Home / Pernikahan / Menjadi Istri CEO Lumpuh / Bab 1. Awal Penyelamatan Yang Salah

Share

Menjadi Istri CEO Lumpuh
Menjadi Istri CEO Lumpuh
Author: Nnisa GS

Bab 1. Awal Penyelamatan Yang Salah

“Apa!!! Jadi istri? Enggak saya gak mau!” tolaknya dengan tegas.

“Maaf Nona, tapi memang itu yang mau saya tawarkan dengan ada,”

“Pokoknya saya gak mau titik gak pakek koma apalagi tanda tanya,”

Gadis itu menghela nafasnya kasar sembari menyugarkan rambutnya kebelakang.

“Gila aja! Niat saya mau cari kerja bukan jadi istri orang. Mana orangnya lumpuh lagi, bilang aja kalau mau cari pengasuh gratis,”

“Semua fasilitas ini bisa anda gunakan selama anda menjadi istri tuan saya, anda juga akan mendapat uang bulanan dengan jumlah yang tidak akan anda dapat jika anda bekerja di luar sana,”

“Gak butuh! Saya gak cuma butuh uang tapi juga butuhnya kebebasan! Kalau jadi istri orang yang ada saya udah gak bisa bebas lagi,”

“Tapi anda sudah tanda tangan kontrak jadi anda sudah tidak bisa membatalkannya, atau akan ada harga yang harus anda bayar, dan itu jauh lebih banyak dari yang anda bayangkan”

Sial, tau gini gue gak akan ikut sama orang stress ini tadi. Ini termasuk penipuan gak sih? Tadi bilangnya nawarin kerjaan kenapa malah nyuruh jadi istri bosnya. Batinnya.

Beberapa jam sebelumnya.

Di bawah terik matahari Adara gadis yang berusia 22 tahun itu tengah berjalan menyusuri jalan raya sembari membawa map, penampilannya terlihat sedikit berantakan namun hal itu tidak bisa mengurangi kadar kecantikan yang dia pancarkan.

Merasa telah lama berjalan akhirnya dia memilih untuk duduk di kuris yang tersedia, sembari mengipas-ngipaskan map yang dia bawa ke arah wajahnya.

“Gila! Ternyata nyari kerja sesusah ini,” ucapnya.

Adara membuka map yang ada di tangannya dan meneliti lembar demi lembar kertas yang ada di dalamnya.

“Udah berapa banyak perusahaan yang nolak gue, padahal nilai gue gak jelek jelek amat, dan gue juga jadi lulusan terbaik masa gak ada satu pun yang mau sih,” kesalnya.

Adara mengedarkan pandangannya dan tatapannya tertuju pada penjual es kelapa muda yang ada di pinggir jalan. Matanya berbinar saat melihat dan membayangkan betapa segarnya jika di siang hari dengan cuaca terik seperti ini harus menyantap minuman itu.

Adara kemudian melangkah mendekati penjual es kelapa muda itu, namun langkahnya terhenti saat dia mengingat sesuatu.

Dengan segera dia memeriksa semua kantong yang ada di baju dan celananya namun dia hanya menemukan satu lembar uang berwarna biru.

“Kalau gue beli, ntar uangnya cukup gak ya buat pulangnya,” gumamnya.

“Ah bodo amat, yang penting tenggorokan gue gak kering,”

Adara benar benar membelanjakan uangnya untuk membeli es kelapa muda itu, dia berjalan dengan riang menuju penjual es yang tidak terlalu ramai.

“Pak, es-nya satu ya!”

“Siap Neng! Mau yang utuh apa yang di gelas aja, Neng?” tanya penjual itu.

“Gelas aja deh Pak, duitnya gak cukup,”

Setelahnya penjual itu membuatkan pesanan Adara. Sedangkan gadis itu memperhatikan sekitar, suasana ramai sebab saat ini dirinya berada di tepi jalan raya, membuatnya sedikit frustasi sebab tak hanya ramai tetapi debu jalanan juga sesekali menyapu wajahnya.

“Gue bisa gak ya bertahan?” gumamnya pada diri sendiri.

Tak lama kemudian penjual itu memberikan pesanan Adara. “Ini Neng, silahkan di nikmati, cuaca terik begini emang paling mantap kalau minum es kelapa muda begini.”

Adara terkekeh mendengarnya, “Bapak ini bisa aja promosinya. Makasih ya, Pak”

“Sama-sama, Neng”

Adara lalu meminum es itu dengan cepat, rasa haus yang dia rasa membuatnya menghabiskan es itu dalam sekali teguk.

“Aaaah, segarnya!”

Setelah menghabiskan minumannya Adara langsung membayar namun dia tidak langsung pergi dari sana. Itung itung ngadem, dari pada jalan lagi panas, pikirnya.

Setelah hampir satu jam dia berada di penjual es kelapa muda itu, Adara mulai kembali melanjutkan misinya dalam mencari pekerjaan.

“Pokoknya hari ini harus dapet, kalau enggak, mau bayar kost pakek apa gue, belum lagi makan sama kebutuhan lainnya. Huh, nasib nasib, gini amat hidup sendiri!” keluhnya.

Saat sedang melewati jalan yang lumayan sepi, Adara melihat sekelompok orang tengah menghadang sebuah mobil yang terlihat mewah. Dia segera bersembunyi untuk melihat kelanjutan dari kejadian yang dia lihat itu.

“Hari gini mau malak? Dasar gak modal, kalau kerja begitu mah gue bisa aja, sayangnya gue masih punya harga diri, percuma dong sekolah tinggi-tinggi tapi ujung-ujungnya jadi tukak palak, begal, atau rampok,” kesalnya saat melihat sekelompok orang itu mulai menghajar seseorang yang keluar dari mobil.

“Eh, bantuin gak ya? Bantuin aja deh, kasihan mana sendirian lagi,”

Setelahnya Adara segera keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menendang salah satu orang dari kelompok itu.

Bugh ….

“Aaargh, sialan! Siapa lo?”

“Siapapun gue emang penting buat lo? Enggak kan. Heh, kalau mau duit ya kerja jangan ngerampok, gue aja susah payah cari kerja kalian malah enak enakan ngerampok orang, gak baik bro, tobat sana!”

“Brengsek!! Hajar dia!”

“Mau hajar gue? Kayak bisa aja lo,” tantangnya.

Orang-orang itu mulai mendekati Adara dan melakukan penyerangan pada gadis itu, tapi orang yang dia bantu pun tidak tinggal diam, dia juga mulai menyerang orang-orang yang mendekati Adara.

“Nona, sebaiknya anda mundur saja, saya masih bisa mengatasi mereka!” katanya.

“Kalau bisa berdua kenapa harus sendiri. Lagian lebih cepet berdua dari pada ngadepin sendiri,” balasnya.

Pria yang di tolong Adara diam diam membenarkan apa yang di bilang olehnya.

“Hajar aja Pak, jangan kasih ampun!!”

Setelah mengatakan itu Adara mulai melayangkan tendangan dan pukulan pada orang-orang itu, sedangkan pria yang di bantu hanya menghela nafas saat melihat Adara semakin nekat melawan mereka.

Akhirnya pria itu pun ikut menyerang kelompok perampok, dia menendang salah satu dari mereka yang hendak menyerang Adara dari belakang, kemudian dengan segera dia pun memutar kakinya dan menendang tepat di pelipis lawan yang mengakibatkan lawannya tumbang.

Adara sendiri juga tak kalah semangat, dia memperlihatkan skill bela dirinya dan membuktikan bahwa latihan bela diri yang sejak dulu di ajarkan oleh ayahnya tidak lah sia-sia.

Setelah beberapa menit mereka berdua melawan kelompok perampok itu akhirnya kemenangan ada di tangan mereka.

“Lain kali kalau mau cari duit itu yang bener, jangan asal ambil harta orang!” ucap Adara.

Kelompok perampok itu tidak memperdulikan ucapan Adara dan langsung pergi begitu saja.

“Terima kasih, Nona!”

“Sama-sama. Kalau gitu saya permisi dulu ya, Pak. Mau cari kerja keburu sore nanti!”

Adara langsung melangkah pergi dari hadapan pria itu, tapi baru beberapa langkah terhenti sebab panggilan dari pria itu.

“Nona!”

Adara menoleh.

“Kalau anda mau saya ada pekerjaan yang cocok untuk anda”

Dengan mata berbinar dan senyum merekah Adara segera menghampiri pria itu.

“Oh ya, beneran Pak?”

“Iya”

“Mau mau mau, jadi apa aja boleh deh, asal dapet uang,” ucapnya, yang mana tanpa dia tahu kalimat barusan akan membuatnya menyesal nantinya.

“Kalau begitu ikut saya!”

Pria itu segera masuk kedalam mobil, dan Adara dengan riang mengikutinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status