Home / Rumah Tangga / Menikahi Bekas Suami Sahabatku / Undangan Makan Malam Spesial

Share

Undangan Makan Malam Spesial

last update Last Updated: 2024-07-27 08:09:51

“T-tidak mungkin!”

Aku membulatkan kedua mata. Bukan suamiku yang keluar dari dalam mobilnya. Tapi seorang laki-laki muda nan tampan seperti Adnan.

“Siapa dia, Tantri?” tanyaku yang juga ditanyakan para pencari berita.

“Oh, kenalkan semua. Namanya Egi, dia adalah anak didikku yang akan segera go public. Tadinya, aku ingin mengadakan pers konferensi, tapi ternyata kuping serta mata kalian sangat jeli dan tajam, ya,” jelas Tantri sambil terkekeh.

Ada rasa puas saat aku tahu suamiku tak bersama dengan Tantri dalam satu mobil. Lega rasanya, tapi aku juga penasaran apa yang mereka bicarakan sampai-sampai Mas Dendi sangat terburu-buru.

“Kamu ada waktu, May besok malam?” tanya Tantri memegang jemariku tiba-tiba.

“Kenapa?” tanyaku agak dingin.

“Aku ingin mengundang kalian makan malam di rumahku besok.”

Aku terdiam. Lama sudah aku tak menginjakkan kaki di rumah mewah Tantri, terakhir yang kuingat rumah mewahnya kusambangi saat ia menikah dengan Mas Dendi. Tapi, ada angin apa tiba-tiba Tantri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Gelagat Aneh Suamiku

    Keesokan paginya, aku bangun lebih dulu. Wanti-wanti jika Mas Dendi pergi seperti kemarin. Kutengok sebelah kiriku, suamiku masih terlelap di alam mimpinya, meski sudah masuk adzan Subuh.“Mas … Mas, bangun. Udah Subuh.” Kugoyangkan tubuhnya pelan.Hanya geliat pelan tubuh Mas Dendi yang merespon. Ya sudahlah, mungkin dia masih sangat lelah, maklum, orang lapangan. Kuputuskan untuk sholat lebih dulu baru kubangunkan suamiku.Qomat mulai memanggil untuk segera menunaikan Subuh. Sekitar 20 menit aku sholat, kini Mas Dendi harus bangun dan sholat. Aku memang tak sholat di kamar, karena terlalu sempit, biasanya kami sholat di ruang tamu. Saat hendak membuka pintu kamar, kudengar Mas Dendi sedang bicara dan aku yakin lewat ponsel. Tak ingin menguping, tapi aku penasaran apa yang sedang dibicarakan oleh suamiku.“Ya, tenanglah. Aku pasti akan datang.” Siapa yang menghubungi Mas Dendi pagi-pagi buta?“Mas, kamu udah bangun belum?” tanyaku langsung masuk kamar.“Eh, oh, M-Maya ….” suamiku te

    Last Updated : 2024-07-28
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Kenangan Lama Mantan Suami-Istri

    “Ayo dimakan, kok cuma diliatin aja, sih. May, kamu mau yang mana? Kuambilkan, ya?” Tantri bersiap menyendokkan nasi untukku. Tapi kutolak halus karena aku tak terbiasa dilayani.“Nggak usah, Tan. Kamu kayak nggak kenal aku aja.” Senyumku.“Iya, aku tahu kamu wanita mandiri. Tapi malam ini kamu kan tamuku, jadi wajar dong kalau aku melayanimu … kalian.” Liriknya ke arah Mas Dendi yang sedari tadi mengetik di gawainya, sepertinya sedang membalas pesan yang tak henti-hentinya masuk.“Nggak apa-apa, Tan. Nanti aja, lagipula aku menunggu Mas Dendi,” ujarku melirik suamiku.“Ah, dia mah kalau udah workaholic susah, May. Dulu, aku sampai kesal karena harus nahan lapar nunggu dia selesai balas pesan, ya sama kaya gini situasinya.”Eh, apa aku nggak salah dengar kata-kata Tantri barusan. Dia … menceritakan pernikahannya yang telah kandas dengan Mas Dendi? batinku rasanya terkoyak, tercabik! Entah apa maksud Tantri mengatakan hal itu.“Kan bukan mauku kamu nunggu aku selesai dengan pekerjaanku

    Last Updated : 2024-07-28
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Sebuah Pertanda

    Mas Dendi terbelalak mendengar ucapanku. Ia dengan segera turun dari motor dan menarik tanganku.“Apaan, sih, Mas! Sakit tahu!” keluhku mencoba melepaskan tangannya.“Bilang sekali lagi!” sentaknya.“Bilang apa?” tanyaku mengalihkan pandangan.“Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut kamu, Maya!”Belum pernah aku mendengar Mas Dendi meninggikan suaranya padaku. Tapi malam ini, lengkingan suaranya benar-benar membuatku terpukul. Kenapa dia bisa bisa bicara seperti itu? Apakah aku salah jika punya pikiran aneh-aneh? Apa aku tak boleh cemburu melihat kedekatan mereka, walau aku tahu dulu mereka adalah suami dan istri, tapi hati ini tetap sakit.“Aku ingin pulang, aku lelah, Mas.” Tak ada jawaban dari suamiku. Ia langsung menyalakan kembali motornya dan menggas cukup kencang, meski bukan knalpot brong, tapi suaranya cukup mengganggu.Semoga aku selamat sampai di rumah. Mas Dendi benar-benar marah tampaknya.Benar saja, belum juga aku berpegangan pada pinggang suamiku, ia sudah tancap

    Last Updated : 2024-07-28
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Permintaan Terakhir sang Ayah

    Aku tiba di depan rumah setelah setengah jam berada di atas aspal. Kulihat, rumahku tampak sepi seperti biasa tapi kenapa perasaanku semakin tak enak?“Makasih, Nan. Kamu mending balik aja ke kantor. Toh percuma kalau kamu tetap keluar, nggak ada yang akan backing kamu,” ucapku perlahn turun dari mobil.“Iya, Mbak. Saya juga rencana mau langsung balik ke kantor karena ada beberapa video yang harus diedit.”Aku mengangguk dan tak lama Adnan meninggalkanku. Napasku sangat sesak dan berat, entah sudah berapa lama aku tak menginjakkan kaki di rumah ini. Semenjak menikah, baru dua kali aku menyambangi rumah di mana aku dilahirkan.Bismillah, semoga tak ada apa-apa.Saat kubuka pagar besi pendek yang mulai karatan, terdengar lengkingan suara mamaku yang terdengar parau memanggil ayahku. Tanpa pikir panjang aku masuk dan melihat ayahku sedang digotong oleh mama dan adikku, Gita.“Astagfirullah, Ayah!” aku pun segera membantu menggotong ayahku ke tempat tidur.“Ayah ini bandel banget, sih kal

    Last Updated : 2024-07-29
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Dilema

    “Kamu cerai dari suamimu, Maya.”Aku tersentak!! Kenapa Ayah bisa memintaku melakukan hal itu? Apa ada sesuatu yang sedang disembunyikan Ayah dariku?“Kamu bisa kan penuhi permintaan ayahmu ini?” Tatapan mata sayu, sendu, penuh dengan keibaan akan sebuah jawaban yang memberi harapan jelas kulihat di wajah ayahku. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan? Kenapa aku seperti orang bodoh di keluargaku sendiri?“Jawab Maya! Kenapa diam saja?” lengkingan suara mamaku mengejutkanku.“Itu … Maya tak bisa menjawabnya sekarang, Ayah. Sebaiknya Ayah jangan terlalu banyak berpikir biar Ayah cepat sehat.” Ujarku hendak kembali menidurkan Ayah.“Tidak, kamu harus berjanji akan cerai dari Dendi Maya! Harus! Tolong penuhi permintaan terakhir ayahmu ini.” Cengkeraman ayahku semakin kuat dan jemari dinginnya seolah memberitahuku akan usia yang mungkin tak lama lagi baginya.“A-Ayah ….”“Maya, tolong penuhi permintaan Ayah, Nak. Ayah tak mau kamu terluka dan menderita.”Aku semakin bingung, antara harus men

    Last Updated : 2024-07-29
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Panik!

    Pikiranku kini benar-benar kacau! Aku tak tahu lagi harus berpikir dari mana. Semakin lama kutelusuri, semakin sulit bagiku mengambil keputusan.Me : Mas, pulang malam banget hari ini?Aku tahu mas Dendi tak akan segera membalasnya, karena itu kuletakkan ponselku di meja dan menikmati coffee latte traktiran Tantri, lumayan.Belum sempat kuhabiskan minumanku, ponselku berdering. Kali ini bosku menelepon dan memintaku segera ke kantor. Mau tak mau aku terpaksa menemuinya walau mood sedang jelek.***“Selamat siang, Bu.” Ucapku masuk ke ruangan atasan.Duduk, Maya. Ada yang mau saya bicarakan sama kamu.”Apalagi sekarang?“Iya, Bu. Ada apa?” tanyaku.“Bulan depan saya akan pergi ke China dan untuk sementara waktu kamu kembali ke posisimu semula, kita kekurangan orang,” jelas bosku.“Mendadak sekali, Bu?”“Sebenarnya nggak dadakan, sih. Udah dari lama saya rencanakan. Tapi kamu paham ya apa yang saya bilang tadi?”Aku mengangguk. “Jelas dan paham, Bu.”“Dan jangan lupa soal affair Tantri

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Insting

    Pikiranku kalut! Aku ingin mengikuti kemana suamiku pergi, tapi apa itu pantas? Kenapa aku seperti sedang ikuti variety show ala-ala anak lebay? Tapi instingku mengatakan jika Mas Dendi memang akan bertemu dengan seseorang, mungkinkah itu Tantri?Me: Assalamualaikum, Mas. Bisa jemput aku? Hari ini aku lembur.“Kita lihat apakah Mas Dendi akan terpancing.”Aku menunggu dan terus menunggu selama lima menit, ternyata tak ada jawaban. Parahnya, dibaca pun tidak pesanku! Tak ada centang biru dua tanda pesan sudah dibaca. Ya Allah, apakah ini satu pertanda? Jika aku ikuti, kemana harus pergi? Sedang aku perlu pesan taksi, belum lagi menunggu … rasanya benar-benar frustasi!Suamiku: Maaf, kamu pulang sendiri aja dulu, May. Mas ada janji dengan klien.DEG!Lagi-lagi jantungku mau copot dan berdetak kencang. Tantri pun mengatakan hal yang sama, ingin bertemu dengan kliennya, sekarang Mas Dendi pun mengatakan hal yang sama. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa yang mereka lakukan? Kenapa te

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Sedikit Demi Sedikit Berubah

    Selepas Dina mengantarku sampai rumah, aku seperti orang linglung. Memori ingatanku akan kejadian di restoran tadi seperti televisi yang terus menayangkan telenovela berulang-ulang. Kurebahkan tubuhku di sofa yang lumayan keras tapi tak kurasakan lagi sakit yang mendera. Aku terus menangis dan menangis, apalagi yang bisa kulakukan? Teriak? Yang ada orang-orang akan datang ke rumahku dan menghubungi Dinas Sosial.Tak lama, aku masuk kamar dan membuka almariku. Kulihat baju-bajuku terlipat rapi serta kemeja, blouse, serta beberapa kebaya yang tak pernah kupakai padahal kubeli dengan uangku dan harganya buatku menangis semalam, dan yang paling mengena … kebaya putih pengantinku yang sangat sederhana. Tanganku meraih kebaya brokat putih dengan renda-renda di bagian dada, kutangisi benda yang dulu telah mengantarkanku menjadi istri Mas Dendi. “Kenapa jadi begini? Harusnya aku bahagia karena menikah dengan laki-laki yang setiap malam kusebut dalam doaku bukan? Kenapa jadi seperti ini?” Air

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Curhat

    “Kita sudah sampai Mbak. Mbak … Mbak.”“O-oh, iya … maaf, Mas Yoga.” Aku buru-buru mematikan ponsel dan turun dari mobil. “Wah, panjang banget antriannya, ya,” kataku melihat barisan panjang orang-orang di sebuah tempat makan yang mungkin lebih mirip kaki lima. “Kira-kira kita masih kebagian nggak ya?” tanyaku meragu dengan situasi di depanku saat ini.“Kebagian, kok. Jangan khawatir.” “Eh, kebagian?” aku langsung menoleh ke arah Yoga dengan banyak pertanyaan dalam benakku. Masa sih? Antriannya aja ngalahin bus Transjakarta, batinku.“Yuk, Mbak.” Yoga spontan menarik tanganku masuk dari arah berlawanan. Kami tidak mengantri seperti orang-orang itu. Aku pun diam dan seperti orang bodoh mau saja diajak ke sana-sini.“Mbok Jum, sotone kaleh (Bu Jum, sotonya dua),” ucapnya sambil mengangkat dua jarinya dan tersenyum. Wanita tua yang ada di depanku dengan batik lusuh warna coklat pudar serta jarik (kain) lurik dan celemek yang penuh dengan warna kuning serta bermacam-macam warna yang sang

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Jogja Kota Kenangan

    “Sudah sampai.”Yoga mengantarku hingga ke depan pintu kamar hotel. Aku pun hanya bisa mengangguk menahan malu dan rasa tak enak karena beberapa saat lalu tanganku mengalung di lengan kekarnya tanpa permisi. Tak ada kata yang terucap dari kami. Saat hendak menempelkan kartu hotel, suara berat dan pelan Yoga tiba-tiba membangunkan bulu kudukku.“Aku dulu juga punya pengalaman yang sama seperti Mbak Maya.”“A-apa? Maaf Mas Yoga?” kepalaku pun langsung spontan menoleh ke kiri tepat melihat pria ini dengan tatapan bingung.“Maaf, jadi curcol.” Tawanya sambil garuk-garuk kepala. “Yasudah, kalau begitu saya pamit dulu, Mbak Maya. Selamat malam dan selamat beristirahat.” Tubuh tegap pria itu segera balik kanan mengayun langkah seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam celana bahan hitam polos. Aku melihat punggung lebar dan gagah sepupu Dina sedikit sendu. Aku tak salah dengar! Dia mengatakan sesuatu yang aku yakin berhubungan dengan masa lalunya.***“Ah, lelahnya!” tubuhku langsung kuhemp

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Makin Akrab dengan Abdi Negara

    “Karena pernikahan kita di ujung tanduk.”“Apa maksudmu, May? Kenapa bicara begitu? Kenapa tiba-tiba ….” Mas Dendi terbelalak, begitu pula Yoga. Aku pun tak menyangka bisa bicara seperti ini.“Bukankah semua sudah jelas, Mas? Pernikahan kita sudah hancur!” tegasku namun masih dengan suara datar dan rendah. “Kenapa kamu bisa bilang begitu, May? Tolong jelaskan,” pinta Mas Dendi. Dari raut wajahnya, aku tahu dia sangat terkejut dan shock dengan ucapanku. Aku melirik ke arah Yoga yang sepertinya penasaran dengan rumah tanggaku, tapi tak mungkin juga ‘kan aku cerita, dia orang lain. Masa aib aku ceritakan dengan orang yang baru pertama bertemu.“Itu-”Belum lagi aku selesaikan ucapanku, ponsel milik Mas Dendi berdering nyaring. Dan firasatku mengatakan itu adalah Tantri!“Kenapa nggak diangkat?” tanyaku tersenyum sinis.“Nanti aja, nggak penting!” jawab Mas Dendi. Memang dia tak menjawab telepon yang masuk, tapi Yoga merasa risih dan terganggu dengan deringan berisik ponsel milik suamik

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Di Ujung Tanduk

    Aku dan Yoga berjalan tak tentu arah. Entah ke mana kaki membawa kami, tapi yang kutahu aku harus menjauh dari suamiku dan Tantri. Air mataku sudah hampir terlepas dari kelopak mata, kucoba menahan namun tak bisa. “Kalau Mbak Maya capek, berhenti dulu di sini nggak apa-apa.”Aku terkejut dan menoleh ke samping kiriku. Yoga, lelaki yang baru kukenal hari ini entah mengapa suaranya begitu menenangkan dan membuatku merasa aman. Suara berat ditambah senyum khas mas-mas Jawa menambah nilai plus pada dirinya.“M-maaf.” Kulepas genggaman tanganku yang ternyata masih melekat ke tangan Yoga. Canggung, aku balik badan dan memalingkan wajah karena malu.“Kita duduk dulu, Mbak Maya?” ajak Yoga menunjuk sebuah bangku panjang tepat di depan benteng Vredeburg. Aku membaca tulisan warna hitam timbul itu sambil berkaca-kaca. “Mbak Maya ….”Aku mengangguk. “Maaf atas ketidaknyamanannya, Mas Yoga.” Tundukku tak enak karena orang lain harus tahu masalah rumah tanggaku.“Nggak apa-apa, Mbak. Saya paham k

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Kebetulan atau Doa Istri yang Teraniaya?

    “Tantri! Mas Dendi!” ucapku tak kencang namun tetap saja rasa kejut ku sangat besar.“M-May?” suamiku tampak terkejut melihat keberadaanku. “Maya, kebetulan banget kita ketemu di sini.” Tantri langsung mendekatiku yang awalnya dia sangat dekat dengan suamiku, bahkan seolah tiada berjarak. “Kamu sama siapa ke sini?” tanya Tantri mengalungkan tangannya ke lenganku.“Teman,” kataku tersenyum tipis sambil melepaskan tangannya.Mas Dendi sepertinya kikuk dan salah tingkah melihat sikapku pada Tantri, begitu pula Tantri. Sambil mendekat, Mas Dendi berkata, “Sama siapa ke sini May? Kenapa nggak ngomong sama Mas?” tanya suamiku tapi sekilas melirik Tantri.“Kupikir Mas sudah ganti nomor telepon atau menghapus nomorku,” sindirku menatap mereka berdua.“Kenapa Mas harus begitu? Memangnya ada apa?” Kukepalkan kedua tanganku kencang. Apa-apaan ucapan Mas Dendi? Benarkah ini suamiku?“Permisi, Mas, Tantri. Aku harus pergi.” Tak tahan melihat dua manusia ini, aku memutuskan untuk menghindari mere

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Sepupu Kharismatik

    Akhirnya kami tiba di Gambir dan segera mencetak tiket. Tak lama, pengumuman jika kereta yang akan kami naiki telah tiba. Aku dan Dina segera bergegas, saat sampai di tempat duduk, Dina lagi-lagi menghubungi sepupunya yang berada di Jogja. Entah sudah keberapa kali dia menghubungi sepupunya itu, membuatku semakin penasaran.“Din, sepupumu itu … dia angkatan?” tanyaku coba tak terlalu kepo walau aslinya sangat ingin tahu.“Kenapa? Kepo, ya?” kekeh Dina.“Ish, cuma tanya aja kok. Nggak mau jawab ya udah,” sahutku mencebik.Dina tertawa lebar, “Dia AAU,” singkatnya.“AAU? Apa itu?” “Astaga, Mayaaaaa!! Kamu emang nggak pernah belajar RPUL apa?” Dina tersontak.“Ya belajar, tapi ‘kan aku emang nggak tahu apa artinya,” ujarku membela diri.“Hadeh, yaudah deh. Simpan rasa kepomu, nanti juga tahu sendiri.” Dina tersenyum lebar sembari mencubit gemas pipi kiriku. “Aku jamin saat kau bertemu sepupuku ini matamu akan keluar dan nama Dendi langsung terhapus dari otakmu,” kekehnya.“Benarkah? Apa

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Mimpi Buruk

    “Sekarang gimana, May? Apa yang akan kamu lakukan?” Dina sesekali melihat ke arahku sambil menyetir.“Aku nggak tahu,” tukasku. “Sekarang lagi nggak bisa mikir.”Aku menghabiskan sepanjang malam dengan termenung dan berpikir keras, mencoba mencari benang merah, mengurai, dan menyatukan. Tapi nihil! Kepalaku sangat sakit, kenapa Mas Dendi meninggalkan kontrakan dan tak memberitahuku? Apakah dia marah? Aku tahu saat aku meninggalkan rumah aku telah berdosa besar, tapi itu juga ‘kan salahnya, kenapa tak bicara jujur!“Kamu istirahat, May. Sejak pagi kulihat wajahmu sangat pucat atau mau kubelikan obat di apotek?” kami telah sampai di teras rumah Dina.“Enggak, aku nggak apa-apa Din. Aku istirahat dulu, ya. Makasih untuk hari ini.” Aku pun segera turun dari mobil dan masuk ke rumahnya. Setelah menekan beberapa digit angka sebagai password rumahnya, aku bergegas ke kamar dan membanting tubuhku di atas kasur. “Rasanya sangat nyaman!!” ujarku sambil memandangi langit-langit kamar transparan.

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Semakin Mesra

    Semakin hari berita tentang Tantri bukan menghilang, justru semakin subur bak diberi pupuk premium. Aku dan Dina semakin penasaran dan hubunganku dengan suami semakin jauh. Mungkin Mas Dendi memang ingin kita pisah, namun demikian, dalam hati kecilku masih berharap dia akan menghubungiku dan menjelaskan semuanya padaku.“Gila! Makin lama Tantri makin berani, ya!” salah satu rekan kerjaku berseru saat aku baru saja tiba di kantor.“Kenapa? Kayaknya seru banget?” tanyaku penasaran.“Kamu baca berita nggak Mau soal Tantri? Dia makin parah!” tambahnya lagi.“Parah? Parah gimana?” Aku memang sudah tak terlalu mengikuti berita soal Tantri semenjak kejadian di restoran dan kalaupun ada beritanya, aku langsung skip.“Dia baru dari Maldives sama pacarnya.”“Oh ….”“Kayaknya beneran deh dia akan nikah tahun ini tapi … ah, udahlah! Bukan urusan kita. Ya, nggak?” rekanku mengakhiri percakapan kami dan ia kembali ke meja kerjanya, seolah tak ada apa-apa. Tapi, dari ceritanya aku penasaran dengan k

  • Menikahi Bekas Suami Sahabatku    Aku Harus Kuat

    Aku dan Dina masih menunggu di depan gedung Naga Mas Abadi. Kami sangat tertegun kenapa Tantri berhenti di sini karena setahuku hanya satu orang yang sangat mengenal Tantri dan itu adalah suamiku. Benarkah dia kekasih Tantri? Jika itu benar berarti mereka CLBK lagi? Atau-“May, Tantri keluar!” suara Dina membuyarkan lamunanku. “Tapi kok dia sendiri?” gumam Dina, aku pun melesatkan pandanganku ke arah mobil Tantri dan benar saja, Tantri keluar sendiri. Apa-apaan ini? Ada apa sebenarnya? “Kita ikutin lagi?” tanya Dina melihatku.Aku terdiam dan mulai ragu apakah ini permainan Tantri atau aku hanya terlampau posesif terhadap suamiku?“May, gimana? Ikutin apa nggak?” desak Dina. “Mobil Tantri udah jalan, jadi?” “Ikuti,” sahutku cepat. Entah apa yang akan terjadi aku hanya mengikuti naluri dan hatiku. Baik atau buruk yang akan kulihat nanti, itu urusan belakangan! Yang penting aku sudah mendapatkan bukti!“Gila! Cepet amat sih itu cewek nyupirnya! Curiga aku dia mantan sopir metromini,” k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status