "Pikirkan lagi tawaranku. Kamu akan mendapatkan hidup dan mengejar mimpimu sendiri, bisa menggali misteri kematian David tanpa intervensi siapa pun, dan juga memiliki fasilitas hidup bebas tanpa harus kesulitan masalah materi."

"Dan aku, apa pun keuntungan yang akan aku dapatkan dari kerja sama kita ini, tak ada kaitannya denganmu. Meski suatu hari kita menikah, hidupmu adalah milikmu, dan hidupku adalah milikku. Kamu bebas berkencan dengan perempuan mana pun selama kita menikah, asal tak sampai menimbulkan berita skandal di luar sana."

"Kamu terbebas dari cengkeraman Om Adi, dan suatu hari, kamu bisa membangun keluarga Wibisono kembali, setelah Om Adi meninggal dan mau tak mau hanya kamu yang berhak menerima segala warisannya nanti."

"Lalu," Denis ikut berdiri, "apa yang akan kamu lakukan pada ayahku?"

"Apa jika pada akhirnya berakhir dengan kematian Om Adi, kamu akan sedih?" Nadia bertanya balik.

Denis terkejut, tapi kemudian dia menggeleng. "Bahkan, dia tak peduli dengan ibuku saat meregang nyawa. Dan langsung kembali menjalankan semua ambisinya meski Mas David baru saja meninggal."

"Tapi," Denis terlihat ragu, sebelum akhirnya melanjutkan, "bagaimana dengan keselamatan nyawamu sendiri?"

Nadia tampak terkejut saat Denis menanyakan itu. Entah kenapa, hatinya sedikit hangat, saat menemukan ada nada khawatir meski sedikit, dari pertanyaan Denis tersebut.

"Persaingan bisnis erat kaitannya dengan taruhan nyawa, Denis." Nadia maju dan membenarkan kerah kemeja Denis yang agak berantakan. "Kalau aku mati, itu konsekuensi. Siapa yang kuat, dia yang akan bertahan. Siapa yang bertahan, dia akan menang. Kalau aku mati, aku adalah pihak yang kalah."

Nadia mendongak, menatap Denis dengan puas. "Itu urusanku, sekali lagi kamu gak perlu tahu atau ikut campur. Hiduplah sesuai keinginanmu. Urusanku dengan Om Adi tak ada kaitan denganmu. Kalau Om Adi adalah seseorang yang berharga bagimu, aku janji tak akan melukainya meski sedikit. Namun, aku tak bisa janji tak akan menyerang jika dia melukaiku atau keluargaku, meski harus dengan taruhan nyawanya atau nyawaku sendiri."

Denis terdiam, tak menanggapi perkataan Nadia itu. Wanita cantik tersebut kemudian menepuk pelan dada bidang Denis dan berkata, "Pikirkan saja dulu. Aku tak memaksa. Kamu berhak menolak jika tak mau, dan lebih memilih siap membantu Om Adi dan kehilangan kehidupan serta mimpimu yang berharga itu."

Nadia kemudian berjalan meninggalkan Denis menuju ke pintu keluar, tapi sebelum benar-benar pergi, Nadia berbalik dan kembali berkata pada Denis, "Jika semua sudah berjalan lancar, Om Adi dan orang-orang licik di sekitarnya bisa disingkirkan, serta saham Wardoyo aman dan saham Wibisono jatuh murni di tanganmu tanpa harus terbagi ke pihak-pihak lain, kita bisa bercerai."

"Jika dari pernikahan kita nanti ada anak yang lahir, maka kamu bisa mengambilnya jika kamu mau. Aku tak akan menjadikannya robot penerus, dan membebaskan hidupnya mau seperti apa. Intinya, anak kita nanti tak akan menjalani kesusahan hidup seperti yang kita berdua alami."

Denis menemukan ada sedikit raut sedih di wajah Nadia. Namun, dia segera menggeleng pelan, menghilangkan rasa iba yang sesaat muncul di hatinya.

"Akan aku pikirkan dulu," kata Denis. Membuat Nadia mengangguk puas, dan segera pergi meninggalkan Denis.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
agustiarifina
ditunggu updatenya kakak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Suami Pengganti   6. Bimbang

    Denis menatap langit-langit kamar sambil berbaring telentang di atas kasur king size miliknya. Otaknya berputar cepat, membuat kepalanya menjadi sedikit pusing. Dia lalu memijat kedua pelipisnya, sambil mulai memejamkan mata.Ingatan tentang ekspresi wajah Nadia, dan apa yang disampaikan wanita itu padanya di siang hari tadi, benar-benar membuatnya tak selera makan malam. Tubuhnya yang lelah setelah seharian beraktivitas di pameran seni, ditambah dengan memikirkan tawaran Nadia, membuatnya mual.Apalagi melihat menu makanan yang selalu itu-itu saja di meja makan. Hampir tak pernah ada sosok Adi Wibisono yang akan duduk bersama dengannya di sana.Sebelumnya, ketika David masih hidup, Denis agak terhibur atau sekadar masih memiliki minat makan di rumah itu, karena kakaknya tersebut masih sudi menemaninya makan. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan. David sudah tak ada di dunia ini lagi.Meski Denis tak menyangkal bahwa David juga tak banyak memberikan ci

    Last Updated : 2021-06-14
  • Menjadi Suami Pengganti   7. Makan Bersama

    Denis menatap makanan yang terhidang di hadapannya tersebut. Spaghetti saus bolognese, croissant, buah-buahan segar, puding susu, serta dua botol air mineral dan sebotol wine lengkap dengan sepasang gelas piala kosong.Nadia menatap Denis yang terlihat agak bingung menatap hidangan tersebut. Wanita itu lantas memanggil personal chef-nya dan setelah pemuda yang usianya mungkin hampir sama dengan Denis itu muncul, dia lalu berkata, "Singkirkan wine ini. Tamu saya tidak minum yang begini."Personal chef itu agak terkejut, secara spontan dia melirik ke arah Denis yang ternyata tengah menatapnya. "Baik, Nyonya," jawab sang personal chef dengan patuh.Dia lalu memanggil dua pelayan wanita untuk segera membereskan botol wine itu, dan mengganti dengan dua gelas es lemon tea. Setelah merasa bahwa Nadia tak meminta apa pun lagi, ketiganya lalu pamit undur diri."Maaf, Den. Mereka belum terbiasa. Lagi pula ini juga pertama kalinya kamu makan di sini, 'kan?" Nadia me

    Last Updated : 2021-07-14
  • Menjadi Suami Pengganti   8. Rencana Nadia

    "Dari mana kamu?" Suara Adi membuat Denis yang baru saja datang dan melewati ruang keluarga, langsung menghentikan langkah kakinya.Pemuda itu menatap sang ayah yang tengah duduk di sofa beludru merah marun di tengah ruangan tersebut, dengan tangan kanan memegang gelas piala berisi wine, dan tangan kiri memegang cerutu."Bukan urusan Ayah." Denis hendak pergi meninggalkan ayahnya, tetapi Adi langsung berdiri dan berteriak padanya."Kurang ajar kamu lama-lama! Kamu pergi menemui Nadia, 'kan?"Denis mengurungkan niat melangkahkan kakinya dan balik menatap tajam Adi. "Kalau iya, memang kenapa?" tantang Denis.Wajah Adi terlihat memerah menahan amarah yang sepertinya mulai memuncak merasuki dirinya. Dengan kasar dia letakkan gelas pialanya ke meja samping sofa, dan kembali meneriaki putra satu-satunya tersebut."Berapa kali sudah kubilang! Aku tak mau kamu sama dengan David. Apa kamu jatuh cinta dengan Nadia? Kamu sadar bagaimana wanita itu? Dia

    Last Updated : 2021-07-29
  • Menjadi Suami Pengganti   9. Denis: Kenyataan Tentang David

    Ada tiga hal yang kusesali dalam hidup ini, kalau kamu tahu. Pertama adalah lahir menjadi anak dari seorang Adi Wibisono, kedua adalah menjadi adik dari David Wibisono, dan ketiga adalah mengetahui kenyataan bahwa sebenarnya David, kakakku itu, bukanlah anak kandung ayahku. Dari mana aku tahu? Itu pasti yang akan kamu tanyakan ke aku, bukan? Hm, mungkin saat itu aku masih berusia sekitar 10 tahun, saat Ibu yang menangis menatap foto seorang lelaki di dalam kamarnya. Aku hendak memanggil wanita itu, tapi urung karena rasa penasaran untuk mengetahui siapa lelaki yang tengah ditangisi ibuku itu lebih besar daripada keinginan untuk mengalihkan atensi wanita tersebut dari foto yang tengah dipeluknya kepadaku. Aku mengintip dan terkejut, karena lelaki itu bukan Adi Wibisono. Ya, aku memang sudah sering dengar dari mulut-mulut busuk di sekitarku, bahwa pernikahan ibu dan ayahku karena bisnis semata. Tapi, kurasa ayahku cukup perhatian pada ibuku. Setidaknya,

    Last Updated : 2021-10-21
  • Menjadi Suami Pengganti   Prolog

    Malang, Februari 2018.Hujan gerimis masih turun dengan indahnya di Bumi Arema. Membuat lelaki muda itu, yang tengah asyik menggoreskan kuasnya di atas kanvas, semakin terbawa suasana.Wanita yang kini sedang dia gambar, adalah sosok manusia paling indah menurutnya. Paling cantik, dan sungguh memesona.Wanita bernama Jenar Ayu, ibunya. Telah meninggal enam tahun lalu, saat dia masih berusia 18 tahun, dan dua bulan sebelum menempuh ujian masuk perguruan tinggi.Ada kalanya dia sedikit bersyukur, karena dengan kematian ibunya, banyak orang yang iba pada dirinya. Membuat sang ayah yang begitu keras memaksanya masuk ke Jurusan Ekonomi Bisnis, akhirnya menyerah, dan membolehkan dia menjadi mahasiswa Program Studi Seni Lukis.Semua itu tak lepas dari perkataan orang-orang sekitar, yang membuat sang ayah sedikit gusar."Kasihan, sejak kecil tidak mendapatkan kasih s

    Last Updated : 2021-04-30
  • Menjadi Suami Pengganti   1. Gerimis dan Kepergianmu

    Malang, Desember 2016Suasana dalam ballroom Hotel Angkasa Cendana itu tampak ramai. Penuh tamu dengan pakaian indah mereka. Hidangan lezat tersaji dengan cantik di atas meja prasmanan. Beberapa pelayan mondar-mandir melayani dengan ramah dan sopan.Pemuda itu masih berdiri di sudut ruangan, berdiri sambil memainkan ponselnya. Denis Aditya Wibisono, anak kedua Adi Wibisono dan Jenar Ayu yang telah bercerai saat pemuda itu berusia 10 tahun."Apa kau tak punya partner?"Sebuah sapaan dari seorang perempuan cantik berbaju seksi warna merah marun, yang tengah menggenggam gelas piala berisi wine, membuat pemuda jangkung berkulit sawo matang itu terkejut.Terpaksa Denis mengalihkan fokus dari ponsel ke perempuan yang kini berjarak sangat dekat dengan tubuhnya itu."Oh, ada." Jawaban singkat dengan ekspresi wajah datar dari Denis, membuat perempuan itu menggerutu kesal, dan segera pergi meninggalkan pemuda tersebut.Setelah menghela na

    Last Updated : 2021-05-01
  • Menjadi Suami Pengganti   2. Simalakama

    Mata Denis melebar setelah mendengar perkataan Adi yang tengah memunggunginya, sambil menatap bulan purnama dari balik kaca jendela rumah mewah mereka itu."Ayah gak serius, 'kan? Kenapa tiba-tiba aku harus menggantikan Mas Dave di posisi Direktur kelak, padahal aku sama sekali tak pernah terjun ke dunia bisnis?"Adi tak langsung menjawab, masih menikmati langit malam cerah yang juga penuh bintang itu, sambil tetap menggenggam gelas pialanya meski benda itu sudah kosong, tak ada cairan di dalamnya."Yah!" Denis mulai merasakan kekesalan merambat dalam hatinya.Akhirnya Adi membalik tubuh dan menatap tajam putra keduanya tersebut. Dengan suara beratnya yang khas, lelaki paruh baya itu menjawab santai, "Kalau bukan kau, siapa lagi? Darmono, supirku? Atau Agung, tukang kebun kita?"Denis mendengkus kesal. "Jangan bercanda, Yah!""Apa kau lihat aku sedang melakukan pertunjukan komedi saat ini, Denis? Kau yang aneh! Jelas-jelas hanya kau yang kup

    Last Updated : 2021-05-03
  • Menjadi Suami Pengganti   3. Cengkeraman Kuat

    Denis mengeluarkan semua makian kasar untuk sang ayah, di depan Shaka yang masih terlihat santai mengutak-atik gitar elektriknya. Mereka berdua saat ini sedang berada di mini art studio, lantai dua Heaven Bakery.Denis tak menyangka, jika biasanya sang ayah akan memberikan sedikit kelonggaran berpikir setelah memberinya sebuah mandat atau pilihan, kali ini sangat beda.Segala fasilitas milik Denis, baik atm, credit card, tabungan, dan semuanya—kecuali mobil—diblokir oleh Adi. Lelaki paruh baya itu tak merespon sama sekali semua pesan WA Denis, baik ketika pemuda itu meminta waktu berpikir sampai selesai pameran seni akhir semester, atau tentang bagaimana dia mengutarakan keberatan.Tanpa pemberitahuan sebelumnya, Adi langsung melakukan tindakan pemblokiran itu. Membuat Denis emosi dan semakin kesal pada sang ayah."Benar-benar!" Denis yang telah lelah mengeluarkan semua makian, mengempaskan tubuh ke sofa dengan kesal. "Kalau begini caranya aku

    Last Updated : 2021-05-05

Latest chapter

  • Menjadi Suami Pengganti   9. Denis: Kenyataan Tentang David

    Ada tiga hal yang kusesali dalam hidup ini, kalau kamu tahu. Pertama adalah lahir menjadi anak dari seorang Adi Wibisono, kedua adalah menjadi adik dari David Wibisono, dan ketiga adalah mengetahui kenyataan bahwa sebenarnya David, kakakku itu, bukanlah anak kandung ayahku. Dari mana aku tahu? Itu pasti yang akan kamu tanyakan ke aku, bukan? Hm, mungkin saat itu aku masih berusia sekitar 10 tahun, saat Ibu yang menangis menatap foto seorang lelaki di dalam kamarnya. Aku hendak memanggil wanita itu, tapi urung karena rasa penasaran untuk mengetahui siapa lelaki yang tengah ditangisi ibuku itu lebih besar daripada keinginan untuk mengalihkan atensi wanita tersebut dari foto yang tengah dipeluknya kepadaku. Aku mengintip dan terkejut, karena lelaki itu bukan Adi Wibisono. Ya, aku memang sudah sering dengar dari mulut-mulut busuk di sekitarku, bahwa pernikahan ibu dan ayahku karena bisnis semata. Tapi, kurasa ayahku cukup perhatian pada ibuku. Setidaknya,

  • Menjadi Suami Pengganti   8. Rencana Nadia

    "Dari mana kamu?" Suara Adi membuat Denis yang baru saja datang dan melewati ruang keluarga, langsung menghentikan langkah kakinya.Pemuda itu menatap sang ayah yang tengah duduk di sofa beludru merah marun di tengah ruangan tersebut, dengan tangan kanan memegang gelas piala berisi wine, dan tangan kiri memegang cerutu."Bukan urusan Ayah." Denis hendak pergi meninggalkan ayahnya, tetapi Adi langsung berdiri dan berteriak padanya."Kurang ajar kamu lama-lama! Kamu pergi menemui Nadia, 'kan?"Denis mengurungkan niat melangkahkan kakinya dan balik menatap tajam Adi. "Kalau iya, memang kenapa?" tantang Denis.Wajah Adi terlihat memerah menahan amarah yang sepertinya mulai memuncak merasuki dirinya. Dengan kasar dia letakkan gelas pialanya ke meja samping sofa, dan kembali meneriaki putra satu-satunya tersebut."Berapa kali sudah kubilang! Aku tak mau kamu sama dengan David. Apa kamu jatuh cinta dengan Nadia? Kamu sadar bagaimana wanita itu? Dia

  • Menjadi Suami Pengganti   7. Makan Bersama

    Denis menatap makanan yang terhidang di hadapannya tersebut. Spaghetti saus bolognese, croissant, buah-buahan segar, puding susu, serta dua botol air mineral dan sebotol wine lengkap dengan sepasang gelas piala kosong.Nadia menatap Denis yang terlihat agak bingung menatap hidangan tersebut. Wanita itu lantas memanggil personal chef-nya dan setelah pemuda yang usianya mungkin hampir sama dengan Denis itu muncul, dia lalu berkata, "Singkirkan wine ini. Tamu saya tidak minum yang begini."Personal chef itu agak terkejut, secara spontan dia melirik ke arah Denis yang ternyata tengah menatapnya. "Baik, Nyonya," jawab sang personal chef dengan patuh.Dia lalu memanggil dua pelayan wanita untuk segera membereskan botol wine itu, dan mengganti dengan dua gelas es lemon tea. Setelah merasa bahwa Nadia tak meminta apa pun lagi, ketiganya lalu pamit undur diri."Maaf, Den. Mereka belum terbiasa. Lagi pula ini juga pertama kalinya kamu makan di sini, 'kan?" Nadia me

  • Menjadi Suami Pengganti   6. Bimbang

    Denis menatap langit-langit kamar sambil berbaring telentang di atas kasur king size miliknya. Otaknya berputar cepat, membuat kepalanya menjadi sedikit pusing. Dia lalu memijat kedua pelipisnya, sambil mulai memejamkan mata.Ingatan tentang ekspresi wajah Nadia, dan apa yang disampaikan wanita itu padanya di siang hari tadi, benar-benar membuatnya tak selera makan malam. Tubuhnya yang lelah setelah seharian beraktivitas di pameran seni, ditambah dengan memikirkan tawaran Nadia, membuatnya mual.Apalagi melihat menu makanan yang selalu itu-itu saja di meja makan. Hampir tak pernah ada sosok Adi Wibisono yang akan duduk bersama dengannya di sana.Sebelumnya, ketika David masih hidup, Denis agak terhibur atau sekadar masih memiliki minat makan di rumah itu, karena kakaknya tersebut masih sudi menemaninya makan. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan. David sudah tak ada di dunia ini lagi.Meski Denis tak menyangkal bahwa David juga tak banyak memberikan ci

  • Menjadi Suami Pengganti   5. Tawaran

    Denis menepis tangan Nadia. Pemuda itu terlihat akan beranjak pergi meninggalkan wanita cantik tersebut, tetapi Nadia segera meraih lengan Denis."Den!" Nadia terlihat kesal, karena seolah Denis menganggapnya main-main.Denis mengerutkan kening saat menatap tangan Nadia di lengannya. Namun, sebelum pemuda itu menepis lagi tangannya, Nadia lebih dulu melepaskan lengan Denis."Aku yakin tawaran ini akan menguntungkan dirimu—""Menguntungkan dari segi apa? Yang ada aku akan berada dalam bawah cengkeramanmu dan kamu akan bebas bermain-main dengan keluarga Wibisono!"Melihat Denis mulai tak bisa mengendalikan emosinya, Nadia kemudian segera menghela napas. Dia berpikir, memang harusnya dia yang bersikap lebih tenang di sini, mengingat Denis jauh lebih muda darinya."Kumohon, duduklah dulu!"Denis masih diam membisu. Nadia menghela napas lagi. Dengan agak kasar, dia hempaskan tubuh indahnya ke sofa, dan menarik pelan tangan Denis yang

  • Menjadi Suami Pengganti   4. Tamu Tak Terduga

    "Denis, tunggu!" Teriakan Shaka membuat Denis menghentikan langkah dan langsung berbalik untuk menatap sahabatnya tersebut."Kamu ke mana dulu tadi, kok telat? Gak ngelakuin hal aneh-aneh, 'kan?"Denis mengernyitkan alis, lalu sebentar kemudian terbahak-bahak usia mendengar pertanyaan Shaka itu. "Emang apa yang mau kulakuin? Berusaha bunuh diri atau mabuk-mabukkan gitu?" Denis bertanya balik.Shaka menghela napas lega. Dia lalu menepuk pelan bahu kanan Denis dan berkata, "Den, kalau kamu ada ganjalan, cerita ke aku atau Sarah, ya? Please, jangan kamu pendam sendiri. Kami berdua akan siap sedia ada buat kamu. Kamu harus ingat itu."Denis menatap lekat-lekat sahabatnya tersebut. Lalu, pemuda berwajah manis itu tersenyum lembut dan menjawab, "Tentu. Namun, kali ini aku ingin sendiri dulu, Ka. Yah, setidaknya, karena ini masalah keluarga, aku gak mau kamu repot dan akhirnya gak fokus dengan urusanmu sendiri.""Tapi—""It's okay, Bro. Santa

  • Menjadi Suami Pengganti   3. Cengkeraman Kuat

    Denis mengeluarkan semua makian kasar untuk sang ayah, di depan Shaka yang masih terlihat santai mengutak-atik gitar elektriknya. Mereka berdua saat ini sedang berada di mini art studio, lantai dua Heaven Bakery.Denis tak menyangka, jika biasanya sang ayah akan memberikan sedikit kelonggaran berpikir setelah memberinya sebuah mandat atau pilihan, kali ini sangat beda.Segala fasilitas milik Denis, baik atm, credit card, tabungan, dan semuanya—kecuali mobil—diblokir oleh Adi. Lelaki paruh baya itu tak merespon sama sekali semua pesan WA Denis, baik ketika pemuda itu meminta waktu berpikir sampai selesai pameran seni akhir semester, atau tentang bagaimana dia mengutarakan keberatan.Tanpa pemberitahuan sebelumnya, Adi langsung melakukan tindakan pemblokiran itu. Membuat Denis emosi dan semakin kesal pada sang ayah."Benar-benar!" Denis yang telah lelah mengeluarkan semua makian, mengempaskan tubuh ke sofa dengan kesal. "Kalau begini caranya aku

  • Menjadi Suami Pengganti   2. Simalakama

    Mata Denis melebar setelah mendengar perkataan Adi yang tengah memunggunginya, sambil menatap bulan purnama dari balik kaca jendela rumah mewah mereka itu."Ayah gak serius, 'kan? Kenapa tiba-tiba aku harus menggantikan Mas Dave di posisi Direktur kelak, padahal aku sama sekali tak pernah terjun ke dunia bisnis?"Adi tak langsung menjawab, masih menikmati langit malam cerah yang juga penuh bintang itu, sambil tetap menggenggam gelas pialanya meski benda itu sudah kosong, tak ada cairan di dalamnya."Yah!" Denis mulai merasakan kekesalan merambat dalam hatinya.Akhirnya Adi membalik tubuh dan menatap tajam putra keduanya tersebut. Dengan suara beratnya yang khas, lelaki paruh baya itu menjawab santai, "Kalau bukan kau, siapa lagi? Darmono, supirku? Atau Agung, tukang kebun kita?"Denis mendengkus kesal. "Jangan bercanda, Yah!""Apa kau lihat aku sedang melakukan pertunjukan komedi saat ini, Denis? Kau yang aneh! Jelas-jelas hanya kau yang kup

  • Menjadi Suami Pengganti   1. Gerimis dan Kepergianmu

    Malang, Desember 2016Suasana dalam ballroom Hotel Angkasa Cendana itu tampak ramai. Penuh tamu dengan pakaian indah mereka. Hidangan lezat tersaji dengan cantik di atas meja prasmanan. Beberapa pelayan mondar-mandir melayani dengan ramah dan sopan.Pemuda itu masih berdiri di sudut ruangan, berdiri sambil memainkan ponselnya. Denis Aditya Wibisono, anak kedua Adi Wibisono dan Jenar Ayu yang telah bercerai saat pemuda itu berusia 10 tahun."Apa kau tak punya partner?"Sebuah sapaan dari seorang perempuan cantik berbaju seksi warna merah marun, yang tengah menggenggam gelas piala berisi wine, membuat pemuda jangkung berkulit sawo matang itu terkejut.Terpaksa Denis mengalihkan fokus dari ponsel ke perempuan yang kini berjarak sangat dekat dengan tubuhnya itu."Oh, ada." Jawaban singkat dengan ekspresi wajah datar dari Denis, membuat perempuan itu menggerutu kesal, dan segera pergi meninggalkan pemuda tersebut.Setelah menghela na

DMCA.com Protection Status