Beranda / Romansa / Menggoda Sang Paman / Ada apa dengan Om?

Share

Ada apa dengan Om?

Penulis: Centong ajaib
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-03 22:15:38

Minggu-minggu menjelang ujian semester benar-benar menyita waktu dan tenaga Nabila. Pagi hingga sore ia sibuk dengan kelas, lalu sorenya belajar bersama teman-temannya di perpustakaan atau kafe dekat kampus.

"Nab, nanti sore kita belajar bareng lagi di perpustakaan?" tanya Wiwin sambil menutup bukunya.

"Iya! Aku masih agak bingung sama materi statistik. Bantu aku lagi, ya?" Nabila mengangguk semangat.

"Tentu saja, spesial buat kamu." Wiwin tertawa kecil.

"Ikut dong, aku juga belum paham materi statistik." Rina yang duduk di sebelah mereka menyahut. "Aku ajak kak Berlian juga ya, biar kita bisa tanya-tanya."

"Boleh tuh." Wiwin terkekeh setuju.

Sedangkan nabila hanya bisa tersenyum kecil.

***

Govan pulang kerja sedikit telat, tapi saat ia memasuki rumah, suasana rumah terasa sunyi dan kosong. Ia melirik jam di dinding. Sudah pukul tujuh malam.

"Kemana anak itu? Apa dia dikamarnya?" Hati Govan bertanya-tanya.

"Bil?"

"Nabila?!" Panggil Govan lembut sambil membuka dasi di lehernya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menggoda Sang Paman   Ujian

    "Om kenapa ya? Sikapnya aneh banget," gumam Nabila sambil mencuci piring.Setelah selesai mencuci piring dan membereskan meja makan, Nabila membawa buku-bukunya ke ruang tamu. Ia membentangkan buku catatan, laptop, dan beberapa print-out materi kuliah di atas meja. Lampu ruang tamu menyala terang, namun suasana terasa sepi.“Nggak istirahat dulu? Kamu gak cape apa belajar terus?” tanya Govan yang baru saja keluar dari kamarnya, ia menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menatap gadis itu yang tampak serius mencoret-coret buku.“Capek sih, tapi materi UAS minggu depan banyak banget, Om. Aku takut ketinggalan. Dosenku killer semua, ngeri kalau sampai remedial,” jawab Nabila tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Govan hanya mengangguk kecil. Matanya terus mengawasi gerak-gerik Nabila. Meskipun ia berusaha menutupi perasaannya, tetap saja rasa tak nyaman itu menu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Menggoda Sang Paman   Ritual pagi sebelum ujian

    Malam. Ketika mereka selesai makan malam, dengan wajah lesu Nabila menghampiri Govan yang tengah duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.Govan menoleh begitu menyadari kedatangan Nabila."Ada apa? Dari tadi Om perhatikan muka mu lesu amat. Tadi gimana ujiannya? Lancar?" tanyanya Govan."Jangan tanya lagi, Om. Aku lagi bete parah. Ujiannya parah banget! Sumpah! Soalnya kayak dari planet lain." Nabila mendesah, menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan dramatis."Sesusah itu?" Govan mengerutkan kening, sedikit khawatir."Iya. Aku belajar semalaman, tapi soal yang keluar malah nggak nyambung," gerutunya. "Satu kelas pada ngeluh semua.""Setidaknya kamu udah usaha maksimal, itu yang penting." Govan tersenyum simpati."Iya sih… tapi tetep aja nyesek." Nabila mengambil gelas itu dan menyesap perlahan."Besok masih ada ujian, kan?" Govan menatap gadis itu dalam-dalam.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Menggoda Sang Paman   Cup:3

    "Nab?" panggil Govan, sedikit bingung dengan tatapan gadis itu.Tanpa menjawab, Nabila tiba-tiba mencondongkan tubuhnya. Dalam hitungan detik, bibirnya menyentuh bibir Govan.Cup... Sensasi lembutnya dan hangatnya bibir Nabila sekilas tidak cukup untuk membuat jantung Govan berhenti berdetak sejenak.Govan terpaku. Matanya membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia bahkan tidak sempat merespons, karena begitu bibir mereka terpisah, Nabila langsung tersenyum lebar dan membuka pintu mobil."Doain aku, ya, Om!" katanya ceria, sebelum menutup pintu dan berlari menuju gedung kampus.Govan masih diam di tempat. Tangannya menggenggam setir erat-erat. Nafasnya sedikit tersengal. Ia masih belum sepenuhnya mencerna kejadian barusan."Apa… yang barusan terjadi?"Bibirnya masih terasa hangat. Ia menyentuhnya perlahan, seolah ingin memastikan itu bukan mimpi."Dia… nyium aku?"Govan menoleh ke arah kampus, tempat Nabila sudah menghilang dari pandangan. Dadanya berdebar tak karu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Menggoda Sang Paman   "Senyum ya Om"

    Nabila masih duduk di ruang tamu, memeluk bantal dan menatap layar televisi yang bahkan tak ia perhatikan. Pikiran gadis itu melayang entah ke mana, tepatnya pada pria yang baru saja masuk ke kamarnya dan meninggalkan hawa canggung di udara.Govan akhir-akhir ini jadi berbeda. Lebih pendiam, lebih sering melamun, dan yang paling terasa, dia seperti sedang menjaga jarak darinya. Nabila bisa merasakannya. Bukan karena ia terlalu sensitif, tapi karena selama ini Govan selalu hangat padanya. Kini, senyumnya seakan diselimuti kabut tipis. Jauh dan penuh beban.“Apa aku salah ngomong ya tadi?” gumam Nabila pelan. “Apa dia marah karena aku pulang telat? Tapi kan aku udah bilang…”Matanya menatap kotak kue yang masih utuh di atas meja. Belum disentuh. Padahal, Govan biasanya langsung membuka dan mencicipinya, apalagi kalau tahu itu kue favoritnya.Nabila mendesah. Ia memeluk lututnya, meletakkan dagu di sana, lalu bergumam pelan, “Om kenapa sih? Aku salah apa?”Beberapa detik ia terdiam, sebe

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Menggoda Sang Paman   Maaf Om

    Hosh...Seorang gadis berlari memasuki halaman rumah dengan napas tersengal. Keringat menetes di pelipisnya, membasahi anak rambut yang terlepas dari ikatan asalnya.Tubuhnya yang berisi bergerak cepat, meski setiap langkah terasa berat. Rambut bergelombang tergerai, sebagian menempel di pipinya yang bulat karena keringat. Kacamata yang bertengger di hidungnya sedikit melorot akibat hentakan langkah tergesa-gesanya.Gadis itu bernama Nabila, ia dalam masalah besar karena pulang larut malam.“Astaga…” gumamnya, menepuk dadanya yang masih berdetak kencang. Dada naik turun, menahan rasa panik yang masih menguasai dirinya.Ia berdiri di depan pintu, mencoba mengatur napas. Lampu teras rumah menyinari wajahnya yang kemerahan karena kelelahan. Nabila menggigit bibir, khawatir membuka pintu rumah.Jam di ponselnya menunjukkan pukul 11.10 malam.“Duh, kenapa sih nggak lihat jam tadi? Paman pasti marah...” gumamnya pelan sambil memutar kunci pintu dengan sangat hati-hati, berusaha membuat suar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Hantu?

    KYAAAAA!!!Jeritan melengking memecah keheningan malam.Govan yang baru saja memejamkan mata langsung melek, tanpa pikir panjang, dia berlari ke arah kamar Nabila.Belum sempat membuka pintu, Nabila sudah lebih dulu keluar dengan wajah panik, langsung menerjang tubuh govan hingga tersungkur ke lantai."Om! Hantu!!" serunya dengan suara gemetar, memeluk govan yang ada di bawahnya, jari telunjuknya menunjuk ke arah jendela kamarnya."Aduh berat, Bil!" Seru Govan sesak nafas ditindih Nabila.Nabila menyingkir membantu Govan berdiri lalu memeluknya takut."Hantunya seram om," cicit Nabila. "Hantu?" tanyanya seolah-olah tidak percaya, menatap keponakannya dengan ekspresi datar."Iya! Aku lihat putih-putih melayang di jendela! Aku takut Om!" Nabila mengangguk cepat."Udah besar kok masih takut hantu."Govan mendesah panjang, dari tadi kesabarannya di uji. Dia menatap langit-langit seolah meminta kesabaran lebih dari Tuhan."Udah dibilang jangan kebanyakan nonton film horor. Liat kamu jadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Hinaan

    "Ayo makan siang bersama hari ini? Aku tahu tempat dengan steak terenak di sekitar kantor, aku traktir. Jangan menolak. by: L"Dahi govan mengerut, sesaat rasa gugup menyerangnya tanpa alasan yang jelas. Ia mengangkat kepalanya, menoleh ke arah pintu kantornya yang tertutup rapat."Apa laras yang menaruh kertas ini di sini?" gumamnya, sedetik kemudian ia mendesah pelan, menaruh kembali kertas itu di atas meja tanpa niat membalas.Govan mengabaikannya begitu saja, menganggap ajakan itu hanya basa-basi belaka. Ia bukan tipe pria yang tertarik dengan makan siang gratis.***Kruuuuk...Nabila terbangun dengan perut keroncongan. Ia mengusap matanya yang masih setengah mengantuk, beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur dengan langkah malas.Di meja makan, sudah tersaji hidangan yang disiapkan sepiring nasi goreng dengan lauk yang terlihat menggoda, aromanya menggelitik hidung. Tanpa berpikir dua kali, ia segera duduk dan mulai melahap makanan itu."Seperti biasa, masakan Paman

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Sakit tak berdarah

    "Mereka," gumam hati Nabila, tubuhnya menegang melihat bayangan dua wanita yang tadi mengejeknya masuk dengan senyuman licik.Salah satunya adalah wanita berambut panjang dengan gaun ketat yang membuatnya tampak bak model.Satunya lagi lebih pendek, dengan wajah yang tak kalah cantik, matanya dipenuhi rasa puas setelah mengucapkan hinaan barusan."Astaga, aku masih gak percaya dia bisa makan sebanyak itu. Serius, kasihan banget cowok ganteng itu, pasti terpaksa nemenin dia," ujar suara perempuan itu dengan nada mengejek.Jantung Nabila berdegup kencang pelan-pelan, ia menoleh ke belakang.Mereka berdua kaget saat menyadari keberadaan Nabila, keduanya terdiam sesaat. Lalu, seolah tak merasa bersalah, perempuan bergaun ketat itu menyeringai sinis."Oh? Lihat siapa yang ada di sini," katanya sambil menyilangkan tangan di dada.Nabila menelan ludah. Tangannya gemetar, tapi ia tetap berdiri tegak, mencoba terlihat tidak terpengaruh."Apa ada yang mau kalian bicarakan denganku?" suaranya te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Menggoda Sang Paman   "Senyum ya Om"

    Nabila masih duduk di ruang tamu, memeluk bantal dan menatap layar televisi yang bahkan tak ia perhatikan. Pikiran gadis itu melayang entah ke mana, tepatnya pada pria yang baru saja masuk ke kamarnya dan meninggalkan hawa canggung di udara.Govan akhir-akhir ini jadi berbeda. Lebih pendiam, lebih sering melamun, dan yang paling terasa, dia seperti sedang menjaga jarak darinya. Nabila bisa merasakannya. Bukan karena ia terlalu sensitif, tapi karena selama ini Govan selalu hangat padanya. Kini, senyumnya seakan diselimuti kabut tipis. Jauh dan penuh beban.“Apa aku salah ngomong ya tadi?” gumam Nabila pelan. “Apa dia marah karena aku pulang telat? Tapi kan aku udah bilang…”Matanya menatap kotak kue yang masih utuh di atas meja. Belum disentuh. Padahal, Govan biasanya langsung membuka dan mencicipinya, apalagi kalau tahu itu kue favoritnya.Nabila mendesah. Ia memeluk lututnya, meletakkan dagu di sana, lalu bergumam pelan, “Om kenapa sih? Aku salah apa?”Beberapa detik ia terdiam, sebe

  • Menggoda Sang Paman   Cup:3

    "Nab?" panggil Govan, sedikit bingung dengan tatapan gadis itu.Tanpa menjawab, Nabila tiba-tiba mencondongkan tubuhnya. Dalam hitungan detik, bibirnya menyentuh bibir Govan.Cup... Sensasi lembutnya dan hangatnya bibir Nabila sekilas tidak cukup untuk membuat jantung Govan berhenti berdetak sejenak.Govan terpaku. Matanya membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia bahkan tidak sempat merespons, karena begitu bibir mereka terpisah, Nabila langsung tersenyum lebar dan membuka pintu mobil."Doain aku, ya, Om!" katanya ceria, sebelum menutup pintu dan berlari menuju gedung kampus.Govan masih diam di tempat. Tangannya menggenggam setir erat-erat. Nafasnya sedikit tersengal. Ia masih belum sepenuhnya mencerna kejadian barusan."Apa… yang barusan terjadi?"Bibirnya masih terasa hangat. Ia menyentuhnya perlahan, seolah ingin memastikan itu bukan mimpi."Dia… nyium aku?"Govan menoleh ke arah kampus, tempat Nabila sudah menghilang dari pandangan. Dadanya berdebar tak karu

  • Menggoda Sang Paman   Ritual pagi sebelum ujian

    Malam. Ketika mereka selesai makan malam, dengan wajah lesu Nabila menghampiri Govan yang tengah duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.Govan menoleh begitu menyadari kedatangan Nabila."Ada apa? Dari tadi Om perhatikan muka mu lesu amat. Tadi gimana ujiannya? Lancar?" tanyanya Govan."Jangan tanya lagi, Om. Aku lagi bete parah. Ujiannya parah banget! Sumpah! Soalnya kayak dari planet lain." Nabila mendesah, menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan dramatis."Sesusah itu?" Govan mengerutkan kening, sedikit khawatir."Iya. Aku belajar semalaman, tapi soal yang keluar malah nggak nyambung," gerutunya. "Satu kelas pada ngeluh semua.""Setidaknya kamu udah usaha maksimal, itu yang penting." Govan tersenyum simpati."Iya sih… tapi tetep aja nyesek." Nabila mengambil gelas itu dan menyesap perlahan."Besok masih ada ujian, kan?" Govan menatap gadis itu dalam-dalam.

  • Menggoda Sang Paman   Ujian

    "Om kenapa ya? Sikapnya aneh banget," gumam Nabila sambil mencuci piring.Setelah selesai mencuci piring dan membereskan meja makan, Nabila membawa buku-bukunya ke ruang tamu. Ia membentangkan buku catatan, laptop, dan beberapa print-out materi kuliah di atas meja. Lampu ruang tamu menyala terang, namun suasana terasa sepi.“Nggak istirahat dulu? Kamu gak cape apa belajar terus?” tanya Govan yang baru saja keluar dari kamarnya, ia menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menatap gadis itu yang tampak serius mencoret-coret buku.“Capek sih, tapi materi UAS minggu depan banyak banget, Om. Aku takut ketinggalan. Dosenku killer semua, ngeri kalau sampai remedial,” jawab Nabila tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.Govan hanya mengangguk kecil. Matanya terus mengawasi gerak-gerik Nabila. Meskipun ia berusaha menutupi perasaannya, tetap saja rasa tak nyaman itu menu

  • Menggoda Sang Paman   Ada apa dengan Om?

    Minggu-minggu menjelang ujian semester benar-benar menyita waktu dan tenaga Nabila. Pagi hingga sore ia sibuk dengan kelas, lalu sorenya belajar bersama teman-temannya di perpustakaan atau kafe dekat kampus."Nab, nanti sore kita belajar bareng lagi di perpustakaan?" tanya Wiwin sambil menutup bukunya."Iya! Aku masih agak bingung sama materi statistik. Bantu aku lagi, ya?" Nabila mengangguk semangat. "Tentu saja, spesial buat kamu." Wiwin tertawa kecil. "Ikut dong, aku juga belum paham materi statistik." Rina yang duduk di sebelah mereka menyahut. "Aku ajak kak Berlian juga ya, biar kita bisa tanya-tanya." "Boleh tuh." Wiwin terkekeh setuju. Sedangkan nabila hanya bisa tersenyum kecil. ***Govan pulang kerja sedikit telat, tapi saat ia memasuki rumah, suasana rumah terasa sunyi dan kosong. Ia melirik jam di dinding. Sudah pukul tujuh malam."Kemana anak itu? Apa dia dikamarnya?" Hati Govan bertanya-tanya. "Bil?""Nabila?!" Panggil Govan lembut sambil membuka dasi di lehernya.

  • Menggoda Sang Paman   Persiapan uas

    Aroma Nasgor dan kopi menyebar di dapur. Govan duduk di meja makan sambil membaca berita di ponselnya, sementara Nabila sibuk dengan sarapannya. "Om," panggil Nabila sambil mengunyah pelan."Hm?""Ujian semester sebentar lagi," ujarnya, sedikit menghela napas. "Kayaknya bakal padet banget, deh.""Makanya dari sekarang harus rajin belajar. Jangan sampai kebut semalam." Govan meletakkan ponselnya dan menatap Nabila. "Aku juga bukan tipe yang belajar mendadak, kok." Nabila cemberut. "Bagus kalau begitu. Tapi kalau ada yang nggak ngerti, tanya Om aja." Govan tersenyum tipis. "Om kan bukan mahasiswa lagi. Masih inget nggak pelajarannya?" Nabila terkekeh. "Hei, Om ini dulu mahasiswa berprestasi, tahu." Govan meliriknya tajam. "Iya, iya, Om hebat." Nabila mengangkat bahu sambil menyeringai. "Yang penting serius belajarnya, ya. Om nggak mau lihat nilai kamu jeblok." Govan hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Siap, Om." Nabila memberi hormat main-main, membuat Govan tertawa ke

  • Menggoda Sang Paman   Obrolan biasa

    Malam itu…Govan baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai mandi. Dengan handuk yang masih melingkar di lehernya, ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air.Saat itulah, ia menemukan Nabila yang duduk di kursi dapur, memeluk lututnya dengan wajah yang sedikit muram.“Kenapa belum tidur?” Govan mengernyit. “Nggak bisa tidur.” Nabila menoleh padanya. “Kenapa?” Govan berjalan mendekat, lalu duduk di kursi seberangnya. “Nggak tahu… Aku kayak kepikiran sesuatu.” Nabila menggigit bibirnya ragu. “Tentang apa?” Govan menatapnya lekat. “Tentang Om.” Nabila menghela napas, lalu menatapnya lurus-lurus. “Kenapa dengan Om?” Govan sedikit terkejut, tapi berusaha tetap tenang. Nabila menatapnya dalam diam sejenak, lalu tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berjalan ke sisi Govan.Tanpa peringatan, ia melingkarkan tangannya di leher pria itu dan memeluknya erat.Govan terdiam seketika.“Nggak ada apa-apa,” bisik Nabila di bahunya. “Aku cuma pengin manja sebentar.”Govan menelan lu

  • Menggoda Sang Paman   Jangan menggoda lagi

    Govan merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia mengalihkan pandangan, berharap bisa menghindari pertanyaan Nabila yang semakin berani."Om, kalau aku bukan keponakan Om, pasti Om bakal tergoda, kan?"Suara Nabila terdengar main-main, tapi Govan tahu betul bahwa gadis itu sedang menguji batas.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan debaran dalam dadanya."Udah jangan naya yang aneh-aneh." Govan berkata dengan nada tegas."Jadi Om tetap nggak tergoda?" Nabila tersenyum tipis, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. "Bil, jangan nanya yang aneh-aneh. Om lagi makan ini," kata Govan dengan kesabaran yang mulai menipis. Nabila mengangkat bahunya, seolah tidak terlalu peduli, tapi ada kilatan menggoda di matanya."Aku cuma penasaran.""Udah selesai makannya?" tanya Govan, sengaja mengalihkan pembicaraan, Nabila menjawab dengan anggukan kecil. "Ya udah, aku mau ganti baju dulu, Om takut aku pakai baju terbuka, kan?" godanya sambil beranjak dari kursi.Govan tidak mer

  • Menggoda Sang Paman   Pertanda apa ya?

    "Soal mimpi aku..." Seketika tangan Govan berkeringat dingin. “Semalam aku mimpi aneh,” ujarnya santai.Govan yang tengah menyuap nasi gorengnya langsung berhenti. Ia melirik Nabila dengan waspada.“Mimpi apa?” tanyanya, mencoba terdengar biasa saja.Nabila mengunyah makanannya, lalu wajahnya mulai memerah sedikit.“A-aku mimpi dicium seseorang,” katanya pelan, seakan malu mengakuinya."Uhuk..." Govan tersedak. Ia buru-buru meraih gelas air dan meneguknya, sementara Nabila menatapnya dengan heran.“Om nggak apa-apa?” tanya gadis itu, mengernyitkan dahi.“Om… aku baik-baik saja.” Govan batuk kecil, lalu mengangguk cepat. “Aneh banget, di dalam mimpiku wajah nggak kelihatan. Semuanya gelap.” Nabila memutar-mutar sendoknya di dalam piring. Govan menelan ludah. Tentu saja gelap. Itu bukan mimpi, namun kenyataan. Tapi… apakah mungkin Nabila tidak menyadari kalau itu adalah dirinya kan? Govan berusaha fokus pada makanannya, tapi semakin sulit ketika Nabila terus menatapnya dengan ekspr

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status