Malam ini Bella sedang terbaring di atas kasur sembari menikmati pijatan pada tubuhnya. Besok merupakan hari bersejarah baginya, karena setelaha fajar terbit nanti tak lama ia akan menyandang status baru, yaitu Nyonya Sean Wiratama.Bella tak henti melontarkan senyuman mengingat hari yang mendebarkan sudah di depan mata. Semenjak kejadian beberapa saat lalu terlihat perubahan drastis perlakuan Thomas dan Sean padanya.Thomas berubah menjadi sangat perhatian bahkan cenderung posesif. Ia tidak membiarkan Sean dan Bella untuk bepergian ke luar kediaman utama. Bahkan, ia memanggil orang-orang ahli dibidangnya untuk mempersiapkan pernikahan tersebut.Seperti saat ini, Bella sedang dimanjakan perawatan-perawatan untuk menunjang penampilannya besok. Paket pijat pengantin extra dengan treatment-treatment terbaik membuat Bella sesaat terlena akan datangnya hari esok.Di sisi lain Sean pun diperlakukan sama, ia diberi pelayanan ekstra agar esok bisa tampil prima. Walaupun sebenarnya pernikahan
Hari bersejarah itu pun akhirnya tiba. Terlihat banyak orang lalu lalang di dalam gedung tersebut. Baik sebagai pihak dekorasi ataupun pihak yang berkepentingan lainnya. Pernikahan tertutup ini tetap dihias semewah dan sebagus mungkin, agar berkesan bagi kedua mempelai.Tamu undangan hari ini hanya terdiri dari orang-orang terdekat saja, beberapa ada yang memiliki ikatan kerabat dan ada pula rekan bisnis yang sudah lama saling mengenal. Walaupun kapasitas gedung ini mampu menampung jumlah orang hingga seribu, namun undangan Bella dan Sean hanya mencakup seratus orang saja.Terlihat Bella sedang berada di dalam ruang rias. Ia didandani oleh make up artist terkenal dengan flawless, nuansa coral yang Bella inginkan dalam riasannya membuatnya tampak fresh. Sembari wajahnya dirias, seorang hairstylist pun menata rambut Bella.Tampak model rambut low bun dengan sedikit messy di depannya. Beberapa helai rambut sengaja terurai dan hair stylist itu mengkeritingkannya. Kemudian beberapa aksesor
Setelah menyelesaikan rangkaian acara pernikahan, akhirnya Bella dan Sean dapat beristirahat juga. Keduanya telah tiba di kediaman utama Wiratama dan hendak merebahkan tubuh. Thomas sengaja memerintahkan Bella dan Sean untuk menghabiskan malam pertama di sana.Thomas ingin memantau bahwa hubungan cucunya berjalan lancar, lalu ia juga ingin menebus kesalahannya pada Sean selama ini yang sudah acuh dan tak mempedulikannya. Maka dari itu sejak beberapa minggu sebelum pesta pernikahan, Thomas merenovasi kamar utamanya agar nyaman digunakan oleh pasangan suami istri baru tersebut.Saat ini Bella sedang bersiap di kamar, para pelayan membantunya untuk berganti pakaian, membersihkan badan dan menghapus make up. Setelah para pelayan pergi, ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur.“Ah, akhirnya punggungku bisa terbaring juga,” ucap Bella, “seluruh tubuhku rasanya remuk setelah berdiri selama beberapa jam, padahal tamu undangan hanya sedikit namun rangkaian acara yang dibuat sangat padat sekal
Pagi ini Bella dan Sean melakukan sarapan bersama dengan Thomas. Tadi pagi Sean masuk ke kamar dan bersiap serta berganti pakaian, diketahui tadi malam ia tak tidur dan memilih untuk begadang di sofa luar.“Kudengar tadi malam kamu tak tidur di kamar bersama Bella, apa ada masalah?” tanya Thomas. Sean sudah menduga kakeknya pasti akan menginterogasinya.Bella hanya terdiam, ia tak mau menanggapi pasalnya takut apa yang ia bicarakan akan memperburuk suasana.“Betul. Tadi malam saya harus begadang karena memikirkan project Wiratama Otomotif yang akan berlangsung pekan depan,” balas Sean, “lagipula aku tak tega melihat Bella yang terlihat sangat kelelahan, lebih baik aku membiarkannya beristirahat.”Thomas melirik ke arah Bella, memastikan kebenaran ucapan cucunya itu, “Apa benar begitu, Bella?”“Benar, Kakek. Semalam saya ketiduran, hingga saya tak sadar kalau Sean masuk ke dalam kamar. Sepertinya ia tidak tega membangunkan saya yang sudah terlelap,” balas Bella. Ia melirik ke arah Sean
Di sore hari, setelah keduanya sudah puas beristirahat. Sean dan Bella berencana pergi ke tepi pantai. Mereka telah bersepakat bahwa selama berbulan madu, keduanya akan melakukan ‘hal-hal’ yang tidak mereka dapatkan semasa mereka kecil. Intinya, Bella memberikan ide bahwa bulan madu mereka adalah ajang memenuhi inner child mereka yang tak tersampaikan.Bella memberikan ide untuk menulis wish list masing-masing yang belum pernah direalisasikan, agar satu sama lain dapat mengabulkannya. Salah satu contoh wish list pertama, Bella sangat ingin sekali pergi ke pantai dan melihat matahari terbenam. Karena sejak kecil keluarganya tak pernah menuruti keinginannya dengan dalih cuaca pantai tak cocok untuk kesehatan Irena. Demi mewujudkan hal itu, akhirnya keduanya sekarang berencana pergi ke tepi pantai.Sean mereservasi tempat duduk di sebuah restoran dengan jaminan pemandangan sunset yang menawan sesuai rekomendasi dari beberapa artikel yang ia cari di google. Ia sengaja memesan tempat yang
Bella terperanjat, sesaat ia memundurkan kakinya beberapa langkah. Mencoba menelaah apa yang terjadi. Di sisi lain Sean masih mematung sembari mengingat-ingat wajah wanita yang sedang memeluknya erat.Dari balik rengkuhannya, wanita itu tampak menyeringai, puas dengan apa yang sudah dilakukannya. Tiba-tiba wanita yang tak diketahui itu melepaskan rengkuhan dan pingsan. Sontak hal itu membuat Sean terkejut, tanpa aba-aba Sean membopong wanita bersurai agak kemerahan itu menuju ke arah tempat mobil terparkir.Bella yang sebelumnya terdiam dan menelaah situasi yang terjadi pun merasa buntu, akhirnya ia mengekori Sean dari belakang dan mengambil langkah lebih cepat.“Sean, siapa dia?” pekik Bella dari balik arah belakang. Sean yang menyadari kehadiran Bella hanya menggelengkan kepalanya, “Entahlah! Aku tidak mengenalnya namun ia mengenaliku!”“Bella, tolong bukakan pintu mobil. Aku akan membawanya ke rumah sakit terdekat.” Sean memberikan perintah, tanpa banyak bertanya Bella pun dengan
Bella terbangun dari tidurnya, terlihat tak ada sosok Sean di samping tempat tidurnya. Saat Bella bangkit dari ranjang, terlihat secarik kertas di atas nakas bertuliskan Sean pulang ke ibu kota terlebih dahulu karena ada urusan penting. Sementara Bella dipersilakan untuk menghabiskan waktu di sana sesuai dengan jadwal tiket pulang.Bella menghembuskan nafasnya dalam, “Sean, kamu keterlaluan … tapi aku pun tak punya hak untuk melarangmu.”Di sisi kertas tersebut terdapat sebuah kartu kredit yang Sean sengaja simpan untuk Bella. Terdapat tulisan di dalam secarik kertas itu, bahwa ia boleh menggunakan kartu tersebut sepuasnya sebagai ganti wish list yang belum Sean penuhi beserta pinnya.Tak mau ambil pusing, Bella mengambil kartu tersebut. “Ya, tidak buruk juga. Setidaknya Sean meninggalkan ini, jadi aku tak terlalu kesal!”Bella menyimpan kartu tersebut ke dalam tas, lalu ia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap. Ia berencana menghabiskan waktu untuk makan, menikmati wish list yang b
Bella menyandarkan tubuhnya di tepi tempat duduk di dalam bandara. Ia membeli segelas hot americano dan menyesapnya perlahan. Beberapa saat lalu ia menerima pesan dari Ronald bahwa ia akan menjemputnya di bandara ibu kota nanti. Bella menunggu selama setengah jam hingga gate menuju pesawat terbuka dan bersiap untuk take off.Akhirnya Bella masuk ke dalam pesawat dan mendudukkan diri di kursi dekat jendela, pikirannya termenung selama beberapa saat kala mengingat kejadian dalam beberapa hari ini. Seharusnya ia dan Sean menghabiskan waktu bersama, walau bulan madu tersebut hanya kedok semata. “Keterlaluan, dia bahkan tidak mengirim satupun pesan padaku hingga saat ini,” rutuk Bella, “walaupun aku hanya istri kontraknya, bukankah sangat keterlaluan jika ia menghabiskan waktu bulan madu hanya satu malam saja? Apa kakek tidak curiga? Ah menyebalkan!”Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya, Bella tidak menghiraukannya dan masih fokus menatap pemandangan di luar jendela. Saat pesawat akan l
Malam hari sebelumnya Sean termenung di dalam kamar tidurnya, setelah menghabiskan makan malam yang tak menyenangkan bersama Viona, ia masih terngiang-ngiang atas ucapan wanita itu.“Sebetulnya, seberapa dalam rahasia yang wanita itu ketahui? Siapa dia?!” rutuk Sean kesal. Ia dihadapkan pada situasi kebingungan, masalah yang bertubi-tubi ditambah pekerjaan yang menumpuk dan project-project dalam waktu dekat membuat kepalanya terasa akan pecah. Di dalam keheningan malam, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Sean terperanjat, dengan cepat ia mencari ponselnya yang ia buang ke sembarang arah di atas kasur tadi. Sean berharap bahwa itu adalah panggilan dari Bella, namun nihil, ternyata itu adalah panggilan telepon dari kakeknya, Thomas.“Sean! Bagaimana persiapan hari jadi perusahaan? Jangan sampai gagal! Karena kakek akan mengundang media-media ternama dan juga para pejabat pemerintahan,” ucap Thomas dari balik telepon.Sean memijat pelipisnya yang nampak pe
Tanpa terasa hari pun berlalu, Bella belum memutuskan untuk kembali ke mansion, ia masih bermalam di apartemennya. Disamping itu, ia juga sibuk menyelidiki Viona bersama Ronald setelah selesai bekerja. Mulanya Bella merasa khawatir ia takut Sean akan curiga padanya dan menyusul atau bahkan mengancamnya. Namun setelah Sean mencoba melakukan panggilan padanya kemarin, tak ada lagi kabar darinya. Bahkan Sean tak masuk hari ini, Bella yang masuk kerja seperti biasanya merasa terkejut dengan ketidakhadiran Sean yang sudah tersohor Tiran dalam pekerjaan.Bella beberapa kali memberikan report pekerjaan, mengirim jadwal dan sebagainya kepada email Sean namun suaminya itu tak membalas pesannya sama sekali. “Ada apa dengannya? Dia sungguh aneh sekali. Bahkan dia tidak menanyaiku lagi tentang alasan mengapa aku tidak kembali ke mansion, apakah karena sosok Viona itu?”“Ah sudahlah! Aku harus fokus pada acara besok yaitu perayaan hari jadi Wiratama. Persiapan sudah 90%, tinggal aku memantau ke lo
Ronald membuka buku catatan usang itu, di dalamnya terlihat goresan tinta yang sudah setengah memudar. Ia memicingkan matanya kala mengeja sebuah nama yang sudah ia hafal betul, Mardie Setya. Di pojok kanan bawah terdapat goresan garis yang menampilkan sebuah tanda tangan. “Tunggu, bukankah ini tanda tangan Ayah?! Mengapa?!”Ronald membaca satu demi satu halaman pada buku itu, terlihat lokasi, tanggal dan tahun tertera di ujung kanan atas. Sementara di bawahnya terlihat catatan-catatan kecil mengenai kegiatan yang dilakukan. Mulanya Ronald hanya membacanya sekilas, namun tepat pada halaman ke sepuluh tertulis tanggal 11 Agustus tahun 2008, isi dari catatan itu mulai terasa aneh. Terlihat tulisan tangan yang sedikit berantakan seperti ditulis secara terburu-buru dan juga isi catatan yang memuat kata-kata keji, penuh umpatan dan juga dendam. Mardie menulis bahwa ia merasa sakit hati pada Chandra dan berniat memberi majikannya itu pelajaran. Kemudian satu minggu selanjutnya dalam catata
Irwan menengadah, tak terlihat raut cemas dalam wajahnya. “Kau tak tahu apa-apa, bocah! Kau tak akan pernah tahu! Hahaha!”“Kau!” Ronald menendang kursi tersebut, membuat Irwan terjengkang. “Jangan pernah macam-macam dengan Wiratama! Atau kau akan menanggung akibatnya!”“Aku tak peduli! Hahaha!” Irwan membelalakkan matanya, raut wajahnya berubah menakutkan. Urat-urat wajahnya menegang dan tawanya menggelegar ke seluruh penjuru rumah yang kosong tanpa perabotan apapun di dalamnya. “Kau! Mau membunuhku? Aku tak takut! Wiratama? Aku tak takut pada mereka! Aku tak punya apapun yang tersisa! Ambillah! Kau ambil saja nyawaku sekalian!” pekik Irwan.Ronald mengeram, ia mengepalkan tangannya hingga buku kukunya memutih. “Baiklah, jika kau tak mau membuka suara, apa aku harus menaruhkan anak dan istrimu juga?!”“Anak istriku?” ucap Irwan, “Kau sepertinya hanya orang bodoh yang tak tahu apa-apa! Istri dan anakku yang telah meninggalkanku, mereka sudah mati tiga hari yang lalu, bodoh! Hahaha! Ka
Ronald terdiam selama beberapa saat, ia menundukkan kepalanya dan menatap lantai. Jujur saja, ia tak berani memandang wajah Sean yang diselimuti amarah dan kekecewaan yang besar itu. Bagaimana tidak, Sean yang masih memiliki secercah harapan untuk Ronald kini telah sirna.“Apa alasanmu melakukan itu, Ronald?” tukas Sean, “Berani-beraninya kamu mengkhianatiku! Menusukku dari belakang!”“Bukan begitu, Sean! Tolong dengarkan dulu penjelasanku!” ucap Ronald, “sebelumnya maafkan aku yang telah menutupi semuanya darimu, jujur itu memang salahku. Namun, aku tak bermaksud selamanya menutupi fakta ini darimu. Aku hanya melakukan penyelidikan mandiri, aku ingin mengungkap faktanya!”“Fakta? Mungkin maksudmu adalah menutupi semua kesalahan ayahmu, bukan begitu?!” Sean berjalan menuju ke samping jendela, ia menatap kendaraan yang sedang berlalu lalang di jalanan yang ramai.Sementara di sisi lain Ronald tak menjawab, karena apa yang dikatakan Sean betul, bahwa Ronald menutupi fakta bahwa ayahnya
Detik demi detik terlewati, tanpa sadar sudah beberapa belas menit sosok dua anak manusia yang masih saling menutup mulutnya rapat-rapat saling memandang. Namun ada yang berbeda dari tatapan tersebut, si Pria menatap wanita dihadapannya dengan tatapan benci sementara si Wanita justru menatap si Pria dengan menggoda.Viona mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, menatap lekat-lekat ruangan besar yang hanya diisi satu orang saja. Kemudian ia kembali menatap Sean, tiba-tiba pikiran liarnya bergejolak. “Bagaimana ya rasanya jika aku bisa memiliki Sean seutuhnya? Wajahnya … tubuhnya … kekayaannya! Ah, membayangkannya saja sungguh menyenangkan!” ucap Viona dengan lantang. “Lihatlah! Putra mahkota Wiratama yang disegani semua orang! Aku dapat melihat celahnya, sesungguhnya ia hanyalah bocah kecil yang penuh luka dan kesepian. Uh malangnya!” Viona duduk di sofa di dalam ruangan Sean, sementara pria itu berdiri di dekat jendela, masih menatap Viona dengan tajam seolah macan yang akan menerka
Beberapa saat lalu, ketika Bella sedang fokus memperbaiki pekerjaanya. Dari arah berlawanan terlihat Tristan yang sedang menuju ke arahnya. Mulanya, Tristan berencana untuk mencari Ronald, namun ternyata malah Bella yang dijumpainya.Tristan berjalan perlahan, namun Bella yang sedang fokus tak mengindahkan satu-satunya sosok yang berada didepannya walau agak jauh saat ini. Bahkan mungkin jika ada pencuri pun Bella tak menyadarinya karena sedang fokus mengejar deadline.“Bulan madu? Berlibur? Apa itu? Hanya omong kosong! Buktinya saat ini aku sudah kembali bekerja rodi!” rutuk Bella, yang samar-samar terdengar oleh Tristan dari kejauhan.“Ya, walaupun gajinya besar. Namun rasanya badanku seperti remuk! Ditambah aku tak bisa tidur karena kamarku direbut oleh wanita sialan itu! Bisa-bisanya dalam dua hari ini pekerjaannya hanya makan dan tidur saja. Bahkan aku yang istrinya pun bekerja dengan keras seperti ini! Sebenarnya apa sih hubungan mereka berdua?!” Bella tak sadar saat ini Trista
Hari ini merupakan hari pertama pertemuan global untuk project Wiratama Otomotif. Mereka akan membahas mengenai project yang akan berlangsung sebentar lagi. Saat ini persiapan sudah nyaris rampung, Sean sengaja mengumpulkan mereka untuk memastikan kesiapan di berbagai lini.Dalam meeting kali ini banyak petinggi yang datang, termasuk Thomas, Ardie dan juga Arsen. Mereka telah memulai meeting sejak pukul delapan pagi. Bella tak kalah sibuknya, karena ini merupakan project pertamanya, khususnya dia melibatkan perusahaan milik ayahnya dan tentunya ia bertanggung jawab atas kelancaran project ini.Mereka akan meluncurkan mobil listrik agar masyarakat dapat memilih kendaraan ramah lingkungan. Walau masih belum menjamur di pasaran, mereka yakin akan mampu menjualnya dengan baik. Bella telah mengatur strategi untuk pemasaran, disesuaikan dengan campaign ramah lingkungan, ia menyasar para influencer yang aware dengan hal-hal tersebut. Juga fitur-fitur yang menarik dari mobil ini tentunya mena
Sean dan Bella berjalan dengan tergesa menuju ke arah pintu depan, terlihat disana Viona membawa satu koper yang disimpan disisinya. Pakaiannya tampak lusuh namun cukup terbuka, membuat yang melihatnya nampak tak nyaman.“Ada apa kau kemari?” tanya Sean. “Cepat pergi dari sini! Penjaga! Bawa dia keluar!”Kedua penjaga yang berada di sisi pintu pun memegang lengan Viona, mereka menarik lengan wanita itu agar segera meninggalkan mansion secepatnya.“Lepaskan!” Viona melepaskan pegangan tangan kedua penjaga, ia berjalan mendekat ke arah Sean, “Kau yakin akan mengusirku? Bagaimana jika aku tahu mengenai kebenaran kecelakaan belasan tahun lalu?”“Sial!” sentak Sean, ia menyeret lengan Viona untuk masuk ke dalam mansion meninggalkan Bella yang masih mematung memandang kejadian dihadapannya barusan. “Jaga ucapanmu!”“Aku tak berjanji! Asal kau menuruti semua keinginanku, maka aku akan memberitahu segalanya padamu dan menjaga semua rahasia yang ada!” Viona melepaskan cengkraman tangan Sean, k