Beranda / Pernikahan / Menjadi Istri CEO Lumpuh / Bab 3. Adik Ipar dan Roti Sobek

Share

Bab 3. Adik Ipar dan Roti Sobek

Adara benar benar shock, dia tidak bisa bereaksi apapun saat ini selain terkejut.

Astaga apalagi ini? Tadi katanya lumpuh sekarang malah koma. Jadi ini ceritanya gue bener bener di jadiin pengasuh, ya? Batinnya memelas.

“Iya Dara, Dallen saat ini masih koma. Sudah terhitung 3 bulan dia belum sadar. Mama harap kamu bisa ya terima kondisi anak mama, sebenarnya mama merasa gak enak sama kamu, secara kamu sebenarnya terpaksa menerima semua ini,”

Nah itu tau, kenapa masih maksa. Ucapnya yang tentu saja hanya dalam hati mana berani Adara mengatakan langsung saat melihat bagaimana sedihnya wajah Kelly saat ini.

“Emmm … gimana ya, emang kalau Dara nolak masih bisa Ma?” tanya Adara penuh harap.

“Gak bisa!!” jawab Antonio dan Kelly serempak.

Adara menghela nafasnya kasar, jadi sekarang mau tidak mau Adara memang harus menerima nasibnya. Dia hanya berharap semoga hidupnya tidak di persulit saat menjadi istri dari Dallen yang saat ini tengah koma dan di vonis lumpuh.

“Baiklah, Papa anggap kamu setuju. Pernikahan akan di laksanakan saat Dallen sadar, dan selama Dallen belum sadar status kamu adalah tunangan dia,” ujar Antonio yang seakan adalah titah mutlak yang tidak bisa di bantah.

“Ayo sayang, Mama tunjukkan kamar kamu!” kata Kelly dengan menggandeng tangan Adara.

Mereka bertiga pun keluar dari kamar Dallen. Tanpa mereka sadari buliran air bening mengalir dari sudut mata Dallen yang terpejam.

Adara menatap kagum dengan kamar yang di berikan padanya. Kamarnya cukup nyaman dan besar bahkan tentunya lebih besar dari pada kamar dia yang ada di kost.

“Bisa banget ini keluarga nyogok-nya,” gumam Adara.

Gadis itu kemudian duduk di kasur empuk, menatap setiap benda yang ada di kamar itu.

Helaan nafas terdengar sangat berat, niat hati ingin mencari pekerjaan kenapa malah jadi istri orang. Adara sungguh menyesal dirinya telah menolong Bim saat itu.

“Andai aja gue biarin tuh orang di keroyok, pasti hidup gue masih bebas walaupun hidup pas pasan di luar sana,”

Setelahnya gadis itu masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk membersihkan diri dan kemudian pergi tidur, berharap jika semua ini hanya mimpi.

“Huh, gila aja masa tiba tiba jadi istri orang lumpuh, bener sih sultan tapi hidup gue kan jadi gak bebas lagi,” gumamnya sebelum akhirnya gadis itu pergi ke alam mimpi.

Keesokan harinya, setelah mandi dan membersihkan diri Adara turun menuju meja makan sebab tadi pelayan sudah memberitahunya jika waktu sarapan sudah tiba.

Saat sampai di meja makan dia bisa melihat calon mertuanya beserta satu gadis yang terlihat masih sangat muda tengah duduk menunggunya.

“Pagi Ma, Pa!” sapanya.

“Pagi juga Dara,” balas keduanya.

Kemudian Dara melirik gadis yang duduk di sebelah Mama mertuanya, gadis itu menatap Dara dengan sinis.

“Dia siapa Ma?” tanya gadis itu.

“Oh iya, kenalin namanya Adara, dia calon kakak ipar kamu. Dara kenalin dia Jesslyn anak bungsu Mama,”

“A-ah, iya. Halo Jesslyn!”

Gadis yang di panggil Jesslyn pun hanya acuh dan mengabaikannya.

“Yakin yang kayak begini jadi istrinya bang Dallen, jangan jangan cuma mau manfaatin uangnya lagi,” sindirnya.

Emang, kalau gak demi duit juga gue ogah. Ucap Dara dalam hati.

“Jesslyn jaga ucapan kamu, kamu kan tau Mama sama Papa gak bisa tinggal lama disini, dengan adanya Dara, jadi ada yang menjaga kamu sama Abang kamu,” ucap Kelly.

Lah, jadi ceritanya ini gue beneran emang cuma di jadiin pengasuh anaknya. Ucap dara lagi yang menggerutu kesal dalam hati.

“Ck, Mama nemu di mana sih, kalau sampai dia ada niat jahat gimana?” kesal Jesslyn.

“Adara anak yang baik, dia juga yang sudah menolong Bim dari para preman,” sahut Antonio.

“Kenapa Papa bisa seyakin itu, kita baru kenal loh Pa, siapa tau dia lagi pura-pura baik biar di terima sama kalian terus bisa seenaknya pakai harta bang Dallen,”

“Dih, dikira gue seenggak tau diri itu apa, ya emang sih semua demi uang tapi ya gak semua harta abang lo gue kuasai,” celetuk Adara yang sudah tidak bisa menahan lagi ucapannya.

“Tuh kan Ma, dia aja ngaku kalau semua dia lakukan demi uang,”

“Sudah diam, kita sarapan sekarang!!”

Jesslyn kesal dan menatap Adara yang mulai duduk di meja makan. Tatapannya sungguh tajam saat menatap Adara dan terlihat jelas sinyal permusuhan dari sorot matanya.

Adara hanya menghela nafasnya. Dapet mertua baik, belum tentu dapet ipar yang baik juga. Kayaknya hidup gue bakal sedikit sulit karena kedapatan ipar yang menjengkelkan macam si Jesslyn ini. Gumamnya dalam hati.

Setelah selesai sarapan, Adara memilih untuk pergi ke kamar Dallen. Dia cukup sadar diri dengan statusnya di rumah ini. Mendapat uang dengan harus merawat pria lumpuh tapi tampan, apalagi jika bukan seorang pengasuh.

Adara datang tidak dengan tangan kosong, dia membawa baskom berisikan air hangat serta handuk.

Gadis itu berniat untuk membersihkan tubuh calon suaminya, tentunya hanya bagian luar, dia juga tidak ingin melihat aset pribadi pria itu sebelum resmi menjadi istrinya.

Bahkan setelah resmi menjadi istri saja Adara tidak yakin dia akan menjalani kehidupan normal selayaknya istri, mengingat dirinya dan calon suaminya tidak saling mengenal sebelumnya apalagi Adara melakukan ini hanya untuk uang.

Adara masuk setelah mengetuk pintu, aneh memang jelas jelas orang yang ada di dalam ruangan itu tidak bisa membuka mata apalagi menjawab ketukan pintu darinya.

Namun gadis itu tetap mengetuknya guna menghargai dia yang ada di dalam.

Langkanya mendekat kearah tempat tidur dan meletakkan baskom itu di atas meja nakas. Perlahan tangannya memeras handuk yang sudah di celupkan kedalam air hangat itu dan mulai membasuh wajah, leher kemudian tangan.

“Huh, sayang banget ganteng-ganteng gini lumpuh, apalagi sekarang malah koma,” gumamnya sembari menatap wajah tampan Dallen.

“Gue jadi penasaran apa yang buat lo jadi seperti ini,” sambungnya.

Gadis itu hanya bergumam sendiri karena memang tidak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya dan Dallen yang masih tertidur.

Setelah selesai membasuh tangan dan kaki. Adara mulai membuka kancing baju Dallen satu persatu. Dia cukup terkejut saat melihat perut sixpack Dallen.

Dengan susah payah Adara menelan salivanya, dia perempuan normal dan bisa di bilang pecinta roti sobek karena dia sendiri sering melihat di drama drama ataupun penyanyi dari korea selatan.

Cobaan gue gini amat, kemaren baru lihat si jeno buka baju dari jauh, sekarang malah di suguhi roti sobek di depan mata. Batinnya.

Adara terus memperhatikan perut kotak kotak milik Dallen, hingga tanpa sadar tangannya mulai terulur hendak menyentuh otot perut milik Dallen yang cukup menggoda imannya, namun baru akan menyentuhnya Adara di kejutkan dengan suara Jesslyn yang cukup keras dari arah pintu.

“MAU NGAPAIN LO, HEH??”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status