Share

4. Tolong Jaga Summer

Louis semula mengernyitkan dahi. Ia sudah siap untuk menumpahkan amarah kepada Sky, menuntut pertanggungjawaban atas kekacauan yang ditimbulkan oleh putrinya.

Namun, begitu wajah cantik yang diliputi air mata menerima panggilan videonya, kegeraman Louis memudar. Rasa iba dan kerinduan mendadak terbit dari sudut hatinya.

“Sky,” lidahnya kelu menyebut nama itu.

Sky mengerjap. Sembari tertunduk, ia menyeka mata. Ia tidak mau Louis mengetahui kegelisahannya. Ia belum siap jika statusnya sebagai ibu tunggal terbongkar.

“Hai, Louis. Lama tidak berjumpa. Ada apa kau menghubungiku? Bukankah kau seharusnya sedang berbahagia bersama calon istrimu? Emily bilang, kau melamar Grace Evans hari ini.” Ia memaksakan senyum.

“Kau menangis?”

Louis terdengar sangat lembut. Sky sudah sangat lama tidak menangkap suara itu.

“Apa? Menangis? Tidak, aku tidak menangis. Mataku kelilipan saja. Air matanya keluar sendiri.”

“Kau menangis karena Summer?”

Sky seketika mematung. Waktu seolah membeku dan otaknya berjuang keras untuk tidak lumpuh. “S-Summer? Dari mana kau tahu nama itu?”

Louis menghela napas samar. Ia sadar bahwa selama ini Sky berusaha untuk merahasiakan Summer. Tak tahu harus berkata apa, Louis pun memutar ponsel.

Melihat putri kecilnya duduk manis di sebuah sofa, bola mata Sky nyaris melompat keluar. Ia beranjak dari kursi. Sebelah tangannya terangkat menutupi mulut. Petugas kepolisian di sana ikut terkejut karena reaksinya.

“Summer? Apa yang kau lakukan di situ?” pekik Sky, membuat petugas yang menangani laporannya menaikkan alis.

Melihat wajah sang ibu, Summer terkekeh. Pundaknya naik menjepit leher. Kakinya bergoyang-goyang seperti perenang.

“Halo, Mama. Maaf kalau aku membuatmu panik. Aku terpaksa pergi tanpa pamit. Mama pasti tidak mengizinkan kalau tahu aku mau menemui Paman Louis.”

“Untuk apa kamu menemui Louis?”

“Aku mau membatalkan lamarannya. Aku tidak setuju jika dia menikah dengan Nona Evans.”

Sky mendesah tak percaya. Sembari terpejam, ia berusaha mengendalikan emosi.

“Apakah putri Anda sudah ditemukan?” tanya sang polisi.

Sky mengangguk. Rautnya sulit dijelaskan. “Ya. Maaf telah menyia-nyiakan waktu Anda.”

“Tidak masalah, Nyonya. Anak-anak terkadang memang sulit dikendalikan. Di mana dia sekarang?”

“T City.”

“T City?” Sang polisi memiringkan kepala. Matanya berkedip-kedip memeriksa ingatan. Saat mendapat kesimpulan, ia terbelalak. “Putri Anda berada di negara lain?”

Sky mengangguk. Setelah mengisi paru-parunya dengan kesabaran, ia meruncingkan telunjuk di depan kamera.

“Summer, apakah kamu sadar bahwa kamu sudah membuat kesalahan besar?”

Sang balita mengerucutkan bibir. “Aku tahu aku tidak seharusnya bepergian jauh seorang diri. Tapi kalau tidak begini, nanti Paman Louis menikahi orang lain. Padahal, aku mau dia menikah dengan Mama. Aku mau dia menjadi bagian dari keluarga kita. Aku mau memanggilnya Papa. Dan lihat hasilnya! Aku berhasil, Mama. Nona itu tidak jadi menerima lamaran. Mama berkesempatan untuk menikahi Paman Louis, menggantikan posisinya!”

Sky menelan ludah pahit. Pikiran dan perasaannya terlalu rumit. Namun, ia tidak mau menampakkannya, apalagi membahasnya.

“Tunggu di situ dan jadilah anak baik. Jangan menyusahkan Paman Louis. Mama akan segera menjemputmu.”

“Tidak bisa, Mama. Mama tidak mungkin diizinkan terbang.”

Kepala Sky terdorong mundur. “Kenapa?”

“Karena aku sudah menyembunyikan paspor Mama di tempat yang aman,” jawab Summer lugu.

Sky ternganga lebar. Ia tidak habis pikir dengan putrinya. “Kenapa kamu melakukan itu, Summer?”

“Karena aku tidak akan pulang sebelum misiku terpenuhi. Paman Louis harus setuju untuk menjadi papaku.”

Sky meringis menahan malu. Belum sempat ia mengomeli sang putri, kamera sudah berbalik menghadap Louis. Sky semakin salah tingkah di hadapan pria itu.

“Maaf. Aku tidak pernah menduga kalau Summer bisa berpikir dan bertindak sejauh itu. Aku tahu ini egois, tapi selama dia di sana, bisakah kau menjaganya? Aku akan langsung menyusul begitu pasporku ditemukan,” tuturnya lemah.

Louis termenung. Sesungguhnya, ia punya segudang pertanyaan untuk Sky. Mengapa dulu Sky menghilang, mengapa ia mengingkari janjinya, bagaimana ia bisa menjadi seorang ibu tunggal, dan siapa ayah Summer. Ia juga penasaran mengapa Sky merahasiakan semua itu.

Namun, ia tidak mungkin bertanya. Itu sudah bukan haknya dan sekarang, ia punya hati untuk dijaga.

“Baiklah,” Louis mendesah pasrah. “Kuharap paspormu cepat ditemukan. Aku akan mencoba semampuku untuk memberi pengertian kepada Summer. Mungkin dia bersedia mengatakan di mana dia menyimpan paspormu.”

“Tidak akan! Sampai kau setuju untuk menikahi Mama, aku tidak akan mengatakannya!”

Sky kembali terpejam mendengar seruan putrinya itu. Ia tidak bisa lagi bertambah malu. “Kuharap kau bisa bersabar menghadapinya, Louis. Terima kasih telah bersedia menjaga Summer. Sekarang aku harus pulang dan mencari paspor yang dia sembunyikan.”

Louis mengangguk kaku. Setelah mengakhiri panggilan, ia kembali menatap Summer dengan wajah cemberut. “Di mana kau menyembunyikan paspor ibumu?”

Summer memasang tampang polos. “Bukankah sudah kubilang kalau aku tidak akan mengatakannya? Kecuali, kau berjanji untuk melamar Mama. Atau, bagaimana kalau kau saja yang mengantarku pulang? Kau dan Mama bisa menghabiskan waktu bersama lagi di Kanada.”

“Kau pikir hidupku sesantai itu? Aku tidak punya waktu untuk disia-siakan. Aku punya perusahaan besar yang harus diurus. Aku juga harus meminta maaf kepada kekasihku. Kau sudah membuatnya marah, kau tahu?”

“Menghabiskan waktu bersama Mama bukanlah sesuatu yang sia-sia, Tuan. Mama adalah perempuan hebat yang menyenangkan. Kau bisa membahas banyak hal dengannya. Dia tahu segalanya! Kalau kalian sedang berbincang, aku janji tidak akan mengganggu kalian. Aku bisa bermain sendiri di pekarangan. Lagi pula,” Summer menarik napas cepat.

“Bukankah kalian dulu bersahabat? Kudengar, kalian dulu sering bermain dan berlibur bersama. Kurasa Mama akan sangat senang kalau kalian mengulang masa-masa indah. Sampai sekarang, Mama masih sering membicarakannya. Mama sangat menikmati persahabatan kalian. Dengan Bibi Emily dan Paman Russell juga!”

Louis terdiam sejenak. Masa-masa yang disebutkan oleh Summer melintas cepat dalam pikiran. Namun, selang satu kedipan, ia kembali menguburnya.

“Maaf, aku tidak punya waktu untuk itu. Lagi pula, semua itu sudah lama berlalu. Jika diulang pun, tidak akan ada yang berubah. Aku tetap tidak bisa menikahi ibumu. Yang kucintai sekarang adalah Grace Evans. Dia yang akan kunikahi.”

Summer mencebik. Kantung matanya mendadak tebal dan berbayang. Belum sempat ia mengutarakan kekesalan, Louis sudah lebih dulu meraih ransel di meja. Summer seketika melompat turun dan melindungi tas itu di bawah tubuh mungilnya.

“Hei? Kenapa kamu membongkar tasku? Itu tidak sopan, Tuan! Lagi pula, kamu bukan petugas bandara.”

“Aku tidak bisa membiarkan kau terus di sini. Kau harus segera pulang. Apakah kau tidak kasihan kepada ibumu? Dia mengkhawatirkanmu. Sekarang juga, cepat kembalikan paspornya.”

Bibir Summer lagi-lagi mengerucut. “Mama tidak perlu mengkhawatirkan aku, Tuan. Meskipun masih kecil, aku ini mandiri. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Lagi pula, aku bersamamu di sini. Apa yang perlu Mama takutkan?”

“Ibumu takut kau merepotkan aku, dan sebetulnya, itu sudah terjadi. Karena itu, kau tidak bisa tinggal lama di sini.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Pixie
Hwahaha .... Terlalu nekat dan berani ya
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
untung anak kayak summer cuma di cerita ini, kalo nyata apa gak stress ortu nya ......
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
apa yg buat Louis sakit hati dgn sky dulu ya?? ... ini yg buat Louis tdk mau berteman lg dgn sky,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status