Share

Bab 37

Author: Onynaga
last update Last Updated: 2022-05-05 15:58:40
Bab 37

Calon Mertua.

“Apa yang ingin Cian omongin sama aku?” tanya Artha pada Agha.

Mereka kini sedang berada di sebuah kafe yang dekat dengan rumah Artha. Duduk saling berhadapan. Agha hanya ingin berduaan saja dengan Artha menatap wajahnya dengan nyaman tanpa ada orang lain yang memperhatikan.

Agha menatap wajah Artha dengan intens dibawah cahaya lampu yang remang-remang.

“Tidak ada.”

“Eh?”

Artha terkejut mendengar jawaban Agha, ia mendongakkan kepala menatap pria di hadapannya. Bukankah dia mengajak Artha ke sini untuk membicarakan suatu hal. Namun, kenapa saat ini dia berkata tidak ada, seolah ingin mempermainkan.

Tanpa sadar Agha menggaruk kepala yang tak gatal dengan tangan kanannya.

“Apa saat ke bioskop tadi Cian tidak keramas atau kepalamu banyak kutu atau ketombe?” tanya Artha dengan polos, heran melihat Agha yang menggaruk kepala.

Seseorang yang menggaruk kepala biasa lupa keramas, banyak kutu, atau ketombean itu menurut Artha. Dari penampilan yang Artha lihat, ram
Onynaga

Kasih dukungan teman-teman. Sekecil apapun sangat berarti bagi author. ⭐⭐⭐⭐⭐💎

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikah dengan Pariban   Bab 38

    Bab 38 Pembicaraan Bapak dan Anak. Artha membuka pintu rumah dengan perlahan, sebelumnya ia telah berpesan pada Rendra agar tidak mengunci pintu rumah. Kriek. Terdengar suara pintu terbuka, ia masuk dengan mengendap-endap agar suara langkahnya tidak terdengar. Baru saja beberapa langkah ia harus berhenti, suara bariton mengejutkannya. “Darimana saja kamu?!” ucap seseorang itu setengah membentak. Jika tidak memikirkan orang rumah yang sedang tidur mungkin suaranya akan naik 1 oktaf. “Eh,,, Bapak belum tidur?” tanya Artha lirih mirip bisikan. Ia sedang ketakutan tak biasanya bapak meninggikan suara padanya. “Duduk!” titah Pak Torang. Artha menunduk menuruti perintah bapaknya dan duduk sesuai dengan yang diperintahkan padanya. Ia tetap menunduk tak berani menatap wajah sang bapak. “Siapa pria itu?” Artha masih menutup mulut tak berani untuk menyahut dan tetap tepekur menatap lantai. “Siapa pria yang mengantarmu tadi?” tanya Pak Torang sekali lagi. “Te-man, Pak,” jawab Artha t

    Last Updated : 2022-05-06
  • Menikah dengan Pariban   Bab 39

    Bab 39Emosi Makmak.“Apa yang sedang kamu pikirkan, Boru?” tanya Pak Torang ketika melihat putrinya hanya diam dan menatap air mancur yang ada di dalam kolam cukup lama.Mereka masih berada di halaman belakang rumah menikmati senja yang sebentar lagi akan tertutup langit malam.“Tidak ada,” jawab Artha berbohong. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya ia menyampaikan hubungannya dengan Agha. Ia takut bapaknya tidak setuju jika ia menikah dengan Agha.“Ya sudah, jika kau tidak ingin bercerita, mungkin lain kali kau akan menceritakannya. Bapak selalu siap dan selalu ada untuk mendengarkan setiap celotehanmu, seperti saat kau masih kecil yang tak pernah berhenti bertanya,” ucap Pak Torang.Ia mengingat betapa cerewetnya putri kecilnya dimana saat Artha mulai belajar berbicara selalu saja ada pertanyaan yang keluar dari mulut mungilnya. ‘ini apa? Ini namanya apa? Itu warna apa? Kenapa burung bisa terbang?’ dan banyak lagi pertanyaan yang membuat ia kewalahan untuk menjawab.Sementara Raj

    Last Updated : 2022-05-07
  • Menikah dengan Pariban   Bab 40

    Bab 40Larangan.“Kenapa kau gak cerita Tha kalau sudah punya pacar. Marga apa? Orang mana?” cecar Ibu Martha pada putrinya.Inilah mengapa Artha belum berani untuk bercerita pastilah akan ditanya marga apa. Okelah kalau soal marga, Agha ‘kan sudah jadi marga Simbolon. Nah, soal asal dari mana Artha harus berkata apa. Bapak dan mamaknya pasti akan terkejut dan bisa saja mereka langsung menolak padahal mereka baru saja menjalin cinta.Artha masih tetap diam dan enggan untuk bercerita. Belum saatnya ia bercerita tentang kekasihnya. Ia juga belum yakin apakah Agha benar-benar serius dengannya. Reihan yang melihat kakaknya diam tak menjawab pertanyaan dari ibu mereka akhirnya angkat suara.“Orang bule, Mak. Ganteng, tinggi dan besar,” ucapnya dengan polos. “Pria itu udah pernah kesini dan aku melihat mereka sedang ber….”Ucapannya langsung terpotong karena Artha langsung menutup mulut Reihan, ia tak mau bapak dan mamaknya tahu bahwa telah berciuman dengan Agha. Adeknya ini memang tak bis

    Last Updated : 2022-05-08
  • Menikah dengan Pariban   Bab 41

    Bab 41Artha menatap Ucok dan Rendra secara bergantian, ia tak menyangka Ucok memanfaatkannya. Ia pikir taruhan mereka saat main bola basket tempo hari hanya permainan biasa saja tanpa melibatkan Agha didalamnya. Terlebih menyangkut dirinya."Kau kok mau diajak taruhan, Dek?""Aku mana tau, Kak jika yang akan memberikan hadiahnya adalah Bang Agha. Lagian kami biasa main bola basket dan selalu taruhan sama Bang Ucok. Sure, aku gak tahu sama sekali akan hal itu," ucap Rendra membela diri sembari membuat tanda huruf 'V' dengan kedua jari telunjuk dan tengah."Besok kau kembalikan itu laptop!" titah Artha pada adiknya."Enak aja. Aku kan menang, terlepas siapa yang membelikan hadiah, itu urusan Bang Ucok gak ada urusannya samaku. Kalau mau marah sama Bang Ucok jangan samaku, Kak," ucap Rendra. Ia pun berlalu meninggalkan Artha dan Ucok dan gak mau terlibat lagi.Artha melihat Ucok dengan tatapan tajam, seolah akan menerkam dan mengoyak-ngoyak tubuhnya. Ucok diam saja menunggu emosi Artha

    Last Updated : 2022-05-09
  • Menikah dengan Pariban   Bab 42

    Bab 42Terima kasih sudah mau membaca sampai di sini. Happy reading ⭐⭐⭐⭐⭐Siang ini, Artha berada di sebuah mall bukan untuk berbelanja melainkan hanya untuk menghilangkan penat. Tadinya ia berencana ingin mengajak sang kekasih untuk menemani. Mengingat ini masih siang dan masih jam kantor akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendiri. Ia tidak ingin menganggu kekasihnya hanya karena ingin ditemani jalan-jalan di mall.Sedangkan teman kuliah sudah pada nikah, pastinya mereka sudah memiliki kesibukan tersendiri. Mengurus suami, anak, dan rumah. Mana mungkin ada waktu untuk bersantai walau hanya sekedar jalan ke mall terdekat. Kalaupun mereka ada waktu mereka akan quality time bersama keluarga. Daripada mendapat penolakan Artha akhirnya memutuskan untuk tidak menghubung

    Last Updated : 2022-05-10
  • Menikah dengan Pariban   Bab 43

    Bab 43"Eh? Bukan begitu maksud aku," jawab Artha dengan cepat. Ia tak mau ada lagi sakit hati diantara mereka. Ia sudah memaafkan semuanya dan benar- banar ikhlas. Kalau ia tak berjodoh dengan Dean, itu sudah menjadi jalan Tuhan yang dituliskan untuknya. Ia tak ingin ada lagi salah paham, untuk itu ia dengan cepat meralat ucapannya."Maksud aku, karena aku lagi di luar. Kalaupun aku tidak ada di sekitaran sini, mungkin aku juga akan usahakan jenguk kamu. Mungkin bukan hari ini, esok atau lusa. Jikapun kamu tak lagi di rumah sakit aku pasti datang kok ke rumahmu," ucapnya memberi jawaban yang lebih pas."Sekali lagi terima kasih. Aku tadi hanya bercanda kok. Gak usah dibawa ke hati," ucap Mitha dengan tulus.Mereka sekali lagi berpelukan. Ada banyak hal yang ingin Mitha ceritakan pada Artha. Mungkin bukan saat ini, ia akan meminta waktu Artha jika ia benar-benar sembuh. Hamil muda memang membuatnya harus selalu masuk ke ruang bercat putih ini dan jarum infus akan tertancap di tanganny

    Last Updated : 2022-05-11
  • Menikah dengan Pariban   Bab 44

    Bab 44Artha menduga Bang Gomgom hanya mengantarkan ke loby rumah sakit. Ternyata ia salah, Bang Gomgom mengantarnya sampai ke restoran tempat dimana Agha sedang menunggu. Agha mengajaknya makan malam. Saat Agha menawarkan diri untuk menjemput, Artha menolak dan akan langsung menuju ke lokasi karena sedang berada di luar.Artha sudah menolak karena tak ingin membuat sang kekasih curiga. Namun, Bang Gomgom tetap ingin mengantar Artha."Abang gak usah repot-repot buat antarin aku. Ada banyak taksi online yang bisa antarin aku, Bang," ucap Artha berusaha membujuk Bang Gomgom.Namun, Bang Gomgom tak mengindahkan ucapan Artha dan malah membukakan pintu mobilnya. Dengan berat hati, akhirnya Artha melangkah masuk dan duduk di kursi samp

    Last Updated : 2022-05-12
  • Menikah dengan Pariban   Bab 45

    Bab 45Happy Reading Dear⭐⭐⭐⭐⭐"Kamu tadi dari mana? Tumben kamu keluar?" tanya Agha pada Artha.Mereka saat ini sedang berada di mobil menuju rumah Artha. Agha mengendarai mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang mulai sepi pengendara."Kamu kok diam? Apa gak dengar aku lagi ngomong?" tanya Agha lagi.Ia sekilas melirik Artha yang duduk disampingnya kemudian fokus mengemudi. Jalanan memang tidak terlalu ramai, tapi ia harus tetap fokus, agar bisa memperhatikan samping kiri maupun kanan. Mana tau ada yang tiba-tiba menyalip mobil dari samping ia langsung bisa mengelak jadi kecelakaan bisa terhindar.Sepertinya Artha tidak mendengar dengan jelas pertanyaan Agha."Kamu ngomong apa barusan?" tanya balik Artha sembari mengerjapkan mata."Kamu lagi mikirin apa sih? Sudah dua kali aku tanya, tapi kamu gak dengar? Lagi ada masalah, cerita dong sama aku," jawab Agha."Gak lagi mikirin apa-apa," ucap Artha dengan nada lirih, tapi masih bisa di dengar Agha."Ya udah kalau kamu

    Last Updated : 2022-05-13

Latest chapter

  • Menikah dengan Pariban   Bab 90

    "Capek, Bang?" Rajata menyandarkan punggungnya pada kursi sofa, "iya," jawab Rajata dengan mata terpejam. "Sebentar, biar aku ambilkan minum." Artha bangkit, tapi dengan cepat Rajata mencegahnya, "tidak usah, Dek. Nanti, abang saja yang ambil." "Akhirnya kasusnya selesai. Setelah memakan waktu hampir 2 bulan. Tika dipenjara selama 3 tahun," guman Rajata masih dengan mata terpejam. Akibat kasus penculikan yang dilakukan Tika, gadis berambut gelombang itu mendekam di penjara. Karena setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Menurut Rajata itu terlalu ringan, seharusnya Tika mendekam selamanya di penjara. Mengingat bagaimana ia merencanakan penculikan pada Artha, sedangkan untuk Tina, kembaran Tika memilih kabur begitu tau Ti

  • Menikah dengan Pariban   Bab 89

    "Menikahlah denganku!"Suara bariton mengejutkan Aisyah. Semua kunci yang dipegang olehnya terjatuh. Saat ini ia sedang ingin menutup pintu ruko tempat butiknya berada. Namun, karena suara bariton mengagetkannya, pintu tak bisa ia tutup.Aisyah semakin terlonjak kaget ketika membalikkan badan. Di hadapannya berdiri seorang pria yang masih lengkap mengenakan seragam berwarna coklat.Pria itu melangkah mendekat untuk membantu menutup pintu butik milik Aisyah."Mau apa kamu?" tanya Aisyah dengan gugup."Aku hanya ingin membantu menutup butikmu."Pria itu memunguti kunci yang berserakan di lantai. "Yan

  • Menikah dengan Pariban   Bab 88

    "Kamu yakin akan melanjutkan pernikahan ini?"Saat ini Agha sedang berada dalam sebuah kamar hotel bersama Artha. Beberapa jam lagi adalah pemberkatan pernikahan mereka. Masih ada waktu untuk menunda pernikahan sebelum pemberkatan dimulai.Para MUA pilihan mamak sudah selesai merias dan membantu Artha memakai gaun. Agha meminta mereka semua meninggalkan dirinya dan Artha. Kini, tinggal ia dan Artha yang tinggal di kamar hotel itu. Agha ingin membujuk Artha sekali lagi untuk menunda pernikahan mereka. Namun, Artha tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan pernikahan.Kondisi Artha belum sepenuhnya pulih. Fisik Artha masih lemah dan ia sedikit mengalami trauma akibat penculikan yang dialaminya. Luka dibagian kaki akibat ikatan yang terlalu kuat belum sepenuhnya p

  • Menikah dengan Pariban   Bab 87

    Bab 87"Mamak di rumah aja, gak usah ikut!" Rendra melarang mamak untuk ikut pergi bersama mereka ketika mengekori langkahnya."Kenapa?" Mamak ingin ikut, ia yakin Artha berada di rumah kosong itu."Aku sama Bang Agha saja yang ke rumah itu. Bapak juga gak usah ikut, siapa tahu ada kabar terbaru dari bang Rajata tentang kak Artha," ucap Rendra dengan lembut."Tulang dan Nantulang sebaiknya istirahat saja di rumah. Kalau ada kabar terbaru kabari kami secepatnya. Setelah menemukan jam itu, kami akan pulang."Agha ikut membujuk kedua orang tua Artha agar tak ikut bersama mereka.Akhirnya kedua orang t

  • Menikah dengan Pariban   Bab 86

    Bab 86."Siapa kira-kira?" tatapan mata bapak sangat tajam seolah ingin menghunus jantung Agha."Mak!"Seruan Rendra membuat Agha urung menjawab pertanyaan bapak."Ada apa?" tanya bapak dengan heran pada Rendra.Rendra mengabaikan bapak dan menghampiri mamak yang baru saja meletakkan minuman, "Mamak ada lihat jam aku?""Jam yang mana?""Jam yang seperti itu."Saat menunjuk, mata Rendra tertuju pada pergelangan tangan Agha yang kebetulan sedang memakai jam tangan yang s

  • Menikah dengan Pariban   Bab 85

    Terdengar bunyi dering ponsel yang begitu nyaring, tanpa melihat siapa yang memanggil, Tika langsung menempelkan ponsel ke telinga begitu ia menggeser ikon telepon berwarna hijau. "Gue masih di rumah kosong ini. Kenapa suara lo kedengaran khawatir gitu?" Kemudian Tika melihat ponselnya dan menekan ikon loudspeaker. "Gimana gue gak khawatir, hampir aja gue ketahuan." Suara lawan bicaranya terdengar menghela nafas. "Ketahuan bagaimana? Bukannya semua udah gue kasih tau dan lo udah paham?" "Satu hal yang lo lupa, lo gak kasih tahu parfum yang lo pakai!" Suara diseberang terdengar sangat kesal, "sorry, gue gak berpikir sampai kesitu. Apa itu jadi masalah? Gue yakin lo bisa mengatas

  • Menikah dengan Pariban   Bab 84

    Bab 84"Ternyata lo masih ingat wangi parfum Tika," ejek Riko. "Padahal sudah hampir enam bulan kita semua tidak pernah ketemu sama lo," imbuhnya lagi menatap tak percaya pada pria pirang itu."Lo salah, gue dan Tika dua bulan lalu baru bertemu. Kalo gak percaya tanya aja langsung pada orangnya."Agha melirik tajam pada Tika yang duduk dengan meremas kedua tangannya. Sontak semua mata tertuju pada Tika, dengan cepat Tika mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Agha yang semakin curiga melihatnya."Kalian tahu sendiri 'kan. Parfum yang digunakan Tika sangat menyengat dan bahkan bukan hanya gue yang menyadari jika Tika tidak pernah berganti parfum."Pandangan Agha masih tetap pada Tika yang duduk gelisah dengan kedua tangan masih saling meremas"Gu-e, hanya mencoba parfum Rani. I-ya 'kan Ran?" Tika menjawab dengan gugup sembari menyikut pergelangan tangan Rani meminta pembelaan pada gadis berambut sebahu itu."Santai aja kali Gha. Gue baru beli parfum baru dan meminta Tika untuk m

  • Menikah dengan Pariban   Bab 83

    Bab 83Mentari merangkak menuju barat, tanda sore semakin merayap. Senja menyapa dengan lambaian warna jingganya. Keluarga Artha terlihat panik karena tidak menemukan Artha di kamar ataupun di halaman belakang. "Lapor polisi, Pah!" seru mamak wajahnya terlihat panik dan kelihatan sedikit pucat. Meskipun melapor kepada pihak yang berwajib belum bisa dilakukan, dengan spontan mamak tetap mengatakannya. Karena wanita paruh baya itu begitu panik dan cemas akan anak gadisnya yang tiba-tiba saja tidak berada di rumah. Artha memang selalu keluar, tapi ia selalu pamit sebelum hendak pergi kemanapun.Jika esok ia akan keluar, maka malam sebelum kedua orangtuanya tidur ia akan pamit dan mengatakan kemana tujuannya atau paling tidak ia akan menelepon atau mengirim pesan. Kali ini, Artha tidak pamit meski baru beberapa jam Artha tidak berada di rumah, tapi naluri keibuannya berkata Artha sedang tidak baik-baik saja. "Belum 1x24 jam Artha menghilang," jawab bapak dengan datar, terlihat santai.

  • Menikah dengan Pariban   Bab 82

    Bab 82Entah kenapa selepas makan siang Agha tampak gusar. Sebentar duduk sebentar lagi berdiri. Begitu terus sampai berulang-ulang. Apa mungkin karena akan menghadapi hari pernikahan, tapi itu akan berlangsung 2 minggu lagi. Ia menyambar kunci mobil dan dompet yang berada di atas meja dengan cepat. Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah Artha. Keluarga melarang mereka untuk bertemu sementara sampai pada hari H. Namun, saat ini pikirannya tertuju pada Artha, ada rasa yang tak biasa yang mengganjal. Ia pun sulit mengartikannya, padalah saat istirahat sembari makan siang ia sempatkan untuk video call dengan Artha. Ia pun melajukan mobilnya ke kediaman Artha dengan kecepatan rata-rata, beruntung jalanan tidak begitu macet. Mungkin belum jam kantor pulang. Setelah memarkirkan mobil tepat di depan rumah Artha, ia pun turun dan kedua orangtua Artha juga baru turun dari becak. Mereka berpapasan di depan rumah. "Bere, sudah kami bilang jangan d

DMCA.com Protection Status