Share

Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO
Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO
Author: Pixie

1. Kesedihan Sky

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-08-12 13:31:52

“Hentikan! Kau tidak boleh menikah dengan gadis itu, Tuan Louis Harper. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah merestui kalian!”

Semua orang terkesiap mendengar suara imut yang melengking itu. Tak terkecuali Louis yang sedang berlutut memegang kotak cincin. Begitu menoleh, mulutnya langsung terbuka lebar. Matanya terbelalak, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Seorang gadis cilik sedang berkacak pinggang di pintu masuk restoran! Jumpsuit bergambar beruang membuatnya terlihat sangat lucu, apalagi dengan pipi gembul yang digembungkan dan mata bulat yang dipaksakan seram.

“Astaga! Siapa gadis kecil itu? Berani-beraninya dia mengacaukan lamaranku?” pikir Louis, geram. 

Seminggu yang lalu ....

“Aku sebetulnya ragu untuk mengatakan ini, tapi kurasa kau berhak tahu. Louis berencana melamar kekasihnya Sabtu depan. Barangkali, ada yang mau kau ungkapkan kepadanya. Lakukanlah sebelum terlambat. Jangan sampai kau menyesal.”

Sudah berapa kali Sky berusaha melupakan informasi itu. Akan tetapi, suara Emily, sahabatnya, terus bergema. Bayang-bayang cinta pertamanya juga enggan pergi dari benaknya. Semakin lama matanya terpejam, wajah Louis justru semakin jelas. Kebersamaan mereka dulu pun kembali terulas, kebersamaan yang tak pernah lagi terulang sejak mereka putus kontak beberapa tahun silam.

“Ck, kenapa aku terus memikirkan laki-laki itu? Ayolah, Sky. Dia bahkan tidak pernah menghubungimu lagi. Untuk apa mengenangnya?” batin Sky, mengingatkan diri sendiri. Sesekali, ia mengusap sudut matanya yang terasa berair. “Lagi pula, kau sudah bahagia bersama Summer sekarang.”

Seakan tahu bahwa namanya ada di pikiran sang ibu, Summer, gadis cilik yang berbaring di sisi Sky bangkit duduk. 

“Mama, kenapa belum tidur?” tanya balita yang berusia empat tahun lebih tersebut.

Sky tersentak mendengar suara manis itu. Cepat-cepat ia keringkan air mata dan memutar badan. Melihat wajah layu sang putri, ia langsung mengelusnya.

“Sayang, kenapa kamu juga belum tidur? Apakah Mama mengganggumu?”

Summer mengangguk. “Mama seperti sedang gelisah. Mama bergerak-gerak terus sejak tadi. Apakah Mama sedih karena Paman Louis akan menikah dengan orang lain?”

Mata Sky sontak melebar. “Kenapa kamu bicara begitu?”

“Mama tampak murung sejak berbicara dengan Bibi Emily di telepon.”

“Kamu mendengarkan percakapan kami?”

Summer mengangguk. “Apakah Mama akan mengikuti saran Bibi Emily?”

“S-saran yang mana?”

“Tentang mengungkapkan perasaan Mama kepada Paman Louis.”

Sementara Sky tercengang, Summer berkedip lugu. Ia lanjutkan kata-katanya.

“Sebetulnya … aku sudah tahu sejak dulu kalau Mama menyukai Paman Louis. Mata Mama selalu berbinar-binar setiap Mama bercerita tentangnya.” Selang satu tarikan napas, Summer bertanya, “Apakah Mama akan menggagalkan lamaran Paman Louis?”

Kebingungan Sky semakin pekat. Umur sang putri belum genap lima tahun, tetapi mengapa ia bisa bicara begitu?

“Tidak, Sayang. Mama bukan siapa-siapa bagi Louis.” Sky berusaha memberikan pengertian. “Mama tidak berhak menggagalkan lamarannya. Biarkan saja dia bahagia bersama kekasihnya.”

“Tapi Mama menyukainya. Apa salahnya kalau Mama mengungkapkan perasaan Mama? Siapa tahu, Paman Louis berubah pikiran. Bukankah Bibi Emily bilang kalian berdua dulu saling mencintai? Aku akan sangat senang kalau Mama menikah dengannya. Aku jadi punya papa.”

Sky mendesah tak percaya. Sebelum kecanggungannya meradang, ia meloloskan tawa walau hambar. Ia harus segera menghentikan diskusi dadakan mereka.

“Sayang, kamu ini ada-ada saja. Kamu masih terlalu kecil untuk bicara soal cinta. Sekarang, bagaimana kalau kita tidur, hmm? Ini sudah terlalu malam. Kamu tidak mau punya mata panda, kan?”

Sky merangkul Summer, mengajaknya berbaring. Summer menurut, tetapi alisnya berkerut.

“Aku serius, Mama. Mungkin sudah saatnya aku punya papa.” Summer mengulang ucapannya.

Sambil menepuk-nepuk lengan sang putri, Sky menggeleng. “Bukankah selama ini kita berdua baik-baik saja dan bahagia?”

“Y-ya.”

“Itu artinya tidak ada yang perlu diubah. Hidup kita sudah sempurna, Sayang.” Sky berkata dengan nada final. “Sekarang tidurlah. Jangan berpikiran macam-macam.”

Sky mengecup kening sang putri lalu memejamkan mata. Sekilas, wanita itu terlihat seperti hendak tidur. Namun sebenarnya, ia hanya ingin menahan air mata.

“Tidak ada yang perlu diubah,” ucap Sky dalam hati. “Semua baik-baik saja asal aku bersama Summer.”

Sementara itu, Summer mulai merenung. Gadis cilik itu seperti tahu bahwa sang ibu hanya berusaha untuk terlihat baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak. 

Diraihnya tiga boneka berang-berang yang biasa ia peluk. Ia jajarkan keluarga boneka itu di atas perut.

“Kasihan Mama. Dia hanya bisa menangis dalam hati,” batin Summer sembari mengelus kepala induk berang-berang. “Dia pasti malu mengakui kalau dia sedih.”

Selang beberapa saat, fokusnya beralih ke arah boneka lain yang sedikit lebih besar.

‘Kurasa, Mama sudah terlalu lama sendiri. Dia juga butuh suami, sama seperti Mama Otter. Pasti akan lebih mudah merawatku kalau dia berdua bersama Paman Louis, seperti Mama Otter dan Papa Otter.’

Summer menautkan tangan dua boneka besar agar terlihat bergandengan. Kemudian, ia selipkan boneka terkecil di antara mereka. Melihat kebersamaan boneka itu, senyum sendu terukir di wajahnya.

‘Otter pasti sangat bahagia. Dia punya papa dan mama. Bisakah aku menjadi seperti Otter yang punya keluarga lengkap?’

Sambil melirik Sky, Summer berkedip-kedip. Meski mata sang ibu tertutup rapat, ia tetap mampu melihat kesedihannya.

‘Haruskah aku membantu Mama untuk menghubungi Paman Louis? Mama pasti bahagia kalau Paman Louis tidak jadi melamar Grace. Dia tidak akan diam-diam menangis lagi.”

Sambil menyatukan pasangan boneka berang-berang agar terlihat berpelukan, Summer berpikir lebih keras. Sesekali, tarikan napasnya menjadi lebih panjang.

‘Keluarga Otter saja selalu bersama. Kenapa kami tidak? Mama pasti akan sangat senang kalau Paman Louis bersama kami. Mama tidak akan kesepian lagi, dan aku juga akan lebih bahagia. Aku akhirnya bisa memanggil seseorang dengan sebutan ‘Papa’.’

Setelah beberapa pertimbangan, Summer menutup perenungan dengan anggukan tegas. ‘Ya, aku tidak boleh diam saja. Aku harus segera menyusun rencana, bagaimana caranya memesan tiket dan terbang ke negaranya. Paman Louis tidak boleh melamar Grace. Dia harus menjadi Papa-ku dan hanya boleh menikahi Mama. Aku akan menggagalkan lamarannya!’

***

Saat ini, di restoran tempat Louis melamar sang kekasih ....

Ruangan itu telah penuh dengan bisikan. Para pelayan, pengawal, bahkan paparazi yang mengintai—semua sibuk dengan asumsi masing-masing. Tatapannya terus tertuju pada Summer.

“Astaga! Lihatlah gadis kecil itu! Bukankah dia sangat mirip dengan Tuan Harper?”

“Bukan Tuan Harper, tapi kembarannya. Dia persis seperti Emily muda. Hanya rambut mereka saja yang berbeda. Gadis itu berambut keriting! Dan lihat! Matanya bahkan sama. Abu-abu juga!”

“Tapi Emily dan Louis kembar. Jika gadis itu mirip dengan Emily kecil, berarti dia juga mirip dengan Louis. Mungkinkah dia anak hasil skandal lima tahun lalu? Tapi kenapa dia baru muncul sekarang? Ke mana saja dia selama ini? Dan di mana ibunya? Kenapa dia datang kemari seorang diri?”

Mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, napas Grace Evans mulai menderu. Meskipun ia sudah berusaha menahannya, pundaknya tetap bergerak naik turun.

“Louis, jelaskan padaku. Apa yang sedang terjadi? Siapa gadis kecil itu?” tanyanya dengan suara tipis yang penuh penekanan. Kebahagiaan yang baru saja Louis tanamkan dalam hatinya telah sirna.

Louis akhirnya mengerjap. Ia kembali menatap sang kekasih. Kebingungannya masih tebal. “Aku juga tidak tahu, Ace. Aku belum pernah melihatnya. Mungkin saja dia dikirim oleh seseorang untuk merusak momen kita. Jadi tolong jangan terpengaruh. Kita lanjutkan lamaran ini, hmm?”

“Kalau begitu, cepat usir dia dari sini! Aku tidak mau momen kita jadi rusak,” balas Grace dengan nada jengkel.

“Tidak! Kalian tidak boleh melanjutkan!” Gadis kecil itu mengentakkan kaki. Alisnya tertaut, bibirnya mengerucut. Caranya menyudutkan mata ke atas sangat mirip dengan Louis kecil dulu.

Louis sempat ternganga menyadari hal itu. Namun, setelah mengerjap, ia bangkit berdiri.

“Siapa kau, Manusia Mungil? Berani-beraninya kau mengacaukan lamaranku?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
jd blm yakin kalo Louis papa summer... tuh kan sdh dibuat penasaran di awal cerita. tq kak utk cerita terbaru sky dan summer.. petualangan bocah ajaib mencari papa utk sky...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   2. Menggagalkan Lamaran

    Suara Louis begitu dingin dan tegas. Bukannya menciut, Summer malah melangkah maju. Para pengawal yang sedang berjaga kebingungan harus melakukan apa. Ia terlihat tidak berbahaya. Namun, setelah diskusi cepat, dua dari mereka menghentikannya satu meter di hadapan Louis. “Kau tidak tahu siapa aku?” Meskipun lantang, suaranya tetap terdengar lucu. Louis mendengus. “Kita tidak pernah bertemu. Bagaimana mungkin aku mengenalmu?” “Aku adalah anak dari perempuan yang sangat mencintaimu dan kau cintai. Karena itu, aku mau kau menikahi Mama, bukan nona ini. Kamu harus menjadi ayahku!” Louis tersentak mendengar kelugasan balita itu. Setelah keterkejutannya luntur, tawanya mengudara. “Kau pandai berakting, rupanya? Kau tahu? Berbohong itu bukanlah sesuatu yang baik. Kau bisa menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan masalah besar. Jadi, sebelum aku menghukummu, kembalilah kepada ibumu. Katakan kepadanya untuk tidak menghasut orang lain. Aku tidak pernah mencintai gadis selain Grace.” “Kaulah y

    Last Updated : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   3. Interogasi

    Setibanya di sebuah penthouse, Summer tercengang. Ia tidak peduli dengan telinganya yang masih merah. Matanya sudah telanjur terpesona dengan apa yang ada di hadapannya. “Tuan Harper, kudengar kau punya banyak rumah. Apakah ini salah satunya? Ini sangat keren dan indah. Seperti istana!” Louis mendengus mendengar celotehan tersebut. Ia semakin yakin bahwa orang yang mengirimkan bocah itu mengincar hartanya. “Masuklah,” Louis melangkah lebih dulu menuju sofa. Nada suaranya datar, tidak bersahabat. Akan tetapi, sang balita sama sekali tidak mempermasalahkan. Dengan raut ceria, ia duduk di samping sebuah rak. “Apa yang kau lakukan?” tanya Louis, heran. Gadis kecil itu mendongak sambil menarik tali sepatunya. “Mama bilang, kita tidak boleh menggunakan alas kaki di dalam rumah, apalagi rumah orang lain. Nanti lantainya bisa kotor.” “Apakah kau sedang berusaha menarik perhatianku?” Mata Louis menyipit. “Tidak,” sang balita menggeleng santai. “Memang begitu peraturannya. Bahkan sebelum

    Last Updated : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   4. Tolong Jaga Summer

    Saat polisi sedang sibuk melacak Summer, tiba-tiba, ponsel Sky berdering. Melihat nomor asing menghubunginya lewat panggilan video, napas Sky tertahan. Mungkinkah itu penculik yang meminta tebusan? Atau justru orang baik yang tidak sengaja menemukan putrinya? Sky pun menjawab panggilan dengan hati yang berdebar. Namun, begitu melihat wajah yang muncul, keresahannya musnah. Matanya terbelalak memancarkan keheranan dan keterkejutan. “L-Louis?” Louis semula mengernyitkan dahi. Ia sudah siap untuk menumpahkan amarah kepada Sky, menuntut pertanggungjawaban atas kekacauan yang ditimbulkan oleh putrinya. Namun, begitu wajah cantik yang diliputi air mata menerima panggilan videonya, kegeraman Louis memudar. Rasa iba dan kerinduan mendadak terbit dari sudut hatinya. “Sky,” lidahnya kelu menyebut nama itu. Sky mengerjap. Sembari tertunduk, ia menyeka mata. Ia tidak mau Louis mengetahui kegelisahannya. Ia belum siap jika statusnya sebagai ibu tunggal terbongkar. “Hai, Louis. Lama tidak b

    Last Updated : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   5. Bocah Ajaib

    Louis menarik ransel yang terisi penuh itu. Summer mencoba untuk menghalanginya, tetapi ia kalah cepat.“Di mana kau menyembunyikan paspor ibumu?”Summer melipat tangan di depan dada. Pipinya yang menggembung membuat wajahnya tampak lebih bulat.“Apakah kau mengira aku membawanya di dalam ranselku? Kalau begitu, cari saja terus. Sampai gajah bisa bicara pun, kau tidak akan bisa menemukannya.”Louis berhenti menggeledah ransel kecil itu. “Kau tidak membawanya?”“Untuk apa? Nanti Mama tidak bisa datang ke sini kalau aku membawa paspornya.”Louis menghela napas lelah. Ia kembalikan ransel kecil itu ke atas meja. Memang tidak ada paspor sejauh pengamatannya. Summer hanya membawa pakaian, kotak bekal, botol minum, dan perlengkapan dasar untuk bertualang.“Kenapa kau bertindak sejauh ini, Manusia Mungil? Apakah kau sadar bahwa kelakuanmu ini merugikan orang lain? Kau mempersulit hidupku,” tutur Louis, terdengar putus asa.“Harus berapa kali kukatakan? Aku mau kamu menikah dengan Mama,” cele

    Last Updated : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   6. Mulai Peduli

    Sambil duduk di tepi ranjang, Louis mulai membentur-benturkan kepala dengan kepalan tangan. Matanya tertutup, alisnya berkerut. Ia sadar, dirinya tidak boleh hanyut dalam pikiran keruh.“Tidak. Sky tidak mungkin sejahat itu. Putri kecilnya itulah yang bermasalah. Kalau memang dia ingin punya ayah, kenapa dia tidak mencari ayah kandungnya saja? Kenapa malah mengacaukan rencana indahku? Kalau dia tidak datang, aku pasti sedang berbahagia bersama Grace.”Selang keheningan sejenak, Louis mengangguk-angguk mantap. “Ya, dia pasti mewarisi sikap menjengkelkan itu dari ayahnya. Dia banyak tingkah, keras kepala, dan semena-mena. Pasti itu dia dapatkan dari sang ayah. Bukan Sky yang bersalah, tapi Summer dan ayahnya. Sekarang apa yang dia lakukan? Dia tidak sedang menghancurkan rumah, kan?”Louis mengeluarkan ponsel, memantau kamera pengawas. Tidak mendapati Summer di ruang depan, ia terbelalak. “Ke mana perginya manusia mungil itu?”Louis pun memeriksa kamera lain. Menemukan Summer sedang mencu

    Last Updated : 2024-09-03
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   7. Bersimpati terhadap Summer

    Tiba-tiba, ponsel Louis berdering. Khawatir Summer terbangun, ia cepat-cepat menyingkir. Wajahnya keruh. Namun, melihat siapa yang memanggil, matanya seketika berbinar.“Ace? Kau sudah tidak marah lagi padaku?” Louis terdengar ceria walau suaranya agak pelan.“Louis, kupikir kau sudah menangani anak itu. Tapi kenapa kau membawanya ke penthouse-mu?”Cahaya di wajah Louis mendadak lenyap. Ia tidak menyangka kekasihnya akan mempermasalahkan hal itu.“Aku perlu menginterogasinya dan aku tidak mau ada paparazi yang mengganggu. Jadi, kubawa dia ke penthouse-ku. Kau tahu? Ternyata, dia adalah putri Sky—sahabat Emily itu.”“Sahabat lamamu itu?” balas Grace dengan penuh penekanan.Louis menelan ludah. Ia bisa menangkap kecemburuan dari kekasihnya. “Ya. Aku juga tidak menyangka. Percaya atau tidak, anak itu berangkat seorang diri dari Kanada. Karena itu, aku tidak mungkin menelantarkannya. Kubiarkan dia beristirahat di tempatku.”“Kau tahu kalau itu justru akan menimbulkan prasangka, kan? Papara

    Last Updated : 2024-09-03
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   8. Kecemburuan Grace

    "Summer, kau anak baik, kan?" tanya Louis dengan nada membujuk.Sang balita menjawab dengan mata berbinar. "Tentu saja! Kalau saja ada penghargaan untuk anak terbaik di seluruh dunia, aku pasti sudah mendapatnya. Aku ini pintar dan senang membantu orang-orang. Aku juga mandiri dan jarang merepotkan orang lain, kecuali Mama. Terkadang, aku masih membutuhkan bantuan darinya. Tapi kata Mama, itu wajar. Aku masih terlalu kecil untuk melakukan semuanya sendirian."Louis mengangguk-angguk dengan senyum yang dipaksa lebar. "Bagus. Kalau begitu, bisakah kau buktikan? Uruslah dirimu sendiri. Aku harus berangkat kerja sekarang. Ini sudah sangat terlambat."Summer tersenyum miring mendengar itu. Telunjuknya menggeliat seperti cacing di depan dagu. "Paman Louis, kamu tidak bisa membohongiku. Ini hari Minggu. Bibi Emily bilang kalian tidak pernah bekerja di akhir pekan. Sabtu dan Minggu adalah waktu khusus untuk diri sendiri dan keluarga. Karena kamu akan menjadi Papa-ku, bagaimana kalau kita meng

    Last Updated : 2024-09-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   9. Dilema

    Louis menghela napas cepat. Kepalanya menggeleng tak percaya. "Ace? Aku tahu kau sedang ingin menguji ketulusan dan kesetiaanku, tapi bukan begini caranya.""Tidak ada cara lain, Louis. Aku mulai meragukanmu dan kamu harus menghentikan itu. Kau tahu seberapa kacau pikiran dan perasaanku sejak bocah itu muncul? Bayangkan saja. Lamaran yang kuimpi-impikan hancur karena ulahnya. Coba tempatkan dirimu di posisiku. Jangan hanya bersimpati padanya!"Louis terdiam dan membisu. Matanya yang sayu kini ikut berkaca-kaca. "Kau sungguh ingin aku mengusir anak kecil yang tidak berdaya itu?""Gunakan akal sehatmu, Louis. Kau tidak harus melemparnya ke jalan. Kau punya banyak pelayan dan pengawal. Pilih saja beberapa untuk mengirimnya pulang. Yang penting, ia enyah dari sini dan tidak mengusik hubungan kita lagi."Louis menarik napas berat. Ia melirik ke arah pintu. Balita yang mengintip di sana tampak ketakutan."Paman Louis, tolong jangan usir aku. Masih ada banyak hal yang mau kulakukan denganmu.

    Last Updated : 2024-09-04

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   212. Louis Hilang

    Angelica menggeleng cepat. "Aku tidak sengaja. Aku bermaksud untuk bersalaman dengan Nyonya Harper, tapi selendangku menyibak botol sampanye-nya." Setelah menjepit pangkal hidungnya sebentar, Draco berkata, "Tuan Harper, tolong maafkan Angelica. Dia memang ceroboh dan keras kepala. Mulai sekarang, saya janji dia tidak akan mendekati Anda lagi. Permisi." Draco mencengkeram lengan Angelica, mengajaknya untuk meninggalkan ruangan. Wanita itu sempat melakukan perlawanan. Ia belum mau pergi jika Louis masih salah paham terhadapnya. Namun, dengan kehadiran dua orang security, ia tidak punya pilihan. Sementara ia diseret ke luar, Draco berjalan kembali ke meja Louis dan Sky. "Tuan dan Nyonya Harper, maaf atas apa yang sudah Angelica perbuat. Dia memang suka membuat masalah. Saya tidak seharusnya meninggalkan dia sendirian tadi. Dia jadi punya kesempatan untuk mengganggu kalian berdua," ujar Draco dengan sebelah tangan diletakkan di depan dada. Sementara Louis fokus membersihkan gaun S

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   211. Sedikit Basah

    "Sky, kamu kelihatannya tegang sekali. Ada apa?" selidik Louis saat mereka sedang menyantap makanan pembuka. Sky berkedip-kedip dengan mata bulat. Punggungnya yang tegak akhirnya condong ke depan. "Apakah kamu sadar? Semua orang sedang memperhatikan kita. Rasanya, mereka sudah siap melempariku dengan gelas jika aku mengambil sendok yang salah," bisiknya dengan penuh keseriusan. Louis tertawa mendengar alasan tersebut. "Untuk apa gugup, Sky? Bukankah kamu biasanya tidak peduli dengan pendapat orang lain? Cukup jadi dirimu sendiri." "Ini bukan soal menjadi siapa, Louis. Ini soal penempatan diri. Kita sedang makan malam di kapal pesiar yang megah. Table manner harus diperhatikan." Louis menggeleng tak habis pikir. "Sky, aku mengajakmu kemari untuk menikmati makanan lezat, bukan untuk mengikuti ujian. Jadi santai saja. Kalaupun kamu memakai sendok yang salah, tidak akan ada yang menghukummu." "Aku hanya tidak mau menjadi aib bagimu, Louis. Bisa kamu bayangkan betapa hebohn

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   210. Jangan Khawatirkan Aku

    "Halo, Mama? Kenapa meneleponku? Bukankah Mama seharusnya sedang bersenang-senang bersama Papa?" sapa Summer dengan suara lucunya. "Hai, Sayang. Kami tiba-tiba saja merindukanmu. Kamu sedang apa?" tanya Sky sambil melirik Louis dengan tatapan was-was. Sang suami juga sedang memasang telinga. "Aku?" Summer agak terkesiap. "Sedang bermain bersama River." "Ya, kami sedang bermain bersama, Nyonya Harper," sambung seorang bocah laki-laki. Mulut Sky membulat. "Oh, kalian tidak bereksperimen hari ini?" "Bereksperimen, Mama. Hanya saja, ini sedang waktu istirahat. Jadi kami bermain," tutur Summer lantang. Hal itu membuat Louis dan Sky semakin curiga. "Bermain apa, Sayang?" selidik Louis, penasaran. "Kami sedang bermain ponsel. River sedang menunjukkan permainan keren kepadaku." "Permainan apa?" "Jual beli saham. Tapi ini hanya simulasi," jawab River tergesa-gesa. Louis dan Sky jadi semakin bertanya-tanya. "Kalian tidak sedang melakukan sesuatu yang terlarang, kan?"

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   209. Jangan Cemburu

    Draco tertawa samar. "Maaf, Tuan Harper. Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya ingin menyapa teman lama. Jadi, apakah kau sudah berhasil mengingatku, Sky? Aku Draco. Kau pernah memanduku saat kita masih remaja dulu." Sky terdiam. Matanya memicing, sibuk menelusuri ingatan. "Masih belum ingat?" tanya Draco seraya meninggikan alis. "Waktu itu, aku ikut tur keliling Eropa. Kamu bekerja sebagai pemandunya. Saat itu, kamu adalah pemandu termuda di HealingHills Travel Company. Fakta tersebut membuatku terkagum-kagum. Aku bahkan mengajakmu berfoto dan meminta tanda tanganmu." Sky menggeleng samar. "Maaf. Aku terlalu sering berfoto dan memberikan tanda tanganku." "Lalu kita bertemu lagi beberapa tahun kemudian, secara tidak sengaja, di Kanada. Summer masih sangat kecil saat itu," Draco menambah petunjuk. Alis Louis semakin tertaut. "Kau mengenal Summer?" gumamnya dengan nada tak senang. Draco mengangguk ringan. "Ya, dia bayi mungil yang lucu. Meskipun saat itu dia belum bi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   208. Agen yang Menggemaskan

    "Halo? Apakah ini nomor Angelica?" tanya seorang anak kecil yang mengubah suaranya agar terdengar seperti orang dewasa. Angelica mengernyitkan dahi. "Siapa ini?" "Perkenalkan. Saya Summer." "Dan saya River," sambung anak lain dengan suara yang juga dibuat-buat. "Kami berdua adalah agen rahasia dari kepolisian." Angelica tercengang mendengar informasi tak terduga itu. "Kepolisian?" Ia tampak sangat terkejut. Namun, sedetik kemudian, ia tertawa meremehkan. "Heh, anak kecil, dengarkan aku baik-baik. Kalau kalian mau mengusili seseorang, kalian sebaiknya menghubungi orang lain. Aku tidak punya waktu untuk meladeni keisengan seperti ini." "Ini bukan keisengan, Angelica. Meskipun kami masih kecil, kami ini profesional. Kalau tidak, bagaimana kami bisa menemukan nomor ponselmu? Ini nomor rahasiamu, kan? Bukan nomor bisnis?" Raut Angelica tiba-tiba berubah serius. Ia perhatikan layar ponselnya. Panggilan yang ia terima ternyata masuk ke SIM-card 2. "Dari mana kalian men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   207. Paling Berkesan

    Sore harinya, banyak orang bersantai di dek lido. Sebagian asyik berenang di kolam. Sebagian lagi bersantai di kursi lounge, termasuk Louis dan Sky. Louis sengaja menggeser kursinya agar berdekatan dengan kursi Sky. Dengan begitu, mereka bisa duduk berdampingan, sembari mengisi buku spesial mereka. "Selesai!" Sky membuat satu titik di kalimat terakhir. Senyumnya sangat manis, apalagi saat ia melirik ke samping. "Pertemuan dan petualangan pertama kita sudah ditulis di sini. Sekarang apa lagi? Kurasa kita tidak mungkin menceritakan semua kebersamaan kita, Louis. Itu banyak sekali. Bagaimana kalau kita pilih saja beberapa yang paling berkesan?" Hati Louis terasa ringan melihat semangat istrinya itu. Sambil membelai kepalanya, ia berbisik, "Ide bagus, Sky. Tapi masalahnya, semua momen yang kulalui bersamamu itu berkesan." Sky mendengus geli. "Kau benar. Semua petualangan kita memang berkesan. Tapi, dari sekian banyak momen itu, pasti ada yang paling membekas." "Begitukah?" A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   206. Gagal Menyerang

    Melihat sikap genit Angelica, dada Sky terasa panas. Ia sangat ingin menjambak rambut wanita itu dan menyeretnya keluar dari lounge. Untungnya, Louis bisa membaca keadaan. Sebelum kecemburuan Sky semakin membara, ia menunduk dan mendengus jijik. "Padahal, kata-kataku sederhana, tapi kenapa dia tidak mengerti juga?" Angelica tersentak mendengar gerutuan tersebut. Ia tidak menduga bahwa Louis akan meresponsnya sedingin itu. Meski demikian, ia tetap mempertahankan senyum di wajah cantiknya. "Maaf, Tuan. Saya memang tidak mengerti. Tolong jelaskan kepada saya. Kenapa Anda menyangkal identitas Anda sendiri?" Tiba-tiba, Louis menggebrak meja. Sedetik kemudian, ia sudah berdiri dengan tatapan menghunus mata Angelica. "Saya tidak menyangkal. Saya memang bukan Louis Harper yang Anda bayangkan," tegasnya lantang. Lengkung bibir Angelica akhirnya sirna. Sekalipun ia berusaha untuk mengembalikannya, ia tetap gagal. "K-kenapa begitu, Tuan? A-apakah Anda sudah berganti nama? Atau

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   205. Godaan Wanita

    Sayangnya, Summer masih saja resah. "Haruskah aku meminta Paman Orion untuk menghubungi pihak kapal? Aku bisa menyampaikan pesan kepada Papa dan Mama lewat mereka. Atau .... Summer menggembungkan pipi. "Perlukah aku meminta kru kapal untuk melempar Angelica ke laut? Tapi itu termasuk tindakan kriminal. Aku bisa dilempar ke penjara dan masuk neraka. Lalu, bagaimana caranya menjauhkan Angelica dari Papa dan Mama kalau mereka berada di tengah laut? Haruskah aku meminta dia dikurung saja?" Merasa iba, Briony pun menghampirinya. "Summer, apa yang sebetulnya kamu khawatirkan?" tanyanya lembut. Summer melirik Briony dengan wajah cemberut. "Angelica berteman dengan Kendrick, Bibi. Dia pasti dikirim oleh Kendrick untuk merusak bulan madu Papa dan Mama. Karena itulah, kita harus menghubungi mereka. Papa dan Mama perlu waspada." "Kau mau orang tuamu menikmati bulan madu mereka, kan?" Summer mengangguk lucu. Sambil tersenyum, Briony mengusap rambut keritingnya. "Menurutmu, apakah me

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   204. Waktu Untuk Berduaan

    "Louis, mau berapa lama lagi kita di sini?" tanya Sky manis. Ia sedang duduk di depan Louis sambil bersandar di dadanya. Dengan pose berendam seperti itu, mereka terlihat sangat mesra. "Apakah kau sudah bosan?" tanya Louis serak. Sky menggeleng manja. "Tidak. Hanya saja, kita sudah selesai bergulat. Apa lagi yang mau kau lakukan di sini?" "Aku masih mau melakukan ini," Louis lanjut memainkan titik sensitif sang istri. Melihat betapa nakal jemari Louis, Sky mendengus geli. "Itu bisa kau lakukan di kamar, Louis. Tidak harus di sini." "Ya, tapi kalau kita keluar dari air, aku tidak bisa melakukan ini," Louis mengambil setangkup air. Saat ia menuangkannya di tubuh Sky, air tersebut mengalir dengan indah. Sky hanya bisa menggeleng tak habis pikir. Ternyata, bukan hanya dirinya yang tak banyak berubah. Louis juga. Mereka berdua masih kekanakan. Selagi Louis bersenang-senang dengan tubuhnya, Sky mulai mencari kesibukan. Ia menatap sekeliling. Tak lama kemudian, ia bertanya, "Louis,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status