Beranda / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Guru Killer / BAB 26 - Foto di Ruang Kerja

Share

BAB 26 - Foto di Ruang Kerja

Penulis: R.D. Skypigeon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 10:00:54

Kamis sore, Viera tiba di rumah Ian dengan jantung berdebar. Mobil Alvhard putih yang dikendarai Pak Mamad sudah meninggalkannya di depan teras rumah Ian yang megah.

"Saya balik kerumah dulu ya, Non," kata Pak Mamad dengan senyum ramah. "Semoga lesnya berjalan lancar."

Viera tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."

Rumah Ian benar-benar di luar bayangan Viera. Bangunan bergaya klasik Eropa dengan arsitektur megah seolah-olah baru saja keluar dari majalah desain interior kelas atas. Pilar-pilar putih yang menjulang, halaman depan yang luas dengan taman terkelola rapi, dan cat rumah berwarna gading membuat Viera terpana.

Ian membukakan pintu dengan wajah dinginnya yang biasa. "Kamu masih mau berdiri di luar sampai kapan?"

"Oh,

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 27 - Kejutan di Dapur

    Ketika Viera bersiap turun ke lantai satu, Ian tiba-tiba berkata, "Jangan pulang dulu."Viera menoleh bingung. "Kenapa?""Aku akan masak makan malam untukmu. Kamu pasti lapar. " jawab Ian santai, seolah-olah mengungkapkan hal yang paling biasa di dunia."Emang kamu bisa masak?" Viera membulatkan mata tak percaya. Nada suaranya campuran antara skeptis dan terkejut.Ian mendengus, seulas senyum tipis menghiasi wajahnya. "Memangnya kira-kira aku cuma bisa ngajarin matematika dan marah-marah di kelas?"Sebelum Viera sempat menjawab, Ian sudah melanjutkan, "Kamu mandi dulu saja di kamar mandi dalam kamarku. Aku juga sudah siapkan handuk dan baju ganti."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 28 - Rak Supermarket

    “Kita ke supermarket dulu, ya. Aku perlu belanja beberapa bahan untuk di rumah.” Ajak Ian, namun matanya tak lepas dari jalanan Kota yang cukup ramai.Viera tak menjawab. Hanya mengangguk.Sesampainya di supermarket, Ian langsung mengambil troli belanjaan. Saat Ian memilih belanjaan di supermarket, gerakannya begitu teliti dan terukur. Jemarinya dengan cermat memilih sayuran hijau, memastikan tidak ada satu pun daun yang layu atau busuk. Ia mengecek tanggal kadaluarsa setiap produk dengan ketelitian seorang ilmuwan.“Di balik sikap killermu, ternyata ada sosok yang berbeda seperti saat ini, ya.” Gumam Viera saat mengamati betapa jelinya Ian memilih produk-produk yang akan dibelinyaDi bagian daging, Ian memilih potongan daging sapi yang sempurna. Ia mengamati warna, tekstur, dan lemak dengan pandangan menyelidik. Setiap gerakan terlihat sangat profesional, seolah-olah memilih bahan makanan adalah sebuah seni tersendiri.Saat Ian sedang fokus memilih buah apel merah, tiba-tiba sebuah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 29 - Fitting Baju

    "Kamu yakin warna biru tua ini cocok?" tanya Viera ragu-ragu, memandang pantulan dirinya di cermin.Ian tersenyum tipis. "Bagus… Cocok."Gaun Viera memang luar biasa. Bahan sutra halus berwarna biru tua yang menjuntai ke belakang membuat tubuhnya terlihat anggun. Potongan gaun yang menekan bagian pinggang membuat siluet tubuhnya tampak sempurna. Di sisi lain ruangan, Ian terlihat tidak kalah tampan dengan setelan jas biru tua yang membalut tubuhnya dengan pas.Mama Viera dan mama Ian berdiri berdampingan, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan mereka."Astaga, kalian pasangan terindah!" seru mama Viera, bertepuk tangan penuh emosi.Mama Ian mengangguk setuju. "Cocok sekali. Seperti pasangan di majalah."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 30 - Cemburu?

    Viera keluar dari toko buku dengan perasaan campur aduk. Matanya menelusuri seisi mall, mencari sosok Ian.Ponsel segera ia keluarkan. Pertama kali menelepon, tidak diangkat."Kenapa tidak diangkat sih?" gumamnya kesal.Telepon kedua pun sama. Hening.Di telepon ketiga, Ian akhirnya mengangkat."Kamu ada di mana?" bentak Viera. "Kenapa tiba-tiba menghilang sih?""Bukankah kamu yang mengusirku ketika Felix datang?" balas Ian dingin.Viera terdiam sejenak. Ia menggigit bibir bawahnya. "Bukankah kita sudah sepakat dengan keluarga untuk menyembunyikan hubungan kita sampai aku lulus nanti? Aku tidak ingin Felix dan teman-temanku tahu tentan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 31 - Mulai Berubah? (1)

    "Hai," sapa Felix saat Viera baru saja duduk di bangkunya. Felix tiba-tiba mendekati dan duduk di bangku depannya."Hai," balas Viera singkat.Felix tersenyum. "Kamu kemarin dari mall pulang jam berapa?"“Sekitar jam enam sore, sih. Setelah dari toko buku aku langsung bergabung dengan orang tuaku.” jawab Viera."Ooh…," lanjut Felix. "Aku juga melihat Pak Ian di mall yang sama. Tapi, dia sendirian."Viera berusaha terlihat santai. "Oh ya? Mungkin Pak Ian juga sedang jalan-jalan.""Kebetulan sekali, ya," kata Felix, nadanya terdengar menyelidik.Mata Felix menatap Viera tajam. Seolah-olah mencoba membaca setiap ekspres

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 32 - Mulai Berubah? (2)

    Aroma sedap menguar dari hidangan Chinese food di dalam restoran. Ian dan Viera duduk berhadapan di sudut restoran yang agak sepi."Satu matcha latte dingin," pesan Viera pada pelayan."Coffee latte," tambah Ian.Tak lama kemudian, hidangan mereka datang. Ikan fillet dengan saus inggris mengkilat menggoda, udang salted egg yang menguarkan aroma gurih, dan dua porsi nasi putih hangat.Mereka makan dalam diam. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar, sesekali diselingi suara seruputan minuman.Tiba-tiba, gerakan Ian terhenti. Matanya fokus pada wajah Viera."Ada nasi," katanya singkat.Sebelum Viera sempat bereaksi, jari Ian suda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 33 - Janji

    Desember datang dengan angin sejuk yang menyapu Jakarta. Di sebuah gedung mewah di kawasan tengah kota, Viera berdiri di depan cermin besar, mengamati gaun biru tua yang membalut tubuhnya."Viera, sudah siap sayang?" Mama Viera melangkah masuk dengan mata berkaca-kaca."Ma..." Viera berbalik, jemarinya masih memainkan kalung berlian pemberian Ian. "Aku gugup.""Wajar sayang," Mama mendekat, membenahi anak rambut Viera yang sedikit mencuat. "Kamu cantik sekali. Seperti putri dalam dongeng.""Tapi Ma," Viera merendahkan suaranya, "Bagaimana kalau Ian...""Sssh," Mama menggenggam kedua tangan Viera. "Mama melihat ketulusan di mata Ian. Kamu tidak lihat bagaimana dia menatapmu akhir-akhir ini?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 34 - Cincin yang Berbicara

    Pagi itu, Viera berdiri di depan cermin, memutar-mutar dua cincin di jarinya. Yang satu adalah cincin pertunangan dari Ian - berkilau dengan berlian yang elegan. Yang lainnya adalah cincin biasa yang ia beli kemarin, sengaja dipilih untuk mengecoh teman-temannya."Sempurna," gumamnya, memastikan kedua cincin itu tampak natural di jarinya.Di sekolah, suasana masih sama seperti biasa. Ian tetap menjadi guru matematika yang ditakuti, dengan tatapan dingin dan sikap tegas yang membuat siswa-siswa bergidik. Tidak ada yang berubah, seolah malam pertunangan itu hanya mimpi belaka."Eh, Ra," Fanny menyenggol bahunya saat mereka duduk di kantin. "Tumben loe pakai cincin? Dua lagi."Viera mengangkat tangannya dengan santai, berusaha menjaga detak jantungnya tetap normal. "Oh, ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 80 - Penjelasan

    Di kedai es krim, Viera menyendok es krim vanilanya perlahan, sesekali mencuri pandang ke arah Ian yang duduk di hadapannya."Ada yang mengganggumu?" tanya Ian, menangkap kegelisahan di mata Viera."Tadi..." Viera meletakkan sendoknya, "saat di kantin, Fanny sepertinya sudah mulai curiga. Dia... dia selalu bisa membaca situasi dengan baik."Ian mengangguk pelan. "Dia memang sangat perhatian padamu.""Aku merasa bersalah," Viera berbisik, matanya mulai berkaca-kaca. "Mereka selalu ada untukku. Bahkan saat aku kehilangan ingatan, mereka yang menceritakan ulang setiap detail hidupku. Tapi sekarang... aku malah menyembunyikan sesuatu sebesar ini dari mereka.""Hey," Ian mengulurkan tangannya, nyaris menyentuh tangan Viera sebelum teringat mereka masih di tempat umum. "Kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini... ini bukan sesuatu yang mudah untuk dibagi.""Tapi sampai kapan?" Viera menatap es krimnya yang mulai mencair. "Sampai kapan kita harus bersembunyi seperti ini?"Ian terdiam sejenak, m

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 79 - Ketahuan

    Langit sudah mulai memerah saat Viera mengendap-endap ke parkiran belakang sekolah. Koridor-koridor sudah sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang masih mengikuti kegiatan klub. Ian sudah menunggu di mobilnya, seperti yang mereka sepakati sebelumnya. "Maaf lama," Viera berbisik saat masuk ke mobil. "Tadi harus mastiin dulu Renna udah pulang." Ian tersenyum, menyalakan mesin mobil. "Tidak apa-apa. Kamu yakin tidak ada yang lihat?" Viera mengangguk, meski ada keraguan samar yang menggelayut di dadanya. Dia tidak menyadari sosok Fanny yang berdiri di balik pilar, mengamati dengan mata melebar saat mobil Ian mulai bergerak meninggalkan area parkir. Sementara itu di dalam mobil Fanny. "Pak Man, Bisa ikuti mobil itu? Yang Innovasi Hitam itu." Sopir paruh baya itu mengernyit heran. "Nona Fanny yakin? Bukannya itu mobil guru matematika..." "Please," Fanny memotong dengan nada mendesak. "Ini penting." Di mobil Ian, Viera mulai merasa rileks. Dia menyandarkan kepalanya ke jok, merasakan ke

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 78 - Peka

    Bel istirahat berbunyi seperti penyelamat bagi Viera. Dia menghembuskan napas yang tanpa sadar ditahannya selama dua jam pelajaran matematika itu. "Oke, sampai di sini dulu," Ian mengumumkan, membereskan bukunya. "Jangan lupa kerjakan latihan halaman 45." Saat Ian melangkah keluar kelas, Viera bisa merasakan tatapannya yang sekilas tertuju padanya. Tatapan yang membuat jantungnya melompat, meski hanya sepersekian detik. "Ra," Fanny mendadak sudah berdiri di samping mejanya, "ke kantin, yuk?" Ada sesuatu dalam nada suara Fanny yang membuat Viera gelisah. "Ah... gue..." dia melirik tasnya, mencari-cari alasan. "Ayolah!" Renna menarik tangannya dengan antusias. "Gue laper banget nih setelah dipaksa mikir limit tadi." Viera tidak punya pilihan selain mengikuti kedua sahabatnya. Mereka berjalan menyusuri koridor yang ramai, dengan Renna yang terus mengoceh tentang betapa sulitnya pelajaran hari ini. "Tapi aneh ya," Renna tiba-tiba menoleh pada Viera, "tumben banget loeu nggak

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 77 - Tatapan

    "Viera!" Suara familiar Renna membuatnya tersentak dari lamunannya. Sahabatnya itu berlari kecil menghampirinya, dengan Fanny yang mengikuti dengan langkah lebih tenang di belakang. "Tumben agak siang?" Renna mengaitkan lengannya dengan lengan Viera, gestur yang sudah menjadi kebiasaan mereka. "Biasanya loe sudah nunggu di depan gerbang." Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Memori tentang sore kemarin masih begitu segar di benaknya. "Ah... iya, tadi bangun agak telat." Fanny, dengan kepekaannya yang biasa, menatap Viera dengan seksama. "Loe... kelihatan berbeda hari ini." "Berbeda?" Viera mencoba tertawa, meski suaranya terdengar sedikit bergetar. "Berbeda gimana?" "Entahlah," Fanny mengangkat bahu, tapi matanya masih menatap penuh selidik. "Kayak... ada sesuatu yang berbeda." Renna mengangguk antusias. "Iya! Gue juga ngerasa gitu. Loe... kayak lagi happy banget?" Viera menggigit bibirnya, merasakan rona hangat mulai merambat di pipinya. Tepat saat itu, sosok Ian

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 76 - Rahasia Kecil

    Viera mengeratkan genggamannya pada pembatas buku di tangannya, mendadak teringat pada dua sosok yang selama ini selalu ada di sampingnya. Renna dan Fanny - sahabatnya sejak SMA yang selalu mendukungnya tanpa syarat, bahkan saat dia kehilangan ingatannya."Ian..." Viera mendongak, menatap pria yang kini menjadi guru matematikanya itu. "Bagaimana dengan Renna dan Fanny?"Ada jeda sejenak sebelum Ian menjawab, seolah dia juga baru tersadar akan kompleksitas situasi mereka. Memang, hubungan guru dan murid ini bukanlah sesuatu yang sederhana untuk dijelaskan, bahkan pada sahabat terdekat sekalipun."Mereka... pasti akan mengerti," Ian akhirnya berkata, meski ada keraguan tipis dalam suaranya. "Mereka sahabatmu yang paling dekat, kan?"Viera menggigit bibirnya, mengingat baga

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 75 - Bunga

    Viera menatap pembatas buku di tangannya, jemarinya menelusuri permukaan bunga yang telah diawetkan itu dengan hati-hati. Ada sesuatu yang menggelitik dalam dadanya - perasaan hangat yang familiar sekaligus asing, seperti menemukan potongan puzzle yang telah lama hilang."Masih ingat waktu kita pertama kali menemukan bunga-bunga ini?" tanya Ian, suaranya lembut seperti angin sore yang membelai dedaunan di atas mereka.Viera mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada pembatas buku itu. Memori-memori yang sempat terkubur perlahan mengapung ke permukaan - musim panas yang panjang, tawa yang riang, dan janji-janji kecil yang terucap di bawah pohon mangga ini."Waktu itu kamu bilang bunganya seperti bintang yang jatuh ke bumi," Viera tersenyum kecil, mengingat kata-kata polos mereka di masa kecil. "Dan aku percaya begi

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 74 - Menyatakan

    Viera terdiam, matanya berkaca-kaca menatap tulisan di halaman terakhir buku itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyentuh kertas yang menguning, merasakan tekstur dari janji masa kecil mereka."Kamu..." suara Viera tercekat, "kamu benar-benar menyebalkan, Ian."Ian mengerjap bingung, "Eh?""Menciumku di bawah meja guru, membuatku cemburu pada adikmu sendiri, dan sekarang..." Viera mengangkat wajahnya, ada air mata yang mulai jatuh di pipinya, "sekarang kamu mengungkapkan perasaanmu dengan cara yang begitu... begitu sempurna."Ian tersenyum lembut, tangannya bergerak mengusap air mata di pipi Viera. "Maaf membuatmu menunggu lama.""Bodoh," Viera memukul dada Ian pelan. "Kamu yang menunggu lebih lama. Bahkan saat aku lupa, ka

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 73 - Payah

    "IAAANN!" Viera berteriak tertahan, tapi yang tersisa hanya gema langkah kaki Ian yang semakin menjauh dan aroma mint samar yang masih tertinggal di udara. Dia menyentuh bibirnya lagi, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi."Dasar menyebalkan," gumamnya, tapi ada senyum kecil yang tak bisa dia tahan. Dia bersandar pada meja guru, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih tidak beraturan.Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang terjatuh dari buku Ian - selembar kertas yang terlipat rapi. Tangannya bergerak mengambil kertas itu. Seharusnya dia tidak membukanya, tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan hal itu.Di dalamnya, ada tulisan tangan yang rapi: "Untuk adikku tersayang, Terima kasih sudah membantu kakak selama ini. Kamu benar - aku harus lebih berani mengungkapkan perasaanku pad

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 72 - First Kiss

    Tanpa pikir panjang, Viera beranjak dari kursinya. Kakinya melangkah cepat menyusuri koridor, mencari sosok Ian yang baru saja menghilang di balik pintu perpustakaan. Ada sesuatu yang mendorongnya - entah keberanian yang tiba-tiba muncul atau rasa frustasi yang sudah mencapai batasnya.Ruang guru. Tentu saja - Ian selalu ke sana setelah jam pelajaran usai. Viera mempercepat langkahnya, jantungnya berdegup kencang bukan hanya karena berlari kecil, tapi juga karena kata-kata yang sudah menumpuk di ujung lidahnya.Ruangan itu sepi ketika dia masuk. Hanya ada Ian yang sedang membereskan berkas-berkasnya. "Ian," panggilnya, suaranya sedikit terengah. "Tentang yang tadi-"Suara langkah kaki di koridor membuat kata-katanya terputus. Tanpa berpikir, tubuhnya bergerak secara naluriah - bersembunyi di bawah meja Ian. Posisi y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status