Share

Bab 148 Kata Cinta Sang Pujangga

Aku tidak sama sekali menjawab pertanyaan Mas Raffi. Semakin erat dia memelukku, semakin pecahlah tangisku ini.

Seperti anak kecil, aku menangis tersedu mengeluarkan rasa sesak di dalam dada.

"Sebenarnya aku tahu, kalau kamu itu marah sama aku. Iya, kan?" ujar Mas Raffi.

Tangan yang sedari tadi memeluk, kini beralih mengusap pipi yang basah oleh air mata. Kecupan singkat pun dia berikan di kepala yang masih tertutup hijab.

Aku membisu. Meskipun hati membenarkan pertanyaan Mas Raffi, tapi lidah enggan bergerak mengatakan isi hati.

"Aku juga tahu, kemarin malam kamu menemukan sesuatu yang mencurigakan dari bajuku. Kenapa gak nanya? Aku nunggu kamu nanya, loh."

Suara tangis mulai mereda. Telinga kutajamkan agar mendengar jelas apa yang suamiku ucapakan.

Katanya dia tahu, tapi kenapa tidak menjelaskan? Kenapa harus nunggu ditanya, sih?

"Pikiranmu padaku, terlalu kejauhan, Ra. Jika dalam kepalamu aku ini selingkuh, itu enggak benar. Tidak ada wanita yang mampu menggetarkan hatiku, s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status