Share

Bab 4. Dokter Satria

Adara yang terkejut reflek menarik kembali tangannya, gadis itu berdiri dan bisa dia lihat Jesslyn berjalan kearahnya dengan ekspresi marah dan nafas yang memburu.

Plaakk ….

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Adara. Gadis itu sampai menoleh karena tamparan keras yang di layangkan Jesslyn padanya.

“Dasar perempuan jal*ng, lo mau ambil kesempatan di saat abang gue gak sadar, iya?” geramnya.

Adara menghela nafasnya, kemudian dia menatap Jesslyn tajam.

“Kalau gitu, noh lo aja yang ngurusin abang lo!!” Adara melemparkan handuk basah yang ada di tangannya pada Jesslyn.

“Gue cuma melakukan tugas gue, gue mau bersihin tubuh abang lo, gue juga cukup tau diri dan gak akan lihat aset abang lo,”

“Alaaah ngeles aja lo! Kalau gue gak dateng lo pasti juga udah melakukan hal lebih sama abang gue,” ucapnya yang kembali melempar handuk basah itu pada Adara.

Tak lama kemudian Antonio dan Kelly datang.

“Ada apa ini?” tanya Antonio.

“Lihat Pah, wanita jal*ng ini mau ambil kesempatan buat apa apain bang Dallen, kalau Jesslyn gak datang dia pasti udah melancarkan aksinya,”

Antonio dan Kelly pun menatap Dallen yang sudah shirtless, kemudian menatap baskom yang ada di nakas dan handuk basah yang ada pada tangan Adara.

Adara sendiri terlihat santai menghadapi situasi ini, syukur syukur jika dia di usir jadi dia tidak perlu lagi menjalani kehidupan yang cukup tiba-tiba ini baginya.

Antonio dan Kelly pun mengangguk paham dengan situasi yang terjadi.

“Jesslyn sepertinya kamu salah paham, lihat kakak ipar mu hanya mau membersihan tubuh abang kamu,” kata Kelly.

“Tapi, Mah. Dia tadi hampir aja pegang pegang bang Dallen,”

“Ya kalau gak di pegang gimana cara bersihinnya, Jesslyn. Ada ada saja kamu ini, lagian kalau Dara ngapa-ngapain ya biarin aja, toh juga sama calon suami sendiri, ya kan Ma,” ucap Antonio, yang mana justru membuat Jesslyn dan Adara sendiri melotot tak percaya.

Gila mana ada orang tua yang malah ngizinin anaknya di apa-apain. Batin Adara.

“Tau lah, Mama sama Papa sama aja,” kesal Jesslyn yang kemudian pergi dari kamar Dallen.

“Sudah biarin aja, kamu lanjut aja jangan lama lama biarin Dallen shirtless nanti dia kedinginan,” ucap Kelly.

“Iya Ma,” balas Adara dengan senyum canggung.

“Kalau begitu Mama sama Papa pergi dulu ya, ada yang harus di urus,”

“Eh Pah, tunggu! Emm, disini apa ada pelayan laki-laki?” tanya Adara.

“Ada, kenapa memang?”

“Emmm, itu, aku mau minta tolong mereka buat gantiin baju Dallen,” jawabnya malu-malu.

Antonio dan Kelly hanya tersenyum tipis.

“Baik, nanti Papa akan panggilkan mereka,”

“Makasih, Pa!”

Pasangan paruh baya itu akhirnya keluar dari kamar Dallen, dan Adara bisa bernafas lega setelahnya.

“Kirain bakal di usir. Kenapa gak di usir aja sih gue” gumamnya yang sudah sangat berharap.

Kemudian gadis itu kembali membersihkan tubuh bagian atas Dallen. Tak selang beberapa lama, dua pria berseragam hitam putih dengan menggunakan jas hitam datang. Mereka adalah orang suruhan Antonio yang di minta Adara barusan.

Setelah kedatangan kedua pria itu Adara bergegas keluar sebelumnya dia mengambil baju ganti untuk Dallen terlebih dahulu.

Ceklek ….

“Nona, kami sudah selesai mengganti baju tuan Dallen,” kata salah satu pelayan laki-laki yang baru saja keluar dari kamar Dallen.

“Terimakasih!”

Kedua pria itu lantas pergi dan Adara kembali masuk kedalam.

Dia baru sempat memperhatikan isi kamar Dallen saat ini. Tidak ada yang menarik, selayaknya kamar pria pada umumnya, cukup rapi dan tidak terlalu banyak barang.

Selesai berkeliling di kamar dallen, Adara memilih duduk di sebelah pria tampan yang tengah memejamkan mata itu. Di pandanginya lagi wajah tampan itu dengan teduh.

“Kira kira nanti pas bangun dia galak gak ya?” gumamnya. “Jangan-jangan nanti dia main KDRT lagi,”

Tak mau memikirkan sesuatu yang hanya akan menguras pikirannya Adara berjalan kearah pintu balkon.

Di menyingkap tirai tipis yang menutupi pintu kaca itu kemudian membuka pintunya membiarkan udara pagi masuk. Tak lupa dia juga mengecilkan suhu AC supaya Dallen tidak terlalu merasa kedinginan.

Adara menatap keluar balkon ternyata kamar ini berhadapan langsung dengan taman samping yang cukup luas dan indah.

Di taman itu dihiasi dengan kolam ikan yang cukup besar dengan ada jembatan di tengah tengahnya. Belum lagi tanaman bonsai yang tertata rapi pada tempatnya membuat suasana taman terlihat tidak terlalu ramai namun tetap meninggalkan kesan asri sebab rumputnya pun terlihat sangat sehat dan terawat.

Tak jauh dari taman terlihat kolam renang besar disertai dengan beberapa kursi lengkap dengan payungnya berada di tepi kolam. Dara tebak pasti pemilik mansion ini memang gemar berenang.

Setelah puas memandangi halaman samping mansion Adara kembali masuk kedalam kamar dan dia cukup terkejut sebab berbarengan dengan dia berbalik, seseorang dengan jas dokter baru saja membuka pintu.

“Oh, ada orang ternyata,” ucapnya berjalan mendekat kearah tempat tidur bersama seorang perawat di belakangnya.

Adara cukup terpesona dengan wajah tampan dokter tersebut. Namun jika di lihat lagi, Dallen jauh lebih tampan.

“Kamu pasti Adara, kan?” tanya dokter itu.

“Dokter kenal saya?” bukannya menjawab Adara justru bertanya balik.

“Iya, om Nio sama tante Kelly udah kasih tau tadi,”

Adara mengangguk paham.

“Dokter ini ... dokternya dia ya?” tanya Dara sembari menunjuk kearah Dallen yang asih setia tertidur.

“Iya, dan bukan hanya dokter, saya juga teman sekaligus sahabat Dallen. Perkenalkan nama saya Satria Adiguna,"

Adara tersenyum singkat. “Adara”

“Hanya itu?”

Adara mengernyit heran.

“Nama kamu hanya itu?” sambung Satria.

“Iya” jawabnya singkat sembari tersenyum canggung.

“Baiklah kalau begitu, senang bertemu dengan kamu Dara. Saya periksa keadaan Dallen dulu,”

Adara hanya mengangguk, kemudian Satria melakukan tugasnya sebagai seorang dokter. Cairan infus Dallen juga tak lupa di gantinya.

Setelah beberapa saat Satria selesai melakukan tugasnya dan hanya bisa menghela nafas serta menggelengkan kepalanya.

“Ada apa, Dok? Gimana keadaanya?” tanya Adara.

“Belum ada perkembangan, keadaan Dallen masih begini begini saja dia seperti tidak punya semangat untuk hidup,” jelasnya.

Adara turut serta menghela nafas, “Kalau boleh tau, apa yang membuat Dallen seperti ini?” tanyanya.

“Kalau itu, saya tidak berhak menjawab, sebaiknya kamu tanyakan saja pada om Nio dan tante Kelly,"

Adara terlihat sedikit kecewa dengan jawab Satria.

"Kalau begitu saya per

“iya, Dok. Terima kasih”

Satria tersenyum setalah itu memandang wajah Dallen yang masih terlelap.

Lo harus bangun, Dallen. Lo harus lihat kalau ada perempuan cantik di sebelah lo saat ini, kalau lo gak bangun gue pastiin Adara bakal jadi milik gue. Batinnya, setelah itu Satria keluar dari kamar Dallen begitu juga dengan perawat yang sejak tadi mengikutinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status