Share

Penyesalan Bayu 1

Setelah di ruang operasi, Nia segera ditangani oleh dokter dokter spesialis, karena kini kondisi Nia benar-benar stabil, bahkan ia terlihat sangat rileks, saat Nia duduk tenang di atas ranjang operasi. 

"Dokter, apa dokter bisa memberikan obat bius setengah badan saja pada saya, saya ingin melihat bayi ini lahir. "Dokter bedah dan bersalin serta perawat yang ada disana sesaat saling menatap, karena mereka memiliki kekhawatiran mengingat kondisi Nia benar-benar lemah.

"Nyonya, dalam kasus anda ini. Kami tidak ingin adanya resiko membahayakan, jika anda meminta obat bius Anestesi regional, kami khawatir dengan keadaan setengah sadar kondisi anda akan semakin menurun. Ingat nyonya kondisi anda sangat tidak memungkinkan, terlebih lagi kondisi rahim nyonya yang mengalami komplikasi, kami tidak ingin mengambil resiko nyonya, karena obat bius tetap apidueral untuk keadaan anda, kami melakukan semua ini untuk kebaikan anda." Jelas dokter spesialis bedah agar Nia mengerti tujuan mereka. 

Tapi di dalam diri Nia telah bertekad ingin melihat bayinya untuk yang terakhir kalinya hari ini. " Saya mohon, dokter. Hanya sekali ini. Hanya ini permintaan saya."Dokter yang selalu menangani kehamilan Nia saling menatap saat dokter spesialis bedah hanya mampu menghela nafas, karena mereka tidak bisa menolak keinginan Nia, dengan terpaksa akhirnya ia menyuntikkan obat bius Anestesi regional seperti keinginan Nia tepat ke sumsum tulang belakangnya. 

 " Rilekslah. Kami akan melakukan yang terbaik untukmu,"ujar dokter spesialis bedah, setelah Nia berbaring di atas ranjang karena sebagian tubuhnya telah mati rasa.

*********""""

Bayu pov

Disini setelah Nia meninggalkan ku, aku hanya bisa termenung menatap pintu ruang operasi setelah tertutup, hingga air mata ini semakin tumpah ruah saat mengingat seperti apa kondisi dan keadaan Nia sebelum pergi. 

"Bay, Nia mana? " Anton kembali lalu menanyakan keberadaan Nia yang awalnya bersamaku. 

Tapi aku tidak bisa meloloskan kata untuk sekedar menjawab pertanyaannya, karena pikiranku hanya tertuju pada Nia, apa yang terjadi padanya hingga keadaannya sangat memprihatinkan. 

"Bayu, ada apa? " Ulang Anton, sembari menatap ku. Karena tangisan ini semakin tidak terkendali, bahkan aku kesulitan mengendalikan diri ini. 

"Katakan padaku, An. Apa yang terjadi? Nia kenapa?" tanyaku dengan histeris, sesaat Anton terlihat menghela nafas dalam lalu mengusap pundakku dengan akrab. 

"Apa Nia tidak menceritakan apapun padamu tadi? " Aku menggeleng lemas, karena memang tidak ada yang Nia katakan sebelum ia masuk ke dalam ruang operasi. Membuat ku yang menunggu jawaban Anton semakin penasaran apa yang terjadi pada Nia. 

"Jujur aku berat menyampaikan ini, tapi kau juga harus tahu apa yang telah terjadi pada Nia, karena kau suaminya dan ayah dari Hafiz."jelas Anton sembari menatap ku dengan penuh persahabatan.

Aku termenung mendengar ucapan Anton terlebih lagi nama yang 'Hafiz' yang Anton sebutkan. 

"Hafiz." Tiru ku ingin tahu. 

"Ya, Hafiz nama bayi kalian, Nia sangat menyukai nama itu begitu juga dengan Nana."

Rasa sesal seketika menyeruak di dalam diriku saat mengetahui siapa nama nama calon anak kedua ku dari Nia. 

Aahh, ayah macam apa aku ini. Kenapa aku sangat egois. Runtukku setelah menyadari kesalahan yang pernah aku lakukan, karena selama ini mengabaikan Nia dan Nana. Hingga kini rasa sesal semakin menggila. 

"Kau tahu, selama Nia kembali dari rumah mu, kondisinya sangat memperhatikan, dia selalu sakit dan drop terus-menerus sampai hari ini. kami sudah melakukan berbagai macam cara dan pengobatan agar dia bisa pulih, bahkan Ema memintanya agar melupakan mu, karena setiap mengingat dirimu keadaannya selalu saja memburuk. Tapi sayang semuanya percuma, dia selalu memikirkanmu dan memikirkan dirimu, sehingga dirinya semakin drop seperti ini. " 

Bak disambar petir, penjelasan Anton benar-benar membuat ku kehilangan kata dan aku tidak pernah berpikir dan menyangka, jika Nia akan seperti ini hanya karena diriku, diriku yang egois ini. 

"Aku tidak mengerti kenapa dia selalu memikirkanmu Bayu, padahal kau telah menyakitinya, mengkhianati dirinya bahkan melukai Nana, aku dan Ema selalu memintanya agar berhenti dan mengikhlaskan semuanya agar ia kembali normal, tapi tetap saja semuanya sia-sia karena dia telalu mencintaimu, dia selalu beranggapan jika dirinya tidak pantas itu sebabnya kau meninggalkan dirinya demi wanita lain, dia merasa sangat buruk hingga dia mengalami depresi dan tekanan mental akut, aku sudah membujuknya agar menemuimu, tapi lagi-lagi, aku di hadapkan dengan pemikiran Nia yang tidak pernah ada di dalam pikiran ku, yaitu dia tidak ingin memisahkan kau dengan anak yang kau inginkan, dia tidak ingin anakmu kehilangan sosok seorang ayah. "

Hatiku semakin hancur, air mata ini seakan-akan tiada habis menetes setiap mendengar penuturan Anton prihal keadaan Nia dan apa ia pikirkan selama ini. Karena semua itu menohok hati ini di mana dulu aku pernah melontarkan kata-kata itu. Aku tidak menginginkan anak yang ia kandung saat itu, bahkan aku memintanya menggugurkannya. 

Tuhan, apa yang sudah aku lakukan hingga dia seperti ini, dia terlalu baik untukku, kenapa dia hanya memikirkan orang lain tapi tidak memikirkan seperti apa keadaannya, jika memang mereka datang dan Anton menjelaskan semuanya sejak awal, mungkin aku akan melakukan yang terbaik untuk Nia, tapi sayang semuanya telah terlambat. Bahkan kini aku tidak tahu sejauh mana keadaan buruk Nia. 

"Sampai akhirnya, kejadian satu bulan yang lalu menambah buruk kesehatan Nia, dimana dokter mendiagnosa jika kehamilan Nia mengalami komplikasi pendarahan dalam rahim, dan selama itulah keadaan Nia semakin parah dan memprihatinkan, kami selalu mencoba menghiburnya dan berobat kemana-mana, tapi semuanya tidak membuahkan hasil sampai keadaannya seperti ini."Keadaan Anton sama buruknya seperti ku, ia menangis saat menceritakan semuanya, aku tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui seperti apa perjuangan Nia selama aku mengkhianati dirinya.

"Selama itu, dia tidak bisa tidur nyenyak, bay. Dia selalu menolak makan karena rasa sakit yang selalu datang menyerangnya, bahkan obat dari dokter sekalipun tidak bisa meredam sakit itu, karena dia hanya ingin Hafiz terlahir kedunia dengan usia yang tepat, meski dokter telah menyatakan jika semua sangat beresiko. Tapi apa, dia tetap memperhatikan Hafiz. "

Aku tergugu dalam sesak di dada saat mengetahui, seperti apa keadaan Nia memperjuangkan keselamatan anak ku selama ini. 

Berapa berdosanya diri ini Tuhan, karena telah menyakitinya. 

"Dan kau harus tahu, yang akan selamat di dalam sana hanya ada satu nyawa dan satu lainnya akan pergi. "

Deg! 

Aku mematung dalam air mata penyesalan dan ketakutan, saat mendengar penjelasan terakhir Anton, karena semua keadaan ini berawal dari diriku dan keegoisan ku, andai saja aku tidak berkhianat keadaannya tidak akan seperti ini. 

Andai waktu bisa ku putar kembali, aku ingin tetap bersamanya dan membahagiakan nya. Tapi sayang semua sudah terlambat, nasi telah menjadi bubur. Hanya penyesalan yang aku rasakan kini saat mengingat semua perbuatan bejat ku pada Nia dan Nana. 

" Tidak ini tidak boleh terjadi! Tidak! "Aku gusar lalu melangkah menuju pintu ruang operasi yang tertutup, karena operasi tengah berjalan. 

" Hey, Bay. kau mau apa? "Anton mencoba menahan ku saat ia ingin menerobos masuk ke dalam ruang operasi. 

" Hiks aku akan meminta dokter menyelamatkan Nia hiks.. "Histeris ku. 

Anton dengan serkas menarik lengan ini hingga aku mundur kembali. 

" Percuma! Karena Nia sudah memutuskan semuanya, Bay. Kau terlambat! "

Aku tidak bisa merasakan apapun, rasanya semuanya benar-benar gelap, saat aku mendengar ucapan Anton. 

"Tapi bagaimana dengan istriku, An. hiks ... Hiks …."raungku histeris saat mengetahui keadaan ini. Di mana Nia telah mengambil keputusan yang sulit ku terima. 

" Aku tahu ini berat, dan aku juga tidak bisa menyalahkan mu seutuhnya, karena keadaan Nia yang semakin memburuk membuatnya nekat memilih jalan ini. "

Lutut ku lemas hingga akhirnya aku terduduk di lantai meratapi keadaan ini, karena aku tidak bisa melakukan apa-apa apa lagi menyelamatkan Nia. 

Tuhan, betapa bodohnya aku selama ini, hanya karena kebahagiaan bersama Mona aku mengabaikan Nia yang tengah sakit keras. 

" Tenang lah. Dokter sudah berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Nia, sekarang kau bersabar. Kita tunggu hasilnya nanti, "ujar Anton menenangkan keadaan ku yang tengah terpukul akibat kecerobohan yang aku lakukan.

Anton membantuku duduk di kursi tunggu. 

" Kau harus kuat Bay."Ulang Anton mencoba menyemangati diriku, karena keadaan ku semakin kacau setelah ia mengetahui keadaan Nia. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status