“Gadis penebus hutang? Ck!” Abian berdecak. Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Abian karena terdengar seperti sinetron ikan terbang. Bisa-bisanya nyawa manusia dijadikan penebus hutang? Abian rasa Diana tidak semenarik itu sampai sang Kakek merelakan uangnya yang banyak untuk ditukar dengan seonggok gadis model Diana!Andai Abian jadi kakek Bram! Mungkin dia lebih baik menghukum Firman di penjara atau membuat lelaki itu mati saja. Hal seperti itu jauh lebih memuaskan dibanding menerima gadis seperti Diana yang mudah didapatkan di mana saja.Dan sialnya, sekarang Abian kembali terjebak dengan kegilaan ini. Pria itu harus mencari keberadaan Diana karena nanti malam kakek meminta Abian dan Diana untuk menginap. Pagi-pagi sekali Abian memacu mobilnya menuju restoran Doni. Dia menunggu gadis itu cukup lama sampai akhirnya Abian melihat sosok Diana sedang menuruni angkot pukul 8 pagi.Buru-buru Abian mengejar Diana sebelum wanita itu masuk ke dalam.“Diana!” Dia mencekal lengan
"Diana menikah dengan siapa? Jelas-jelas waktu itu dia bilang kalau dia masih single-- argghhhh ini gila! Ini gila sumpah!" Raka menjerit sambil menjambak rambutnya. Pria itu merasa tertipu dengan kepolosan yang Diana miliki selama ini. Dia tidak menyangka gadis yang terlihat polos seperti Diana tega membohonginya seperti itu."Tenang dulu Rak! Masalah ini biar nanti aku yang tanyakan pada Diana secara langsung. Mana tahu ini hanya salah paham," ujar Doni berusaha menenangkan pria itu.Sepertinya Raka sudah terlanjur cinta berat pada Diana. Namun Raka lupa kalau Diana masih tergolong perempuan bocah. Bagaimanapun juga pemikiran anak 19 tahun tidak bisa disandingkan dengan Raka yang sudah berumur matang. Andai Diana memang membohongi Raka pun itu sudah tidak aneh bagi Doni. Anak seusia Diana memang sedang menjajaki arus-arus kehidupan yang menurut Doni termasuk hal wajar."Apa jangan-jangan Diana adalah istri Abian?" tebak Raka sembari tertawa getir.“Jangan sembarangan menuduh. Jika A
Diana tertunduk dalam-dalam sembari meremas apron berbahan dasar kain katun. Dia masih belum tahu apa yang terjadi. Tapi pikirannya berusaha menebak-nebak apa yang terjadi sampai dua manusia di hadapannya terlihat bersitegang dan menatap Diana tanpa henti."Diana masih karyawanku, jadi biar aku saja yang bicara!" ucap Doni menghardik Raka supaya diam. Raka terlihat mengedikkan bahu pertanda pria itu mempersilakan Doni untuk bicara."Sebelumnya aku minta maaf Diana. Jujur aku tidak mau ikut campur urusan pribadi kalian berdua, tapi tadi aku tidak sengaja melihat data diri yang kamu berikan kemarin." Doni membalik laptopnya menghadapi Diana.Kemarin memang Doni menyuruh manajernya untuk mengirim foto scan ktp Diana kepadanya, tapi ia baru melihat keanehannya pada hari ini."Di KTP ini statusmu sudah menikah! Apa benar kamu memang sudah menikah?" tanya Doni. Diana termenung menatapi scan ktp miliknya yang tertera pada layar laptop Doni. Dia memang tidak pernah membahas soal status dengan
"Masih perawan?" Gumaman pelan itu keluar dari mulut kering Raka begitu saja. Ia beberapa kali menggeleng tidak percaya dengan penuturan Diana yang terkesan aneh di telinga."Sial. Kenapa otakku malah jadi mikir ke arah sana terus?" rutuknya dalam hati karena terus membayangkan pernyataan Diana.Sayangnya Raka adalah tipe pria yang jika sekali dibohongi tidak akan mudah menaruh kepercayaan lagi dengan orang tersebut. Sekalipun orang itu adalah pujaan hatinya sendiri, dia tetap tidak mudah percaya. Dan juga, memangnya ada orang yang menikahi wanita secantik Diana tapi tidak bernafsu menyentuhnya? Andai itu Raka mungkin ia akan mengurung Diana di kamar supaya hanya dirinya saja yang bisa menikmati kecantikan Diana. Sebagai laki-laki normal jelas Raka merasa janggal dengan kejujuran Diana barusan.Raka kembali ke kantor setelah berhasil mengintrogasi Diana. Dia sengaja membawa satu cup kopi kesukaan Abian untuk mendekati pria itu. Niatnya Raka akan minta maaf, juga menyelidiki sesuatu.
"Belum kawin?" Raka sedikit mengerutkan alisnya. Namun beberapa saat kemudian pria itu menarik napas lega karena berpikir kecurigaannya tidak benar.Padahal Abian memang sengaja belum mengganti statusnyai di KTP. Kemarin saat mereka mendaftarkan pernikahannya di catatan sipil hanya Diana seorang yang statusnya berubah. Sementara Abina menolak status perubahan KTP tanpa sepengetahuan Diana.Raka kemudian menaruh benda itu ke tempat asalnya. Pria itu memggeleng dengan suara lemah. "Bisa-bisanya aku mencurigai temanku sendiri. Padahal aku tahu persis bagaimana watak Abian. Maafkan aku Bian ... aku terpaksa melakukan ini," gumam Raka.Setelah itu dia pura-pura menghubungi Abian untuk memberi tahu pria itu kalau dompetnya terjatuh di depan pintu tadi."Biar aku saja yang antar. Kau tunggu saja di lobi!" ucap Raka gegas turun menggunakan lift saat Abian bilang akan ke atas mengambil dompetnya.Tak lama kemudian Raka keluar dari pintu lift. Dia berlari kecil lalu menyerahkan dompet Abian pad
Abian hanya menatap datar saat melihat Miranda tersenyum senang dengan ponsel baru yang ada di tangan. Gadis itu terlihat bahagia dengan ponsel limited seharga 50 juta yang baru saja dibelikan oleh Abian."Suka?" celetuk pria itu. Masih dengan tatapan yang datar karena Abian tak tahu harus memberi reaksi apa atas sikap Miranda yang menurutnya sangat berlebihan."Jelas suka banget. Ponsel ini udah aku incer dari bulan lalu. Makasih ya!""Hmmm," jawab Abian dengan dehaman. Spontan perempuan itu mendongak tidak senang. "Kok cuma hmm doang? Kamu nyesel beliin aku hape mahal ini?" kesal gadis itu."Apaan si, Mir? Terus aku harus kasih reaksi apaan?" Abian menarik gelas mix jus di depannya. Sekarang mereka sedang ada di sebuah restoran dan menikmati makan siang bersama."Terserah kamu! Yang penting jangan cemberut. Aku jadi ngerasa kamu gak rela beliin aku hape!""Kalau nggak rela aku gak bakalan ada di sini buat nurutin permintaan kamu,," balas Abian logis."Hmmm. Terus aja ketus sama aku!
"Kamu berani nolak pemberian aku?" tanya Abian geram.Diana menatap pria itu dengan berani. "Iya. Soalnya aku nggak mau tinggal di apartemen Mas Abian lagi! Aku nggak betah tinggal di sana!""Alasannya?" Pria bertubuh jangkung itu menaikkan sebelah alis. Entah sejak kapan Diana pintar bicara dengan bahasa non formal, tapi menurut Abian lebih baik Diana menggunakan bahasa santai seperti ini agar pembicaraan mereka tidak terlalu kaku seperti biasanya."Harus berapa kali aku bilang alasannya? Aku nggak mau mata aku yang suci ternodai karena kemesuman kalian! Pokoknya selama Mbak Miranda masih sering nginap di apartemen itu aku nggak mau ikutan tinggal di sana!""Ngomong saja cemburu," cibir Abian. Dia kembali melajukan mobilnya tanpa memedulikan wajah Diana yang berubah kesal karena mendengar tuduhannya."Siapa yang cemburu? Aku bahkan tidak peduli Mas Abian mau dekat dengan siapa pun. Andai Mas Abian punya pacar 10 pun aku tidak peduli," balasnya dengan suara sewot.Mendapat jawaban sep
Sesampainya di kamar mereka, Abian menyeret tangan gadis itu dengan kasar lalu mendorongnya ke tengah ranjang."Kenapa kamu mau nerima tawaran Kakek? Harusnya kamu bicarakan dulu padaku sebelum menjawab iya!" Pria itu menyentak Diana dengan tatapan marah."Maaf Mas! Aku juga bingung mau jawab apa," kilah Diana. Padahal dia memang berminat menerima tawaran itu sejak awal. "Kalau sudah begini sekarang aku yang repot. Kamu pikir masuk universitas gampang?""Aku akan berusaha Mas," jawab Diana dengan polosnya.Abian memandang remeh gadis di depannya ini. "Kamu cuma tamatan SMP. Mau usaha sampai jungkir balik pun percuma. Kemungkinan kamu diterima di universitas sangat kecil.""Meskipun kecil tapi masih ada kemungkinan kan Mas? Aku janji aku akan berusaha memanfaatkan kemungkinan kecil itu supaya aku tidak mengecewakan Mas Abian. Aku janji akan berusaha semaksimal mungkin," tekadnya.Abian membuang napas kasar. Karena capek berdebat dia gegas ke kamar mandi untuk mandi dan mendinginkan pik