Share

BAB 03

Author: Vaa_Morn
last update Last Updated: 2024-05-28 11:23:45

"Anjirrr, gue kesiangan! Gue lupa ada agenda mau ketemu Dosen Pembimbing!"

Dera kelimpungan tidak jelas. Melompat dari tempat tidur, lantas ia berlari menuju kamar mandi untuk cuci muka saja. Tidak perlu mandi, gosok gigi saja yang ia lakukan sembari mencari pakaian yang hendak digunakan.

Mengambil celana jeans hitam dan kaos oblong oversize, lantas ia mengambil hoodie putih sebagai pelengkapnya. Sudah, habis itu ia pergi mencari kunci motornya setelah mengaplikasikan sunscreen di wajahnya.

"Kenapa disaat genting kayak gini, gue malah lupa naruh kunci motor! Gue harus gimana sekarang!"

Dera panik setengah mati. Mencari ponsel untuk menghubungi seseorang, justru ia menemukan notifikasi informasi bahwasaannya pertemuan dengan Dosen pembimbing mereka ditunda. Dera yang membacanya berulang kali, jadi lega sendiri akhirnya.

"Santuyyy, rileks Dera. Nggak ada yang perlu lo cemasin sekarang, sekarang pikirin gimana cara lo mau pergi ke kampus?"

Dera memilih untuk duduk sembari memikirkan kapan terakhir ia menaruh kunci motornya. Barangkali ada sekelebat bayangan memori yang menuntunnya untuk menemukan kunci motor tersebut. Namun setelah itu ia pasrah, ia memilih untuk memesan ojek online saja meskipun ia sendiri harus menunggu lama.

Lima belas menit kemudian, ojek online yang Dera pesan akhirnya datang. Dengan buru-buru, ia meraih tas punggungnya dan berjalan keluar.

"Maaf Mas, nungguin lama." kata Dera basa-basi, padahal ia sudah berdiri tepat ojek online itu tiba di tempatnya.

"Saya yang terlambat neng, maafin. Ini ke alamat seperti yang dipesan kan?"

Dera mengangguk. Dalam hatinya semoga saja para sahabatnya sudah datang ke kampus hari ini. Ia lapar, tapi tabungan yang ia punya hanya tersisa sedikit lagi. Hanya merekalah harapan Dera agar perutnya bisa kenyang dan makan enak. Perutnya tidak akan kelaparan lagi setelah ini.

"Makasih Mas, maaf nggak bisa ngasih lebih. Saya kere soalnya." kata Dera setelah sampai di depan kampus, diselingi kekehan kecil.

Dera berjalan masuk, membuka ponsel berharap mendapat notifikasi masuk mengenai posisi para sahabatnya. Berjalan sembari menunggu balasan, ternyata para sahabatnya sudah berkumpul di kantin dari setengah jam yang lalu dan menunggunya.

Ia bergegas pergi, takut mereka menunggunya lebih lama lagi. Baru setelah ia sampai di depan pintu kantin, matanya mencari keseluruh penjuru barangkali ada orang-orang yang dikenalnya.

"Woyyy Dera... Kita di sini! Cepetan, gue nungguin lo makan sarapan bareng!"

Meskipun malu karena diteriaki, Dera tetap berjalan ke arah sumber suara. Posisi mereka ada di area pojok kanan kantin, merasa tersembunyi dari yang lain. Namun disitulah mereka justru leluasa mengobralkan candaannya.

"Tumben kalian lagi ngumpul semua gini. Biasanya bikin geng sendiri-sendiri." ucap Dera selanjutnya.

Yang dimaksud adalah sahabat laki-laki dan perempuannya sedang bergabung menjadi satu. Seolah ada hal menarik, yang sedang mereka bincangkan dibelakangnya. Dera penasaran setengah mati.

"Si trio cecunguk ini katanya ada hot news, makanya kita ikutan gabung ke sini. Katanya bentar lagi lo mau nikah ya? Kata Zidan kayak gitu tadi."

Buset, Dera memegangi dadanya seolah telah terhantam sesuatu yang sangat keras. Apa-apaan mereka ini, Dera saja belum mengizinkan yang lain untuk membeberkannya. Atau dia lupa mengancam sebelumnya?

"zidan, lo kalau ngasih info jangan setengah-setengah dong. Kasihan si Reina sama Zea, mereka jadi salah paham sama gue." kata Dera kemudian, karena Zidan sepertinya baru menceritakan sebagian cerita.

Sahabat perempuan Dera ada empat. Namun yang datang hanya Reina dan Zea saja, dua orang lainnya sedang berlibur di luar negeri entah karena masalah apa. Mereka dari jurusan yang sama, itu kenapa Dera dan mereka bisa dekat.

Sedangkan dengan sahabat cowoknya, Dera sudah menganal dari zaman SD. Mereka sudah tau seluk beluk hidup mereka masing-masing, susah senang dijalani bersama.

"Jadi gini guys, kalian tau Dela kan?" tanya Dera pada Reina dan Zea, ia akhirnya lebih memilih untuk membuka sesi cerita.

"Tau, si Mak Lampir itukan? Kenapa?"

Dera menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal. Ia jadi bingung mau ngejelasin dari mana sekarang.

"Si Dela ini mau dijodohin sama Bapaknya. Tapi karena si Dela tau kalau cowok yang mau dijodohin sama dia katanya habis kecelakaan dan lumpuh, akhirnya si Dela kabur. Dan jadilah, tumbal Bapaknya sekarang adalah gue." jelas Dera panjang lebar.

"Bapaknya, Bapak lo juga kali!" sahut Zidan menyanggah.

"Masalahnya gue nggak pernah nganggep dia Bapak gue, gimana dong?"

Benar juga. Dera bisa dikatakan sudah mandiri sejak kecil. Ketidak adilan yang ia dapat, membuatnya hidupnya penuh perjuangan yang sangat keras. Mungkin di dunia ini tidak ada yang sekuat Dera. Begitulah pikir mereka.

"Jadi kelanjutannya kayak gimana? Lo bakalan tetep gantiin si Mak Lampir itu? Lo bakalan ikhlas lahir batin begitu?" tanya Zea penasaran.

"Nggak tau. Apapun yang terjadi nanti, semuanya nggak ada dalam pikiran dan tujuan hidup gue. Btw, gue udah di pesenin makan kan?"

"Tenang, udah di pesenin. Masalah bayar mah udah di handle sama si Arkan."

Dera menoleh ke arah Arkan, kemudian tersenyum manis.

"Terimakasih, my big brother." kata Dela sembari memeluk Arkan, kebetulan Arkan duduk di paling ujung.

"Nggak masalah. Lo kalau ada apa-apa tinggal bilang gue, atau Bokap Nyokap gue. Kemarin Bokap gue juga ngirim uang ke rekening lo, cek aja nanti. Katanya buat uang kuliah sama uang makan bulan ini."

Dera yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, justru ia mendapatkan kasih sayang itu dari orang lain yang tak lain adalah Om dan Tantenya sendiri.

Segala sesuatu termasuk biaya hidup, itu semua ada campur tangan dari orang tua Arkan. Namun Dera masih tahu diri, terkadang ia bekerja paruh waktu setelah pulang sekolah untuk menghidupi dirinya sendiri.

Mungkin jika tidak ada keluarga Arkan, Dera sudah tidak ada di dunia ini karena hidup susah. Mereka lah penopang Dera untuk hidup, untuk merasakan kasih sayang, merasakan apa itu keluarga meskipun dalam sekejap.

"Thanks, big bro. Nanti bilangin ke Bokap lo kalau bulan depan jangan ngasih uang lagi. Gue udah ada kerjaan lagi soalnya." ungkap Dera pada Arkan.

Arkan menyipitkan matanya, "Kerja apa? Jangan ikut balap-balapan lagi Ra. Gue nggak mau terjadi apa-apa sama Adik tersayang gue."

Dera memang sudah ia anggap seperti Adik Arkan sendiri. Sebagai anak tunggal, ia ingin sekali memiliki seorang Adik. Arkan dan Dera sendiri memiliki selisih umur sekitar lima bulanan, itu kenapa Arkan menganggapnya sebagai Adik.

"Ya nggak janji sih, kan lo tau itu hobi gue." jawab Dera yang kemudian memakan makanannya dengan khikmat.

Kemarin ia belum sempat makan karena waktu sudah larut malam. Para sohibnya juga sudah pulang, tentu setelah mengunci pintu kosnya dan menyembunyikan kunci. Ia tidur dengan perut kosong sampai pagi, namun tak urung membuat tidurnya sangat nyenyak.

"Ishhh, jangan gitu dong Ra. Lo tau kan hobi lo bahaya!" Reina yang tadi diam saja ikut-ikutan memperingati.

"Nggak apa-apa bahaya, kalau mati kan tinggal dikubur."

Mereka menggeleng secara bersamaan. Jalan pikir Dera sudah dikatakan sangat gelap, mungkin karena terlalu lama menelan rasa sakit hati.

"Masih muda Ra, nggak ada salahnya mencoba hal baru. Tapi dengan cara yang nggak ngebahayain diri lo gitu, gue yakin lo pasti bisa." Aldo yang sedari tadi fokus membaca buku turut membuka suaranya.

"Nggak janji. Gue udah selesai makan nih, gue duluan ya. Bye semua!" pamit Dera selanjutnya.

Dera berlari, meninggalkan mereka yang dibuat bingung dengan tingkahnya. Namun sejujurnya, Dera hanya tidak ingin mendengar nasihat-nasihat yang dilayangkan kepadanya saja. Dera tidak ingin mendengar apapun.

"Lo yang namanya Dera kan? Lo dicariin sama orang diluar gerbang tuh. Katanya penting dan harus cepet ke sana. Kalau lo nggak ke sana, katanya bakalan ada konsekuensinya." ada yang menepuk bahu Dera ketika sedang berjalan di Koridor kampus.

"Gue? Siapa yang nyariin gue? Nggak ada kerjaan amat nyariin itik buruk rupa."

"Heh, nggak boleh ngomong gitu! Gue nggak tau orangnya sih, udah lihat dulu aja sana. Barangkali beneran penting. Tapi kalau emang itu ancaman buat lo, teriak aja sekencang mungkin nanti."

"Ya udah, thanks infonya."

Dera berlari, barangkali informasi itu benar adanya dan memang penting. Namun akhirnya ia memberhentikan langkahnya, setelah mengenali sosok yang katanya sedang menunggunya.

"Hidup damai gue kayaknya udah nggak ada lagi. Pak Tua bela-belain nyari gue ke sini tandanya gue harus mengiyakan apa yang dia mau kan?"

Dera mendadak hilang arah. Jika ada dua pilihan antara hidup dan mati saat ini, pasti Dera akan memilih opsi kedua saja.

Dera bukan boneka mereka kan? Dera sudah lama melepaskan diri dari jeratan mereka.

*****

Related chapters

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 04

    Ayahnya tidak main-main sepertinya. Apa yang ia ucapkan kemarin adalah mutlak, dan tidak bisa dibantah oleh Dera. Sedangkan Dera hanya bisa terdiam seribu bahasa saja sekarang, sepertinya dia benar-benar ditimbalkan kepada masalah mereka. Dera menatap jalanan melewati kaca jendela mobil dengan tatapan kosong. Jejak emosi mendadak lenyap dari matanya, namun tidak dengan hatinya yang sedang menyimpan beribu-ribu emosi yang masih terpendam dan bersiap untuk diluapkan kapan saja. Kedua tangannya masih terkepal erat, siap untuk memukul siapapun yang berani mengganggunya. "Kenapa Ayah masih ngotot buat jadiin Dera pengganti dari kesialan Dela? Kemarin Dera udah bilang nggak setuju kan, kenapa masih maksa?" Dera tertawa pada akhirnya. Ia sudah menolak kan kemarin? Kenapa pria tua itu masih memaksa kehendaknya sendiri? Lagipula pria itu sudah tidak ada hak atas dirinya lagi kan? Dera selalu diacuhkan dan tidak dipedulikan oleh mereka. "Hahaha... Jangan-jangan semua ini udah direncanain

    Last Updated : 2024-05-28
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 05

    Syarat yang diajukan olehnya mengenai saham tiga puluh lima persen itu berhasil. Ayahnya mampu menyetujui apa yang ia ajukan, bahkan tak tanggung-tanggung ia juga mengiriminya banyak uang ke nomor rekening Dera. Perjodohan itu tak lama lagi akan terlaksana, dan sepertinya hidup bebasnya tidak akan lama lagi dimulai hari ini. Terlebih Ayahnya mengirimi alamat restoran yang akan menjadi titik temu mereka. Mungkin bisa dibilang kencan kata para sohibnya. "Lo yakin Ra mau dateng ke sana? Lo dijodohin sama orang yang mungkin memiliki keterbatasan dalam berjalan loh Ra." Zea memang sekarang sedang main di tempat Dera. "Gue nggak bisa nolak lagi Ze. Ayah udah menyetujui persyaratan gue soal saham, bahkan nggak tanggung-tanggung dia ngirimin banyak uang buat keperluan kencan dengan pria itu." Dera menghela nafas lelah. "Pikirin kebahagian lo Ra. Gue bisa bantu lo, kalau lo pengin kabur sekarang." "Selama ini kebahagiaan gue juga bisa dibilang nggak ada Ze. It's okay, kalau pemuda itu

    Last Updated : 2024-05-30
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 06

    Dera merasa hari ini sangat melelahkan. Tenaganya sudah terkuras habis, dan ia tidak ingin melakukan apapun selain hanya rebahan. Sepertinya, bertemu pria bernama Dafi Ezekiel Addison itu bukan perkara yang bagus untuk Dera. Merayap menuju kamar yang selama ini menemaninya. Rasa lelahnya benar-benar membuatnya lunglai, tidak ada semangat yang berkorbar sedikit pun di dalam dirinya. Hingga ketika ia sampai di tepian kasur dan melempar tubuhnya, entah kenapa rasanya seperti dihantam sesuatu yang sangat Keras. Apakah sudah lama Dera tidak mengganti kasur tidurnya itu? "Sakit banget njirrrr, kayak ditimpuk batu. Kapan terakhir gue ganti kasur? Ehhh, soal kuliah gue, itu dosen pembimbing nyariin gue nggak ya? Gue belum nyicil bahan skripsi soalnya." Disaat seperti ini, Dera masih memikirkan masa depannya. Sebenarnya Dera bisa saja bersikap bodoamat, apalagi ketika ia diharuskan menjadi pengganti dari perjodohan saudaranya yang akhirnya membuat ia benar-benar benci dengan hidupnyaa sen

    Last Updated : 2024-06-08
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 07

    "Pernikahan kamu akan dipercepat satu minggu lagi. Jadi selama menunggu hari itu tiba, kamu harus kembali ke rumah saya lagi. Ini saya lakukan agar tidak ada kecurigaan dari pihak mempelai pria." Dera hampir saja membenturkan kepalanya ketembok, ketika sang Ayah mengetahui tempat dirinya tinggal berada saat ini. Ia baru saja pulang kuliah, otaknya dihajar habis-habisan kerena bimbingan skripsi dengan Dosen tadi. Lalu apa setelah ini? Menikah? Dalam waktu dekat? Oh tidak, ia belum menyiapkan mentalnya! Dera juga tidak pernah berpikiran untuk menikah secepat ini! Tolong, katakan pada Dera bahwa ia hanya sedang bermimpi sekarang! "Saya sudah menuruti permintaan kamu mengenai saham tiga puluh lima persen, bahkan karena kamu saya jadi dimusuhi oleh Dela karena katanya terlalu memanjakan kamu. Mungkin jika bukan karena nama baik keluarga, saya segan memberikan saham saya ke kamu." Dera berdecih sinis, "Kalau tidak ikhlas, Dera bisa kembalikan itu semua. Dengan catatan, Dera bebas nge

    Last Updated : 2024-06-08
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 08

    Siang berganti malam, hari berganti hari, waktu tak terasa berjalan sangat cepat bagi seorang Dera. Satu minggu telah berlalu, dan ini adalah hari penting bagi Dera. Namun sebenarnya tidak pernah ada sedikitpun di dalam rencananya. Hari pernikahan yang tak pernah Dera bayangkan sejauh ini. Rasanya begitu mustahil, namun ia sedang menapaki realitanya sekarang. Antara sedih, bahagia, dan bingung, bahkan dimata Dera tidak ada sedikitpun ekspresi yang kentara. "Der, gue nggak pernah nyangka kalau lo bakalan nikah secepat ini. Mau bahagia karena salah satu sahabat gue mau nikahpun kayaknya nggak bakalan bisa, mata lo udah menjelaskan semuanya." Zea mengutarakan pendapatnya. Para sohib Dera memang sedang berkumpul menjadi satu di kamar Dera. Tanpa terkecuali, semuanya datang meskipun mereka sebenarnya sibuk dan memiliki urusan masing-masing. Namun demi Dera, mereka mengesampingkan semuanya dan mengosongkan jadwal. Termasuk jadwal kuliah mereka sendiri. Mereka memakai pakaian formal,

    Last Updated : 2024-06-09
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 09

    Pernikahan hendak dilakukan secara kekeluargaan namun bisa dikatakan mewah untuk seukuran Dera. Tamu undangan bisa dihitung dengan jari karena hanya menyediakan beberapa kursi, dan semuanya hanya diisi oleh keluarga mereka saja. Meskipun pengumuman pernikahan telah dikonsumsi publik, namun tidak ada media yang meliput seperti yang Dera bayangkan sebelumnya. Mungkin karena posisi mempelai pria yang belum lama mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan, ditambah lagi dengan terjadinya pengantin pengganti yaitu dirinya sendiri. "Sebenarnya saya kecewa ketika kalian memilih untuk mengganti putri yang akan dinikahi putra saya. Namun di balik itu saya bersyukur, sifat-sifat buruk dari putri anda terbongkar sebelum melangkah lebih jauh. Entah dengan sifat putri anda yang satu ini." Dera yang baru saja menginjakkan kakinya di tangga terakhir, dibuat mematung di tempat diselingi rasa takut. Ia kenal pria paruh baya itu, ia sering melihatnya ditelevisi karena kesuksesan bisnis dari berb

    Last Updated : 2024-06-10
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 10

    "Saya terima nikah dan kawinnya Dera Aurora Bethany binti Bapak Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Dera tergugu di tempat, dan sempat membekukan pikirannya untuk sementara waktu. Mahar yang diucapkan oleh pewaris tunggal kaya raya di sampingnya tadi pagitidak main-main, setidaknya cukup menghidupinya untuk lima tahun ke depan. Mobil, cincin berlian, uang 1 miliyar, bahkan Dera tidak perlu takut lagi jika ia mendapatkan talak tiga dalam waktu kurun dekat ini. Mahar itu untuknya kan? Atau ada pembagian harta setelah ini? Apakah orang tuanya memiliki hak atas mahar-mahar yang diberikan kepadanya itu? Ia akan menjamin bahwa harta itu untuknya semua, sebut saja Dera serakah. Ia jadi membayangkan hidup hedonisnya selepas ini. "SAH." Dera mengerjapkan matanya. Jadi sekarang ia tidak berstatus lajang lagi, ia resmi menjadi istri orang diusianya yang masih ke dua puluh satu. Hidup hedonnya sepertinya akan dimulai, tetapi ia juga tidak yakin hidupnya akan dipermudah setela

    Last Updated : 2024-06-10
  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 11

    Mansion yang terletak di pusat kota, dengan ornamen bernuansa eropa itu membuat Dera tidak bisa fokus sedari tadi. Ia mengenali bangunan ini, bahkan ia pernah berhenti sejenak dan mengagumi bangunan di depannya sembari berkhayal jauh kapan bisa memilikinya. Namun, bukan itu yang Dera pikirkan saat ini. Ia melirik ke arah Dafi yang sedang dibantu keluar dari mobil, lalu mengetuk-ngetuk dagunya sambil berpikir untuk beberapa saat. Ia mengumpulkan memori-memori otaknya dengan keras, sepertinya pertemuan pertama dengan Dafi bukan di restoran itu tetapi di tempat lain. "Ada yang nggak beres, tapi gue juga mager buat cari tau. Fakta pasti akan terkuak nggak akan lama lagi. Gue jamin!" Dera tersenyum polos, ketika pintu mobilnya dibuka perlahan oleh anak buah suaminya. Disitulah ia melihat sosok Dafi yang lagi-lagi sudah di dorong jauh meninggalkan dirinya. Mau menggurutu pun, Dera paham dengan situasinya sendiri. Dera kan hanya seorang pengantin pengganti saja, meskipun ciuman pertaman

    Last Updated : 2024-06-11

Latest chapter

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 28

    Pagi-pagi sekali, Dera dikejutkan dengan dering telepon yang mengharuskan dirinya pergi ke kampus. Jadi Dera yang hendak menyiapkan sarapan untuk dia dan Dafi memilih untuk berhenti, skripsi akhirnya lebih penting. Kemarin, baru saja dia mendapatkan ACC untuk bagian pembahasan. Sebentar lagi penderitaannya akan berakhir. Arkan juga sudah menyepam pesan sejak kemarin. Mungkin karena Dera belum sempat membuka ponsel, jadi baru sempat membukanya sekarang. Ada ajakan nongkrong kemarin, tapi tidak jadi karena Dera tidak ikut serta dengan mereka."Harus cepet, bentar lagi wisuda!" seru Dera penuh semangat. Dera segera bergegas, mengambil tasnya dan memasukkan laptop serta berkas-berkas penting yang sudah disiapkan sejak kemarin. Dafi, yang masih setengah terjaga, bangun dan melihat Dera yang tampak sibuk entah karena apa. "Buru-buru, mau kemana?" tanya Dafi dengan raut bingung. "Kampus, maaf ya nggak jadi masak. Bimbingan kali ini lebih awal dari hari-hari sebelumnya, ada urusan mendad

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 27

    "Manusia sultan mah bebas. Gue yakin si Dafi rumahnya nggak cuma ini dan yang sebelumnya doang, pasti masih banyak aset yang gue nggak tau. Mana rumahnya tetep gede semua lagi." kata Dera sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Ehhh tunggu, ini beneran rumah yang waktu itu gue datengin karena habis nolongin orang kan? Jadi apa bener yang gue tolongin waktu itu beneran si Dafi?" Dafi sudah keluar dari dalam mobil lebih dulu, meninggalkan dirinya yang masih berada di dalam mobil karena dia sempat berpura-pura tidur tadi. Luar kota yang dimaksud Dafi ternyata hanya perbatasan kota saja. Dera kira harus membutuhkan banyak waktu untuk perjalanan ke tempat yang Dafi maksud. Dera keluar dari mobil dengan perasaan campur aduk. Dia memandangi rumah besar yang sekarang tampak begitu familiar. Ingatannya mulai berputar kembali ke kejadian beberapa hari yang lalu ketika dia menolong seorang pria yang dikeroyok. "Jadi yang gue tolongin waktu itu beneran Dafi, jangan-jangan bener gue

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 26

    "Apa itu masih sakit? Sini saya obatin muka kamu." kata Dafi ketika Dera baru saja masuk ke dalam mobil. Kaget, tentu saja Dera merasakan hal itu. Dafi menggeser tubuhnya agar Dera bisa duduk di sampingnya. Sejak tadi dia juga sudah menyiapkan P3K, berharap Dera mau segera diobati lukanya ketika menyusulnta. Namun nyatanya Dafi harus dibuat menunggu, sambil mengamati gerak-gerik yang dilakukan istrinya sejak tadi. Bangga tentu saja, padahal Dafi sudah mencari informasi sedetail yang dia bisa. Yang dilakukan Ayahnya kepada Dera hhanyalah menorehkan ebagian luka besar menganga tak pernah diobati. Namun Dera masih terlihat berbaik hati, menunggu dengan setia hingga Ayahnya masuk ke dalam taksi. "Ini mungkin sedikit perih, tapi kamu harus bertahan ya?" Dafi tiba-tiba berkata lembut, tangannya bergerak pelan membersihkan luka tamparan di wajah Dera dengan hati-hati. Dera meringis sedikit, tapi dia tetap diam tidak berkomentar apapun. Pikirannya masih dipenuhi oleh fakta-fakta yang

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 25

    Dera itu memang tipikal perempuan yang gampang patuh, namun di sisi lain dia juga tipikal yang pembangkang juga. Setelah masuk ke dalam kontrakan, dia memilih untuk memasang telinganya dalam-dalam. Ingin tahu apa yang dibicarakan oleh Ayahnya dan suaminya secara serius tentu saja! Mendekatkan telinganya ke arah pintu, berharap bisa mendengar dengan jelas percakapan antara ayahnya dan Dafi di luar sana. Ayahnya berbicara dengan nada yang jelas tegang dan marah, sementara Dafi masih dengan suara yang tenang dan datar. "Saya sudah tidak peduli dengan siapa saya berbicara sekarang. Pada intinya, anda harus membantu perusahaan saya! Sesuai perjanjian bisnis dalam pernikahan, sudah seharusnya anda membantu keruntuhan perusahaan saya!" suara Ayah Dera terdengar jelas di telinga Dera saat ini. Dera terkekeh kecil, benar-benar tidak tau malu Ayahnya itu. Padahal Ayahnya sendiri yang melanggar perjanjian dengan menggantikan Dela dengan dirinya didetik-detik terakhir lantaran berita kecelakaa

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 24

    Dera tidak langsung pulang ke rumah suaminya. Sebaliknya dia memilih untuk pergi ke tempat kontrakannya sebelumnya, ada beberapa barang penting yang seharusnya dia bawa ke tempat tinggal barunya. Beruntung ketika Arkan mengambil barang-barangnya tempo beberapa hari yang lalu, kuncinya tidak dibawa dan diletakkan di tempat persembunyian aman. Jadi dia memilih untuk bersantai sebentar, presetan dengan waktu yang sudah hampir menjelang sore. "Ini baru Dera, kehidupan seperti ini yang sebenarnya gue mau. Aman, tenang, damai, dan yang pasti hidup sendirian." kata Dera sambil tersenyum dan memejamkan matanya.Andai Ayahnya tidak memintanya untuk menikah, andai Ayahnya tidak memintanya untuk menggantikan posisi kembarannya dalam sebuah pernikahan bisnis, mungkin Dera masih bisa hidup dengan tenang sekarang. Minusnya, Dera mungkin akan selalu hidup di bawah garis kemiskinan. "Hidup terlalu sempurna untuk kembaran gue. Sedangkan hidup gue terlalu hancur demi kebahagian kembaran gue." lanjut

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 23

    Dafi kini berada di kursi kebesarannya dengan senyum yang kadang-kadang timbul. Kantornya yang mewah dan rapi memancarkan kesan profesionalisme, namun pikiran Dafi melayang kembali ke momen-momen bersama Dera tadi pagi. Dia merasakan kepuasan yang mendalam melihat bagaimana hubungan mereka perlahan-lahan membaik meskipun dengan sedikit paksaan. Di depannya, Andrew Matthew sang sahabat sekaligus sekretarisnya itu menatap Dafi dengan raut bingung. Ia sebenarnya sedikit agak ngeri, kejadian seperti ini tidak pernah terjadi selama mereka menjalin persahabatan. Sahabatnya tidak sedang kerasukan kan sekarang? "Hei, bro," panggil Andrew pelan, berusaha mengembalikan perhatian Dafi dari lamunan dan senyum mengembangkan, "Lo nggak sedang kerasukan kan? Gue takut lo ketempelan genderuwo diperjalanan ke kantor tadi." Andrew Matthew menatap Dafi dengan rasa ingin tahu yang semakin besar. Ia sudah mengenal Dafi sejak lama, dan senyum yang kadang-kadang muncul di wajah sahabatnya itu adalah

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 22

    Dera tersentak kaget, pagi-pagi sekali dia terbangun di dalam pelukan seseorang yang seharusnya ia hindari. Perasaan terakhir kali, dia sedang memeluk guling. Kenapa sekarang dia jadi memeluk Dafi Ezzekiel Edison? Kemana guling yang terakhir kali ia gunakan? Dera dengan hati-hati melepas pelukan mereka. Namun ketika dia hendak bangkit, Dafi benar-benar menarik tubuh Dera kembali dan merapatkan tubuh mereka. Dera jadi sedikit menggeliat meminta untuk dilepaskan, tetapi langsung bungkam ketika Dafi mengeluarkan kata-kata yang tidak disangka. "Diam, atau yang dibawah sana bangun karenamu. Tidur kembali, waktu masih sangat pagi untuk membuka mata." kata Dafi yang membuat Dera membelalakkan matanya. Pagi dari mana coba? Setelah Dera mengecek jam yang dipajang di area kamar tersebut, waktu sudah menjelang pukul sembilan pagi. Jika dia tidak salah ingat, skripsinya sudah terbengkalai cukup lama. Dia ingin segera melakukan bimbingan, dia ingin mendapatkan pekerjaan impiannya dengan ce

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 21

    Dera bersedekap dada dengan kesal. Jika ada laki-laki paling menyebalkan di dunia ini, maka itu adalah suaminya sendiri. Tampan sih, kaya raya juga jangan ditanyakan lagi. Tapi yang paling menyebalkan di sini, kenapa laki-laki itu tega mengurungnya? "Sebenarnya apa yang dia mau dari gue? Perasaan gue bukan wanita sempurna kayak yang lain. Cantik, mungkin relatif. Tapi perasaan kelakuan gue berbeda dari yang lain. Buktinya aja gue langsung tantrum, pas tau gue dikunciin di dalam kamar." pikir Dera dengan sedikit rasa kekhawatiran yang terpancar dari dalam matanya. Dera akan menunggu Dafi Ezzekiel Edison itu datang ke kamar ini. Dia butuh penjelasan yang lebih spesifik mengapa laki-laki itu terlalu mengekangnya. Apa dia memiliki kesalahan di masa lalu kepada laki-laki itu. Jika iya, Dera akan meminta maaf sebesar-besarnya. Cklek... Pintu kamar yang diwanti-wanti Dera untuk dibuka akhirnya terwujud juga. Dia menantikan momen ini, momen dimana dia akan memaksa Dafi untuk menjela

  • Menjadi Istri Sang Billionaire   BAB 20

    Dera bertepuk tangan ketika hasil kreativitasnya seharian ini bersama para koki telah selesai. Sebentar lagi waktu makan malam akan tiba, dan Dafi juga akan pulang ke rumah sebentar lagi. Ia jadi tidak sabar memamerkan hasil yang ia ciptakan ini. Dera tentu saja sangat puas. Merasa badannya lengket karena keringat, mungkin ia mandi terlebih dulu sembari menunggu sang Tuan rumah pulang. Karena Dera tipikal orang yang tidak terlalu menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, sepertinya sepuluh menit cukup untuk menyegarkan badannya. "Untuk sementara, gue emang jadi Nyonya di rumah ini. Mungkin nikmati dulu kehidupan glamor yang nggak datang dua kali, sebelum didepak sama Dapi. Sayang sekali, tampilan gue tetep kayak anak itik habis kecebur got. Miris!" Dera menatap dirinya dicermin sambil menggelengkan kepalanya. Begitu sialnya Dafi sang suami, sampai-sampai mendapatkan wanita tidak tau cara berpenampilan seperti Dera. Mau memuji diri sendiri pun, sepertinya tidak ada yang menarik da

DMCA.com Protection Status