Sierra tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya sampai ia membiarkan dirinya begitu dekat dengan Bastian saat ini. Seharusnya Sierra menghindar. Ya, seharusnya, tapi Sierra malah bertahan di sana dan tatapannya sudah terpaku pada dada bidang pria itu. Bastian sendiri yang melihat Sierra begitu berminat padanya pun langsung tersenyum kecil. "Apa yang kau lihat, Sierra?" goda Bastian. "Lukanya di bawah, di perut, bukan di dadaku." Sierra yang tersentak pun langsung salah tingkah dan Sierra pun langsung menatap bagian perut Bastian yang masih diperban. "Ah, kau benar. Itu ... itu ... tapi perbannya bersih dan tidak berdarah, Bastian." Sierra terdiam sesaat, sebelum ia menyadari sesuatu. "Jangan bilang kau menipuku, Bastian!" Bastian menaikkan alisnya. "Benarkah tidak berdarah? Aku sungguh merasa sakit dan basah di sana tadi." "Wajahmu sama sekali tidak terlihat seperti orang sakit, Bastian." "Apakah aku harus meringis setiap saat agar kau percaya kalau ini sakit, Sierra
Sierra memeluk tubuhnya sendiri saat ia sudah duduk di ranjangnya malam itu. Baru saja ia menghabiskan waktu bersama Bastian dan untuk pertama kalinya, Sierra tidak merasa kesal pada pria itu. Padahal selama ini setiap bertemu saja dengan Bastian, emosi Sierra pasti langsung meletup-letup. "Baiklah, ternyata Bastian tidak seburuk yang aku sangka. Di balik sikap menyebalkannya, ada sisi lembut dan hangat yang seperti tadi ...." "Sungguh, aku terkejut saat dia membahas tentang ibunya ...." Tanpa sadar Sierra tersenyum. Hatinya begitu lega karena bahkan setelah Bastian mengetahui tentang Rosella, responnya sama sekali tidak buruk. "Ya, semua orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Bastian benar. Dan tidak semua orang bisa disamakan. Seperti Bastian yang tidak mau disamakan dengan Jacob ...." Mendadak ingatan Sierra pun memutar perbedaan antara Bastian dan Jacob. Saat Jacob tidak pernah menolong Sierra bahkan saat Sierra tersandung, Bastian malah menerima goresan pisau untuk Sie
Sierra membelalak begitu lebar mendengar pertanyaan Stephanie. Apa Stephanie melihatnya semalam? Mengapa wanita itu bisa tahu kalau Sierra pergi ke kamar Bastian? Sierra pun terdiam memikirkan harus menjawab apa sampai Stephanie kembali mendesaknya. "Mengapa kau diam saja, hah? Kau tidak bisa menjawabnya? Kau mau mengelak, hah? Atau kau mau bilang kalau aku salah lihat?" sembur Stephanie lagi. Laura yang duduk di samping Stephanie pun langsung tersenyum sinis. "Ya ampun, jadi benar kau ke kamar Bastian tengah malam? Apa yang kau lakukan, Sierra? Kau mengintipnya saat sedang tidur? Jacob, sepertinya kau mulai harus mengatur istri mudamu dengan benar agar tidak mengganggu anakmu!" Laura mencoba memprovokasi. "Benar, Ayah! Lihat saja, Bastian begitu tampan! Pasti Sierra yang murahan ini tertarik pada Bastian sampai malam-malam menyelinap ke kamar Bastian!" timpal Stephanie menambah panas suasana. Jacob pun langsung melirik tajam pada Sierra. "Apa itu benar, Sierra? Apa yang
Sierra tidak berhenti mengumpat setelah ia kembali ke kamarnya sendiri. Walaupun ia sama sekali tidak terpikir untuk bersama Bastian, tapi ucapan Jacob soal Sierra yang tidak pantas untuk Bastian tetap saja menyakitkan hatinya. "Sial! Dia pikir siapa dia? Berani sekali mengatakan aku tidak pantas untuk anaknya! Anakmu yang tidak pantas untuk wanita baik-baik sepertiku!" "Ibaratnya aku ini barang baru dan dia itu barang bekas! Yang benar saja, Pak Tua! Oh, aku ingin sekali mencincangnya!" Sierra terus menggeram hingga tidak lama kemudian, pelayan memberitahu kalau mobil untuk Sierra sudah siap. Jacob meminta sopir menyiapkan mobil lain untuk Sierra karena mobil Sierra masih dikerjakan di bengkel dan Sierra pun menerimanya tanpa sungkan karena mobil merupakan privilege untuknya, salah satu poin dari perjanjian kerjasamanya dengan Jacob yaitu untuk memenuhi semua kebutuhan Sierra. "Sial! Perjanjian gila!" umpat Sierra lagi, sebelum ia turun dari kamarnya dan pergi dengan mobil ba
"Apa Bastian sudah pulang?" tanya Sierra malam itu pada pelayan, sebelum Sierra masuk ke ruang makan. "Belum, Bu." "Ah, baiklah." Sierra mendesah kecewa karena ia berharap Bastian tidak sungguh-sungguh tidur dengan wanita itu. Baru saja Sierra akan masuk ke ruang makan, tapi suara Stephanie terdengar di belakangnya. "Oh, ada yang terus mencari Bastian rupanya! Aku yakin kau punya perasaan padanya dan mau menggodanya kan, Sierra? Dasar wanita murahan!""Apa Jacob tahu kebusukanmu ini, Sierra? Dia membuangku begitu saja dan menikahimu, tapi ternyata istri mudanya malah menggoda anaknya sendiri! Apa kau tidak merasa keterlaluan, Sierra?" timpal Laura sambil menyeringai. Namun, Sierra memilih untuk tidak menanggapi berlebihan dan hanya memaksakan senyumnya. "Terserah apa yang kalian katakan, yang pasti, aku tidak seperti itu! Aku mencari Bastian hanya karena mencemaskannya, tidak lebih! Permisi, aku masuk duluan!"Tanpa banyak bicara lagi, Sierra pun masuk ke ruang makan meninggalka
Bastian merasa sudah kehilangan akal sehatnya begitu bibirnya menempel dengan bibir Sierra. Rasanya semua hasrat dan kerinduan melebur menjadi satu di sana. Satu-satunya bibir yang Bastian inginkan dan satu-satunya wanita yang Bastian inginkan. Ya, entah sejak kapan ini terjadi, namun Bastian tidak pernah menginginkan dengan begitu besar seperti saat ini. Bahkan, ia tidak peduli lagi pada akhlak dan kesopanan. Bastian terus memagut bibir Sierra dengan lapar, menikmatinya sendirian walaupun wanita itu belum membalasnya, namun anehnya Sierra juga tidak menolak atau mendorongnya seperti biasa. Dan hasrat Bastian pun makin bergejolak saat akhirnya Sierra membalas pagutan bibirnya. Ada semacam perasaan lega dan begitu senang saat bibir mereka benar-benar beradu secara sadar, dari kedua belah pihak, bukan pihak Bastian sendirian. Bahkan, Bastian sempat tersenyum di sela-sela pagutannya, sebelum ia mendorong tubuh Sierra masuk ke kamarnya tanpa melepaskan pagutan bibir mereka sama
Debaran jantung Sierra sudah tidak bisa dijelaskan lagi, bahkan pada satu titik, Sierra sungguh merasa jantungnya bisa berhenti berdetak. Semua yang terjadi begitu berat bagi jantungnya, bermesraan dengan Bastian dan sekarang Bastian mendadak memintanya meninggalkan Jacob. Sierra pun hanya membelalak ngeri menatap Bastian tanpa menjawab apa pun. Dan Bastian yang tidak mendapat jawaban yang ia inginkan pun memicingkan matanya. "Ada apa, Sierra? Tinggalkan si tua Jacob dan bersamaku saja, Sierra! Aku punya segalanya, aku bisa memberikanmu yang sama seperti yang Jacob berikan!"Namun, Sierra hanya tetap diam dan menelan salivanya. Tatapan Sierra begitu goyah sekarang dan semua kesadarannya pun mendadak pulih. "Tidak, Bastian! Tidak! Aku tidak bisa!" Sierra mendorong dada Bastian perlahan dan ia pun bangkit duduk di ranjangnya. Bastian sendiri hanya mengikuti Sierra dan bangkit dari atas Sierra. "Apa, Sierra?" tanya Bastian yang masih tidak mau mempercayai pendengarannya. "Kau suda
Sierra melangkah dengan cepat kembali ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan jantung yang berdebar kencang. Sierra pun memegangi dadanya dan mencoba bernapas dengan normal walaupun rasanya begitu sulit. "Astaga, apa yang terjadi denganmu, Sierra? Apa yang terjadi denganmu? Mengapa kau seperti ini?""Bukankah kau sendiri yang terus bilang kalau cinta tidak ada dalam pioritas hidupmu? Mengapa kau malah melakukan affair sialan dengan Bastian?""Oh, tapi sungguh seharusnya itu bukan cinta. Tidak mungkin sedetik yang lalu aku masih membencinya dan sedetik kemudian aku mencintai. Sungguh ini bukan cinta. Ini hanya ... ya, aku pasti terlalu lelah sendirian selama ini.""Oh, tapi bagaimana ini? Sekalipun bukan cinta, tapi mengapa menolak Bastian terasa menyakitkan sekali di hatiku?" Sierra terus mengipasi wajahnya sendiri dengan tangan dan mendadak ia melow lagi dengan alasan yang tidak jelas. Sierra berjalan mondar-mandir di kamarnya, kembali mencegah bulir bening itu keluar dari