Pagi ini seperti biasa Bella sudah hadir di kantor, ia merapikan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Sean hari ini. Di sisi lain tampak Sean sudah berada di ruangan, kelihatannya ia tak pulang tadi malam pasca kejadian makan malam kemarin di kediaman utama Wiratama.Bella mengetuk pintu ruangan Sean, “Tuan, saya masuk.”Bella memasuki ruangan Sean, ia memberikan tumpukan berkas di atas meja kerja. Saat Bella akan pamit undur diri tiba-tiba seseorang memasuki ruangan.“Selamat pagi, Sean!” ucap sesosok wanita dengan penampilan sexy sambil membawa tentengan makanan.Wanita tersebut memakai rok mini dengan model A line setengah paha, lalu atasannya berupa blouse dengan bahan chiffon dipadu blazer dengan warna senada dengan rok yang dikenakan.“Irena?” tanya Bella, “Mau apa kau kesi—”“Sean! Lihatlah aku sudah membawakan sesuatu untukmu!” pekik Irena dengan nada menggoda, ia menaruh tentengan makanan itu di atas meja, menyingkirkan berkas-berkas yang sebelumnya menumpuk disana.
Bella mengerjapkan matanya beberapa kali, kepalanya masih terasa pening. Bella memandangi sekeliling ruangan yang nampak asing, ruangan itu didominasi oleh warna putih. Terlihat sebuah infus terpasang di lengan kanannya.Bella berusaha bangkit kala tubuhnya kembali terhuyung pasca kesadarannya pulih. Terlihat Sean yang memasuki ruangan dan melihat Bella yang sudah siuman.“Bella, kamu sudah sadar?” Sean mendekati Bella dan mengamati wajah wanita itu dengan seksama, “Apa ada yang sakit?”“Aku di mana? Mengapa aku bisa ada disini? Apa yang terjadi?” balas Bella, ia tak menjawab pertanyaan Sean karena merasa sulit mencernanya.“Kamu sekarang berada di rumah sakit, sudahlah istirahatkan dulu tubuhmu,” ucap Sean. “Dokter akan memeriksamu lebih lanjut.”Sean membalikkan badan untuk meninggalkan ruangan, namun saat kakinya sudah melangkah ia tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah Bella. “Jaga kesehatanmu, ingat pernikahan kita kurang dari satu bulan lagi. Aku tidak mau calon mempelai wanitaku
Setelah tiga hari Bella dirawat akhirnya ia diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Dokter telah melakukan observasi pada Bella, ia dinyatakan memiliki sebuah trauma di mana ia telah mengalami amnesia pada memori traumatis masa kecilnya, hal itu yang menyebabkan kepalanya terasa nyeri dan ia kehilangan kesadaran.Bella diperingatkan untuk jangan terlalu lelah dan sering beristirahat. Saat mendengar hal itu Bella melirik ke arah Sean. “Anda sudah dengar ‘kan apa kata dokter? Saya tidak boleh terlalu lelah. Saya harap anda bisa mengurangi beban pekerjaan saya yang tak masuk akal itu!”Sean membuang muka ke arah lain, ia berpura-pura tak mendengar ucapan Bella. Akhirnya setelah dokter memberikan beberapa wejangan Bella pun bersiap untuk pulang. Sean memapah Bella menuju lobby di mana mobilnya sudah standby di sana.Saat membuka pintu terlihat Ronald berada di kursi kemudi. Akhirnya mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan Ronald menancapkan gasnya membelah jalanan yang cukup ramai.
Sudah tiga hari Bella diberi cuti untuk beristirahat, Bella yang merasa jenuh hanya berdiam diri di kamar saja akhirnya bisa beraktifitas kembali. Seperti biasa, pagi hari sekali Bella sudah sampai di kantor. Ia berencana untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya yang terbengkalai dan bahkan ada beberapa yang sudah mendekati deadline.“Apanya yang istirahat! Ini sama saja dengan merapel pekerjaan selama beberapa hari! Sean! Pria itu benar-benar tak berperikemanusiaan! Apa ia tak mengindahkan ucapan dokter beberapa hari lalu?!” umpat Bella, “kalau begini ceritanya, aku yang seorang sekretaris pun membutuhkan sekretaris!”Bella membuka berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari berdesis, “Ini namanya kerja rodi versi korporat! Ternyata ia disebut CEO Tiran bukan tanpa alasan!”Bella menarik nafasnya dalam dan membuangnya lewat mulut. Dengan tergesa Bella mengerjakannya, namun saat sedang fokus tanpa sadar Sean sudah duduk di depan me
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hari pernikahan bertepatan dua minggu lagi. Namun Sean dan Bella masih saja bekerja seperti biasanya. Bahkan hari ini Sean harus pergi untuk pertemuan penting di Singapura.Bella telah mempersiapkan segala kebutuhan pekerjaan untuk pertemuan nanti. Sean pergi didampingi oleh Ronald, sementara Bella diberi tugas untuk tetap bekerja di perusahaan.Jam makan siang pun datang, akhirnya Bella bisa menikmati makan siang di cafetaria seperti karyawan lain setelah satu bulan lebih bekerja. Biasanya Bella akan menikmati makan siang dengan layanan pesan antar di sore hari, karena pekerjaannya tak membiarkannya memiliki waktu luang. Atau bahkan ia tak makan sama sekali, dan baru mengganjal perut saat sudah sampai di apartemen.“Ah, akhirnya aku bisa menikmati makan siangku dengan waktu normal! Entah mengapa mereka berdua pergi aku merasa terbebas dari penjara!” gumam Bella. “Sepertinya aku tahu alasan mengapa banyak sekretaris sebelumnya yang tak tahan be
Axel mengetuk pintu salah satu kamar kontrakan di pinggiran kota. Terlihat sosok wanita menutupi kepalanya dengan kain membuka pintu, wanita itu meminta Axel masuk ke dalam dengan tergesa sambil menengok ke kanan dan kiri.“Cepat masuk!” ucap wanita itu, “kamu sendirian ‘kan? Tidak ada orang yang tahu bahwa aku disini?”“Tidak! Tenang saja Irena.” Axel menarik penutup kepala wanita itu yang ternyata adalah Irena. Kemudian ia memeluknya dan berusaha menciumnya, namun Irena mendorong tubuh Axel hingga ia terhempas ke dinding.“Enyahlah! Jangan menyentuhku!” sentak Irena, “aku memintamu kemari bukan untuk bersenang-senang, bodoh!”Axel merapikan pakaiannya yang sedikit kusut, kemudian ia berjalan mendekati Irena, “Hey, jangan keterlaluan padaku, kamu tak ingat apa yang sudah kita lakukan berdua?”“Aku tak peduli!” balas Irena, ia mendudukan dirinya di atas kursi, kemudian Irena melemparkan sebuah map berwarna coklat ke arah Axel, “baca itu! Maka perusahaanmu akan selamat! Namun kamu haru
“Bagaimana keadaannya?” tanya Rudy. Tampak sosok dokter disampingnya sedang memeriksa Sean. “Syukurlah, beliau tidak mengalami luka parah. Hanya saja Tuan Sean harus beristirahat selama beberapa hari untuk menyembuhkan luka dikepalanya,” balas Dokter tersebut yang tak lain adalah dokter pribadi keluarga Wiratama.Rudy menghembuskan nafasnya pelan, ia lega mendengar pernyataan Dokter Malik. “Lalu, keadaan Nona Bella? Apa dia baik-baik saja?”Dokter Malik membalikkan tubuhnya, ia mengalungkan stetoskop pada lehernya. “Untuk fisik, dia baik-baik saja. Memang ada beberapa luka memar di tangan dan kakinya, namun yang saya khawatirkan adalah kondisi psikisnya, mengingat kejadian tersebut termasuk pada rencana pembunuhan. Semoga saja dia bisa pulih secepatnya,” balas Dokter Malik, “Bukankah pernikahan mereka sebentar lagi? Sayang sekali keduanya mengalami musibah seperti ini saat mendekati hari pernikahan. Saya turut prihatin mendengarnya.”“Betul, kuharap keduanya bisa segera pulih,” jawa
Malam ini Bella sedang terbaring di atas kasur sembari menikmati pijatan pada tubuhnya. Besok merupakan hari bersejarah baginya, karena setelaha fajar terbit nanti tak lama ia akan menyandang status baru, yaitu Nyonya Sean Wiratama.Bella tak henti melontarkan senyuman mengingat hari yang mendebarkan sudah di depan mata. Semenjak kejadian beberapa saat lalu terlihat perubahan drastis perlakuan Thomas dan Sean padanya.Thomas berubah menjadi sangat perhatian bahkan cenderung posesif. Ia tidak membiarkan Sean dan Bella untuk bepergian ke luar kediaman utama. Bahkan, ia memanggil orang-orang ahli dibidangnya untuk mempersiapkan pernikahan tersebut.Seperti saat ini, Bella sedang dimanjakan perawatan-perawatan untuk menunjang penampilannya besok. Paket pijat pengantin extra dengan treatment-treatment terbaik membuat Bella sesaat terlena akan datangnya hari esok.Di sisi lain Sean pun diperlakukan sama, ia diberi pelayanan ekstra agar esok bisa tampil prima. Walaupun sebenarnya pernikahan