Share

Masa lalu Saskia

 Saskia mendorong pelan Jhon, "maaf, maksud kamu apa ya?"

 Jhon menghembuskan napas, "hemmm? Jadi dari pada kita mengobrol disini ... Boleh saya ke rumah kamu? Sekalian menganti rugi semua kerusakan dagangan kamu."

 Saskia mengangukan kepala dan membereskan semua dagangannya lalu pergi kerumahnya bersama Jhon.

 Dirumahnya terdapat ayah Saskia yang sedang sakit dan adik Saskia, Saskia mengatakan, "assalamualaikum." Dengan masuk kerumahnya.

 "Walaikumsalam," jawab Lusy.

 Lalu Saskia masuk kerumahnya, namun tiba-tiba.

 "Aghhh," teriak Pak Mario.

 Saskia dan Lusy langsung masuk ke kamar ayahnya dengan panik, namun Saskia terlihat paling panik dari semuanya, "Papah? Papah kenapa?"

 Lusy memegang tangan Pak Mario, "Pah ... Papah tahan ya? Kak Saskia pasti bisa mendapatkan uang banyak buat biaya rumah sakit, kalau perlu ... Lusy bisa jual beberapa barang Lusy untuk tambahan."

 "Tidak perlu Lusy ... Saskia ... Papah sudah tidak kuat lagi, Papah ingin kalian ada yang merawat, itu lah alasan Papah kuat selama ini." Pak Mario melihat kearah Jhon, "sepertinya ... Aghh." Pak Mario memegang dadanya.

 Lusy dan Saskia langsung kaget dan memegang ayahnya.

 Namun ayahnya seperti menahan sakitnya sebentar untuk berbicara lagi, dengan melihat kearah Jhon dan kembali menatap Saskia ... Pak Mario berkata, "Papah senang sekali melihat akhirnya kamu Saskia, membawa calon suami kamu kerumah."

 Ucapan Pak Mario itu membuat Saskia bingung dan kaget karena kesalahan pahaman itu, "ta-tapi Pah ..."

 "Aghh." Pak Mario semakin kesakitan, "Papah tidak ingin terlalu banyak bicara lagi, dan kamu ..." Pak Mario menatap Jhon, "tolong ... Rawat Saskia dan adiknya. Aghh." Pak Mario langsung tertidur seperti mendadak meninggal.

 "Pah? Yaampun Pah ..." Saskia dan Lusy terkejut dengan itu.

 Jhon ikut terkejut dan berkata, "kita bawa kerumah sakit saja." Dengan mengendong Pak Mario dan pergi dari rumah itu.

 Sesampainya dirumah sakit, Saskia dengan cepat memanggil dokter untuk menanggani ayahnya.

 "Pak ... Tolong Pak tanggani Papah saya," teriak Saskia.

 "Eh ... Baik De."

 Jhon menaruh Pak Mario dengan pelan ditempat tidur jalan pasien yang berwarna biru, dengan cepat dan panik suster dokter bahkan Saskia dengan Lusy pun mendorong tempat tidur itu dengan wajah yang sangat panik.

 Saat sampai didepan ruangan dokter itu berkata, "maaf tunggu diluar ya, pasien akan kami tangani semaksimal mungkin."

 Saskia Lusy dan Jhon berhenti didepan ruangan dengan Saskia yang berkata, "eh Iyah Dok."

 Dokter dan suster itu meninggalkan Saskia dan yang lain diluar dengan masuk ke ruangan tersebut.

 Proses menangani Pak Mario sangat memakan waktu, suster yang membantu dokter itu berkata, "Sepertinya pasien sudah tidak bisa ditolongi, dok."

 Dokter itu menyadari bahwa jantungnya sudah tidak berdetak lagi dan mustahil untuk bisa berdetak, "kita coba mengunakan ...... Untuk memeriksa detak jantungnya."

 "Baik dok."

 Namun proses itu ternyata berhasil, detak jantung Pak Mario sudah bisa berdetak lagi, dengan senang dokter itu menghelapkan napas.

 Pak Mario sudah siluman dan berkata, "Dok ... Saya ingin bertemu dengan anak saya, bisa?"

 Dokter itu tidak mungkin menolak permintaan Pak Mario, dan dia berkata, "baik Pak, saya akan panggilkan anak bapak."

 Saat dokter itu berbalik badan untuk memanggil anak dari pasien Pak Mario menghentikannya dengan berkata, "tunggu dok!"

 Dokter itu menghentikan niatnya dan kembali melihat kearah Pak Mario, "Iyah Pak?"

 "Tolong ... Panggilkan laki-laki yang tadi bersama anak saya."

 Dokter itu menganggukan kepala dan pergi keluar ruangan.

 Saat dokter itu membukakan pintu Saskia dan yang lain langsung berdiri dari duduknya menghampiri dokter, "dok? Bagaimana dengan Papah saya dok? Papah saya selamat kan?" Ucap Saskia.

 Dokter itu menatap lembut Saskia dengan menjawab, "Alhamdulillah pasien sudah siluman dan baik-baik saja meskipun tadi detak jantungnya sempat berhenti," ucapan tentang detak jantung itu membuat Saskia dan Lusy kaget ... "Tapi ... Pasien minta untuk bertemu dengan kalian semua."

 Semuanya mengangukan kepala dan masuk ke ruangan Pak Mario.

 Diruangan Pak Mario tersenyum lembut menatap kedatangan Saskia dan yang lain, Saskia sangat cemas dan langsung berlari menghampiri Pak Mario.

 "Pah ... Papah baik-baik aja kan?" Cemas Saskia.

 Pak Mario mengangukan kepala, dia memegang tangan Saskia dengan berkata, "Alhamdulillah ... Papah sudah baik-baik saja Saskia," lalu Pak Mario melihat kearah Jhon dan memalingkan pandangannya kepada Saskia, "Papah menguatkan diri untuk hidup lagi didunia ini, karena bagi Papah ada yang kurang."

 Saskia dan Lusy merasa bingung dengan ucapan ayahnya, Saskia membalas pegangan tangan ayahnya dan menjawab, "maksud Papah?"

 Pak Mario mengangukan kepala, "Papah ingin menyaksikan pernikahan kalian."

 Ucapan Pak Mario membingungkan bagi Saskia, "Tapi Pah ... Saskia gak punya calon suami?"

 Pak Mario bingung, dia meraih tangan Jhon hingga Jhon sadar maksudnya dan mendekatkan tangannya ke tangan Pak Mario dan Pak Mario mampu memegang tangan Jhon.

 Dengan menyatukan tangan Jhon dan Saskia, lalu Pak Mario berkata, "Bukankah kalian pacaran?"

 Saskia sangat terkejut dan ingin sekali berkata kalau ayahnya salah tangkap tentang hubungan mereka berdua, tapi Saskia tidak ingin ayahnya kenapa-kenapa apa lagi dirinya baru sembuh dari sakitnya.

 "Papah tidak tau apa Papah sanggup bertahan lama, Papah ingin melihat kalian berdua menikah."

 "Pah ... Papah tolong jangan bicara seperti itu ..." Ucap Saskia yang ternyata Jhon langsung memotongnya dengan mengatakan ...

 "Saya akan segera menikahi anak om."

 Hingga sontak Saskia melihat kearah Jhon dengan sangat kebingungan.

 "Papah ingin segera ..." Usainya.

 Jhon dan Saskia saling memandang keheranan.

 Treneng ... Treneng ...

 Hp Lusy berbunyi ...

 Lusy melihat kelayar hp yang ternyata penelponnya adalah pacarnya.

 Lusy mengatakan, "bentar yah Pah? ... Kak ..."

 Saskia hanya menganggukan kepala, lepas itu Lusy keluar ruangan.

 Lusy mengangkat teleponnya, dia berkata, "Halo sayang? ..."

 "Sayang ... Kamu dari mana aja sih? Aku nungguin kamu dari tadi, kamu jadi kan dengan janji kita?"

 "Yaampun sayang, aku pasti inget lah ... Tapi Papah aku benar-benar sakitnya kumat dan sekarang aku ada dirumah sakit."

 "Iyah ... Iyah ... Kamu urusin aja tuh Papah kamu yang sakit-sakitan."

 "Yaampun sayang, kalau aku gak butuh mereka buat ngadopsi aku ... Maka aku juga gak mau pura-pura peduli sama mereka, udah ah! Nanti aku datang kesana kok."

 "Janji ya?"

 "Iyah ..."

 "Yaudah muwah."

 "Muwah ..."

 Lalu Lusy menutup telepon itu dan kembali masuk keruangan.

 Crek ... Crek ... Crek ...

 Suara sepatu Peby yang sedang melangkah untuk menemui seseorang di cafe.

 'Kemana sih itu orang,' ucap dalam hatinya.

 Peby melihat kekanan-kiri dan akhirnya melihat seseorang yang memang ingin dia temui.

 "Assalamualaikum ..." Ucap Peby dengan duduk disampingnya.

 "Walaikumsalam ..."

 Yang ternyata lelaki yang dia temui adalah Rion.

 "Iyah ... Apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya Rion."

 Rion tersenyum tipis, "kamu masih ingat dengan Saskia?"

 Peby mengangkat satu alisnya dan menatap tajam Rion, "tentu ... Kenapa ya?"

 Rion tersenyum tanpa suara dengan berkata, "saya sudah menemukan seseorang yang cocok untuk menjebaknya dan menghukumnya atas apa yang sudah dia lakukan kepadaku dimasa lalu."

 "Waw ... Sepetinya hal ini akan seru."

 "Tentu, saya akan membuat dia menangis ... Sama seperti yang telah dia lakukan padaku."

 Peby mengangukan kepala dengan hati yang senang.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status