Adara benar benar shock, dia tidak bisa bereaksi apapun saat ini selain terkejut.
Astaga apalagi ini? Tadi katanya lumpuh sekarang malah koma. Jadi ini ceritanya gue bener bener di jadiin pengasuh, ya? Batinnya memelas. “Iya Dara, Dallen saat ini masih koma. Sudah terhitung 3 bulan dia belum sadar. Mama harap kamu bisa ya terima kondisi anak mama, sebenarnya mama merasa gak enak sama kamu, secara kamu sebenarnya terpaksa menerima semua ini,” Nah itu tau, kenapa masih maksa. Ucapnya yang tentu saja hanya dalam hati mana berani Adara mengatakan langsung saat melihat bagaimana sedihnya wajah Kelly saat ini. “Emmm … gimana ya, emang kalau Dara nolak masih bisa Ma?” tanya Adara penuh harap. “Gak bisa!!” jawab Antonio dan Kelly serempak. Adara menghela nafasnya kasar, jadi sekarang mau tidak mau Adara memang harus menerima nasibnya. Dia hanya berharap semoga hidupnya tidak di persulit saat menjadi istri dari Dallen yang saat ini tengah koma dan di vonis lumpuh. “Baiklah, Papa anggap kamu setuju. Pernikahan akan di laksanakan saat Dallen sadar, dan selama Dallen belum sadar status kamu adalah tunangan dia,” ujar Antonio yang seakan adalah titah mutlak yang tidak bisa di bantah. “Ayo sayang, Mama tunjukkan kamar kamu!” kata Kelly dengan menggandeng tangan Adara. Mereka bertiga pun keluar dari kamar Dallen. Tanpa mereka sadari buliran air bening mengalir dari sudut mata Dallen yang terpejam. Adara menatap kagum dengan kamar yang di berikan padanya. Kamarnya cukup nyaman dan besar bahkan tentunya lebih besar dari pada kamar dia yang ada di kost. “Bisa banget ini keluarga nyogok-nya,” gumam Adara. Gadis itu kemudian duduk di kasur empuk, menatap setiap benda yang ada di kamar itu. Helaan nafas terdengar sangat berat, niat hati ingin mencari pekerjaan kenapa malah jadi istri orang. Adara sungguh menyesal dirinya telah menolong Bim saat itu. “Andai aja gue biarin tuh orang di keroyok, pasti hidup gue masih bebas walaupun hidup pas pasan di luar sana,” Setelahnya gadis itu masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk membersihkan diri dan kemudian pergi tidur, berharap jika semua ini hanya mimpi. “Huh, gila aja masa tiba tiba jadi istri orang lumpuh, bener sih sultan tapi hidup gue kan jadi gak bebas lagi,” gumamnya sebelum akhirnya gadis itu pergi ke alam mimpi. Keesokan harinya, setelah mandi dan membersihkan diri Adara turun menuju meja makan sebab tadi pelayan sudah memberitahunya jika waktu sarapan sudah tiba. Saat sampai di meja makan dia bisa melihat calon mertuanya beserta satu gadis yang terlihat masih sangat muda tengah duduk menunggunya. “Pagi Ma, Pa!” sapanya. “Pagi juga Dara,” balas keduanya. Kemudian Dara melirik gadis yang duduk di sebelah Mama mertuanya, gadis itu menatap Dara dengan sinis. “Dia siapa Ma?” tanya gadis itu. “Oh iya, kenalin namanya Adara, dia calon kakak ipar kamu. Dara kenalin dia Jesslyn anak bungsu Mama,” “A-ah, iya. Halo Jesslyn!” Gadis yang di panggil Jesslyn pun hanya acuh dan mengabaikannya. “Yakin yang kayak begini jadi istrinya bang Dallen, jangan jangan cuma mau manfaatin uangnya lagi,” sindirnya. Emang, kalau gak demi duit juga gue ogah. Ucap Dara dalam hati. “Jesslyn jaga ucapan kamu, kamu kan tau Mama sama Papa gak bisa tinggal lama disini, dengan adanya Dara, jadi ada yang menjaga kamu sama Abang kamu,” ucap Kelly. Lah, jadi ceritanya ini gue beneran emang cuma di jadiin pengasuh anaknya. Ucap dara lagi yang menggerutu kesal dalam hati. “Ck, Mama nemu di mana sih, kalau sampai dia ada niat jahat gimana?” kesal Jesslyn. “Adara anak yang baik, dia juga yang sudah menolong Bim dari para preman,” sahut Antonio. “Kenapa Papa bisa seyakin itu, kita baru kenal loh Pa, siapa tau dia lagi pura-pura baik biar di terima sama kalian terus bisa seenaknya pakai harta bang Dallen,” “Dih, dikira gue seenggak tau diri itu apa, ya emang sih semua demi uang tapi ya gak semua harta abang lo gue kuasai,” celetuk Adara yang sudah tidak bisa menahan lagi ucapannya. “Tuh kan Ma, dia aja ngaku kalau semua dia lakukan demi uang,” “Sudah diam, kita sarapan sekarang!!” Jesslyn kesal dan menatap Adara yang mulai duduk di meja makan. Tatapannya sungguh tajam saat menatap Adara dan terlihat jelas sinyal permusuhan dari sorot matanya. Adara hanya menghela nafasnya. Dapet mertua baik, belum tentu dapet ipar yang baik juga. Kayaknya hidup gue bakal sedikit sulit karena kedapatan ipar yang menjengkelkan macam si Jesslyn ini. Gumamnya dalam hati. Setelah selesai sarapan, Adara memilih untuk pergi ke kamar Dallen. Dia cukup sadar diri dengan statusnya di rumah ini. Mendapat uang dengan harus merawat pria lumpuh tapi tampan, apalagi jika bukan seorang pengasuh. Adara datang tidak dengan tangan kosong, dia membawa baskom berisikan air hangat serta handuk. Gadis itu berniat untuk membersihkan tubuh calon suaminya, tentunya hanya bagian luar, dia juga tidak ingin melihat aset pribadi pria itu sebelum resmi menjadi istrinya. Bahkan setelah resmi menjadi istri saja Adara tidak yakin dia akan menjalani kehidupan normal selayaknya istri, mengingat dirinya dan calon suaminya tidak saling mengenal sebelumnya apalagi Adara melakukan ini hanya untuk uang. Adara masuk setelah mengetuk pintu, aneh memang jelas jelas orang yang ada di dalam ruangan itu tidak bisa membuka mata apalagi menjawab ketukan pintu darinya. Namun gadis itu tetap mengetuknya guna menghargai dia yang ada di dalam. Langkanya mendekat kearah tempat tidur dan meletakkan baskom itu di atas meja nakas. Perlahan tangannya memeras handuk yang sudah di celupkan kedalam air hangat itu dan mulai membasuh wajah, leher kemudian tangan. “Huh, sayang banget ganteng-ganteng gini lumpuh, apalagi sekarang malah koma,” gumamnya sembari menatap wajah tampan Dallen. “Gue jadi penasaran apa yang buat lo jadi seperti ini,” sambungnya. Gadis itu hanya bergumam sendiri karena memang tidak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya dan Dallen yang masih tertidur. Setelah selesai membasuh tangan dan kaki. Adara mulai membuka kancing baju Dallen satu persatu. Dia cukup terkejut saat melihat perut sixpack Dallen. Dengan susah payah Adara menelan salivanya, dia perempuan normal dan bisa di bilang pecinta roti sobek karena dia sendiri sering melihat di drama drama ataupun penyanyi dari korea selatan. Cobaan gue gini amat, kemaren baru lihat si jeno buka baju dari jauh, sekarang malah di suguhi roti sobek di depan mata. Batinnya. Adara terus memperhatikan perut kotak kotak milik Dallen, hingga tanpa sadar tangannya mulai terulur hendak menyentuh otot perut milik Dallen yang cukup menggoda imannya, namun baru akan menyentuhnya Adara di kejutkan dengan suara Jesslyn yang cukup keras dari arah pintu. “MAU NGAPAIN LO, HEH??”Adara yang terkejut reflek menarik kembali tangannya, gadis itu berdiri dan bisa dia lihat Jesslyn berjalan kearahnya dengan ekspresi marah dan nafas yang memburu.Plaakk ….Satu tamparan mendarat mulus di pipi Adara. Gadis itu sampai menoleh karena tamparan keras yang di layangkan Jesslyn padanya.“Dasar perempuan jal*ng, lo mau ambil kesempatan di saat abang gue gak sadar, iya?” geramnya.Adara menghela nafasnya, kemudian dia menatap Jesslyn tajam.“Kalau gitu, noh lo aja yang ngurusin abang lo!!” Adara melemparkan handuk basah yang ada di tangannya pada Jesslyn.“Gue cuma melakukan tugas gue, gue mau bersihin tubuh abang lo, gue juga cukup tau diri dan gak akan lihat aset abang lo,”“Alaaah ngeles aja lo! Kalau gue gak dateng lo pasti juga udah melakukan hal lebih sama abang gue,” ucapnya yang kembali melempar handuk basah itu pada Adara.Tak lama kemudian Antonio dan Kelly datang.“Ada apa ini?” tanya Antonio.“Lihat Pah, wanita jal*ng ini mau ambil kesempatan buat apa apain bang
Hari berikutnya Adara merasa cukup kepikiran dengan barang-barang miliknya yang sedikit berharga masih tertinggal di kost.Hingga setelah sarapan dia memutuskan untuk kembali ke kost dan tentunya sebelum itu dia harus mendapat izin terlebih dahulu dari calon mertuanya.Setelah mengganti pakaian dengan kaos putih dan juga celana jeans di sertai sepatu berwarna putih, Adara mengambil tas selempang miliknya dan keluar dari kamarnya.gadis itu menuruni tangga dan dapat dia lihat ketiga calon keluarga barunya tengah berada di ruang tengah."Dara sayang, kamu mau kemana?" tanya Kelly."Dara izin ya Ma, Pah. Dara mau ke kost sebentar ambil beberapa barang yang menurut Dara penting,""Sendiri?" tanya Antonio.Dengan mantap Dara pun mengangguk."Alah paling juga mau ketemu pacarnya tuh Mah, Pah. kan dia idah dapet duitnya," sahut Jesslyn ya g seolah ingin memanaskan suasana.Adara hanya merotasikan bola matanya melihat tingkah Jesslyn yang sangat bocah sekali."Hust, Jesslyn jaga bicara kamu,
“Apa!!! Jadi istri? Enggak saya gak mau!” tolaknya dengan tegas. “Maaf Nona, tapi memang itu yang mau saya tawarkan dengan ada,” “Pokoknya saya gak mau titik gak pakek koma apalagi tanda tanya,” Gadis itu menghela nafasnya kasar sembari menyugarkan rambutnya kebelakang. “Gila aja! Niat saya mau cari kerja bukan jadi istri orang. Mana orangnya lumpuh lagi, bilang aja kalau mau cari pengasuh gratis,” “Semua fasilitas ini bisa anda gunakan selama anda menjadi istri tuan saya, anda juga akan mendapat uang bulanan dengan jumlah yang tidak akan anda dapat jika anda bekerja di luar sana,” “Gak butuh! Saya gak cuma butuh uang tapi juga butuhnya kebebasan! Kalau jadi istri orang yang ada saya udah gak bisa bebas lagi,” “Tapi anda sudah tanda tangan kontrak jadi anda sudah tidak bisa membatalkannya, atau akan ada harga yang harus anda bayar, dan itu jauh lebih banyak dari yang anda bayangkan” Sial, tau gini gue gak akan ikut sama orang stress ini tadi. Ini termasuk penipuan gak
Hingga sekarang disinilah Adara berada. Di sebuah bangunan mewah yang bisa di bilang mansion.Namun anehnya bangunan itu terlihat sangat sepi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya, hanya terlihat satu dua pelayan yang terlihat membersihkan halaman.Padahal tanpa Adara tau saat ini banyak pasang mata yang tengah memperhatikannya dari tempat tersembunyi.Mereka adalah para penjaga yang memang di tugaskan untuk menjaga mansion dan memang sengaja tidak terlihat di permukaan, agar jika di lihat mansion ini seperti rumah-rumah pada umumnya, dan tidak terlalu mencolok karena ada penjagaan yang ketat.Setelah aksi perdebatan yang cukup panjang dengan pria yang di tolongnya tadi, akhirnya Adara mau tidak mau harus ikut dengan pria itu, karena untuk membayar dendanya pun Adara tidak memilki uang.“Mari ikut saya, Nona” ucap pria itu.Adara dengan langkah pelan mengikuti pria itu, namun matanya masih menatap kagum bangunan di depannya.“Bangunan ini cukup modern, halaman luas, ada air mancur,