Share

Menikah Dengan Daddy Mafia
Menikah Dengan Daddy Mafia
Penulis: KenNand

MDDM 1

Penulis: KenNand
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hujan turun cukup deras membasahi Jakarta sore itu. Tampak seorang gadis cantik dengan motor sportnya baru pulang entah dari mana. Dengan pakaian basah, gadis itu masuk kedalam rumah nya. Langkahnya berhenti di depan pintu kamar tertutup, penasaran dengan suara itu, dia menempelkan daun telinganya pada pintu tertutup.

Jantungnya berdegup kencang mendengar suara desahan nikmat saling bersahutan dalam kamar itu. Segera dia menjauh dan berlari menuju kamarnya.

Aira Kana Stuart, atau biasa di sapa Kana, gadis cantik berusia 21 tahun yang kini masih kuliah di Universitas ternama di Jakarta. Besar di keluarga broken home, karena kedua orang tuanya bercerai. Ayahnya yang kabarnya sudah menikah lagi dan tinggal di Malaysia, sedangkan sang Ibu memilih sendiri dan menjadi wanita panggilan pria hidung belang. Dan Kana, tinggal bersama Kakak perempuannya.

Tok

Tok

Tok

"Kana, kamu sudah pulang?" terdengar suara dari luar mengetuk pintu. Kana tentu mendengar panggilan itu, tapi dia enggan menanggapi dan memilih menutup telinganya dengan earphone.

"Kana,"

Si pemilik nama tersentak kaget kala sebuah tangan menepuk punggungnya.

"Kamu pulang kok Kakak gak tau," sebut saja dia Maudy, Kakak Kana berusia 28 Tahun dan belum menikah. Kana melepas earphone nya dan duduk menatap tajam pada Maudy.

"Ya gimana mau denger, keasikan mendesah sih."

"Kana!"

"Apa? Kakak fikir Kana gak denger? Laki-laki mana lagi, Kak? Apa Kakak gak capek tiap hari ganti pasangan?"

"Kana! Gak seharusnya kamu bicara begitu, Kana! Mau kemana kamu? Kana!"

Kana melenggang begitu saja meninggalkan Maudy dan mengabaikan panggilannya. Dia dengan cepat menuruni tangga, di sana dia melihat sekilas pria muda duduk di sofa sambil menyeduh kopi.

"Kana!" panggil Maudy mengikuti putrinya yang sudah berhasil meninggalkan rumah dengan motornya.

"Berantem lagi?" tanya laki-laki tadi, dia mendekati Maudy di ambang pintu.

"Dia denger kita, Jeff."

"Iya 'kan emang udah sering denger."

Maudy hanya mendesah kesal dengan kepergian putrinya di malam gerimis begini.

Kana melajukan motor sportnya dan berhenti di tepi jalanan taman kota. Dia membuka helm sebelum memasuki area taman untuk menenangkan hatinya yang kesal.

Ddrrrtt

Ddrrttt

Kana merogoh saku melihat siapa yang sudah menelfonnya. Melihat panggilan dari Kakaknya, dia memilih menolak panggilan. Kemudian, dia beralih menelfon seseorang.

"Halo, lo dimana?"

"Gue ke rumah lo ya, numpang nginep .. Ok, gue otw."

Kana lebih dulu mematikan ponselnya agar Maudy tidak menelfon nya. Setelah itu, dia segera pergi dari taman menuju rumah sahabatnya.

Bangunan besar dan megah, Kana berdiri di depan gerbang menunggu si pemilik datang membukakan pintu untuknya.

Srettt

"Kana!" gadis manis seusia Kana berlari memeluknya.

"Sory ya, Dir. Gue ganggu lo, malam-malam datang ke sini."

"Gak papa lagi, Na. Mumpung Bokap juga lagi gak di rumah, yuk masuk."

Kana mendorong motor besarnya memasuki kawasan mewah tempat Dira, sahabatnya itu tinggal. Sungguh baik nasib Dira, tinggal di keluarga kaya raya. Tidak seperti dia, walau memiliki tempat tinggal besar, tapi di dalamnya penuh dengan penderitaan.

"Lo sendiri, Dir."

"Enggak. Ada banyak orang yang jaga rumah."

"Bokap lo kemana?"

"London, kerja di sana. Ehh, lo udah makan?"

"Belum. Kak Maudy gak sediain makan malam tadi,"

"Yaudah, kita makan yuk. Kebetulan gue juga belum makan, gak enak tadi makan sendiri." Dira langsung menarik tangan Kana menuju ruang makan.

Lagi, Kana di buat terpesona dengan pemandangan indahnya ruang makan itu. Di sana deretan para pelayan berseragam siap melayani majikannya. Hidangan lezat dengan porsi besar tertata rapi di atas meja, lengkap dengan dissertnya sekali.

"Lo mau makan apa?" tanya Dira. Bingung dengan menu makanan sebanyak itu, Kana memilih serupa dengan yang Dira makan.

Setelah selesai menikmati makan malam, Dira mengajak Kana ke kamarnya. Dia memberikan piyama untuk Kana pakai karena pakaiannya basah terkena gerimis.

"Jadi lo kabur lagi?" tanya Dira.

"Gak tau apa namanya. Tapi yang pasti gue gak mau balik malam ini."

"Kalo Kak Maudy nyariin gimana?"

"Nyariin? Emang kapan gue di cariin? Dia gak se-khawatir itu, Dira."

"Lagian Bonyok lo tega banget sih." Bonyok (Bokap_Nyokap)

"Udah biasa, kali. Gue juga udah kebal."

"Salut gue sama lo, bisa gitu ya lo bertahan dengan situasi begitu."

"Sebenernya enggak. Gue udah capek, tapi Tuhan masih benci gue. Dia biarin gue hidup menderita begini."

"Gak boleh ngomong gitu, Na. Semua ini pasti akan berakhir kok. Lo sabar ya, gue percaya Tuhan sayang sama lo. Sama kaya gue sayang ke elo."

"Thanks ya, Dir."

Kana tersenyum getir membalas kalimat penyemangat Dira. Mungkin dia bisa bilang begitu, karena dia tidak merasakan seperti Kana. Dia tidak merasakan saat lapar mencekam tapi tidak ada apapun yang bisa di makan. Dia tidak merasakan bagaimana rasanya tidak memiliki uang sama sekali. Dira tidak merasakan pahitnya hidup Kana.

Keesokan paginya |

"Yakin gak mau pergi bareng gue?"

"Enggak. Nanti gue mau langsung pulang."

"Oh, ok deh."

"Baju lo entar gue balikin ya,"

"Santai aja. Yuk kita sarapan dulu."

Di meja makan |

Kana dan Dira menikmati sarapan bersama, menu hidangan yang berganti setiap jam makan tiba. Tidak seperti dia yang kadang menghangatkan makanan kemarin, itupun kalau Maudy sempat masak.

"Enak ya jadi lo. Makanan lo enak-enak,"

"Gak juga, Kana. Gue sering gak makan di rumah, gak enak makan sendiri."

"Emang bokap lo jarang di rumah 'ya?"

"Ehmm. Dia sering ke luar negeri buat kerja,"

"Bokap lo gak mau nikah, gitu?"

Dira melirik Kana tajam, dan itu membuatnya menelan susah makanannya.

"Sorry, gue lupa." Kana nyengir menampakkan gigi kelincinya karena sudah salah bicara pada Dira.

Setelah semalam menginap di rumah Dira, dan seharian di kampus. Kini Kana sudah pulang ke rumahnya sendiri. Rumah bertingkat dua itu tampak sepi tanpa penghuni. Kana mencoba membuka pintu, tapi pintu terkunci.

"Sial! Kemana lagi ni orangnya." gumam Kana kesal. Dia beralih ke kotak surat tempat biasa Maudy menaruh kunci. Benar saja, di sana ada satu buah kunci dan selembar surat. Kana mengambil kertas itu membaca pesan singkat yang ternyata dari Maudy.

'Kana, Kakak pergi ke luar kota bersama Jeff. Kamu jaga diri dan jangan nakal ya, Kakak sudah kirim kamu uang. Pergunakan baik-baik selama Kakak pergi. Maaf atas kejadian semalam. Kakak sayang kamu.'

Kana meremas kertas itu dan membuangnya ke tanah lalu menginjak-injak saking kesalnya.

Dia mengambil ponsel dari dalam tasnya, mencari nomor tujuan telfon. Beberapa saat menunggu, paggilan tersambung.

"Gak usah pulang sekalian! Kana benci!" teriak Kana singkat dan memutuskan panggilannya begitu saja. Dia mengambil kunci dan segera masuk kedalam rumah.

Di sana dia menumpahkan segala kekesalannya dengan menangis. Bahkan dia berulang kali menelfon Ayahnya di Malaysia, pun tidak ada respon dari sana. Begitu juga dengan Ibunya yang kabarnya berada di luar kota bekerja menjadi jalang. Keluarganya benar kacau, sekarang sang Kakak tunggalnya pun ikut mencari nafkah dengan cara menjadi jalang.

"Gue benci kalian! Gue benci!!" Kana berteriak sekerasnya melepaskan rasa sakit hatinya.

Kana menangis sejadi-jadinya di dalam rumah tanpa isi barang mewah itu. Di sana hanya ada sofa dan tv ukuran besar. Tidak ada yang menarik lagi dalam hunian itu. Selain tangga melingkar penghubung antara dua lantai.

Malam pukul 9 |

Kana terbangun setelah tertidur karena kelelahan menangis. Dia juga terbangun karena merasa lapar. Kana beranjak dari sofa, melirik jam besar.

"Ck! Jam segini mau makan apa?" gumam Kana. Dia membuka ponselnya, lebih dulu dia mengecek saldo yang katanya sudah di kirim Maudy. Benar, dana 3 juta sudah masuk ke rekeningnya. Bukannya senang, Kana justru semakin kesal.

Dia memilih keluar mencari sesuatu yang mungkin masih bisa di temukan. Beberapa meter berjalan dari rumahnya, dia melihat tukang nasi goreng langganannya masih buka. Segera Kana menghampiri penjual nasi goreng yang cukup ramai pembeli itu.

"Mang, nasinya satu ya di bungkus."

"Tumben satu neng, Kakaknya gak beliin?"

"Enggak. Males."

"Ok deh, siap. Tunggu sebentar ya neng." pria paruh baya penjual nasi goreng itu sudah cukup hafal dengan Kana, biasanya Maudy yang selalu membeli nasi goreng 2 porsi dan minta di antar ke rumah.

"Kok gak minta mamang antar aja neng? Biasanya kan Mbak Maudy selalu pesen minta antar ke rumah?"

"Enggak Mang, dia lagi pergi."

"Ooo!" tak lagi dia bertanya, terjawab sudah rasa penasarannya.

Kana mengecek dompet, seingatnya dia masih menyisahkan beberapa lembar uang pecahan. Malas rasanya harus mengambil uang dari rekening, ada banyak kebutuhan lain yang dia harus pandai mengolah uang 3 juta untuk satu bulan. Membayar uang kuliah, bensin, makan, dan kebutuhan lainnya.

"Ini neng."

Kana menerima bungkusan nasi goreng dalam kantung plastik, dia juga memberikan uang pecahan 15 ribu untuk membayar makanannya.

"Makasih ya Mang."

"Iya neng, sama-sama."

Kana berjalan lunglai kembali ke rumahnya, sesaat dia menghentikan langkahnya melihat pintu rumahnya terbuka. Rasanya dia menutup pintu sebelum pergi, tapi kenapa kini terbuka? Kana menepiskan rasa curiganya, mungkin dia yang lupa karena fikirannya kalut.

Setelah masuk, Kana memastikan mengunci pintu dengan benar, sebelum dia beralih ke dapur untuk menyiapkan makan malam sederhananya. Baru beberapa suap dia makan, tiba-tiba listrik padam begitu saja. Kana yang terkejut langsung menghidupkan senter poselnya sebagai penerang sementara. Tapi, dia merasa seperti ada yang berdiri di belakangnya. Seperti sesuatu yang besar dan tinggi tengah menatapnya.

Dengan jantung berdebar, Kana memberanikan diri melirik.

"Astaga! Apa itu?" bisik Kana mendapati sosok tegap di belakangnya. Dia mengeratkan sendok garpu, bersiap menusuk siapapun yang di belakangnya.

"Aahhh!"

"Ssstttt!"

Kana bungkam kala seorang pria menutup mulutnya paksa, dia juga mencekram kedua tangan Kana erat agar tidak memberontak.

"Ssttt diam. Jangan teriak, atau mereka akan datang." bisik pria itu tepat di telinga Kana. Dia menunjuk ke arah jendela, terlihat bayangan dua orang membawa senjata tengah mencoba mengintip. Masih baik jendela itu tertutup tirai, tadi tidak akan terlihat jelas.

Kana semakin jantungan, pria itu semakin erat mencekram tangannya. Tercium bau amis dari pria yang membungkamnya, seperti bau darah. Kana di buat mual dengan bau yang begitu menusuk hidungnya itu. Melihat tak lagi ada bayangan dari luar, pria itu melepaskan tangannya dari mulut Kana.

Hueekkk!!

Hueekkk!!

Kana hampir mengeluarkan isi perutnya yang baru sedikit terisi nasi goreng.

"Siapa lo!" Kana menodongkan garpu yang sedari tadi dia pegang pada pria itu. Bersamaan lampu juga kembali hidup, dan nampaklah sosok pria yang menyusup ke rumahnya begitu saja.

Kana menegang melihat pria bertubuh tinggi tegap dengan darah di bagian perutnya.

"Tolong saya, kamu punya kotak obat darurat?"

Kana ketakutan melihat pria itu, dia sampai tidak bisa bicara walau hanya mengangguk saja. Matanya bulat, mulutnya terbuka lebar melihat darah di perut pria itu.

"Hei! Tolong saya." pinta pria itu lagi. Kana tersadar, dia segera mengambil kotak obat yang tersimpan dekat nakas ruang tamu.

Entah kenapa dia se-reflek itu mengambilkan obat, padahal awalnya dia sangat ketakutan. Terlebih saat melihat darah cukup banyak keluar dari perut pria itu.

Kana langsung memberikan kotak pertolongan pertama itu, dia membiarkan orang itu menindak dirinya sendiri. Belum selesai pria itu mengeluarkan benda asing di bagian perutnya, satu tembakan berhasil menembus kaca jendela dan nyaris saja mengenai mereka.

Pria itu langsung menarik Kana dalam pelukannya, dan membalas tembakan orang dari luar secara bertubi sampai amunisi dalam senjata api itu habis. Kana merasa pusing, terlebih dia melihat darah segar itu sudah mengenainya. Dia sempat melihat orang berdiri di luar jendela. Tatapannya tajam seolah penuh dendam.

"Om, Kana takut."

"Tetap di sini, Kana."

Kana tak lagi sanggup menatap lebih, sampai ahirnya dia jatuh pingsan dalam pelukan pria itu.

Bab terkait

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 2

    Keesokan paginya |Kana mengerang menarik tubuhnya selepas bangun tidur. Belum beranjak, tubuhnya masih terbungkus selimut tebal, tatapannya nyalang ke arah langit-langit kamar. Sesaat dia sadar, seperti ada yang salah pagi ini. Kana langsung menyibakkan selimut dan hendak turun dari ranjang. Tapi, dia kembali mengurungkan niatnya melihat seseorang duduk di sofa dekat ranjangnya."Ya ampun! Gue gak mimpi?" gumam Kana menepuk kedua pipinya.DapDapDapKana tak berani menatap pria yang tengah berjalan ke arahnya. Tinggi sekali pria itu, tubuhnya tegap dengan otot lengan nyaris merobek bajunya. Pria itu berdiri tepat di depan Kana, dia sedikit membungkuk menarik dagu Kana agar mendongak menatapnya."Kamu, Kana?"Deg!Kana tertegun dengan suara berat dan sedikit serak itu. Seketika jantungnya berpacu kala kedua mata saling bertemu, Kana benar takjub dengan tatapan pria itu."Saya bertanya!" ulang pria itu, kali ini suaranya lebih sedikit meninggi."Om Bara, Kenapa di rumah saya?"Om? Ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 3

    Setelah dia memberikan kunci itu pada Bara, segera mereka meninggalkan rumah yang mungkin saja sudah di incar para kawanan penembak semalam. Bara melajukan motor sport Kana cukup kencang, Kana mengeritkan keningnya melihat jalur keluar dari jalan raya."Om, kita mau kemana?"Bara tak menyahut, dia semakin melajukan kecepatan motornya dan itu berhasil membuat Kana memeluk erat tubuh Bara. Bara tersenyum kecil merasakan lingkaran tangan Kana di perutnya. Tak lagi dia rasakan sakit pada luka tembakan semalam, setelah bertemu dengan Kana, sepertinya luluh semua rasa sakit pada tubuhnya.Bara membelokkan motor itu ke halaman bangunan bertingkat yang di kelilingi pagar tembok tinggi dengan pintu gerbang besi tebal yang otomatis terbuka. Kana semakin bingung, ini bukan rumah dimana Dira tinggal. Kemana Bara membawanya? Di sana mereka di sambut dengan beberapa pengawal bertubuh tegap dengan pakaian rapi serba hitam. Mereka membungkuk memberi hormat kala Bara melewati para penjaga di sana.Kan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 4

    Malam hari |Kana duduk di tepi ranjang sambil meremas jari-jari lentiknya. Tidak dia pedulikan beberapa orang di sana yang sedang menghias kamar menjadi kamar pengantin. Buka hanya itu, di sana juga tampak dua orang tengah sibuk memasang gaun pengantin berwarna putih pada sebuah Mannequen.Lagi, Kana tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saja Bara masuk kerumahnya, membawanya pergi dan memintanya menikah. Apa sebenarnya yang Bara inginkan.Ceklek.Bara melirik kamar yang sudah hampir selesai di hiasi dengan dominan warna merah dan bunga mawar merah. Dia melihat Kana duduk termenung di ranjang, memutuskan menghampiri gadis kecil itu."Kamu harus istirahat, besok acara pernikahan akan berlangsung satu hari dan kamu akan kelelahan." kata Bara. Kana mengangkat pandangannya menatap nanar pada pria yang katanya besok akan menikahinya."Enak banget Om ngomongnya. Emangnya Om gak mikir gimana Kana? Masa depan Kana? Om tau keluarga Kana gimana, dan Om juga pasti tau tentang Indira.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 5

    Malam hari |Kana melepaskan high heels dari kakinya yang terasa pegal karena seharian berdiri dan berjalan kenalan dengan para kolega Bara. Cukup banyak yang hadir, beberapa orang terpenting yang Bara undang.Kana berdiri mencoba menarik resleting di punggungnya yang sulit dia jangkau. Dia sampai membusungkan dadanya mencari dimana pengait gaun itu."Panggil saya kalau kamu kesulitan, Ai."Kana menegang! Bara datang tiba-tiba menarik pinggangnya dan menurunkan resleting itu. Kana masih memegangi bagian depan gaun agar tidak terlepas. Malu rasanya."Kenapa? Kamu sudah menjadi istri saya, sudah seharusnya saya lihat lekuk tubuh kamu.""Enggak!" Kana menjauh dari Bara sambil menarim selimut menutup tubuhnya."Kana gak mau!"Bara tersenyum miring melihat wajah memerah Kana. Dia menginjak pucuk selimut di lantai dan berjalan mendekati Kana."Om, please. Kana belum siap,"Bara menghentikan langkahnya, jakunnya naik turun menelan salivanya mendengar kalimat Kana. Dia melihat sorot ketakutan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 6

    Keesokan paginya |Kana terbangun dari tidurnya tepat pukul 6 pagi. Dia mencoba melepaskan lengan Bara yang melingkar di perutnya. Bukannya terlerai, justru Bara malah semakin mengeratkan pelukannya."Om, ini udah pagi. Kana mau kuliah." Bara tak menghiraukan, dia malah mendusal mengecup ceruk leher Kana."Om!""Mas gak akan lepas kalau kamu masih panggil 'Om.""Kana lupa. Ya udah, lepasin Mas."Bara memutar tubuh Kana agar menghadapnya."Morning, My Wife." ucap Bara mengecup kening Kana. Kana diam tersipu malu, dia merasa kalau wajahnya pasti sudah memerah."Gak mau balas sapaan Mas?""Iya, morning too.""Kok gitu doang, gak sosweet.""Ihh apaan sih! Awas ah, Kana mau mandi, Mas!""Bentar dulu, Ai. Mas masih mau peluk kamu.""Ntar Kana terlambat, kampus Kana makin jauh dari sini."Bara baru ingat, mereka tengah berada jauh dari pusat kota. Untuk sampai ke kampus Kana butuh waktu tempuh sekitar 45 menit. "Mas!""Ok, Mas lepasin. Tapi cium dong, dikit aja."Kana mengeritkan keningnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   Bab 7

    Siang hari |Setelah bertengkar tadi, dan Bara berhasil meluluhkan kembali hati Kana untuk berbaikan. Kana menerima takdir kalau dirinya benar milik sang Bara, bukan hanya status dalam buku nikah. Tapi juga sah status sebagai istri Bara yang mungkin sebentar lagi akan menjadi Ibu."Sayang, Mas izin keluar sebentar 'ya." Bara memeluk Kana yang tengah duduk di depan cermin rias."Mau kemana?""Mau liat perusahaan.""Lama gak?""Enggak."Kana memutar tubuhnya menghadap Bara dan mendongak menatap pria itu."Mas, boleh Kana tanya sesuatu?""Boleh, mau tanya apa?" Bara mengusap rahang mulus Kana. Kana melirik bagian perut Bara dan mengusapnya dari balik kemeja hitam yang Bara kenakan."Sebenarnya Mas ini siapa? Kerja apa?" tanya Kana tanpa menatap Bara.Bara menggenggam tangan Kana, dia langsung menunduk bersimpuh di depan Kana. Sangat me-Ratukan sang istri."Apa itu penting?""Penting Mas. Kayanya pekerjaan Mas berbahaya. Lihat, sampek luka gitu.""Enggak kok, ini cuma ulah orang yang iri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 8

    Di tengah jam pelajaran, Kana terus memperhatikan Indira. Dia tidak mengerti dengan jalan fikiran Indira. Apa tidak terfikir di benat Indira untuk menghargai Bara sebagai Ayah, walau tidak kandung."Kana! Kamu dengar saya?"Kana tersentak mendengar dosen pengajar menegurnya keras."I-iya Bu, dengar." jawab Kana."Coba kamu jelaskan, apa yang Ibu katakan tadi."Masih baik Kana murid yang cerdas, tanpa memperhatikan pun dia mengerti jalan pelajaran yang di jelaskan dosen itu. Lihai sekali dia menjelaskan materi pelajaran."Bener 'kan, Bu?" Dosen wanita itu menaikan sebelah alisnya menatap Kana. Sudah salah dia menguji Kana, dia bukan sembarang Siswi yang sulit jika di beri soalan."Lain kali jangan melamun, Ujian Semester kalian sebentar lagi.""Iya Bu!" Kana kembali duduk, posisi duduknya berada tepat di belakang Indira."Lo kenapa, Na?" bisik Indira."Enggak, gue gak apa-apa."Jam pulang sekolah |"Lo balik kemana, Na?""Eumm, kos. Gue sekarang sewa kosan.""Oh ya, dimana?""Emmmm-,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikah Dengan Daddy Mafia   Bab 9

    Ceklek.Pukul 01:20 | Bara kembali masuk ke kamar setelah mengurus Pram yang datang. Dia tidak menyadari kalau Kana tidak ada di ranjang. Bara mengecek luka yang sudah beberapa hari ini dia abaikan, sepertinya luka itu mulai membaik. Obat yang Livy berikan cukup manjur untuk luka tembak yang dia alami beberapa waktu lalu. Iya, Bara hanya mengandalkan dari obat yang Livy suntikan, pil yang di berikan tidak pernah sama sekali dia minum. Bara langsung membuang benda yang tidak pernah dia telan walau sesakit apapun dirinya."Mas," Deg! Bara meremang ketika sebuah tangan menyusup dari belakang mengusap dadanya. Deru nafas hangat terasa menyapu ceruk lehernya, bau parfum yang begitu menggoda kejantanan, membuatnya sulit bernafas. Bara membawa tangan mungil itu, menariknya pelan hingga si pemilik beralih duduk di pangkuannya.Glek!Lagi, Bara di buat jantungan melihat tubuh seksi Kana dalam balutan lingerie merah dengan bahan satin. Tampak pucuk niple mungil Kana menonjol, membuat sang Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 25

    Tiga bulan kemudian |CeklekLangkah kaki pria tampan itu mendekati branker dimana perempuan kesayangannya tengah terbaring lemah dengan selang infus di tangannya. Bouquet berisi mawar merah berukuran besar yang dia bawa, di letakkan di atas nakas dekat branker."Sayang, Mas datang." bisik laki-laki dengan senyum di bibirnya seraya mengusap lembut pipi wanitanya.Seketika mata perempuan itu terbuka, membalas senyum begitu melihat prianya datang."Jangan bergerak, Ra. Tiduran aja," Bara menahan tubuh Kana agar tidak mengubah posisi tidurnya."Mas, Kana udah baikan.""Enggak, kamu gak boleh banyak bergerak. Luka tembakkan kamu masih belum pulih,"Kana tersenyum, mengusap tangan kekar sang suami dan memberinya kecupan di punggung tangannya."Cepet sembuh sayang, Mas gak tega liat kamu begini. Maaf, karena Mas kamu jadi sakit, Mas akan buat perhitungan buat Dinar.""Dimana dia?" tanya Kana dengan s

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 24

    Di rumah | Bara dan Kana sudah sampai di rumah, para boneka yang Bara dapat tadi dia bawa ke kamar. Kana tenggelam dalam lautan boneka di atas ranjang. Dia memeluk semua boneka menggemaskan dari pasar malam. "Sayang, turunin dulu bonekanya. Mereka gak boleh tidur sama kamu." "Ish apa sih! Masa sama boneka aja cemburu." Kana mendengkus kesal melihat suaminya menurunkan semua boneka dari atas ranjang. "Ganti baju, gih." Bara memberikan dres tidur minim bahan untuk Kana. Kana mengeritkan keningnya melihat lingerie berwarna putih yang Bara berikan. Dia langasung mengerti kenapa suaminya memberikan pakaian haram itu. "Sayang." "Iya, bentar ih!" Kana beranjak dari ranjang, bukannya ke kamar mandi, dia malah ke walk in-closet mengambil piyama. Hampir 30 menit lamanya Bara menunggu sambil mengecek pekerjaan dari gawainya. Kana keluar dari kamar mandi mengenakan piyama ungu, dengan santainya mengabaikan keinginan Bara. "Ai, kenapa gak pake lingerie tadi?" "Dingin." balas Kana sekenan

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 23

    Malam hari, Rumah Utama |Edgar menemani Indira mengerjakan tugas sekolah yang guru berikan pada Bara waktu itu. Telaten sekali dia mengajari calon istrinya itu mengerjakan soal Matematika. Indira memang tidak secerdas Kana, dia harus ekstra keras untuk belajar agar mendapat nilai yang lumayan bagus. Tidak seperti Kana, cukup dengan sekali mengingat materi, sudah bisa mengerjakan soal dengan mudah."Bang, memangnya Daddy cerita apa aja sama Mamah di Prancis." tanya Indira mengalihkan rasa jenuhnya dengan tugas itu."Masalah apa?""Masalah Dira, kok bisa Daddy tiba-tiba suruh Abang datang dan jodohin sama Dira."Edgar tersenyum menutup buku pelajaran Indira."Sebelum Bara jodohin kita, Abang udah lebih dulu minta kamu jadi jodohnya Abang. Kamu masih kelas 6 SD, abang udah pergi ke Prancis. Dan abang udah janji, akan balik lagi buat nikahin kamu.""Kenapa Abang mikir gitu?""Karena abang suka sama kamu.""Terus, Daddy bilang apa?""Dia cerita banyak hal, Mamah mengerti maksud dia. Begit

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 22

    "Keluarga Kana? Selama ini gak pernah mereka cari ataupun peduli sama Kana?""Kamu tau pasti tentang keluarganya?""Iya taulah, Bang. Dira tuh udah lama sahabatan sama Kana, dan setau Dira, mereka gak ada sama sekali mikir biaya hidup Kana. Masih baik Kana pinter, jadi biaya sekolah dapet beasiswa. Untuk yang lainnya, dia harus ikut balapan buat dapet uang. Kadang kerja paruh waktu di cafe atau warung kaki lima." jelas Indira panjang lebar mengenai kehidupan Kana."Terus, kenapa sekarang mereka cari Kana?""Dira curiga, pasti ada sesuatu yang gak beres. Terakhir Kak Maudy pergi gitu aja sama pacarnya karena rumah mau di sita.""Jadi, rumahnya udah di sita?""Kayanya udah. Kasihan Kana, Bang. Kalau sampe keluarganya manfaatin Kana, Dira yakin banget ada sesuatu yang buruk bakal nimpa Kana.""Kamu tenang aja, Daddy mu gak akan biarkan itu terjadi. Kana pasti aman sama Daddy Bara, kamu percaya 'kan sama Daddy mu?""Iya percayalah, secarakan keluarga Kana cuma kita. Gak yakin Dira mereka

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 21

    Setelah selesai membahas masalah kematian Ayahnya, Bara menutup pertemuan dengan adiknya. Edgar meraih ponselnya dan menunjukkan sesuatu pada Bara."Apa ini?""Keluarga Kana. Mereka nyebarin poster kehilangan, mereka udah mulai cari Kana, Bang."Bara mengepalkan erat tangannya, marah sekali melihat deretan poster kehilangan yang sudah menyebar."Dari mana kamu dapat ini?""Mini market, tadi gak sengaja ketemu pas beli rokok. Tadinya aku kira ini bukan Kana, tapi setelah ku lihat lagi ternyata bener.""Brengsek!""Keluarga mereka gak tau, Kana nikah sama Abang?""Enggak.""Kakaknya juga?""Keluarga mereka gak harmonis, Ed. Kamu denger sendiri 'kan, Pram bilang apa? Bahkan Papahnya sendiri punya fikiran buruk itu. Kalau bukan karena Papahnya, udah Abang bunuh tu orang tua.""Terus sekarang gimana? Ini Kana udah di cari, pasti mereka bakal datang ke pihak sekolah dan cari informasi di sana. Mereka tau 'kan Abang yang jadi walinya Kana? Pasti mereka bakal bilang ke keluarga Kana,"Bara me

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 20

    Malam hari |Bara dan Kana duduk di bangku taman samping rumah, mereka menikmati malam sambil memakan potongan buah dan cemilan lainnya."Mas, gimana kabarnya dokter Livy?" tanya Kana bersandar di lengan sang suami."Mas belum telfon dia." Kana mendongak menatap Bara yang masih menikmati minumannya."Kok belum? Telfon dong, Mas tanya dia udah gimana. Mas jadi temen gak perhatian."Bara menenggak habis minumannya, dan menarik bibir manis Kana, menyesapnya lembut."Dia pasti baik-baik aja." kata Bara di sela pagutannya."Yakin?""Iya, dia akan telfon Mas kalau ada sesuatu.""Emmm.""Kamu kenapa? Kok tiba-tiba tanya dokter Livy?""Kana kepikiran sama kandungannya, Mas. Dia jaga gak ya, bayi itu.""Dia dokter, gak mungkin dia melakukan hal sebodoh itu. Bayi itu gak salah, yang salah perbuatan orang tuanya.""Kalo Kana hamil, Mas seneng gak?"Bara menunduk menatap wajah cantik istrinya yang terkena pantulan sinar rembulan."Kamu mau tau, apa yang akan Mas lakukan saat tau kamu hamil?""Ap

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 19

    "Masak? Untuk apa?""Untuk suami gue lah.""Hahh? Yakin lo mau masak?""Iya, gue juga mau kasih kesan buat Bara.""Jadi maksud lo, lo mau kasih kesan kaya Dinar, gitu?" Kana mengangguk cepat."Kana, lo bego banget sih. Kalo lo mau kasih kesan buat Daddy, kasih yang lain lah. Jangan masak, Kana.""Kenapa? Lo bilang dia sering masak buat Bara.""Iya, tapi kalo lo buat gitu juga, itu artinya lo sama kaya dia. Lo mau, Daddy anggap lo sama kaya Dinar.""Ya enggak lah, gila lo!""Ya makanya, Kana, kasih kesan yang lain."Kana mencebikan bibirnya kesal, kesan apa yang bisa dia berikan untuk suaminya. Dia hanya lihai dalam semua materi pelajaran dan balapan, sisahnya, nihil."Gue gak tau mau kasih kesan apa? Gue sendri gak tau, Bara sukanya apa? Hobinya apa? Gue gak tau apa-apa tentang suami gue sendiri, gimana mau kasih kesan.""Tanpa kamu lakukan apapun, Mas udah sangat terkesan sama kamu."Kana menegang melihat Bara tiba-tiba datang menghampirinya dan mengecup keningnya. Tampak juga Edgar

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 18

    Bara baru selesai mengurus masalah kuliah Kana dan Indira. Pihak kampus setuju untuk melakukan Darring pada kedua muridnya itu selama satu minggu kedepan. Bara membawa beberapa materi yang sempat Kana tinggal, guru pengajar memberikan soal ulangan juga."Om Bara!"Bara menoleh kala namanya di panggil, di sana dia melihat tiga remaja pria menghampirinya."Ini kunci motor Kana, saya udah kirim motornya ke alamat yang Om bilang." Bara menerima kunci motor milik Kana dari Rio."Om, kita boleh ketemu Kana sama Dira gak?" kata Alvin."Untuk sentara tidak." balas Bara dengan nada datar."Jadi, kapan dong?""Mau apa kalian bertemu mereka?""Kita cuma mau berkunjung aja kok, Om. Kana dan Dira juga kan teman kita."Bara menatap ketiga remaja itu, setelahnya dia pergi dari sana tanpa bicara sepatah kata pun. Dia bahkan tidak menjawab kapan mereka bisa mengunjungi Kana dan Indira."Tuh liat, gak serem lo pada berurusan sama dia? Gue yakin, di balik jasnya itu, ada pistol." kata Rio."Serius lo, l

  • Menikah Dengan Daddy Mafia   MDDM 17

    Kana duduk di tepi ranjang, memainkan kuku panjangnya yang tak lagi terawat. Walau tampak sibuk dengan kuku, tapi fikirannya tetap mengarah pada masalah tadi. Ternyata benar kata Bara, menjadi keluarga Mafia tidak mudah. Harus pandai menjaga identitas agar musuh tidak mudah mengenali keluarganya."Sayang, kok belum tidur?" tanya Bara yang baru saja masuk kamar."Gimana keadaan Indira, Mas?" Kana langsung berdiri mendekati Bara."Udah lebih tenang, dia udah di temani Edgar.""Kenapa Mas gak bilang, kalau Dira di culik?""Memangnya kalau Mas bilang, kamu mau apa? Ikutan?"Kana mencebikkan bibirnya maju kedepan dengan wajah menekuk kesal."Mas gak mau kamu ribut minta ikut, bisa dalam bahaya kamu. Itu saja kamu udah jadi incarannya, karena masalah Papa mu."Kana menatap tajam pada Bara, barusan dia mengatakan 'Papamu' padahal jelas pria itu adalah mertuanya."Mas! Dia mertua kamu!""Iya, Mas tau. Tapi orang tua mana yang tega, jual anaknya. Apa pantas seperti itu di sebut orang tua?""Ma

DMCA.com Protection Status