Beri dukungan untuk author ya pembaca yang baik hati dan tidak sombong.
Bab 39Emosi Makmak.“Apa yang sedang kamu pikirkan, Boru?” tanya Pak Torang ketika melihat putrinya hanya diam dan menatap air mancur yang ada di dalam kolam cukup lama.Mereka masih berada di halaman belakang rumah menikmati senja yang sebentar lagi akan tertutup langit malam.“Tidak ada,” jawab Artha berbohong. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya ia menyampaikan hubungannya dengan Agha. Ia takut bapaknya tidak setuju jika ia menikah dengan Agha.“Ya sudah, jika kau tidak ingin bercerita, mungkin lain kali kau akan menceritakannya. Bapak selalu siap dan selalu ada untuk mendengarkan setiap celotehanmu, seperti saat kau masih kecil yang tak pernah berhenti bertanya,” ucap Pak Torang.Ia mengingat betapa cerewetnya putri kecilnya dimana saat Artha mulai belajar berbicara selalu saja ada pertanyaan yang keluar dari mulut mungilnya. ‘ini apa? Ini namanya apa? Itu warna apa? Kenapa burung bisa terbang?’ dan banyak lagi pertanyaan yang membuat ia kewalahan untuk menjawab.Sementara Raj
Bab 40Larangan.“Kenapa kau gak cerita Tha kalau sudah punya pacar. Marga apa? Orang mana?” cecar Ibu Martha pada putrinya.Inilah mengapa Artha belum berani untuk bercerita pastilah akan ditanya marga apa. Okelah kalau soal marga, Agha ‘kan sudah jadi marga Simbolon. Nah, soal asal dari mana Artha harus berkata apa. Bapak dan mamaknya pasti akan terkejut dan bisa saja mereka langsung menolak padahal mereka baru saja menjalin cinta.Artha masih tetap diam dan enggan untuk bercerita. Belum saatnya ia bercerita tentang kekasihnya. Ia juga belum yakin apakah Agha benar-benar serius dengannya. Reihan yang melihat kakaknya diam tak menjawab pertanyaan dari ibu mereka akhirnya angkat suara.“Orang bule, Mak. Ganteng, tinggi dan besar,” ucapnya dengan polos. “Pria itu udah pernah kesini dan aku melihat mereka sedang ber….”Ucapannya langsung terpotong karena Artha langsung menutup mulut Reihan, ia tak mau bapak dan mamaknya tahu bahwa telah berciuman dengan Agha. Adeknya ini memang tak bis
Bab 41Artha menatap Ucok dan Rendra secara bergantian, ia tak menyangka Ucok memanfaatkannya. Ia pikir taruhan mereka saat main bola basket tempo hari hanya permainan biasa saja tanpa melibatkan Agha didalamnya. Terlebih menyangkut dirinya."Kau kok mau diajak taruhan, Dek?""Aku mana tau, Kak jika yang akan memberikan hadiahnya adalah Bang Agha. Lagian kami biasa main bola basket dan selalu taruhan sama Bang Ucok. Sure, aku gak tahu sama sekali akan hal itu," ucap Rendra membela diri sembari membuat tanda huruf 'V' dengan kedua jari telunjuk dan tengah."Besok kau kembalikan itu laptop!" titah Artha pada adiknya."Enak aja. Aku kan menang, terlepas siapa yang membelikan hadiah, itu urusan Bang Ucok gak ada urusannya samaku. Kalau mau marah sama Bang Ucok jangan samaku, Kak," ucap Rendra. Ia pun berlalu meninggalkan Artha dan Ucok dan gak mau terlibat lagi.Artha melihat Ucok dengan tatapan tajam, seolah akan menerkam dan mengoyak-ngoyak tubuhnya. Ucok diam saja menunggu emosi Artha
Bab 42Terima kasih sudah mau membaca sampai di sini. Happy reading ⭐⭐⭐⭐⭐Siang ini, Artha berada di sebuah mall bukan untuk berbelanja melainkan hanya untuk menghilangkan penat. Tadinya ia berencana ingin mengajak sang kekasih untuk menemani. Mengingat ini masih siang dan masih jam kantor akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendiri. Ia tidak ingin menganggu kekasihnya hanya karena ingin ditemani jalan-jalan di mall.Sedangkan teman kuliah sudah pada nikah, pastinya mereka sudah memiliki kesibukan tersendiri. Mengurus suami, anak, dan rumah. Mana mungkin ada waktu untuk bersantai walau hanya sekedar jalan ke mall terdekat. Kalaupun mereka ada waktu mereka akan quality time bersama keluarga. Daripada mendapat penolakan Artha akhirnya memutuskan untuk tidak menghubung
Bab 43"Eh? Bukan begitu maksud aku," jawab Artha dengan cepat. Ia tak mau ada lagi sakit hati diantara mereka. Ia sudah memaafkan semuanya dan benar- banar ikhlas. Kalau ia tak berjodoh dengan Dean, itu sudah menjadi jalan Tuhan yang dituliskan untuknya. Ia tak ingin ada lagi salah paham, untuk itu ia dengan cepat meralat ucapannya."Maksud aku, karena aku lagi di luar. Kalaupun aku tidak ada di sekitaran sini, mungkin aku juga akan usahakan jenguk kamu. Mungkin bukan hari ini, esok atau lusa. Jikapun kamu tak lagi di rumah sakit aku pasti datang kok ke rumahmu," ucapnya memberi jawaban yang lebih pas."Sekali lagi terima kasih. Aku tadi hanya bercanda kok. Gak usah dibawa ke hati," ucap Mitha dengan tulus.Mereka sekali lagi berpelukan. Ada banyak hal yang ingin Mitha ceritakan pada Artha. Mungkin bukan saat ini, ia akan meminta waktu Artha jika ia benar-benar sembuh. Hamil muda memang membuatnya harus selalu masuk ke ruang bercat putih ini dan jarum infus akan tertancap di tanganny
Bab 44Artha menduga Bang Gomgom hanya mengantarkan ke loby rumah sakit. Ternyata ia salah, Bang Gomgom mengantarnya sampai ke restoran tempat dimana Agha sedang menunggu. Agha mengajaknya makan malam. Saat Agha menawarkan diri untuk menjemput, Artha menolak dan akan langsung menuju ke lokasi karena sedang berada di luar.Artha sudah menolak karena tak ingin membuat sang kekasih curiga. Namun, Bang Gomgom tetap ingin mengantar Artha."Abang gak usah repot-repot buat antarin aku. Ada banyak taksi online yang bisa antarin aku, Bang," ucap Artha berusaha membujuk Bang Gomgom.Namun, Bang Gomgom tak mengindahkan ucapan Artha dan malah membukakan pintu mobilnya. Dengan berat hati, akhirnya Artha melangkah masuk dan duduk di kursi samp
Bab 45Happy Reading Dear⭐⭐⭐⭐⭐"Kamu tadi dari mana? Tumben kamu keluar?" tanya Agha pada Artha.Mereka saat ini sedang berada di mobil menuju rumah Artha. Agha mengendarai mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang mulai sepi pengendara."Kamu kok diam? Apa gak dengar aku lagi ngomong?" tanya Agha lagi.Ia sekilas melirik Artha yang duduk disampingnya kemudian fokus mengemudi. Jalanan memang tidak terlalu ramai, tapi ia harus tetap fokus, agar bisa memperhatikan samping kiri maupun kanan. Mana tau ada yang tiba-tiba menyalip mobil dari samping ia langsung bisa mengelak jadi kecelakaan bisa terhindar.Sepertinya Artha tidak mendengar dengan jelas pertanyaan Agha."Kamu ngomong apa barusan?" tanya balik Artha sembari mengerjapkan mata."Kamu lagi mikirin apa sih? Sudah dua kali aku tanya, tapi kamu gak dengar? Lagi ada masalah, cerita dong sama aku," jawab Agha."Gak lagi mikirin apa-apa," ucap Artha dengan nada lirih, tapi masih bisa di dengar Agha."Ya udah kalau kamu
Bab 46Pagi ini tidak banyak kegiatan yang dilakukan Artha, setelah sarapan ia merebahkan diri di kasur empuknya. Ia masih memakai piyama tidurnya rambut diikat ekor kuda. Sejak berada di kediaman bapaknya ia memang jarang mandi pagi hanya mencuci muka dan gosok gigi saja setelah ia bangun pagi dan langsung sarapan. Makan pagi mereka yang memasak adalah Ibu Martha, mamaknya tidak pernah memaksa untuk ikut membantu di dapur.Di kediaman bapaknya memang ada seorang pekerja untuk membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian. Namun, pekerja itu tidak tinggal di rumah setelah pekerjaan selesai barulah pekerja itu pulang. Karena Artha berada di rumah jadi rumah tak perlu dikunci, tapi jika semua orang sedang di luar pekerja itu akan meletakkan kunci di bawah pot dekat pintu rumah. Pagar rumah akan digembok tapi gembok tidak dikunci.