Chapter: (Happy Ending) Rara & Gilang***Rara terdiam, agak aneh menurutnya Gilang ini. Namun, ketika teringat betapa sederhana dan bijaknya Gilang, ia pun tidak berani menyela."Tapi paling tidak kita rayakan, Lang. Sebagai istri aku rasanya tidak enak kalau hanya menghabiskan hari kelahiranmu dengan hanya berdiam diri."Gilang memegang dagunya. Ia mulai berpikir."Bagaimana kalau pesan kue?" usul Rara. Matanya berbinar.Sayangnya usul itu mendapat gelengan kepala."Lalu maunya apa?" Rara kembali cemberut."Bagaimana kalau masak. Aku ingin mencicipi masakanmu," balas Gilang."Masak?"Gilang mengiakan dengan anggukan."Emang mau masakan apa?" tanya Rara lagi.Gilang pun terlihat berpikir. "Buatkan aku sayur asem dan ikan asin saja, bagaimana?""Cuma itu?" Rara benar-benar tidak habis pikir."Jangan bilang cuma, kamu tau menu itu sukses buatku nambah tiga kali.""Masa cuma itu.""Tapi aku maunya itu, bagaimana?"Mulanya Rara ragu, tapi setelah melihat Gilang yang tampak sangat berharap ia pun mengiakan dengan anggukan."W
Terakhir Diperbarui: 2023-05-04
Chapter: Satu Tahun BerlaluSetahun kemudian.Rumah tangga Gilang dan Rara semakin membaik dari waktu ke waktu. Layaknya rumah tangga pada umumnya, di rumah sederhana Gilang itu selalu ada canda, tawa, kadang ada sedikit pertengkaran kecil antara mereka.Namun, itu tak jadi pemicu keretakan. Justru sebaliknya, mereka saling memahami antara lain, membuat rumah tangga mereka kian kokoh.Satu tahun itu pula Gilang berhasil menunjukkan keseriusan. Cinta yang tulus membuatnya tak pernah lelah maupun mengeluh dengan kondisi Rara yang cacat. Justru, rasa sayang serta peduli untuk Rara makin menggebu.Rara sendiri sama, dia terus berusaha sembuh. Kabar baiknya sekarang sudah bisa berjalan menggunakan tongkat. Terakhir, Rara juga sudah mulai berjalan dengan dua kaki, meskipun hanya bertahan lima langkah.Kendati demikian tak buat asanya putus. Ada Gilang yang selalu menyemangati dan itu buat Rara semangat lagi. Ia ingin cepat berjalan normal agar bisa mengimbangi langkah Gilang. Ingin seperti pasangan kebanyakan yang men
Terakhir Diperbarui: 2023-05-04
Chapter: Sesampainya DirumahDari semenjak kejadian tadi siang, Rara menjadi lebih banyak diam. Gilang sendiri juga belum berani cerita apa-apa. Pria itu masih berusaha menyusun kata yang pas supaya tidak menyakiti hati Rara Nantinya."Ra, kamu baik-baik aja 'kan?" Gilang melongok ke kamar. Tampak Rara tengah duduk sembari membaca buku bertema islami dengan posisi kaki selonjoran."Itu pertanyaan kamu yang ke empat kali. Memangnya kamu tidak bosen?" balas Rara tanpa menatap.Diperlakukan seperti membuat Gilang salah tingkah. Kelakuannya saat ini makin tambah belingsatan saja."Ra, kamu baca apa?" Gilang mendekat, matanya seketika membola saat mengetahui halamaan buku yang Rara baca. "Kamu ngapain baca begituan?" tanya Gilang spontan."Memangnya kenapa? Aku hanya penasaran saja dengan hukum poligami. Ternyata poligami sangat indah jika dijalani sesuai kaidah. Aku tidak menyangka pahala istri yang dipoligami sangat besar!"Mendengar itu, Gilang makin tambah misuh-misuh. Ia berebut buku tersebut lantas menaruhnya ke
Terakhir Diperbarui: 2023-05-04
Chapter: Luka Yang TerlihatPemandangan yang baru saja dilihat membuat Rara memutuskan untuk menutup pintu mobil. Di titik ini, Rara merasa harga dirinya dijatuhkan seketika. Ia dapat melihat dengan jelas bagaimana suaminya itu dipeluk oleh wanita lain, akan tetapi ia tidak bisa berlari untuk sekadar mencegah, apalagi sampai membuat perhitungan kepada Nayla.Dari jendela mobil juga, Rara melihat Nayla yang terus menyeret koper lalu hilang di balik pintu gerbang. Setelah itu ia melihat ke arah Gilang. Lelaki itu terlihat memapah Bunda Alia masuk ke dalam rumah.Kini tinggallah Rara di dalam mobil seorang diri. Kesunyian halaman di panti asuhan saat ini sukses menambahkan momen sakit di hati Rara semakin menggebu-gebu. Ia menangis. Hatinya menjerit atas semua yang baru saja ia saksikan.Rara bukan mempermasalahkan pelukan perpisahan yang dilakukan oleh Nayla, tapi Rara menyayangkan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa saat semua itu terjadi. Bahkan untuk sekadar menyusul Gilang saja, Rara tak mampu melakukannya
Terakhir Diperbarui: 2023-05-04
Chapter: Boncap 5 : Salam PerpisahanGilang baru saja hendak menurunkan Rara dari mobil saat suara ribut-ribut terdengar di pelataran panti. Lelaki itu gagas menoleh, dari kejauhan ia melihat Bunda Alya sedang terlibat cekcok dengan Nayla. Sepertinya perdebatan mereka cukup serius. Gilang pun segera meminta izin pada Rara agar melerai keduanya terlebih dahulu."Ra, kamu di mobil sebentar ya! Kayaknya Bunda lagi bertengkar sama Nayla. Aku pisahin mereka dulu."Saking paniknya, Gilang gagas berlari tanpa menunggu jawaban Rara terlebih dahulu. Di sofa mobil yang pintunya sudah terbuka, Rara hanya dapat menatap punggung Gilang yang semakin menjauh darinya. Ia juga menatap kursi roda yang baru saja dibentangkan oleh Gilang. Namun, sayang, Rara tidak bisa menggapai benda yang sangat dibutuhkannya tersebut karena posisinya terlalu jauh.Sementara Gilang. Lelaki itu berlari secara membabi buta. Lalu berdiri di tengah-tengah mereka." Ada apa ini?" seru Gilang sambil menatap Bunda Alya dan Nayla secara bergantian, bahkan ia lupa
Terakhir Diperbarui: 2023-05-04
Chapter: Boncap 4 : Ada Apa***"Gawat, Ra! Gawat!"Gilang masuk ke kamar begitu saja saat Rara sedang asik membaca buku panduan salat. Wanita itu sedang menghafalkan beberapa hafalan doa dan tata cara salat tahajud saat Gilang mendekat dengan mimik wajah cemas."Ada apa? Kenapa kamu cemas begitu?""Nayla Ra … Nayla ….""Nayla kenapa?" Rara memekik.Hati Rara sedikit tercubit melihat Gilang begitu mencemaskan Nayla. Namun, ia tepis segala perasaan tidak baik itu karena Nayla dan Gilang memiliki ikatan persaudaraan yang cukup kuat meski bukan saudi kandung."Anak panti bilang Bunda Alia bertengkar dengan Nayla. Ternyata kepergiannya Nayla ke Singapur terlalu mendadak, dan tanpa sepengetahuan Bunda.""Kok bisa, Lang?""Entahlah, Ra! Anak panti bilang Nayla mau berangkat sore nanti, dia juga bilang kalau Nayla sudah terlanjur tanda tangan kontrak dan menerima dana sebesar 150 juta.""Astagfirullahallazim. Kamu serius, Lang? Aku takutnya Nayla itu ditipu. Perusahaan mana yang berani memberi DP sebanyak itu?""Maka d
Terakhir Diperbarui: 2023-05-04
Chapter: TAMATHari itu, ruangan dokter terasa lebih hangat dari biasanya bagi Abian. Dengan senyum yang tak bisa disembunyikan, dia memandangi layar USG yang menunjukkan gambar bayi mereka yang kedua. Antusiasme terpancar dari matanya yang berbinar saat membayangkan kehadiran anggota keluarga baru."Semoga aja yang kedua perempuan. Jadi formasi keluarga kita bakalan lengkap. Tapi kalau laki-laki juga tidak masalah. Aku juga suka," ujarnya sambil terus menatap foto hasil usg, seolah bisa melihat masa depan keluarganya yang bahagia.Di sampingnya, Diana yang mendengar ucapan Abian itu menoleh dengan ekspresi yang rumit. Matanya yang tadinya memancarkan kebahagiaan kini seolah tertutup oleh awan kegelisahan. "Sebenarnya hubungan kita ini bagaimana sih Mas? Kita jadi cerai atau tidak?" tanyanya dengan suara yang mendadak serius.Abian menoleh, ekspresi bahagianya berganti dengan tatapan yang lebih dalam. "Kamu maunya gimana?" tanyanya, mencoba menggali perasaan dan keinginan Diana yang sebenarnya."Ak
Terakhir Diperbarui: 2024-07-26
Chapter: Posesif Parah LagiLupakan isi hati perempuan yang sulit dipahami. Abian berusaha memaklumi sikap Diana yang aneh karena wanita itu sedang hamil sekarang.Pagi harinya, Abian dikejutkan oleh kabar Diana yang pingsan mendadak. Dia dilarikan ke rumah sakit karena kekurangan cairan.Abian saat itu cukup panik. Dia baru saja duduk di kursi kantor saat kabar itu datang. Tanpa basa-basi Abian langsung pergi menuju rumah sakit tempat Diana dilarikan.Sesampainya di rumah sakit ada kakeknya yang menunggu Diana. "Gimana keadaannya, Kek?" tanya Abian dengan wajah pucat pasi."Masih di dalam, dokter sedang menanganinya," jawab kakeknya sambil memandang lekat-lekat ke arah pintu ruang gawat darurat.Abian menghela napas berat. Pundaknya terasa seolah ditumpuk beban berat. Dia duduk di samping kakeknya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bertanya lebih lanjut tapi kata-kata terasa tersangkut di tenggorokannya.Beberapa menit terasa seperti jam berlalu hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruang tersebut. A
Terakhir Diperbarui: 2024-07-26
Chapter: Lahhh??Diana menatap pintu kamar anaknya yang tertutup rapat, berharap suara lembut dari luar tidak akan membangunkan si kecil. Punggungnya terasa kaku, tangannya gemetar sedikit saat memegang gagang pintu. Ketika Abian berbicara, suaranya menimbulkan desas-desus yang menambah ketegangan di udara."Azka sudah tidur?""Sudah," sahut Diana, suaranya hampir tak terdengar, berusaha keras menyembunyikan kegugupannya."Kalau sudah selesai ayo tidur ke kamar. Bagaimanapun kita belum resmi cerai. Jadi usahakan jangan membuat orang salah paham," kata Abian dengan nada yang mencoba terdengar tenang namun Diana bisa mendengar sedikit kekecewaan di dalamnya.Kata-kata itu seperti jarum yang menusuk-nusuk perasaan Diana, membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Tanpa menjawab, ia melangkah pergi, meninggalkan Abian yang masih berdiri di ambang pintu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah lantai di bawahnya menjadi lumpur yang menahan kakinya."Kamar kita masih sama kayak dulu. Ada di atas," sambun
Terakhir Diperbarui: 2024-07-26
Chapter: Kembalinya DianaKakek Bram berdiri tegak di halaman villa, keriput di wajahnya semakin terlihat jelas, namun matanya masih tajam dan penuh semangat.Diana baru saja sampai di villa dan melihat sosok Kakek Bram yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Tubuh Kakek Bram tampak lebih renta, namun ia tetap berdiri tegap dan berkharisma."Kakek," sapa Diana dengan suara agak gemetar, mengetahui Kakek Bram pasti punya maksud tertentu mendatanginya.Kakek Bram tersenyum tipis, "Apa kabar Diana? Lama tidak berjumpa!""Kabar baik, Kek!" jawab Diana sambil berusaha tersenyum, menutupi rasa cemas yang menyelimuti hatinya."Ayo masuk, Kakek pasti sudah menunggu lama di sini kan," ajak Diana, berharap bisa mengalihkan pembicaraan.Namun Kakek Bram menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf, Diana. Kakek tidak mau basa-basi. Kamu pasti paham tujuan Kakek ke sini buat apa."Diana menelan ludah, hatinya berdebar semakin kencang. Ia tidak tahu apa yang akan dibahas Kakek Bram, namun ia tahu, apa pun itu, pasti sangat pentin
Terakhir Diperbarui: 2024-07-22
Chapter: Pengalaman HidupDiana menatap Prass dengan mata berkaca-kaca, seolah tak sanggup menahan kesedihan yang mendalam. Prass, yang sejak tadi mencoba menunjukkan sikap tegas, mulai merasa jantungnya berdegup kencang. Ia sadar, ini bukan hanya tentang kebahagiaan dirinya, tapi juga tentang Diana dan Bian."Maafkan aku, Mas Prass. Menurutku ini jalan terbaik untuk kita bertiga. Aku dengan jalanku, Mas Bian dengan jalannya, dan Mas Prass dengan langkah Mas sendiri," ungkap Diana dengan nada lirih.Prass mengepalkan tangannya, merasakan rasa kecewa yang begitu dalam. "Jadi begitu menurutmu. Jujur aku kecewa sekali dengan putusnya hubungan kita , Diana. Tapi aku cukup tercengang dengan isi pikiranmu. Menurutku kamu salah!"Diana terkejut, "Salah?""Hum. Kalau kamu masih sayang pada Abian. Kejarlah dia. Untuk apa kamu ikut menyerah?" kata Prass, mencoba menyadarkan Diana."Biar adil untuk Mas. Menurutku tidak etis jika aku berbahagia dia atas penderitaan orang," jawab Diana dengan suara terputus-putus."Sejak
Terakhir Diperbarui: 2024-07-08
Chapter: Hikss. Diana merasa hampa, ia menatap lantai dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa tidak berdaya, tidak bisa mencegah Abian pergi meninggalkannya. Diana memang terlalu egois untuk mengatakan bahwa dirinya masih membutuhkan laki-laki itu.Saat sedang tenggelam dalam kesedihan, tiba-tiba pintu terbuka dan Firman datang. Firman, bapak Nuna yang dulunya jahat namun kini sudah bertobat."Nuna, apa yang terjadi?" tanya Firman cemas, melihat wajah anaknya yang sembab karena menangis. "Mas Bian baru saja pergi, Yah. Dia minta tinggal satu bulan di sini sebelum kita bercerai, dan sekarang waktunya sudah tinggal di sini habis," jawab Nuna dengan suara serak."Terus kenapa kamu nangis?" tanya Firman heran, berusaha menenangkan Nuna.Nuna menangis semakin keras, Firman mencoba merangkul dan mengusap punggung Nuna, berusaha memberi dukungan pada anaknya yang sedang berduka. Di tengah kekacauan hati ini, Diana merasa sendiri dan terluka, namun ia bersyukur masih memiliki Firman yang peduli dan siap mend
Terakhir Diperbarui: 2024-07-08
Chapter: Obat PerangsangCafe paling dekat menjadi tempat tujuan mereka. Marco memesan dua espresso untuk dirinya dan Vino. Lalu satu coklat panas yang tentunya sudah diberi obat perangsang untuk melancarkan aksinya setelah ini."Gimana kuliah kalian. Lancar?""Lancar Kak! Tapi paling Kakakku sebentar lagi akan di DO," celetuk Luna . Gadis itu memutar bola mata dan membuat Vino menoleh geram.Mendengar itu Marco tersenyum. Ternyata gadis pendiam itu ada sisi lucunya juga.Marco bisa melihat betapa manisnya Luna di balik kaca matanya yang besar. Gadis itu menyimpan kecantikan di mana banyak orang yang tidak menyadari. Bahkan Vino si Kakaknya sendiri mungkin tidak sadar kalau Luna sebenarnya cantik."Gak usah ngomong macem-macem. Gue bakal buktiin ke elo kalo kita bakalan sama-sama lulus tahun depan.""Yau dah buktikan!" Luna mencebik. Gadis itu menarik cangkir lalu meminum coklat panasnya sedikit demi sedikit.Marco dan Vino hanya saling pandang dengan perasaan yang sulit untuk dijabarkan.“Eh, gue ke toilet du
Terakhir Diperbarui: 2023-11-21
Chapter: Lo Mau Perawan Gak?[Gue butuh bantuan lo]Marco tersenyum sinis ketika membaca pesan yang dikirim Vino. Dia kemudian menghubungi balik nomor lelaki itu."Bantuan apaan? Ada imbalannya, 'kagak? Kalo engga gue males!""Ini beneran kesempatan emas buat lo. Adek gue lagi ngambek, gue takut dia ngadu yang engga-engga sama Mami Papi. Jadi gue butuh bantuan lo!""Terus? Gue harus ngapain?" Dua alis Marco mengernyit."Lo mau perawan, gak?""Ya maulah!""Gue mau lo bantuan gue bujuk dia! Lo bilang aja kalau sebenarnya gue sayang banget sama dia. Atau apa kek, terserah lo! Yang penting bersikap baik supaya hati adek gue meleleh.""Terus imbalannya perawan adek lo?" Marco mengingatkan jika Vino Lupa. Lelaki itu tedengar mendesah dari balik sana. "Ya iya lah bego! Ambil aja perawan adek gue. Nanti gue kirim obat perangsang biar perjalanan lo lancar. Tapi ati-ati. jangan sampe kelebihan dosis! Entar adek gue mati lagi!.""Tenang aja. Gue lebih tua dari lo Nyet! Emang adek lo di mana?" "Gue udah kirim lokasinya lewa
Terakhir Diperbarui: 2023-11-20
Chapter: Kamu Homo?"Vinooooooooo ...!" teriak bu Jolla keras. "Kamu h0mo?" ulangnya untuk kedua kali. Dalam diam Vino menggeram.Ah sial.....!Benda itu ya?Kond0m memang barang yang tak pernah ketinggalan untuk dibawa, karena siapa tahu anak keparat itu menemukan mangsa indah secara dadakan. Jadi harus selalu sedia payung sebelum hujan.Antisipasi untuk mencegah, jangan sampai sudah menemukan sarang yang tepat, tapi harus ditunda karena tidak ada kuncinya.Mengenai foto yang ikut terjatuh, itu adalah foto Marco yang akan Vino berikan untuk Luna, karena Luna sudah melihatnya sendiri, Vino tidak Jadi memberikanya."E-ngga bu, itu salah paham. Bukan punya saya ...," jawabnya pura-pura polos.Gelak tawa mulai terdengar nyaring di kelas itu. Seketika suasana menjadi ramai karena ulah Vino. Selalu ada saja kelakuan aneh yang dihasilkan cowok itu."Wahh Vino! ngga nyangka ya, jeruk makan jeruk,"seru salah satu teman kelasnya. Tentu saja Vino hanya diam tidak peduli. Cowok itu bahkan tidak merasa malu sama s
Terakhir Diperbarui: 2023-06-27
Chapter: Kasus Kondom LagiLuna menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya ketika mendapati pemandangan yang baru saja ia lihat. Bola matanya melotot sempurna, menatap jengan kearah pintu kamar mandi yang baru saja dibuka.Vino si kaka menyebalkanya, baru keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk pink bermotif hello kitty."Ya ampun Kakak! Ngapain pake handuk aku?" Luna menatap jijik cowo yang ada di hadapanya. "cih!""Lupa ngga bawa handuk, Lun. kalo bawa ngapain juga gue make handuk lo?" Vino menyeringai lalu berjalan menuju meja makan, ia hendak memakan sepotong roti sandwich yang baru saja Luna buat. Baru ia mulai membuka mulutnya lebar..."Ngga boleh dimakan!" Luna melotot penuh sangsi. Dengan buas ia merebut roti yang ada di tangan Kakanya."Hari ini ngga ada makanan untuk kaka. Itu hukuman buat cowok yang suka mabok.""Gilss, adik macam apa lo? Gue laper Lun." Vino mencemoh kesal."Bodo amat.""Balikin handuk aku," gertak Luna manyun, ia memakan sandwich buatanya sendiri dengan tega. Kali ini Luna
Terakhir Diperbarui: 2023-06-27
Chapter: Tidur BersamaVino terbangun ketika merasakan kebas di lengan sebelah kirinya. Di sampingnya sudah ada Luna yang masih tidur pulas menggunakan lengan Vino sebagai bantalan kepalanya."Shit! Ngapain nih bocah tidur si kamar gue?" Vino menarik kasar lenganya, membuat kepala gadis itu tersentak lalu terbangun kaget."Enghh..." Luna mengeram."Ngapain lo tidur sama gue ,emang ada petir?" Vino mencubit pucuk hidung adiknya, hingga terpaksa Luna harus bangun karena gelagapan.Astaga, Luna mendengus kesal dalam mata setengah terpejam. Inikah balasan kebaikan luna semalam,cowok itu memang sangat menyebalkan."Kak, aku masih ngantuk. Jangan mancing-mancing." Luna membalikan tubuhnya kemudian memunggungi kakaknya. Cewek itu masih sangat letih. Kenapa sih kakak rese itu harus bangun dan mengganggunya pagi-pagi buta begini?"Ai ...." Lelaki itu tersadar kalau dia tidak sedang berada di kamarnya. "Kok gue bisa ada di sini," gumam Vino bermonolog sendiri.Lelaki itu mencabut sehelai rambut Luna sampai mata cewek
Terakhir Diperbarui: 2023-06-27
Chapter: KondomSeluruh ruangan masih gelap gulita saat Luna membuka pintu apartemennya. Belum ada satu pun lampu yang dinyalakan, itu artinya Vino belum pulang sejak pergi tadi pagi.Buru-buru ia menyalakan semua lampu, ia berjalan cepat menuju sofa sembari menghubungi ponsel kakaknya."Hallo?" Luna terduduk begitu seseorang mengangkat telpon darinya."Maaf ini bukan Vino, jawab seseorang dari jauh sana.""Maaf ini siapa? Kakak saya di mana? Apa yang terjadi? Kakak saya baik-baik saja kan?" karena sangat khawatir Luna melontarkan banyak sekali pertanyaan. Membuat seseorang yang jauh di sana bingung harus menjawab apa. Luna terus nyerocos tanpa sadar."Ini Marco, teman baik kakakmu. Vino baik-baik saja, dia cuma mabuk.""Mabuk? Kaka di mana sekarang? Biar aku jemput ke sana.""Tidak, tidak usah. Kamu share lokasi apartemen kamu aja. Nanti biar aku yang anter monyetnya ke sana.""Monyet?" Luna mengerjap satu detik."Sorry, maksudnya biar aku antar Kakak kamu ke apartemen.""Beneran? Apa ngga ngrepotin
Terakhir Diperbarui: 2023-06-27