Share

Part 119. Kisah Pahit Rania

Bahu Rania bergetar. Isakan kecil mulai keluar dari bibirnya. Tangannya terulur ke bawah tanpa mampu membalas pelukan Tante Leni.

Pelukan Tante Leni semakin mengerat. Menenggelamkan wajah Rania di bahunya yang tertutup daster ungu tua.

"Maafkan Rania, Tan!" ucap Rania dengan bibir bergetar.

"Kau tak perlu merasa bersalah. Kau hanya korban. Tante yang harusnya minta maaf." Tangis Tante Lina pecah. Air matanya berjejal ke luar, menciptakan anak sungai di pipinya yang mulai menimbulkan garis-garis kerutan.

Bibirku kelu. Mematung dengan wajah terasa menghangat. Pun dengan Bang Amar. Lelaki itu kini membuang muka. Memindai sekeliling rumah Tante Leni sebagai pelarian.

Beberapa menit kemudian. Perempuan itu melerai pelukannya pada keponakannya. Mengusap kasar air mata yang tadi sempat tak tertahan.

"Masuk dulu! Tenangkan dirimu di dalam," ucapnya seraya menuntun Rania masuk ke dalam.

Sebelum memutar tubuhnya. Tante Leni menyempatkan melirik sekilas ke arahku. Mengangguk pelan. "Yuk,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status