Share

Bab 46

Author: Onynaga
last update Last Updated: 2022-05-14 18:00:00

Bab 46

Pagi ini tidak banyak kegiatan yang dilakukan Artha, setelah sarapan ia merebahkan diri di kasur empuknya. Ia masih memakai piyama tidurnya rambut diikat ekor kuda. Sejak berada di kediaman bapaknya ia memang jarang mandi pagi hanya mencuci muka dan gosok gigi saja setelah ia bangun pagi dan langsung sarapan. Makan pagi mereka yang memasak adalah Ibu Martha, mamaknya tidak pernah memaksa untuk ikut membantu di dapur.

Di kediaman bapaknya memang ada seorang pekerja untuk membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian. Namun, pekerja itu tidak tinggal di rumah setelah pekerjaan selesai barulah pekerja itu pulang. Karena Artha berada di rumah jadi rumah tak perlu dikunci, tapi jika semua orang sedang di luar pekerja itu akan meletakkan kunci di bawah pot dekat pintu rumah. Pagar rumah akan digembok tapi gembok tidak dikunci.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikah dengan Pariban   Bab 47

    Bab 47Mitha akhirnya pulang dengan naik mobil Agha. Pria yang masuk ke ruang rawat Mitha adalah Agha dan Dean suami Mitha. Ntah bagaimana ceritanya mereka bisa berbarengan masuk ke kamar rawat Mitha.Ada untungnya juga Agha datang jadi mereka tidak perlu memesan taksi online karena Agha memang membawa mobil. Tumben pria itu akhir-akhir ini sering bawa mobil, biasanya ia akan naik becak jika akan pergi kemana pun.Artha memang mengirim pesan bahwa ia akan ke rumah sakit tempat Mitha di rawat. Namun, ia tidak memberi tahu di rumah sakit mana dan tiba-tiba saja pria bule itu bisa nongol. Artha tidak tahu bagaimana caranya, apakah Agha memasang chip di tubuh Artha atau membuat GPS di ponsel Artha. Nanti saja ditanyakan setelah mereka berdua.Mobil dikemudikan Agha dengan kecepatan sedang dan disampingnya duduk Dean sebagai pemandu menuju kediaman Dean dan Mitha. Meskipun ada google maps terkadang informasi yang diberikan melenceng dari alamat yang kita ketikkan. Bisa lewat atau bisa juga

    Last Updated : 2022-05-15
  • Menikah dengan Pariban   Bab 48

    Bab 48“Holong, cok kau bangunkan kakak kau itu. Udah siang bilang,” ucap Lisa pada anak sulungnya.“Tadi udah aku bangunin, Ma. Kakak tetap gak mau bangun malah makin narik selimut dan meringkuk tidurnya. Coba Mama yang bangunin,” jawab Holong.“Kau sarapan saja dulu dan ajak adik-adik kau buat sarapan. Ini kopi Bapak udah Mama buat, jangan lupa kasih sama Bapak,” titah Lisa pada Holong. Ia bergegas menuju kamar yang menjadi tempat tidur seorang gadis.Saat tiba di kamar Lisa ingin berteriak untuk membangunkan gadis itu. Namun, niatnya terhenti kala melihat gadis itu tidur meringkuk seperti janin dalam kandungan dengan badan bergetar. Ia mendekat ke kasur dan setengah membungkuk untuk meraba dahi

    Last Updated : 2022-05-16
  • Menikah dengan Pariban   Bab 49

    Bab 49Akhirnya pria paruh baya itu mempersilahkan Agha masuk ke rumah. Ia ingat seminggu lalu pemuda itu pernah singgah dan mengobrol dengannya walau hanya sebentar.“Sejak kapan kamu mengenal putri saya? Kenapa kamu mencari putri saya?” tanya Pak Torang ̶ bapak Artha.Sebelum Pak Torang mempersilahkan Agha masuk, ia telah memperkenalkan dirinya dan memberi tahu tujuannya datang ke rumah ini. Padahal seminggu lalu ia sudah memperkenalkan diri, tapi faktor U mempengaruhi ingatan Pak Torang.“Sudah hampir dua bulan kami saling mengenal, Tulang. Saya sudah mencoba menghubungi Artha dan bahkan mengirim banyak pesan. Namun, tak satu pun pesan saya mendapat balasan. Saya takut terjadi sesuatu pada Artha sehingga saya datang ke sini, Tulang,” jawab Agha dengan penjelasan sedetail mungkin.“Kamu bilang dekat sama Artha bukan?” Agha mengangguk. “Lantas kenapa kamu tak tahu Artha di mana saat ini? Sebagai teman apa kalian tidak saling memberi kabar?”Pertanyaan menohok membuat Agha tertegun

    Last Updated : 2022-05-17
  • Menikah dengan Pariban   Bab 50

    Bab 50Artha menatap banyangan dirinya di dalam air. Ia duduk disebuah batu besar yang dekat dengan air danau sesekali ia mengoyangkan kaki yang menjuntai. Menikmati hembusan angin sepoi yang juga menerbangkan rambut yang sengaja ia gerai. Dari kejauhan ia bisa melihat ombat kecil yang bergelung yang akan menyentuh kakinya. Tidak jauh dari tempat ia duduk ada sekelompok pemancing yang baru saja tiba. Mereka sedang bersiap untuk melemparkan kail ke dalam danau. Di kejauhan ia juga melihat sampan di mana seorang nelayan yang sedang menarik jaring ikan, tidak banyak ia dapat. Mungkin hanya sekedar untuk lauk makan keluarga tidak untuk dijual. Ia melihat anak-anak yang sedang berenang masih menggunakan seragam sekolah. Anak kelas 1 SD di desa ini pulang lebih awal karena belum banyak pelajaran yang akan mereka pelajari. Hanya belajar menulis, membaca dan berhitung. Mungkin mereka kepanasan atau hanya ingin bermain dalam air. Mereka terlihat tertawa bahagia seperti mendapat mainan baru u

    Last Updated : 2022-05-18
  • Menikah dengan Pariban   Bab 51

    Bab 51 “Nanguda ada lihat ponselku?” tanya Artha begitu ia sampai di rumah. Lisa mengedarkan pandangan sembari mengingat di mana ia letak ponsel Artha. Kemarin siang ia membongkar isi tas ransel Artha dan menemukan ponselnya diantara susunan pakaian. Mungkin Artha sengaja meletakkan di tengah agar tak kena air mengingat mereka saat perjalanan ke desa diterpa hujan. “Nanguda lihat tidak?” tanyanya lagi karena tak mendapat jawaban dari Lisa. “Coba kamu lihat di meja dekat TV, sepertinya aku letakkan di sana saat selesai membongkar isi tasmu.” Artha melangkah menuju meja yang Lisa sebutkan dan benar ponselnya ada di sana, tapi dalam keadaan mati. Ia menekan tombol power yang ada di sisi kanan ponsel menunggu beberapa detik agar ponsel itu menyala. “Sebaiknya kau bersihkan badanmu dulu, nanti kau masuk angin. Kamu baru sembuh.” Saran Lisa pada Artha yang melihat pakaian Artha sudah hampir mengering. “Bagaimana kalau kamu sakit lagi?” tanyanya. “Sebentar Nanguda, Agha masih mandi,”

    Last Updated : 2022-05-19
  • Menikah dengan Pariban   Bab 52

    Bab 52 “Kenapa kamu tidak bisa berenang?” tanya Agha. Artha tidak langsung menjawab pertanyaan Agha, ia malah asyik minum air kelapa yang tinggal seperempat di gelas bertangkai. Pandangannya tertuju pada para pembajak sawah dan burung jalak yang bertengger di punggung kerbau yang sedang merumput di pematang sawah. “Kok malah diam? Kamu gak dengar pertanyaan aku, hmmm.” Agha menjawil pipi Artha. Setahu Agha anak-anak di desa ini rata-rata pandai berenang atau mereka tidak takut berenang meski di tepi danau yang airnya sebatas lutut orang dewasa. Artha sendiri sudah sejak umur 5 tahun tinggal di sini dan kesehariannya selalu bermain di danau. Namun, kenapa ia malah takut saat Agha membawanya ke dalam danau? Ia penasaran dan sangat ingin tahu apa penyebabnya. Artha menarik napas dan membuangnya secara perlahan kemudian ia menghabiskan air kelapa muda dalam gelas. Barulah ia memulai cerita kenapa ia tak bisa berenang lebih tepatnya tak mau berenang. “Aku pernah hampir tenggelam kare

    Last Updated : 2022-05-20
  • Menikah dengan Pariban   Bab 53

    Bab 53Malam hari setelah mereka selesai makan malam, pak Martinus meminta Artha untuk membuat kopi. Di rumah itu sedang duduk Rajata, Agha, pak Martinus, suami Lisa, sedangkan anak-anak Lisa sudah tidur. Sementara Lisa sedang menyusui anak bungsunya. “Abang kok tiba-tiba bisa ada di sini?” tanya Artha setelah meletakkan cangkir kopi di depan masing-masing orang. Pertanyaan itu ia tujukan pada Raja. “Abang kangen sama kau,” ucapnya dengan nada mengejek. “Ck! Alasan, bilang aja mau ketemu sama guru itu kan? Mumpung ini lagi weekend jadi bisa dipuasin buat ketemu apalagi besok pembukaan resort jadi makin panjanglah urusan percintaan itu,” ucap Artha dengan terkekeh. Besok adalah peresmian pembukaan resort, setelah pengerjaan selama kurang dari setahun akhirnya resort itu resmi dibuka. Rombongan dari Medan adalah karyawan Agha dan para petinggi perusahaan. Mereka saat ini sedang menginap di rumah kepala Desa. “Abang tidak bisa seperti kamu, Dek. Yang tiap hari bisa ketemu, saat 2 h

    Last Updated : 2022-05-21
  • Menikah dengan Pariban   Bab 54

    Bab 54Acara peresmian pembukaan resort Pariban dihadiri oleh Bupati, Camat, dan Kepala Desa. Seluruh Karyawan Cabang Artha Company juga turut hadir. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh artis-artis batak dan artis ibukota yaitu Judika. Resort itu Agha beri dengan nama Pariban. Ide itu tercetus begitu saja saat Kakeknya menanyakan perihal nama untuk resort yang dibangun di kampung halaman sang bunda. Sebagai acara pembuka yang pertama adalah tarian tortor yang dibawakan oleh anak SMP di desa itu, selanjutnya kata sambutan dari pemimpin perusahaan Artha Company yang diwakili oleh Agha. Setelah Bupati memberikan kata sambutan barulah pemotongan pita dilakukan yang menandakan bahwa resort Pariban telah resmi dibuka. Tamu-tamu kini sedang menikmati hidangan yang ada di meja panjang. Mereka secara bergantian mengambil makanan dan kembali duduk ke kursi yang telah dilapisi kain satin berwarna putih. Sambil makan para tamu dihibur oleh artis-artis batak. Tampak di panggung yang tingginy

    Last Updated : 2022-05-22

Latest chapter

  • Menikah dengan Pariban   Bab 90

    "Capek, Bang?" Rajata menyandarkan punggungnya pada kursi sofa, "iya," jawab Rajata dengan mata terpejam. "Sebentar, biar aku ambilkan minum." Artha bangkit, tapi dengan cepat Rajata mencegahnya, "tidak usah, Dek. Nanti, abang saja yang ambil." "Akhirnya kasusnya selesai. Setelah memakan waktu hampir 2 bulan. Tika dipenjara selama 3 tahun," guman Rajata masih dengan mata terpejam. Akibat kasus penculikan yang dilakukan Tika, gadis berambut gelombang itu mendekam di penjara. Karena setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Menurut Rajata itu terlalu ringan, seharusnya Tika mendekam selamanya di penjara. Mengingat bagaimana ia merencanakan penculikan pada Artha, sedangkan untuk Tina, kembaran Tika memilih kabur begitu tau Ti

  • Menikah dengan Pariban   Bab 89

    "Menikahlah denganku!"Suara bariton mengejutkan Aisyah. Semua kunci yang dipegang olehnya terjatuh. Saat ini ia sedang ingin menutup pintu ruko tempat butiknya berada. Namun, karena suara bariton mengagetkannya, pintu tak bisa ia tutup.Aisyah semakin terlonjak kaget ketika membalikkan badan. Di hadapannya berdiri seorang pria yang masih lengkap mengenakan seragam berwarna coklat.Pria itu melangkah mendekat untuk membantu menutup pintu butik milik Aisyah."Mau apa kamu?" tanya Aisyah dengan gugup."Aku hanya ingin membantu menutup butikmu."Pria itu memunguti kunci yang berserakan di lantai. "Yan

  • Menikah dengan Pariban   Bab 88

    "Kamu yakin akan melanjutkan pernikahan ini?"Saat ini Agha sedang berada dalam sebuah kamar hotel bersama Artha. Beberapa jam lagi adalah pemberkatan pernikahan mereka. Masih ada waktu untuk menunda pernikahan sebelum pemberkatan dimulai.Para MUA pilihan mamak sudah selesai merias dan membantu Artha memakai gaun. Agha meminta mereka semua meninggalkan dirinya dan Artha. Kini, tinggal ia dan Artha yang tinggal di kamar hotel itu. Agha ingin membujuk Artha sekali lagi untuk menunda pernikahan mereka. Namun, Artha tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan pernikahan.Kondisi Artha belum sepenuhnya pulih. Fisik Artha masih lemah dan ia sedikit mengalami trauma akibat penculikan yang dialaminya. Luka dibagian kaki akibat ikatan yang terlalu kuat belum sepenuhnya p

  • Menikah dengan Pariban   Bab 87

    Bab 87"Mamak di rumah aja, gak usah ikut!" Rendra melarang mamak untuk ikut pergi bersama mereka ketika mengekori langkahnya."Kenapa?" Mamak ingin ikut, ia yakin Artha berada di rumah kosong itu."Aku sama Bang Agha saja yang ke rumah itu. Bapak juga gak usah ikut, siapa tahu ada kabar terbaru dari bang Rajata tentang kak Artha," ucap Rendra dengan lembut."Tulang dan Nantulang sebaiknya istirahat saja di rumah. Kalau ada kabar terbaru kabari kami secepatnya. Setelah menemukan jam itu, kami akan pulang."Agha ikut membujuk kedua orang tua Artha agar tak ikut bersama mereka.Akhirnya kedua orang t

  • Menikah dengan Pariban   Bab 86

    Bab 86."Siapa kira-kira?" tatapan mata bapak sangat tajam seolah ingin menghunus jantung Agha."Mak!"Seruan Rendra membuat Agha urung menjawab pertanyaan bapak."Ada apa?" tanya bapak dengan heran pada Rendra.Rendra mengabaikan bapak dan menghampiri mamak yang baru saja meletakkan minuman, "Mamak ada lihat jam aku?""Jam yang mana?""Jam yang seperti itu."Saat menunjuk, mata Rendra tertuju pada pergelangan tangan Agha yang kebetulan sedang memakai jam tangan yang s

  • Menikah dengan Pariban   Bab 85

    Terdengar bunyi dering ponsel yang begitu nyaring, tanpa melihat siapa yang memanggil, Tika langsung menempelkan ponsel ke telinga begitu ia menggeser ikon telepon berwarna hijau. "Gue masih di rumah kosong ini. Kenapa suara lo kedengaran khawatir gitu?" Kemudian Tika melihat ponselnya dan menekan ikon loudspeaker. "Gimana gue gak khawatir, hampir aja gue ketahuan." Suara lawan bicaranya terdengar menghela nafas. "Ketahuan bagaimana? Bukannya semua udah gue kasih tau dan lo udah paham?" "Satu hal yang lo lupa, lo gak kasih tahu parfum yang lo pakai!" Suara diseberang terdengar sangat kesal, "sorry, gue gak berpikir sampai kesitu. Apa itu jadi masalah? Gue yakin lo bisa mengatas

  • Menikah dengan Pariban   Bab 84

    Bab 84"Ternyata lo masih ingat wangi parfum Tika," ejek Riko. "Padahal sudah hampir enam bulan kita semua tidak pernah ketemu sama lo," imbuhnya lagi menatap tak percaya pada pria pirang itu."Lo salah, gue dan Tika dua bulan lalu baru bertemu. Kalo gak percaya tanya aja langsung pada orangnya."Agha melirik tajam pada Tika yang duduk dengan meremas kedua tangannya. Sontak semua mata tertuju pada Tika, dengan cepat Tika mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Agha yang semakin curiga melihatnya."Kalian tahu sendiri 'kan. Parfum yang digunakan Tika sangat menyengat dan bahkan bukan hanya gue yang menyadari jika Tika tidak pernah berganti parfum."Pandangan Agha masih tetap pada Tika yang duduk gelisah dengan kedua tangan masih saling meremas"Gu-e, hanya mencoba parfum Rani. I-ya 'kan Ran?" Tika menjawab dengan gugup sembari menyikut pergelangan tangan Rani meminta pembelaan pada gadis berambut sebahu itu."Santai aja kali Gha. Gue baru beli parfum baru dan meminta Tika untuk m

  • Menikah dengan Pariban   Bab 83

    Bab 83Mentari merangkak menuju barat, tanda sore semakin merayap. Senja menyapa dengan lambaian warna jingganya. Keluarga Artha terlihat panik karena tidak menemukan Artha di kamar ataupun di halaman belakang. "Lapor polisi, Pah!" seru mamak wajahnya terlihat panik dan kelihatan sedikit pucat. Meskipun melapor kepada pihak yang berwajib belum bisa dilakukan, dengan spontan mamak tetap mengatakannya. Karena wanita paruh baya itu begitu panik dan cemas akan anak gadisnya yang tiba-tiba saja tidak berada di rumah. Artha memang selalu keluar, tapi ia selalu pamit sebelum hendak pergi kemanapun.Jika esok ia akan keluar, maka malam sebelum kedua orangtuanya tidur ia akan pamit dan mengatakan kemana tujuannya atau paling tidak ia akan menelepon atau mengirim pesan. Kali ini, Artha tidak pamit meski baru beberapa jam Artha tidak berada di rumah, tapi naluri keibuannya berkata Artha sedang tidak baik-baik saja. "Belum 1x24 jam Artha menghilang," jawab bapak dengan datar, terlihat santai.

  • Menikah dengan Pariban   Bab 82

    Bab 82Entah kenapa selepas makan siang Agha tampak gusar. Sebentar duduk sebentar lagi berdiri. Begitu terus sampai berulang-ulang. Apa mungkin karena akan menghadapi hari pernikahan, tapi itu akan berlangsung 2 minggu lagi. Ia menyambar kunci mobil dan dompet yang berada di atas meja dengan cepat. Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah Artha. Keluarga melarang mereka untuk bertemu sementara sampai pada hari H. Namun, saat ini pikirannya tertuju pada Artha, ada rasa yang tak biasa yang mengganjal. Ia pun sulit mengartikannya, padalah saat istirahat sembari makan siang ia sempatkan untuk video call dengan Artha. Ia pun melajukan mobilnya ke kediaman Artha dengan kecepatan rata-rata, beruntung jalanan tidak begitu macet. Mungkin belum jam kantor pulang. Setelah memarkirkan mobil tepat di depan rumah Artha, ia pun turun dan kedua orangtua Artha juga baru turun dari becak. Mereka berpapasan di depan rumah. "Bere, sudah kami bilang jangan d

DMCA.com Protection Status