Share

6. Menjadi Pasangan Halal

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari yang paling dihindari oleh Azwa akhirnya tiba. Hari dimana statusnya akan berubah menjadi istri orang. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya akan menikah secepat ini apalagi dengan anak rentenir. 

Citra buruk rentenir di masyarakat umum membuat dia harus menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan rentenir. Namun kini, dia harus terjebak dalam pernikahan yang sama sekali tidak diinginkannya.

Di dalam sebuah kamar, Azwa sudah siap dengan kebaya warna putih serta kerudung menutupi dada. Dia tengah duduk sendirian di tepi ranjang menanti ijab-qabul terucap. 

Pandangannya lurus ke depan dengan tatapan kosong. Kecantikan make up yang pengantin menghiasi wajah tak mampu menutupi raut kesedihannya.

Gadis itu tak tahu apa yang tengah dirasakannya saat ini, terlalu abstrak untuk digambarkan. Yang jelas tak ada rasa bahagia yang tertanam dalam hatinya. 

Entahlah, rasanya campur aduk hingga membuat dadanya seakan-akan terhimpit oleh sesuatu yang besar dan berat. Sungguh Azwa tak sanggup, sesak sekali rasanya. 

Dia berharap semua ini hanyalah bunga tidur yang kesekian kali hadir menemani tidurnya, dan ketika terbangun semuanya masih baik-baik saja seperti sedia kala. 

Namun, suara ramainya orang di luar sana yang mengatakan acara sedang dimulai menyadarkan bahwa ini nyata. Bukan mimpi!

Di tempat lain, Aufal duduk di hadapan Ayah Abyaz dan penghulu bersiap melakukan ijab-qobul. Dia dilanda kegugupan yang luar biasa. Berkali-kali laki-laki itu menarik napas dan menghembuskan guna menetralisir rasa kegugupannya.

"Nak Aufal siap?" tanya Ayah Abyaz.

"Bismillah, Aufal siap, Om," jawab Aufal mantap.

Ayah Abyaz menjabat tangan Aufal. "Bismillahirrahmanirrahim, saudara Aufal Abrisam Ar-Rasyid Bin Wirya Nugraha Ar-Rasyid, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Azwa Aila Putri Adiba dengan mas kawin uang senilai dua puluh juta sembilan puluh dua ribu rupiah dan emas perhiasan sebesar enam belas gram dibayar tunai.”

"Saya terima nikah dan kawinnya Azwa Aila Putri Adiba binti Abyaz Putra Adib dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai." Aufal melafalkan dengan satu tarikan napas dan penuh keyakinan tanpa keraguan sedikitpun.

"Sah!" ucap saksi dan semua orang yang hadir di sini.

Kini, Aufal dan Azwa sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Saat berdoa Aufal beberapa kali menghembuskan napas lega, menyingkirkan rasa gugup yang senantiasa menyelimutinya. 

Sementara itu di dalam kamar, Azwa meneteskan air mata yang sudah ditahannya sejak tadi. Gadis itu terisak pelan tanpa mempedulikan riasannya yang akan rusak. “Ya Allah….” rintihnya yang tak mampu diungkapkan lewat kata.

Tak lama, Diaz yang ditugaskan untuk menjemput adiknya datang. Dia sangat terkejut melihat Azwa yang menangis tersedu-sedu. Laki-laki itu pun langsung membawa sang adik dalam dekapannya, sangat mengerti apa yang dirasakan Azwa sekarang ini.

“Adek… nggak bisa, Mas. A-adek nggak mau….” ujar Azwa dengan terbata-bata seraya membalas pelukan kakaknya sangat erat. “Adek nggak mau. Adek nggak mau.”

Diaz beralih menangkup wajah Azwa dan menatapnya. Kedua jempolnya mengusap lembut air mata yang senantiasa berjatuhan itu. “Adek, dengerin Mas.”

Azwa menggelengkan kepalanya. “Adek nggak mau, Mas. Tolong, jangan paksa Adek. Adek nggak siap bertemu mereka.”

“Adek nggak boleh gitu. Mas ngerti perasaan Adek. Mas tau, Adek belum siap. Tapi mau nggak mau Adek harus menerima semua ini. Adek udah jadi seorang istri sekarang dan itu udah jadi ketetapan Allah.”

“Apapun yang terjadi hari ini, itu atas seizin Allah. Kita sebagai manusia harus ikhlas menerimanya. Adek paham?” jelas Diaz panjang lebar yang dibalas anggukan pelan oleh Azwa. 

Dia mengambil air minum dalam kemasan yang sudah tersedia di sana, lalu diberikan kepada adiknya. “Adek tenangin diri dulu. Mas mau memanggil tim make up. Tuh, riasan Adek jadi berantakan gara-gara nangis.”

“Biarin! Biar dia syok lihat Adek kayak gini. Kalau perlu biar batal sekalian acaranya,” balas Azwa ketus.

“Heh!” Diaz menjitak pelan kepala Azwa dan tak menanggapi lebih jauh ucapan melantur itu. Dia beranjak keluar kamar untuk memanggil tim make up

Hanya sebentar karena mereka sudah standby di sekitar kamar Azwa. Laki-laki itu pun mempersilahkan tim melakukan tugasnya dengan baik. 

Setelah selesai, dia membawa tangan Azwa ke lipatan lengannya yang ditekuk dan membawa adiknya keluar kamar.

Azwa menatap sekeliling rumah, kemudian mendekatkan wajahnya ke samping telinga Diaz. “Mas, bawa Adek kabur, yuk. Belakang rumah lagi sepi tuh. Bilang aja mau ke kamar mandi,” bisiknya sambil menunjuk ke arah belakang dengan kepalanya.

“Hust! Aneh-aneh aja kamu ini. Jangan bikin masalah yang membuat semuanya semakin runyam.” Diaz menggenggam erat tangan Azwa di lengannya mencegah  agar tidak kabur.

“Ayolah, Mas, biar batal nikahnya.”

“Batal dari mananya? Wong udah sah kok. Kalau mau kabur itu tadi sebelum akad. Sekarang udah terlambat. Mau lari kemana pun, tetep aja statusmu istri Aufal. Udah, nurut aja,” balas Diaz dengan suara tertahan. 

Dia menampilkan senyumnya ketika tiba di teras dimana semua orang memandang ke arah mereka. “Ayo, senyum. Pura-puralah bahagia,” bisiknya.

Suasana berubah menjadi haru. Aufal yang berdiri di halaman mushola tak jauh dari rumah mempelai wanita bersama orang tua dan mertuanya tak mampu lagi menahan tangisan haru begitu melihat Azwa berjalan pelan menghampirinya. 

Dia tak menyangka gadis yang bertahun-tahun menetap di hati kini telah menjadi istrinya. Sungguh, rasanya seperti mimpi. Akhirnya penantianku terbayar dengan indah. Terima kasih, ya Allah, batinnya.

Azwa kembali menangis sembari menatap ayahnya yang berkali-kali mengusap mata. Saat hampir sampai, Ayah Abyaz mengambil alih peran Diaz dengan menggenggam tangannya. Dia lantas memeluk erat pria yang menjadi cinta pertamanya ini.

Ayah Abyaz mengurai pelukan dan mengusap kepala Azwa dengan penuh kasih sayang seraya tersenyum haru. “Ndak terasa putri kecil Ayah sekarang udah jadi seorang istri. Ayah minta maaf udah mengorbankan perasaan dan kebahagiaan Adek,” ucapnya pelan. 

Pria paruh baya itu kemudian menggiring Azwa mendekati laki-laki yang berstatus sebagai suami putrinya. Beliau menyerahkan tangan Azwa kepada Aufal untuk digenggam. "Salim, Dek," katanya.

Tangan yang sudah dihias sedemikian rupa itu gemetar dalam genggaman tangan Aufal. Ini adalah kali pertama dia bersentuhan dengan laki-laki selain ayah dan kakaknya, jadi wajar kalau gemetar. Dia bahkan hampir menarik tangannya kembali bila tidak dicegah oleh sang ayah.

Aufal pun merasakan hal yang sama. Dia sedikit tersentak, seakan ada listrik yang menyengat tubuh saat tangannya bersentuhan dengan tangan lembut milik Azwa.

Azwa membungkuk, mencium punggung tangan Aufal dengan hikmat. Mulai sekarang, surganya terletak pada ridho Aufal dan semua tanggung jawab atas dirinya sudah berpindah di tangan Aufal. Ya, Aufal, laki-laki yang kini menjadi suami sahnya.

Bersamaan dengan itu, tangan Aufal yang bebas memegang ubun-ubun Azwa dan membaca doa setelah Akad.

“Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih.”

Mereka saling berpandangan, menatap lekat satu sama lain. Perlahan tapi pasti, Aufal mendekatkan kepalanya. Laki-laki itu mencium kening Azwa dengan penuh perasaan. Menyalurkan semua rasa cinta yang mendekam lama di hatinya lewat ciuman itu. 

Azwa memejamkan mata menerima ciuman hangat Aufal di keningnya.

"Assalamualaikum, istriku," ucap Aufal pelan menyerupai bisikan sambil memegang pipi sang istri.

"Wa-wa'alaikumsalam," jawab Azwa tak kalah pelan.

Aufal menggandeng tangan Azwa masuk ke dalam mushola, tempat akad dilangsungkan, untuk menandatangani buku nikah.  Setelah itu, dilanjutkan dengan serah terima mahar dan tukar cincin. 

Aufal menyematkan cincin emas putih dengan bentuk simpel namun indah nan elegan di jari manis Azwa, begitu pula sebaliknya. Sekarang cincin indah itu tersemat di jari manis mereka yang menandakan sebuah lambang atas janji pernikahan.

Pukul dua siang walimatul 'ursy digelar. Acara ini dilaksanakan di kediaman Aufal sekaligus melaksanakan prosesi ngunduh mantu. Tamu undangan yang hadir pun tidak banyak. Kerabat dan keluarga besar, tetangga terdekat, serta beberapa teman-teman Aufal dan Azwa saja yang diundang.

Azwa tampak sangat cantik dan anggun dengan balutan gaun biru muda disertai hiasan mahkota di atas kerudungnya. Aufal pun tak kalah tampannya, dengan mengenakan setelan jas warna abu-abu dan kemeja warna senada dengan gaun Azwa. 

Keduanya menyalami tamu undangan yang datang dengan senyum ramah menyembunyikan masalah dibalik hari bahagia ini.

"Temen kamu yang dari Surabaya belum datang, Dek?" tanya Aufal ketika para tamu sebagian besar sudah pulang.

"Nggak datang, Mas. Rumah mereka jauh, jadi nggak bisa dateng," jawab Azwar datar. Gimana mau dateng, wong nggak tak undang kok, lanjutnya dalam hati.

Related chapters

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   7. Malam Pertama

    Di dalam sebuah kamar yang cukup luas, seorang gadis menatap sendu pantulan dirinya di depan cermin. Kemudian pandangannya beralih pada pakaian yang dikenakannya saat kumpul keluarga malam ini. Gamis berwarna putih dipadukan dengan pashmina putih masih melekat apik di tubuhnya. Terlintas dalam benaknya kejadian beberapa jam yang lalu, dimana seseorang dengan gagah mengucap janji suci di hadapan sang ayah, penghulu serta seluruh tamu undangan yang hadir. Mengingat itu, membuat dia semakin sesak entah karena apa. Air matanya pun menetes tanpa diminta, mengalir deras membasahi kedua pipi. Tok tok tok Suara ketukan pintu dari luar membuat gadis itu cepat-cepat menghapus air matanya. Tak lama, muncullah seseorang yang menjadi pemeran utama dalam perubahan hidupnya mulai sekarang. Aufal Abrisam Ar-Rasyid. Nama lengkap seseorang yang kini menjadi suaminya. Suami? Rasanya sangat aneh menyebut Aufal sebagai suami. Laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya. Azwa hanya mengenal sekila

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   8. Perdebatan

    “Mas sebenarnya juga nggak pengen kita nikah cepat-cepat kayak gini. Mas ingin mengenalmu lebih dalam sebelum menikah. Mas juga sanggup jika harus menunggumu sampai lulus, tapi Papa memaksa Mas untuk menikahimu secepatnya paling lambat satu bulan setelah lamaran.” “Kalau nggak, Papa akan menjodohkan Mas dengan anak sahabat Papa dan memberikan ancaman lain yang membuat Mas sama sekali nggak bisa berkutik.” “Papa nggak pernah main-main sama ucapannya. Jadi, Mas memilih menikahimu secepatnya,” jelas Aufal panjang lebar dengan tenang tanpa ada kemarahan. “Kenapa Mas nggak pilih dijodohkan aja? Kan biar sama-sama sepadan, dibandingkan dengan Azwa yang nggak punya apa-apa.” “Karena yang Mas inginkan itu kamu. Mas sangat ingin menjadikanmu istri dan ibu dari anak-anak Mas. Bukan yang lain.” Jeda sejenak sebelum Aufal kembali melanjutkan perkataannya. “Mas menolak perjodohan itu karena Mas takut nggak bisa bahagiakan dia dan ujung-ujungnya malah saling menyakiti karena Mas sama sekali ng

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   9. Status Baru

    Aufal Abrisam Ar-Rasyid, laki-laki berusia 24 tahun itu merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Razan yang bekerja sebagai ASN yang ditugaskan di luar pulau dan menetap di sana. Sementara itu, adiknya bernama Syamil saat ini tengah menempuh pendidikan SMA kelas 12 di salah satu pesantren terkenal di Jawa Timur. Aufal sendiri sebelumnya bekerja di Jakarta tepatnya di perusahaan milik keluarga Kahfi, sahabat waktu kuliah, dengan jabatan terakhir sebagai kepala divisi IT. Karirnya akan semakin cemerlang ketika dia menjadi salah satu kandidat dalam promosi jabatan di level manajer, jika saja tidak menuruti perintah sang ayah untuk resign dan kembali ke perusahaan keluarganya. Kurang lebih seperti itu sedikit gambaran tentang Aufal. Kini, Azwa sedang membantu ibu mertua, kakak ipar, dan bibi membereskan meja makan usai sarapan. “Ada di rumah mertua itu harus tau diri. Bukannya malah enak-enakan di kamar. Mentang-mentang pengantin baru,” sindir Reana, istri Razan,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   10. Wejangan Orang Tua

    Azwa senantiasa menatap lantai sambil memainkan jemarinya yang berkeringat dingin. Jantungnya berdetak kencang tanpa bisa dikendalikan. Dia menahan rasa takut berhadapan langsung dengan ayah mertuanya. “Kamu takut sama Papa, Azwa?” tanya Papa Wirya tiba-tiba membuat Azwa tersentak kaget. Beliau terkekeh kecil melihat menantunya yang sangat gugup. “Tanpa kamu menjawab pun Papa udah tau jawabannya.” Pria yang usianya memasuki setengah abad itu menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, “nggak banyak yang ingin Papa sampaikan ke kamu. Papa cuma mau bilang, tolong terima Aufal sebagai suamimu, ya. Dia sangat mencintaimu dengan tulus.” “Papa nggak pernah melihat Aufal jatuh cinta sedalam ini kecuali denganmu. Kamu lihat sendiri kan tadi? Aufal sangat protektif terhadapmu bahkan sama ayahnya sendiri. Padahal kan Papa niatnya cuma bicara berdua sama kamu,” jelasnya. Azwa diam berusaha mencerna ucapan Papa Wirya. Jadi, Aufal beneran mencintainya? Bukan hanya obsesi semata? Sudah dua orang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   11. Kakak Ipar Jutek

    “Apa maksudmu, Diaz?” tanya Ayah Abyaz lantas bangkit dari duduknya diikuti oleh Aufal. “Diaz nggak setuju Adek dibawa pergi sama Aufal ke Jakarta,” jawab Diaz datar. “Kenapa memangnya? Aufal berhak membawa Adek kemanapun dia pergi.” “Diaz tetep nggak setuju!” Ayah Abyaz mengajak Diaz dan Aufal ke halaman rumah terlebih dahulu agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh istri dan putrinya. Beliau merasa akan ada perdebatan diantara keduanya. “Setuju ndak setuju, kita harus menghargai keputusannya, Diaz. Mungkin mereka butuh privasi berdua yang ndak melibatkan keluarga di dalamnya. Ayah percaya Aufal bisa menjaga dan membahagiakan Adek,” ucapnya. “Segampang itu Ayah percaya?” Diaz terkekeh sinis. Matanya menatap tajam ke arah Aufal. “Bagaimana bisa Ayah mempercayakan Adek pada orang asing macam dia?” “Aufal bukan orang asing, Diaz. Dia kini udah jadi suami Adek. Kita memang belum saling mengenal sepenuhnya, tapi Ayah yakin Aufal ndak akan menyakiti Azwa. Ayah juga melihat Aufal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   12. Kontrakan Baru

    Aufal dan Azwa tengah bersantai di ruang tengah untuk melepas penat. Hari ini sungguh melelahkan. Sehabis perjalanan jauh, keduanya langsung diberikan kejutan oleh teman-teman Aufal yang berasal dari kontrakan lama. Mereka semua, laki-laki yang berjumlah sembilan orang itu, berkumpul menyambut kedatangan Aufal dengan suka cita karena sudah menganggap layaknya keluarga sendiri. Aufal pun tidak menyangka mereka menyempatkan hadir dengan formasi lengkap ditengah-tengah kesibukan, bahkan ada yang rela menunda jadwal pulang kampungnya. Ini benar-benar di luar rencana. Dia tidak tahu apapun tentang kejutan itu. “Anggaplah buat menggantikan kami yang nggak bisa hadir di pernikahan kalian,” jawab salah satu dari mereka ketika ditanya oleh Aufal. “Semua ini idenya Bang Andra. Kita, mah, cuma ngikut doang.” Tidak banyak acara yang mereka adakan. Hanya makan-makan bersama, lalu dilanjutkan sesi perkenalan dengan Azwa. Mereka juga mengucapkan selamat serta memberikan kado pernikahan kepada

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   13. Teman Azwa

    Azwa tampak serius memainkan ponselnya untuk membalas pesan dari ibu dan kakaknya. Kemudian berlanjut membuka grup kelas. Ada lebih dari seratus pesan yang membahas tentang keluarnya nilai di semester ini, kalender akademik, surat edaran dari kampus, dan sisanya obrolan random mereka. Dia berdoa semoga nilainya naik atau paling tidak sama seperti semester kemarin. Yang terpenting lebih dari tiga agar beasiswanya tidak dicabut.Keluar dari room chat grup kelas, gadis itu lantas membuka grup bersama ketiga teman dekatnya yang diberi nama ‘Cecan Sukses Aamiin😍’. Wow! Cukup banyak, hampir menandingi pesan di grup kelas. Entah apa saja yang mereka bahas. Azwa pun membaca satu-persatu obrolan random dan absurd mereka sambil terkekeh kecil karena lucu. Hingga tibalah pada pesan yang dikirim dua hari lalu.Almeyra : [Breaking News! Azwa Aila Putri Adiba dikabarkan telah menikah dengan seorang laki-laki misterius pada tanggal 16 Januari kemarin. Tampaknya acara tersebut digelar di kediaman sa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   14. Satu Atap

    “Aku kurang tau cerita lengkapnya seperti apa. Intinya papaku tuh punya sahabat yang ada di Semarang, terus mereka sepakat buat menjalin kerjasama dengan mendirikan sebuah perusahaan yang dikelola bersama. Dan jadilah perusahaan ini. Papa bilang, mulai pergantian tahun ini aku harus ikut membantu mengelola, nggak mungkin lepas tangan terus,” jelas gadis cantik itu panjang lebar. Aufal sangat terkejut. Jadi ini seseorang selain Danang yang kata ayahnya akan membantunya mengelola perusahaan? Dia sudah tahu bahwa perusahaan ini bukan sepenuhnya milik keluarganya melainkan atas hasil kerjasama antara sang ayah dengan sahabatnya. Dengan kata lain, gadis mengesalkan ini adalah anak dari sahabat ayahnya? “Aku kesini karena diminta Papa buat melakukan pengecekan bulanan. Katanya hari ini kedatangan pemimpin baru anak sahabatnya Papa. Sayang banget, aku nggak sempat ketemu. Aku tadi datang pas habis jam istirahat makan siang, jadi nggak ikut rapat besar. Waktu sampai sini, dia udah pergi yan

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   Extra Part 3 : Dadah, Aarash

    “Anak bungsu lo. Jadi, kami bisa mengasuhnya dari bayi biar berasa punya baby newborn,” jawab Kahfi seraya menatap intens ke arah Dedek Aya di pangkuan ibunya. “Nggak boleh!” sahut Azwa langsung. Dia memeluk bayi perempuannya posesif. “Dedek Aya nggak bisa jauh dari Azwa karena dia butuh banget ASI eksklusif.” “Putri gue ini kayak masnya Wafa yang punya alergi susu formula. Nutrisinya harus dari ASI, nggak boleh dari yang lain,” timpal Aufal ketika melihat Kahfi yang ingin bersuara. “Mungkin bisa pakai ASI perah, tapi kan rumah lo ada di Jakarta. Nggak mungkin lo bolak balik Jakarta-Semarang cuma untuk mengambil ASI perah doang.” “Gue tau, lo nggak segabut itu. Kalau misalnya lo tinggal di kota ini, mungkin permintaan lo bisa kami pertimbangkan. Ya kan, Dek?” Pria itu menoleh ke arah istrinya meminta pendapat. Azwa mengangguk setuju karena memang itulah alasan utamanya. “Dedek Aya punya alergi cukup serius, jadi nggak bisa makan atau minum sembarangan.” Kahfi menyandarkan tubuh

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   Extra Part 2 : Permintaan Kahfi

    “Fal, lo kan udah punya empat anak, sedangkan gue, satu aja belum punya. Boleh nggak kalau gue adopsi salah satu anak lo?” tanya Kahfi.“Apa? Lo gila?!” Aufal membelalakkan mata terkejut. Tangannya mengepal geram mendengar permintaan tak masuk akal Kahfi. “Gue masih sangat sanggup membesarkan dan mengasuh anak gue sendiri,” balasnya ngegas.“Gue tau.” Kahfi mengalihkan pandangannya ke depan. “Gue benar-benar ingin mengasuh anak lo, Fal. Gue pengen banget ngerasain gimana rasanya menjadi orang tua.”“Kenapa lo tiba-tiba berpikiran kayak gitu?” tanya Aufal dengan nada lebih rendah. Dia merasa, permasalahan yang Kahfi hadapi tidak sesederhana itu.Kahfi menghela napas panjang dan kembali menatap Aufal. “Lo pasti tau, permasalahan yang selama ini gue hadapi itu apa. Tentang anak yang sampai detik ini belum hadir diantara kami.”“Dan sekarang muncul masalah baru. Khanza desak gue buat menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan. Padahal gue sama sekali nggak masalah kalau nggak ada anak,

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   Extra Part 1 : Keluarga Kecil Aufal

    “Astaga! Kenapa kalian berantakin lagi?!” Azwa memekik terkejut melihat mainan yang kembali berserakan padahal sebelumnya sudah dibereskan agar mudah disapu. Baru ditinggal sebentar untuk menyapu halaman rumah, anak-anaknya kembali berulah. Dia menatap satu-persatu ketiga anaknya yang hanya diam mematung. “Bunda kan udah bilang sebelumnya, jangan diberantakin lagi. Mau Bunda sapu lantainya. Kalau ingin main lagi, nanti aja habis Bunda nyapu,” omelnya. “Kalau kayak gini, Bunda jadinya kerja dua kali. Kalian kan udah berkali-kali Bunda bilangin, habis main itu dibereskan mainannya biar rapi dan nggak kececeran.” Azwa masih terus mengomeli anak-anaknya yang kini menunduk takut. Wanita itu menyandarkan sapu di dinding. Dia hendak membereskan lagi mainan mereka dan memasukkannya ke dalam keranjang. Baru satu mainan yang masuk, terdengar suara tangisan bayi berasal dari dalam kamarnya. Azwa menghela napas lelah lalu menatap putra-putrinya. “Bunda nggak mau tau pokoknya kalian bereska

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   155. Cinta Masa Depanku [End]

    “Kenapa, Sayang? Papa ingin peluk Aarash loh.” Azwa mengusap lembut rambut Aarash. Dia sangat mengerti bila putranya sudah seperti ini. “Aarash takut?” tanyanya yang dijawab anggukan oleh Aarash. “Nggak papa, Nak. Papa itu orangnya baik kok. Papa sayang banget sama Aarash.” Aarash tetap menggeleng dan malah berlari menuju opanya menyusul kedua saudaranya yang lebih dulu ke sana. Azwa menghela napas dan tersenyum tidak enak kepada Aufal. “Namanya Aarash Nazhief Putra Ar-Rasyid kembarannya Aresha. Dia memang begitu kalau sama orang baru. Harap maklum, ya, Mas,” ucapnya. “Nggak papa, Dek. Mas mengerti kok. Mereka pasti bingung dengan kehadiran Mas. Nggak pernah bertemu wajar kalau merasa asing dan takut,” balas Aufal. Azwa memandang sendu Aarash yang sedang bercanda dengan Papa Wirya. “Aarash mengalami yang namanya speech delay, Mas, membuat dia lebih banyak diam. Dia mengerti bahasa yang kita ucapkan.” “Tapi, untuk mengucapkannya sendiri dia agak kesulitan kalau nggak dipan

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   154. Ini Papa, Nak

    Bukan hanya Azwa saja yang terkejut, melainkan orang tua Aufal pun tak kalah kagetnya. “Yang bener kamu, Andra? Sejak kapan?” tanya Mama Erina. “Beneran, Tante. Kami udah menikah empat tahun yang lalu,” jawab Andra. Aufal terkekeh kecil melihat respons mereka. “Aufal awalnya juga sangat kaget sama kayak kalian. Pasalnya setau Aufal, Andra ini benci banget sama Sheilla. Eh, nggak taunya malah udah nikah dan punya anak.” “Gue kemakan omongan sendiri, Fal. Dari yang mulanya benci banget berubah jadi cinta. Sekarang mah kami saling mencintai bahkan udah bucin. Iya kan, Sayang?” Andra mengedipkan sebelah matanya pada Sheilla bermaksud menggoda. Sheilla membalas dengan mata melotot sambil mencubit keras pinggang suaminya lalu kembali tersenyum ke arah semua orang. “Pernikahan kami ini sebenarnya masih ada kaitannya sama kondisi Aufal yang koma,” timpalnya. Dia berdehem sejenak dan memperbaiki posisi duduknya untuk memulai bercerita. “Jadi, gini. Kami sebetulnya udah dekat sejak Azwa

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   153. Tentang Kecelakaan Itu

    “Nggak, Dek, nggak ada perceraian diantara kita.” Aufal masih terus membujuk Azwa agar bersedia mendengarkan penjelasannya. Dia bahkan sampai berlutut di depan pintu kamar Azwa dengan kening yang menyentuh daun pintu. “Mas mohon, buka pintunya, Sayang. Beri Mas kesempatan buat menjelaskan semuanya ke kamu. Tolong, Dek,” ucapnya dengan suara yang semakin parau. Di dalam kamar, Azwa yang duduk di balik pintu menutup mulutnya rapat-rapat guna meredam suara isaknya. Dia sebenarnya tidak tega mendengar nada melas dan parau milik Aufal. Namun, dirinya belum siap apabila penjelasan itu tidak sesuai harapannya. “Pergilah, Mas.” “Mas nggak akan pergi sebelum kamu membuka pintu. Mas akan menunggumu sampai kamu mau mendengarkan penjelasan Mas,” balas Aufal. Azwa tidak sampai hati membiarkan Aufal terus berada di sana dan memohon seperti itu. Dia mengusap air matanya, menarik napas dalam-dalam, sebelum bangkit berdiri. Tangannya memutar kunci lalu membuka pintu kamarnya. Aufal juga ikut be

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   152. Keluarga Baru

    “Kita ini sebenarnya mau kemana, Ma?” “Ke acara ulang tahun cucu teman Papa yang tahun ini dirayakan di sini.” Azwa bersama Mama Erina sedang dalam perjalanan menuju lokasi berlangsungnya acara. Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi berhenti di parkiran sebuah restoran cukup mewah. Keduanya turun lalu berjalan beriringan memasuki area restoran yang sudah di reservasi penuh untuk acara ulang tahun ini. Di dekat pintu masuk terdapat stand banner berwarna biru bertuliskan, Happy 3th Birthday Haisha Raveline Andriana Disertai dengan foto seorang anak perempuan yang tampak sangat cantik dan menggemaskan. Acara ini bertemakan Frozen terlihat dari hiasannya berwarna biru dan putih disertai karakter Elsa. “Lihat, Ma. Ternyata anak yang ulang tahun seumuran dengan si kembar. Azwa kira anak remaja,” komentar Azwa setelah membaca isi banner. “Mama juga ngiranya begitu. Papa nggak memberitahu Mama siapa yang berulang tahun. Untung kadonya udah disiapin Papa sebelumnya,” bal

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   151. Kembali Menolak

    “Buna, mau itu.” Echa menunjuk ke arah salah satu kotak bekal. “Iya, Sayang.” Azwa mengambil roti yang sudah diolesi selai lantas menyerahkan pada putrinya. “Ini untuk Echa. Aarash mau?” tanyanya dengan menatap kembaran Echa lalu dibalas anggukan oleh Aarash. Dia juga memberikan roti itu untuk kedua putranya. “Ayah mau juga nggak?” Wafa menawarkan rotinya kepada Nazhan. “Buat Wafa aja. Nanti Ayah bakal minta sama Buna,” balas Nazhan melirik Azwa yang sibuk menata barang bawaannya. Hari libur, Azwa mengajak anak-anaknya melakukan piknik kecil-kecilan di sebuah taman. Saat akan berangkat tadi, tiba-tiba Nazhan datang dan memaksa ikut. Kini, mereka semua duduk di karpet dengan berbagai macam cemilan berada di tengah-tengah. Orang lain yang melihat pasti akan mengira mereka adalah keluarga kecil yang bahagia dan harmonis. “Nazhan!” Dua orang dewasa itu menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju batik formal serta hijab segi empat berjalan mendekat. “Ib

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   150. Calon Ayah Baru

    “Sampai Mas Aufal ditemukan, baik dalam keadaan hidup maupun meninggal. Selama apapun itu Adek akan setia menunggunya, Bun,” jawab Azwa.Bunda Nawa merasa prihatin dengan nasib putrinya. “Ya Allah, Dek, jangan gitu. Udah saatnya Adek buka hati untuk orang lain yang ingin mendekat. Adek jangan menutup diri seperti ini. Udah empat tahun loh, Dek.”Azwa menghela napas panjang. Memang benar, sudah empat tahun berlalu dan Aufal belum juga ditemukan bahkan pencariannya dihentikan sejak tiga tahun lalu. Aufal menghilang tanpa jejak bagaikan ditelan bumi. Entah masih hidup ataupun sudah meninggal, Azwa pun tak tahu. Namun, dia tetap meyakini bahwa suaminya masih hidup dan pasti akan kembali lagi suatu saat nanti.“Bagaimana bisa Adek buka hati sementara hati Adek udah terpaut sempurna sama Mas Aufal, Bun? Adek nggak bisa menggantikan posisi Mas Aufal,” balasnya pelan.Bunda Nawa masih setia mengusap kepalanya. “Bunda paham. Tapi kita ndak tau, keadaan Mas Aufal itu gimana. Apakah masih hidup

DMCA.com Protection Status