Share

BAB 19 - Makan Malam

last update Last Updated: 2024-12-15 13:03:17

"Makan malam sudah siap!" suara Mamanya terdengar dari arah ruang makan lantai satu. Viera yang masih berbaring di kamar mengusap sisa-sisa air mata di pipinya, merapikan rambut, dan bergegas turun.

Di meja makan, Papanya sudah duduk di kursinya yang biasa, kacamata bacanya masih bertengger di hidung sementara tangannya membolak-balik halaman koran hari ini. Mamanya sibuk menata piring-piring berisi nasi goreng spesial buatannya, lengkap dengan telur mata sapi dan acar kesukaan Viera.

"Kok matanya bengkak, sayang?" tanya Mamanya begitu Viera mengambil tempat duduknya. "Kamu habis nangis?"

Viera menggeleng cepat, berusaha tersenyum. "Enggak kok, Ma. Cuma capek aja habis latihan cheerleader tadi."

Papanya melipat korannya dan menatap Viera dengan seksama. "Bener? Kalau ada apa-apa cerita sama Papa dan Mama ya?"

"Iya, Pa," jawab Viera sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya.

"Oh iya, Ra," Mama mengambil tempat di sebelah Suaminya. "Tadi Mama sudah bicara sama Tante Citra, mamanya Ian. Besok
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 20 - Dingin

    Selasa pagi yang cerah. Viera berangkat ke sekolah dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Setidaknya pagi ini ia tidak terlambat bangun, dan Pak Mamad sudah siap mengantarnya tepat waktu. Mobil Alvhard putih yang sudah siap itu melaju pelan meninggalkan pekarangan rumah.Sesampainya di gerbang sekolah, Viera baru saja akan melangkah menuju gedung utama ketika sebuah Innovasi hitam melintas di sampingnya. Mobil Ian. Tidak ada tanda-tanda pengendaranya menoleh atau bahkan menyadari keberadaannya. Viera menghela napas panjang. Ya, memang begini seharusnya. Di sekolah, mereka hanyalah guru dan murid. Tidak lebih."VIERAAAAA!"Tepukan di kedua bahunya membuat Viera terlonjak kaget. Renna dan Fanny sudah berdiri di belakangnya dengan cengiran lebar."Duh, ngagetin aja!" pr

    Last Updated : 2024-12-16
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 21 - Perjalanan Sunyi

    Sisa jam pelajaran hari itu terasa begitu panjang bagi Viera. Meski matanya tertuju pada papan tulis, pikirannya melayang jauh, kembali pada percakapan singkat namun menyakitkan di koridor tadi. Kata-kata Ian terus bergema di kepalanya: "Karena kadang, kita tidak punya pilihan."Bel pulang sekolah berbunyi tepat pukul setengah tiga sore, tapi hari Viera masih belum berakhir. Ada bimbingan belajar Fisika yang harus diikutinya, persiapan untuk ujian sekolah yang semakin dekat. Biasanya, Viera selalu antusias dengan pelajaran Fisika. Tapi hari ini, bahkan rumus-rumus yang biasanya ia kuasai terasa begitu asing."Jadi, dalam gerak parabola, komponen kecepatan pada sumbu x bersifat konstan, sedangkan pada sumbu y dipengaruhi percepatan gravitasi," suara Pak Rudi, guru bimbel Fisikanya, terdengar samar-samar.Viera mencob

    Last Updated : 2024-12-17
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 22 - Sandiwara

    BRAK! Mobil berhenti mendadak, membuat Viera tersentak bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang karena kaget. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada - di dalam mobil yang sudah familiar namun terasa begitu asing."Ya ampun! Kenapa nggak dibangunin biasa aja sih?" omel Viera sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Ia melirik ke arah spion, melihat rambut hitam panjangnya yang kini kusut masai."Sudah sampai," jawab Ian datar, tanpa menoleh sedikitpun. Rahangnya mengeras, seolah menahan kata-kata yang ingin keluar.Viera mendengus kesal, mengambil tas dan buku pianonya, lalu keluar dari mobil dengan langkah menghentak. Sepatu sneakers putihnya berderap di atas aspal, meninggalkan jejak kemarahan yang tak terucap. Ia masuk ke gedung tempat les piano tanpa menoleh ke belakang, mening

    Last Updated : 2024-12-18
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 23 - Kelompok

    Rabu pagi datang terlalu cepat bagi Viera. Mentari baru saja mengintip dari balik awan ketika ia melangkah memasuki gerbang sekolah. Hari ini, jam pertama adalah matematika - pelajaran yang sangat tidak ia kuasai.Tepat pukul 07.00, suara langkah tegas terdengar di koridor. Ian melangkah masuk ke kelas dengan kemeja putih rapi dan dasi biru tua yang terpasang sempurna. Tidak ada yang berubah dari penampilannya - tetap rapi, dingin, dan tepat waktu. Bahkan detak jarum jam seolah segan untuk mendahului langkahnya."Selamat pagi," sapanya datar, meletakkan buku-buku di meja guru. Matanya sekilas bertemu dengan mata Viera, sebelum keduanya sama-sama mengalihkan pandangan.Viera mengeratkan genggaman pada pensilnya. Hari ini, ia bertekad untuk fokus. Kejadian hari Senin kemarin masih membekas di ingatannya - bagaimana Ia

    Last Updated : 2024-12-19
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 24 - Degup Jantung di UKS

    Begitu bel tanda pelajaran wirausaha usai berbunyi, Viera bergegas membereskan bukunya. Hatinya riang membayangkan makan siang bersama Felix. Sepanjang koridor menuju kantin, beberapa teman menyapanya dengan hangat."Viera! Makasih ya udah bantuin aku bikin proposal," seru Dinda dari kelas sebelah."Viera, makasih ya kemarin udah ngajarin cheerleader," tambah Lisa sambil tersenyum.Viera membalas sapaan mereka dengan ramah. Ia memang dikenal sebagai siswi yang ceria dan selalu siap membantu. Banyak yang menyukainya karena sifatnya yang mudah bergaul dan tidak pelit berbagi ilmu, terutama soal cheerleader - hobinya sejak kecil.Sesampainya di kantin, matanya langsung menangkap sosok Felix yang sudah duduk di salah satu meja. Hari ini menu makan siang tampak istimewa - ada

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 25 - Gelisah

    Viera kembali ke kelas dengan langkah gontai. Wajahnya merah padam, napasnya masih tak beraturan. Renna dan Fanny yang sedang mengobrol langsung menghampirinya dengan wajah khawatir."Ra, loe sakit?" tanya Renna, menyentuh kening Viera. "Muka loe merah banget.""Iya nih, kenapa? Habis lari-lari ya?" tambah Fanny.Viera hanya menggeleng lemah dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Kejadian di UKS masih terbayang jelas - kehangatan tubuh Ian, aroma mintnya, detak jantung mereka yang seolah berlomba...Renna dan Fanny saling pandang dengan cemas. Mereka segera memanggil Felix yang baru kembali ke kelas."Lix, Viera kenapa? Tadi kalian kan makan bareng?" tanya Renna.Felix menggel

    Last Updated : 2024-12-21
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 26 - Foto di Ruang Kerja

    Kamis sore, Viera tiba di rumah Ian dengan jantung berdebar. Mobil Alvhard putih yang dikendarai Pak Mamad sudah meninggalkannya di depan teras rumah Ian yang megah."Saya balik kerumah dulu ya, Non," kata Pak Mamad dengan senyum ramah. "Semoga lesnya berjalan lancar."Viera tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Rumah Ian benar-benar di luar bayangan Viera. Bangunan bergaya klasik Eropa dengan arsitektur megah seolah-olah baru saja keluar dari majalah desain interior kelas atas. Pilar-pilar putih yang menjulang, halaman depan yang luas dengan taman terkelola rapi, dan cat rumah berwarna gading membuat Viera terpana.Ian membukakan pintu dengan wajah dinginnya yang biasa. "Kamu masih mau berdiri di luar sampai kapan?""Oh,

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 27 - Kejutan di Dapur

    Ketika Viera bersiap turun ke lantai satu, Ian tiba-tiba berkata, "Jangan pulang dulu."Viera menoleh bingung. "Kenapa?""Aku akan masak makan malam untukmu. Kamu pasti lapar. " jawab Ian santai, seolah-olah mengungkapkan hal yang paling biasa di dunia."Emang kamu bisa masak?" Viera membulatkan mata tak percaya. Nada suaranya campuran antara skeptis dan terkejut.Ian mendengus, seulas senyum tipis menghiasi wajahnya. "Memangnya kira-kira aku cuma bisa ngajarin matematika dan marah-marah di kelas?"Sebelum Viera sempat menjawab, Ian sudah melanjutkan, "Kamu mandi dulu saja di kamar mandi dalam kamarku. Aku juga sudah siapkan handuk dan baju ganti."

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 110 - Menuju Ujian

    Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, ujian akhir hampir tiba. Viera dan teman-temannya tenggelam dalam buku-buku pelajaran dan kertas-kertas latihan. Kafe-kafe di sekitar sekolah penuh dengan siswa kelas dua belas yang belajar kelompok, menyesap kopi berlebihan, dan saling bertukar rumus dan catatan."Aku tidak bisa mengingat semua rumus ini," keluh Fanny, menutup buku fisikanya dengan frustasi. "Terlalu banyak.""Buat diagram dulu," saran Renna, yang dengan tenang membuat kartu-kartu kecil berisi poin-poin penting. "Lebih mudah mengingat secara visual."Viera mengangguk, tapi matanya terasa berat. Dia sudah belajar sejak pagi, dan hari sudah menjelang sore. Cangkir kopi ketiganya nyaris kosong."Kalian tahu," Viera berkata sambil meregangkan tubuhnya, "Ian sebenarnya punya metode bagus untuk mengingat rumus-rumus."Ada keheningan canggung sejenak sebelum Fanny tertawa kecil. "Viera, loe gak mau tanya gitu metode tunanganmu buat mengingat rumus?"Viera memutar matanya, tapi tidak

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 109 - Bukan Impian

    Seminggu berlalu dengan cepat. Viera dan Felix tetap pergi ke open house fakultas komunikasi, tapi suasananya tidak sama lagi. Ada jarak yang tidak terkatakan di antara mereka—sebuah tembok transparan yang tidak bisa ditembus oleh candaan atau obrolan ringan."Ini laboratorium multimedia mereka," Felix menjelaskan sambil menunjuk sebuah ruangan besar dengan peralatan canggih. "Katanya mahasiswa bisa menggunakannya untuk proyek-proyek mereka."Viera mengangguk, matanya berbinar melihat fasilitas kampus yang luar biasa. "Ini keren sekali. Aku bisa membayangkan berkuliah di sini."Felix tersenyum tipis, untuk pertama kalinya hari itu. "Kamu akan cocok di sini, Viera. Kamu selalu punya bakat bercerita."Ada ketulusan dalam kata-kata Felix yang membuat Viera merasa sedikit lebih baik. Mungkin persahabatan mereka tidak hancur sepenuhnya—hanya membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan realitas baru."Terima kasih, Felix," Viera tersenyum tulus. "Sungguh, terima kasih untuk semuanya."

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 108 - Harus Jujur

    Malam itu, Viera tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar antara Ian, Felix, dan masa depannya yang semakin kompleks. Dia mengambil ponselnya, memeriksa pesan terakhir dari Ian. Ada kehangatan aneh yang muncul saat membaca kembali percakapan mereka—percakapan yang jauh dari romantis, tapi penuh dengan kejujuran dan pengertian."Aku bingung, Ian," Viera akhirnya mengetik pesan baru. "Bagaimana menurutmu cara terbaik untuk memberitahu teman-temanku yang lain tentang... kita?"Balasan Ian tidak langsung datang. Viera membayangkan pemuda itu mungkin sedang bekerja atau bahkan sudah tidur. Tapi lima menit kemudian, ponselnya bergetar."Apa yang membuatmu tidak tenang, Viera?"Viera tersenyum kecil. Lagi-lagi, Ian dan kebiasaannya untuk langsung ke inti masalah."Felix, dia mengundangku ke open house fakultas komunikasi. Aku hampir saja keceplosan menyebut namamu. Dan... aku merasa... usaha Felix mendekatiku semakin besar."Ada jeda lama sebelum Ian membalas. Viera hampir bisa merasakan

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 106 - Hidup Tanpa Rencana (1)

    Semakin malam, percakapan mereka semakin dalam. Ian bercerita tentang tekanan yang dirasakannya sebagai putra tunggal, tentang bagaimana dia kadang merasa terjebak dalam ekspektasi keluarga. Viera membagikan kekhawatirannya tentang masa depan, tentang mimpinya yang kadang terasa terlalu besar untuk diwujudkan."Kadang aku bertanya-tanya bagaimana rasanya hidup tanpa rencana yang sudah diatur," tulis Ian di suatu titik. "Bebas memilih jalan sendiri.""Aku juga," balas Viera. "Tapi mungkin tidak ada yang benar-benar bebas? Semua orang punya batasan dan tantangannya masing-masing.""Bijaksana sekali untuk gadis tujuh belas tahun," balas Ian, dan Viera bisa membayangkan senyum kecil di wajahnya saat mengetik itu."Aku hampir delapan belas, tau," Viera membalas, tersenyum pada dirinya sendiri. "Lagipula, umur hanya angka.""Memang. Tapi pengalaman bukan sekadar angka."Ada kebenaran dalam kata-kata Ian yang tidak bisa Viera bantah. Meski merasa dewasa dan siap menghadapi dunia, dia tau bah

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 105 - Teman Hidup

    "Apa... apa yang membuat Mama akhirnya mencintai Papa?" tanyanya penasaran.Mama terlihat melamun sejenak, matanya menerawang ke masa lalu. Ada senyum kecil yang bermain di sudut bibirnya."Kesabaran," Mama akhirnya menjawab. "Papa sangat sabar. Dia tidak pernah memaksa Mama untuk mencintainya, tapi dia selalu ada. Selalu mendukung. Dan, ya, dia ternyata sangat romantis dengan caranya sendiri."Viera tersenyum, membayangkan Papanya yang selalu terlihat tegas dan disiplin bisa bersikap romantis. "Romantis bagaimana, Ma?""Ah, banyak hal kecil. Mengingat tanggal-tanggal penting, memperhatikan apa yang Mama suka dan tidak suka, selalu membawakan oleh-oleh ketika pulang kerja..." Mama terkekeh. "Yang paling Mama ingat, saat Mama sakit, Papa rela tidak tidur semalaman hanya untuk mengompres Mama. Padahal besoknya dia ada rapat penting."Ada kehangatan yang menyebar di dada Viera mendengar cerita itu. Mungkinkah dia dan Ian juga bisa membangun kedekatan seperti itu suatu hari nanti?"Ma, me

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 104 - Saling Mendukung

    "Kita bisa mencobanya," Viera berbisik. "Melanjutkan rencana pernikahan, tapi dengan catatan kita akan saling terbuka, saling mendukung karier dan mimpi masing-masing." Ian tersenyum, "Bukan sekadar merger bisnis, tapi partnership sejati." Keputusan itu tidak datang dengan drama atau ledakan emosi. Justru sebaliknya—dengan ketenangan dan pengertian yang mendalam. Mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan, tapi dengan komitmen untuk selalu berkomunikasi, untuk selalu memberikan ruang bagi pertumbuhan masing-masing. Ketika Viera pulang ke rumah malam itu, ada ketenangan aneh yang menyelimutinya. Mama—yang sepertinya selalu bisa membaca gerak-gerik putrinya—menunggu di ruang keluarga. "Bagaimana?" tanya Mama langsung, tanpa basa-basi. Viera duduk di samping Mama, merasa letih namun tenang. "Viera dan Ian memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan." Mata Mama berbinar penuh tanya. "Coba sini cerita sama Mama." Dan Viera menceritakan semuanya—percakapan dengan Ian, ket

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 103 - Cinta Rumit

    Kata itu—cinta—terasa berat dan asing di antara mereka. Ian tampak tidak nyaman, jari-jarinya mengetuk pelan sisi cangkir kopinya. "Cinta itu... rumit, Viera," dia akhirnya menjawab diplomatik. "Aku menyayangimu, menghormatimu. Aku yakin kita bisa membangun kehidupan yang baik bersama. Bukankah itu bentuk cinta juga?" Ada kejujuran dalam kata-kata Ian yang membuat hati Viera terasa sakit sekaligus lega. Setidaknya Ian tidak berpura-pura merasakan sesuatu yang tidak dia rasakan. "Mungkin," Viera menjawab pelan. "Tapi apakah itu cukup untuk kita? Apa kamu tidak pernah bertanya-tanya bagaimana rasanya... jatuh cinta? Benar-benar jatuh cinta?" Ian menghela napas panjang, untuk pertama kalinya topeng profesionalnya sedikit retak. "Tentu saja aku pernah. Aku bukan robot, Viera." "Lalu? Apa kamu tidak ingin merasakan itu sebelum berkomitmen untuk seumur hidup?" "Tidak semua orang punya kemewahan itu," Ian menjawab, ada nada getir dalam suaranya. "Kita punya tanggung jawab, kita punya ek

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 102 - Mencintaiku?

    setidaknya mencoba belajar, karena pikirannya terus melayang ke pertemuan sore nanti. Jam demi jam berlalu dengan lambat, hingga akhirnya jam di ponselnya menunjukkan pukul 3:30 sore. Viera berdiri di depan cermin, memandang refleksi dirinya. Gadis tujuh belas tahun yang berdiri di persimpangan hidup. Dia mengenakan gaun biru muda sederhana. "Kamu siap?" Mama bertanya dari ambang pintu. Viera berbalik, tersenyum tipis. "Entahlah, Ma. Viera bahkan tidak tau apa yang akan Viera katakan pada Ian." Mama menghampirinya, merapikan rambut Viera yang sedikit berantakan. "Katakan yang ada di hatimu, sayang. Dengan jujur, tapi juga dengan bijak." "Dan jika itu melukai banyak orang?" "Kadang kita harus melukai beberapa orang untuk menghindari luka yang lebih besar di masa depan," Mama menjawab bijak. "Lebih baik jujur sekarang daripada hidup dalam kebohongan seumur hidup." Viera mengangguk, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. "Terima kasih, Ma." Dengan hati yang ma

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 101 - Tanggung Jawab Bisnis

    "Viera?" Suara Mama terdengar dari balik pintu, diikuti ketukan lembut. "Kamu sudah bangun? Sarapan sudah siap.""Iya, Ma. Sebentar lagi Viera turun," jawabnya, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.Di meja makan, suasana terasa lebih hening dari biasanya. Papa sibuk dengan tabletnya, sesekali mengerutkan dahi membaca berita pagi. Mama dengan telaten menuangkan teh ke cangkir Papa sebelum duduk di sampingnya. Rutinitas pagi yang begitu familiar bagi Viera, namun entah mengapa pagi ini terasa berbeda."Viera akan bertemu Ian sore ini," Viera berkata pelan setelah menyesap susu hangatnya.Papa mengalihkan pandangan dari tabletnya. "Oh? Ada acara apa?""Tidak ada acara khusus," Viera menjawab, mengaduk-aduk bubur di mangkuknya tanpa nafsu. "Hanya... ingin bicara.""Tentang pernikahan?" tanya Papa, ekspresinya cerah. "Bagus. Kalian memang perlu lebih banyak waktu berdua untuk membicarakan detail-detail penting."Viera mengangguk lemah, tidak mengoreksi asumsi Papa. Ekor matan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status