Share

Sebuah Pertanda

Mas Dendi terbelalak mendengar ucapanku. Ia dengan segera turun dari motor dan menarik tanganku.

“Apaan, sih, Mas! Sakit tahu!” keluhku mencoba melepaskan tangannya.

“Bilang sekali lagi!” sentaknya.

“Bilang apa?” tanyaku mengalihkan pandangan.

“Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut kamu, Maya!”

Belum pernah aku mendengar Mas Dendi meninggikan suaranya padaku. Tapi malam ini, lengkingan suaranya benar-benar membuatku terpukul. Kenapa dia bisa bisa bicara seperti itu? Apakah aku salah jika punya pikiran aneh-aneh? Apa aku tak boleh cemburu melihat kedekatan mereka, walau aku tahu dulu mereka adalah suami dan istri, tapi hati ini tetap sakit.

“Aku ingin pulang, aku lelah, Mas.”

Tak ada jawaban dari suamiku. Ia langsung menyalakan kembali motornya dan menggas cukup kencang, meski bukan knalpot brong, tapi suaranya cukup mengganggu.

Semoga aku selamat sampai di rumah. Mas Dendi benar-benar marah tampaknya.

Benar saja, belum juga aku berpegangan pada pinggang suamiku, ia sudah tancap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status