"Buat apa aku bohong? Diana memang udah punya suami! Tapi setau aku suaminya nggak bertanggung jawab. Maka dari itu Diana pergi ke kota buat mengadu nasib," jelas Raka apa adanya."Diana nikah sama siapa, Rak?" Miranda mulai menatap serius. Bahkan air mata yang tadi mengalir deras tiba-tiba saja berhenti tanpa sebab."Kalau kata Diana sih dia dijodohkan. Tapi aku sendiri juga belum pernah lihat langsung seperti apa muka suaminya.""Jangan-jangan ...." Miranda menatap Raka semakin serius."Jangan-jangan apa!! Abian?" Raka malah terkekeh. "Abian masih single Mir! Kalau nggak percaya liat aja KTP-nya. Lagian mana mungkin sih Abian kenal sama Diana. Kalau tidak dipaksa kakeknya mungkin Abian juga nggak mau nampung Diana di rumahnya," ujar Raka. Tahu persis kalau Abian pernah curhat kerisihannya dengan kehadiran Diana.Sayang Miranda masih belum percaya. Duduk perempuan itu terlihat gusar bukan main. "Serius bukan Abian orangnya? Jujur kehadiran Diana yang tiba-tiba cukup aneh di mata aku
"Kenapa ngomongnya nggak diterusin?" Abian menaik turunkan alisnya. Sementara punggungnya sudah menyandar di pohon dengan lagak santai dan selengean ala pria badboy."Kalau yang pakai baju ini Mbak Miranda pasti Mas Bian bakalan bilang bagus!" Diana mengulang kalimatnya lebih jelas dengan nada ketus."Terus?" Abian semakin meninggikan alis. Menunggu jawaban Diana berikutnya dengan senyuman gemas."Beda cerita kalau aku yang pakai, Mas Abian langsung bilang baju yang aku pakai jelek! Padahal baju ini Mas Abian sendiri yang pilihin!"Bibirnya mencebik. Gadis itu hendak berbalik dan menjauh, tapi tangan Abian dengan sigap menarik pinggang Diana hingga tubuh mereka saling bertabrakan satu sama lain.Tak mau membuang kesempatan, Abian bahkan langsung melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu."Apa begini bentukan seorang Diana kalau lagi cemburu?""Apaan si Mas!" Diana berusaha menggeliat. Tak mau jika ada orang yang melihat mereka meski kondisi pantai sudah mulai gelap.Ditatap sepert
Satu kecupan jatuh di bibir Diana yang ranum. Gadis itu sampai melipat bibirnya karena malu. Bisa-bisanya Abian mencium dirinya di saat keadaan Miranda sedang ngambek begitu!! Dimana akal sehat seorang Abian Putra Mahendra yang biasanya bucin parah pada pacarnya?Diana seperti tidak mengenali Abian. Dipikir-pikir pria itu banyak berubah semenjak dekat dengan dirinya.Abian lalu menatap Diana. Tersenyum puas saat mendapati rona merah pada pipi gadis itu. Dia menaikkan satu tangan lalu menyentuh pipi gembil Diana. Sementara tangan satunya lagi masih setia berada di pinggang seakan takut gadis itu kabur dari jangkauan."Dari sikap kamu yang kayak gini aku udah bisa baca Diana! Kamu pasti langsung negatif thingking karena aku bilang bajumu jelek! Seolah-olah aku lagi ngehina kamu yang jelek. Padahal tidak ada niatanku menghinamu sama sekali. Aku ulangi sekali lagi ya, yang jelek itu baju pilihanku, bukan kamu!" tegas Abian.Respon Diana hanya diam. Hal itu membuat Abian langsung menebak ka
“Pa … Pak Doni?” Diana mencicit ketakutan. Kalimat yang Doni lontarkan berhasil membuat Diana mati kutu sekaligus merasa menjadi gadis paling hina sedunia. Seumur-umur baru kali ini Diana dihina sedemikian rupa oleh seorang pria. Apalagi pria yang merupakan bosnya itu menatap Diana seperti perebut laki orang.“Kenapa? Kaget ya lihat aku? Santai saja Diana. Aku sudah lihat adegan live kalian berdua sejak tadi. Sangat romantis dan sangat mencengangkan!” ucap Doni sinis. Meski tak mendengar bagaimana percakapan mereka, tapi dari kejauhan Doni melihat jelas hingga ia berpikir Abian dan Diana terlibat skandal.Dia melipat tangan di depan dada. Kepalanya semakin menggeleng heran saat melihat tingkah Diana yang menunduk malu dengan muka yang teramat polos.“Memang benar apa kata pepatah yang mengatakan jangan mudah percaya dengan tampang seseorang! Sekarang saya bisa membuktikan sendiri. Gadis yang tampangnya polos seperti kamu ternyata berhati iblis dan bengis!”“Pak!” Diana tersentak. Se
Kali ini Abian berusaha bersikap tegas pada Miranda. Dia tetap bertanggung jawab pada gadis itu, tapi Abian tak mencegah Miranda untuk pergi jika itu memang sudah menjadi kemauan gadis itu sejak awal.Sehingga yang dilakukan Abian kali ini adalah mengantar Miranda ke Bandara. Gadis itu sangat jengkel dengan sikap Abian yang cuek. Bisa-bisanya Abian masih bisa bersikap tenang seperti ini sementara hubungan mereka diambang kekandasan?"Bian!" Suara Miranda memecah keheningan. Mobil Abian terus berjalan menuju bandara di mana pria itu yang menyetir sendiri."Ada apa?" tanya Abian santai.Miranda makin tercengang dengan respon kekasihnya. Sungguh tak biasanya Abian begini. Kepala gadis itu menoleh, mencoba menerawang apa yang ada di pikiran Abian saat ini."Kamu beneran udang gak sayang lagi sama aku?" "Bukannya yang harus tanya kayak gitu aku ya? Kan kamu duluan yang mutusin aku!" Abian memutar balikkan omongan. Hal yang membuat Miranda makin geram dan emosi terhadap dinginnya sikap s
"Don, aku benar-benar cinta banget sama Diana. Aku harus gimana?"Raka terus menenggak cairan jahat itu hingga kepalanya terjatuh ke atas meja. Pria itu tak kuat lagi menopang beban tubuhunya. Doni sampai pusing melihat keadaan temannya. Tapi dia tidak bisa memaksa Raka karena Doni tahu persis seperti apa rasanya cinta tak tersampaikan. Bahkan sampai detik ini Doni memilih hidup sendiri karena wanita yang Doni suka memilih pergi dan menikah dengan pria lain."Move On Rak! Bocah kayak Diana nggak pantas buat kamu. Gimanapun juga Diana cuma anak kemarin sore," kesal Doni mulai geram pada temannya yang sudah setengah oleng.Meskipun percuma memberi wejangan pada pria itu, Doni tetap melakukannya. Raka terkekeh dengan kepala menoleh pada Doni. "Tapi anak kemarin sore itu berhasil mencuri hati bujang lapuk ini Don. Pokoknya aku cuma mau Diana. Mending gak usah nikah kalau tidak berhasil merebut Diana dari suami sialannya," kesal Raka.Prang! Pria itu melempar gelas kosong hingga membuat
"Pulang?" Abian terkejut mendengar nada merengek yang dilontarkan gadis itu di ujung telepon. Dari suaranya yang bergetar, jelas Diana sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi pada gadis itu.Abian berdiri tanpa memutus sambungan telepon. Membuat Miranda mendongak sambil menarik kencang sweater pria itu. "Kamu mau ke mana, Yan?" tahan Miranda."Aku harus pulang!" Suara Abian terdengar dingin dan lebih kaku dari sebelumnya."Kenapa pulang? Tadi katanya kamu mau nemenin aku sampai naik ke pesawat? Itu siapa yang nelpon?" tanya gadis itu."Bukan urusan kamu! Maaf aku harus pergi sekarang juga Mir!" Abian sudah berbalik badan,cnamun Miranda buru-buru mencekal lengan pria itu dengan gerakan yang sangat cepat."Apa itu Diana?" tebak Miranda. Matanya mulai berkaca-kaca saat menatap Abian.Lelaki itu jadi tak tega melihat kondisi Miranda. Tapi di sisi lain ia khawatir karena mendengar suara tangisan Diana di telepon tadi. Abian bahkan belum sempat me
"Jangan minta pulang dulu ya. Kalau kamu nggak mau ketemu sama Doni kita bisa cari tempat lain. Asal jangan minta pulang, nanti aku jadi merasa bersalah kalau kamu ikutan pulang juga seperti Miranda.""Memangnya Mbak Mir jadi pulang, Mas?" Kepala Diana mendongak penuh. Sedikit terkejut mendengar ucapan Abian baru saja. Kalau Miranda sampai pulang, itu artinya pertengkaran mereka belum selesai kan?"Iya, tadi aku lama karena nganterin Miranda ke Bandara dulu. Sudah nggak usah bahas dia. Nanti aku jadi gak mood!" Abian mengusap lembut kepala Diana. Gadis itu sedikit heran karena Abian terlihat seperti manusia tanpa beban, padahal pacarnya lagi ngambek, kok bisa sesantai itu?Namun Diana tak mau banyak tanya. Dia memilih diam dan tak membahas soal Miranda lagi."Iya Mas! Makasih sudah baik dan perhatian seperti ini sama aku," ujarnya dengan kepala tertunduk dalam. Perkataan Diana barusan membuat Abian menowel gemas dagu gadis itu. "Kamu istri aku, sudah sepatutnya aku perhatian sama kamu