Share

BAB 20 - Dingin

last update Last Updated: 2024-12-16 10:00:25

Selasa pagi yang cerah. Viera berangkat ke sekolah dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Setidaknya pagi ini ia tidak terlambat bangun, dan Pak Mamad sudah siap mengantarnya tepat waktu. Mobil Alvhard putih yang sudah siap itu melaju pelan meninggalkan pekarangan rumah.

Sesampainya di gerbang sekolah, Viera baru saja akan melangkah menuju gedung utama ketika sebuah Innovasi hitam melintas di sampingnya. Mobil Ian. Tidak ada tanda-tanda pengendaranya menoleh atau bahkan menyadari keberadaannya. Viera menghela napas panjang. Ya, memang begini seharusnya. Di sekolah, mereka hanyalah guru dan murid. Tidak lebih.

"VIERAAAAA!"

Tepukan di kedua bahunya membuat Viera terlonjak kaget. Renna dan Fanny sudah berdiri di belakangnya dengan cengiran lebar.

"Duh, ngagetin aja!" pr

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 21 - Perjalanan Sunyi

    Sisa jam pelajaran hari itu terasa begitu panjang bagi Viera. Meski matanya tertuju pada papan tulis, pikirannya melayang jauh, kembali pada percakapan singkat namun menyakitkan di koridor tadi. Kata-kata Ian terus bergema di kepalanya: "Karena kadang, kita tidak punya pilihan."Bel pulang sekolah berbunyi tepat pukul setengah tiga sore, tapi hari Viera masih belum berakhir. Ada bimbingan belajar Fisika yang harus diikutinya, persiapan untuk ujian sekolah yang semakin dekat. Biasanya, Viera selalu antusias dengan pelajaran Fisika. Tapi hari ini, bahkan rumus-rumus yang biasanya ia kuasai terasa begitu asing."Jadi, dalam gerak parabola, komponen kecepatan pada sumbu x bersifat konstan, sedangkan pada sumbu y dipengaruhi percepatan gravitasi," suara Pak Rudi, guru bimbel Fisikanya, terdengar samar-samar.Viera mencob

    Last Updated : 2024-12-17
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 22 - Sandiwara

    BRAK! Mobil berhenti mendadak, membuat Viera tersentak bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang karena kaget. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada - di dalam mobil yang sudah familiar namun terasa begitu asing."Ya ampun! Kenapa nggak dibangunin biasa aja sih?" omel Viera sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Ia melirik ke arah spion, melihat rambut hitam panjangnya yang kini kusut masai."Sudah sampai," jawab Ian datar, tanpa menoleh sedikitpun. Rahangnya mengeras, seolah menahan kata-kata yang ingin keluar.Viera mendengus kesal, mengambil tas dan buku pianonya, lalu keluar dari mobil dengan langkah menghentak. Sepatu sneakers putihnya berderap di atas aspal, meninggalkan jejak kemarahan yang tak terucap. Ia masuk ke gedung tempat les piano tanpa menoleh ke belakang, mening

    Last Updated : 2024-12-18
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 23 - Kelompok

    Rabu pagi datang terlalu cepat bagi Viera. Mentari baru saja mengintip dari balik awan ketika ia melangkah memasuki gerbang sekolah. Hari ini, jam pertama adalah matematika - pelajaran yang sangat tidak ia kuasai.Tepat pukul 07.00, suara langkah tegas terdengar di koridor. Ian melangkah masuk ke kelas dengan kemeja putih rapi dan dasi biru tua yang terpasang sempurna. Tidak ada yang berubah dari penampilannya - tetap rapi, dingin, dan tepat waktu. Bahkan detak jarum jam seolah segan untuk mendahului langkahnya."Selamat pagi," sapanya datar, meletakkan buku-buku di meja guru. Matanya sekilas bertemu dengan mata Viera, sebelum keduanya sama-sama mengalihkan pandangan.Viera mengeratkan genggaman pada pensilnya. Hari ini, ia bertekad untuk fokus. Kejadian hari Senin kemarin masih membekas di ingatannya - bagaimana Ia

    Last Updated : 2024-12-19
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 24 - Degup Jantung di UKS

    Begitu bel tanda pelajaran wirausaha usai berbunyi, Viera bergegas membereskan bukunya. Hatinya riang membayangkan makan siang bersama Felix. Sepanjang koridor menuju kantin, beberapa teman menyapanya dengan hangat."Viera! Makasih ya udah bantuin aku bikin proposal," seru Dinda dari kelas sebelah."Viera, makasih ya kemarin udah ngajarin cheerleader," tambah Lisa sambil tersenyum.Viera membalas sapaan mereka dengan ramah. Ia memang dikenal sebagai siswi yang ceria dan selalu siap membantu. Banyak yang menyukainya karena sifatnya yang mudah bergaul dan tidak pelit berbagi ilmu, terutama soal cheerleader - hobinya sejak kecil.Sesampainya di kantin, matanya langsung menangkap sosok Felix yang sudah duduk di salah satu meja. Hari ini menu makan siang tampak istimewa - ada

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 25 - Gelisah

    Viera kembali ke kelas dengan langkah gontai. Wajahnya merah padam, napasnya masih tak beraturan. Renna dan Fanny yang sedang mengobrol langsung menghampirinya dengan wajah khawatir."Ra, loe sakit?" tanya Renna, menyentuh kening Viera. "Muka loe merah banget.""Iya nih, kenapa? Habis lari-lari ya?" tambah Fanny.Viera hanya menggeleng lemah dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Kejadian di UKS masih terbayang jelas - kehangatan tubuh Ian, aroma mintnya, detak jantung mereka yang seolah berlomba...Renna dan Fanny saling pandang dengan cemas. Mereka segera memanggil Felix yang baru kembali ke kelas."Lix, Viera kenapa? Tadi kalian kan makan bareng?" tanya Renna.Felix menggel

    Last Updated : 2024-12-21
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 26 - Foto di Ruang Kerja

    Kamis sore, Viera tiba di rumah Ian dengan jantung berdebar. Mobil Alvhard putih yang dikendarai Pak Mamad sudah meninggalkannya di depan teras rumah Ian yang megah."Saya balik kerumah dulu ya, Non," kata Pak Mamad dengan senyum ramah. "Semoga lesnya berjalan lancar."Viera tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Rumah Ian benar-benar di luar bayangan Viera. Bangunan bergaya klasik Eropa dengan arsitektur megah seolah-olah baru saja keluar dari majalah desain interior kelas atas. Pilar-pilar putih yang menjulang, halaman depan yang luas dengan taman terkelola rapi, dan cat rumah berwarna gading membuat Viera terpana.Ian membukakan pintu dengan wajah dinginnya yang biasa. "Kamu masih mau berdiri di luar sampai kapan?""Oh,

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 27 - Kejutan di Dapur

    Ketika Viera bersiap turun ke lantai satu, Ian tiba-tiba berkata, "Jangan pulang dulu."Viera menoleh bingung. "Kenapa?""Aku akan masak makan malam untukmu. Kamu pasti lapar. " jawab Ian santai, seolah-olah mengungkapkan hal yang paling biasa di dunia."Emang kamu bisa masak?" Viera membulatkan mata tak percaya. Nada suaranya campuran antara skeptis dan terkejut.Ian mendengus, seulas senyum tipis menghiasi wajahnya. "Memangnya kira-kira aku cuma bisa ngajarin matematika dan marah-marah di kelas?"Sebelum Viera sempat menjawab, Ian sudah melanjutkan, "Kamu mandi dulu saja di kamar mandi dalam kamarku. Aku juga sudah siapkan handuk dan baju ganti."

    Last Updated : 2024-12-23
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 28 - Rak Supermarket

    “Kita ke supermarket dulu, ya. Aku perlu belanja beberapa bahan untuk di rumah.” Ajak Ian, namun matanya tak lepas dari jalanan Kota yang cukup ramai.Viera tak menjawab. Hanya mengangguk.Sesampainya di supermarket, Ian langsung mengambil troli belanjaan. Saat Ian memilih belanjaan di supermarket, gerakannya begitu teliti dan terukur. Jemarinya dengan cermat memilih sayuran hijau, memastikan tidak ada satu pun daun yang layu atau busuk. Ia mengecek tanggal kadaluarsa setiap produk dengan ketelitian seorang ilmuwan.“Di balik sikap killermu, ternyata ada sosok yang berbeda seperti saat ini, ya.” Gumam Viera saat mengamati betapa jelinya Ian memilih produk-produk yang akan dibelinyaDi bagian daging, Ian memilih potongan daging sapi yang sempurna. Ia mengamati warna, tekstur, dan lemak dengan pandangan menyelidik. Setiap gerakan terlihat sangat profesional, seolah-olah memilih bahan makanan adalah sebuah seni tersendiri.Saat Ian sedang fokus memilih buah apel merah, tiba-tiba sebuah s

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 118 - Ujian (2)

    Viera memeriksa kembali semua jawabannya, memastikan tidak ada yang terlewat. Setelah yakin, dia menekan tombol "Kirim" dan menunggu sistem memproses jawabannya. Layar berkedip sejenak, kemudian muncul pesan konfirmasi bahwa ujiannya telah berhasil disimpan dan terkirim.Viera menghela napas lega, melepas headset, dan bersandar di kursinya. Satu ujian telah selesai, masih ada beberapa lagi yang menunggu. Tapi setidaknya, yang pertama telah dilewati dengan baik.Setelah waktu ujian habis, para siswa diizinkan meninggalkan ruangan. Viera bertemu dengan Renna dan Fanny di koridor."Gimana?" tanya Fanny, wajahnya terlihat lelah tapi puas."Tidak buruk," jawab Viera. "Bagaimana dengan kalian?""Soal nomor 35 hampir bikin gue menangis," keluh Renna. "Tapi sisanya oke."Mereka berjalan bersama menuju kantin untuk makan siang sebelum kembali untuk ujian Bahasa Indonesia di sesi siang. Di tengah jalan, Viera merasakan ponselnya bergetar. Pesan dari Ian."Semoga ujian pertamamu lancar. Percaya

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 117 - Ujian (1)

    Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah satu minggu istirahat dan persiapan intensif, ujian akhir resmi di SMA Internasional Nusantara dimulai. Berbeda dengan sekolah konvensional, sekolah mereka menggunakan sistem ujian berbasis komputer—salah satu keunggulan dari sekolah internasional yang sering dibanggakan oleh kepala sekolah di setiap kesempatan. Pagi itu, Viera tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Koridor-koridor masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang tampak sama gugupnya dengan dirinya, membawa buku dan catatan untuk dibaca sekali lagi sebelum ujian dimulai. "Pagi, Ra!" sapa Renna yang berlari kecil mendekatinya. "Siap untuk hari ini?" Viera tersenyum tipis. "Sebisa mungkin. Bagaimana denganmu?" "Rasanya seperti otak mau meledak," keluh Renna sambil memegang kepalanya secara dramatis. "Terlalu banyak yang harus diingat." "Kalian berdua terlalu tegang," Fanny muncul dari belakang, menepuk bahu kedua temannya. "Ini cuma ujian, bukan akhir dunia." "Kata seseo

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 116 - Dua Bulan

    Mereka menghabiskan sisa waktu mereka berbicara tentang hal-hal yang lebih ringan—bagaimana ujian simulasi berjalan, buku baru yang Ian baca, film yang ingin ditonton Viera. Mencoba untuk tidak tenggelam dalam kekhawatiran tentang masa depan, mencoba untuk hidup dalam momen ini.Ketika waktu berpisah tiba, Ian tidak menawarkan untuk mengantar Viera pulang seperti biasanya. Mereka berdua tahu bahwa untuk saat ini, mereka harus lebih berhati-hati."Jaga dirimu," kata Ian saat mereka berdiri di depan kafe. "Fokus pada ujianmu. Setelah itu...""Setelah itu, kita akan mencari jalan," Viera melanjutkan kalimat Ian.Ian tersenyum, matanya memancarkan kelembutan dan janji. "Ya. Kita akan mencari jalan."Mereka berpisah tanpa sentuhan, tanpa bisikan, hanya dengan tatapan yang menyimpan ribuan kata tak terucap. Viera berjalan pulang sendiri, hatinya berat tapi tekadnya kuat.Dia tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan mudah. Sudah sejak awal dia menyadarinya. Tapi dia juga tahu bahwa bebe

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 115 - Harus Bersabar

    Balasan Ian datang beberapa detik kemudian. "Tidak ada masalah. Hanya ingin berbicara. Kafe biasa, jam 4?" "Oke. Sampai bertemu nanti." Viera memasukkan ponselnya ke saku, perasaan was-was aneh menyelimuti hatinya. Meskipun Ian bilang tidak ada masalah, ada sesuatu dalam perkataannya yang terasa... berbeda. Atau mungkin itu hanya kekhawatirannya saja? *** Kafe Masa Lalu terlihat lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena hari Jumat, atau mungkin karena banyak siswa yang merayakan berakhirnya ujian simulasi. Viera duduk di sudut yang sedikit terpisah, tempat favorit mereka, segelas matcha latte di hadapannya. Ian terlambat sepuluh menit, hal yang sangat tidak biasa untuk seseorang yang selalu tepat waktu seperti dirinya. Ketika akhirnya dia muncul, wajahnya terlihat sedikit pucat dan ada lingkaran hitam tipis di bawah matanya. "Maaf membuatmu menunggu," katanya, duduk di hadapan Viera. "Rapat guru berlangsung lebih lama dari yang kukira." "Tidak apa-apa," Viera tersenyum ke

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 114 - Simulasi Ujian (2)

    Hari-hari berlalu dengan cepat dalam rutinitas ujian simulasi yang melelahkan. Setiap pagi, Viera bangun dengan kecemasan yang sama—apakah dia cukup belajar, apakah dia siap, apakah dia akan mengecewakan dirinya sendiri, orang tuanya, atau Ian. Setiap malam, dia tertidur dengan kelelahan yang sama—otaknya penuh dengan rumus, teori, dan fakta-fakta yang harus diingat.Tapi hari ini berbeda. Hari ini adalah hari terakhir ujian simulasi, dan atmosfer di sekolah terasa lebih ringan. Meski masih ada ketegangan, ada juga harapan—ujian simulasi akan berakhir, dan mereka akan punya waktu singkat untuk bernapas sebelum ujian sesungguhnya dimulai."Loe kelihatan lebih segar," komentar Renna saat mereka berjalan bersama di koridor sekolah menuju kelas terakhir—Bahasa Inggris.Viera tersenyum kecil. "Gue rasa karena ini hari terakhir. Dan Bahasa Inggris selalu menjadi pelajaran favorit gue.""Bukan karena semalam loe dapat telepon dari Pak guru matematika?" goda Fanny yang berjalan di sisi lain V

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 113 - Simulasi Ujian (1)

    "Tapi kamu menyukai guru matematika itu," balas Ian, dan Viera bisa membayangkan senyuman kecil di wajahnya saat mengetik pesan itu."Ya," Viera mengetik, tersenyum pada dirinya sendiri. "Sangat.""Tidurlah, Viera. Besok akan jadi hari yang panjang.""Oke. Selamat malam.""Selamat malam. Mimpi indah."Viera meletakkan ponselnya, mematikan lampu tidur, dan menarik selimut hingga menutupi dagunya. Di luar, angin malam berbisik di antara dedaunan, menciptakan melodi tidur yang lembut dan menenangkan.Besok adalah ujian simulasi. Lalu ujian sebenarnya. Lalu kelulusan. Lalu...Dalam kegelapan kamarnya, di bawah bintang-bintang plastik yang memudar, Viera memejamkan mata. Untuk saat ini, dia akan mengikuti saran Ian. Tidak berpikir terlalu jauh.Besok adalah besok. Hari ini, setidaknya, dunianya sedikit lebih utuh dari kemarin.***Kelas terasa hening meski dipenuhi oleh puluhan siswa. Hanya suara goresan pensil di atas kertas dan sesekali desahan frustrasi yang terdengar. Ujian simulasi ma

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 112 - Harapan-harapan

    Viera mengangguk, mengeratkan genggamannya pada tangan Ian. "Langkah demi langkah."Mereka berdiam dalam keheningan yang nyaman untuk beberapa saat, menikmati kedekatan yang jarang bisa mereka rasakan di tempat umum."Kamu harus masuk," akhirnya Ian berkata. "Sudah malam."Viera menghela napas, tidak ingin momen itu berakhir, tapi tahu bahwa Ian benar. "Ya, aku tahu."Sebelum keluar dari mobil, Viera berbalik dan menatap Ian. "Terima kasih untuk hari ini. Untuk... membuat duniaku sedikit lebih utuh."Ian tersenyum, matanya berkilau di bawah cahaya temaram. "Terima kasih kembali. Untuk membiarkanku masuk ke dalamnya."Dengan satu anggukan terakhir, Viera keluar dari mobil dan berjalan pulang. Langkahnya terasa ringan, seolah beban yang selama ini dia pikul sedikit terangkat. Di belakangnya, mobil Ian menunggu sampai dia berbelok menuju rumahnya sebelum perlahan melaju pergi, membawa serta bayangan-bayangan yang kini terasa lebih jelas, lebih nyata, dalam kehidupan Viera.Sesampainya di

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 111 - Langkah Demi Langkah

    Dengan itu, suasana canggung mulai mencair. Ian ternyata tidak hanya ahli matematika, tapi juga memiliki pemahaman yang baik tentang ekonomi. Dia menjelaskan konsep-konsep sulit dengan cara yang mudah dipahami, menggunakan contoh-contoh dari kehidupan nyata. "Jadi, rumusnya bisa dikerjakan seperti ini seperti ini," Ian menulis rumus sederhana di kertas. Viera memperhatikan dengan kagum bagaimana teman-temannya perlahan-lahan mulai nyaman dibimbing oleh Ian. Fanny bahkan sudah berani bercanda, sementara Renna menunjukkan ketertarikannya dengan rumus yang mudah dihafal. Sesi belajar itu berlangsung sampai malam. Ketika akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, Viera merasakan campuran emosi yang aneh—bangga melihat Ian berinteraksi baik dengan teman-temannya, tapi juga sedikit cemas. Seolah dua dunianya yang terpisah kini mulai bertabrakan. "Terima kasih untuk bantuannya, Pak Ian," Fanny berkata saat mereka berpisah di depan kafe. "Kamu—maksudku Anda—guru yang hebat." Ian tersenyum

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 110 - Menuju Ujian

    Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, ujian akhir hampir tiba. Viera dan teman-temannya tenggelam dalam buku-buku pelajaran dan kertas-kertas latihan. Kafe-kafe di sekitar sekolah penuh dengan siswa kelas dua belas yang belajar kelompok, menyesap kopi berlebihan, dan saling bertukar rumus dan catatan."Aku tidak bisa mengingat semua rumus ini," keluh Fanny, menutup buku fisikanya dengan frustasi. "Terlalu banyak.""Buat diagram dulu," saran Renna, yang dengan tenang membuat kartu-kartu kecil berisi poin-poin penting. "Lebih mudah mengingat secara visual."Viera mengangguk, tapi matanya terasa berat. Dia sudah belajar sejak pagi, dan hari sudah menjelang sore. Cangkir kopi ketiganya nyaris kosong."Kalian tahu," Viera berkata sambil meregangkan tubuhnya, "Ian sebenarnya punya metode bagus untuk mengingat rumus-rumus."Ada keheningan canggung sejenak sebelum Fanny tertawa kecil. "Viera, loe gak mau tanya gitu metode tunanganmu buat mengingat rumus?"Viera memutar matanya, tapi tidak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status