Share

Pernikahan Ayana

Penulis: Miss Yuka 85
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ibu, kapan sampai? Kok ga ngabarin Ammar kalau mau datang kan bisa Ammar jemput." Rengek Ammar khas manjanya anak kecil.

"Ibu telpon kamu ga diangkat ya sudah Fadli yang antar kesini tadi. Kok tumben pulang sore banget biasanya jam enam dah balik?" Salma menatap Ammar lekat-lekat.

"Kapan kamu mau nganter itu calon istri kamu? Mama ingin cepat-cepat ketemu." 

"Sabar Bu, Ammar lagi atur kembali jadwalnya biar bisa ketemu dengannya lebih lama jadi lebih puas ngobrol dengannya. Memangnya ada apa bu, kok Ibu buru-buru gitu?" 

"Ayah kamu, sudah nentuin tanggal pernikahan kamu sama Dinda." 

Deg!

"Secepat itu? Oke bu, besok aku bicara sama ayah agar tidak usah mengatur segala sesuatunya. Karena aku sudah memiliki calonnya." 

Ammar menyerahkan ponselnya pada Salma dan Salma pun terhenyak melihat siapa yang ada di ponsel anaknya itu.

"Ka--kamu kenal sama dia? Dia kan desainer keren itu?" Ujar Salma.

"Benar bu, apa ibu merestuinya, dia yang Ammar mau bu."

"Baiklah jika itu mau kamu, ibu akan mendukung kamu tapi dengan syarat kamu harus benar-benar serius dan takkan menyakiti hatinya." Pinta Salma.

Ammar mengangguk saatnya dia berjuang demi cintanya. 

***

"Ayana, aku ingin bicara penting padamu." 

"Oh Pak Ammar, bagaimana Pak?" 

"Will you merry Me?" 

Ayana tercengang, lamaran macam apa ini tak ada romantis-romantisnya sama sekali.

"Maksudnya gimana ya Pak?" Ayana masih belum bisa memahami perkataan Ammar.

"Jika iya kau janji akan membahagiakanmu Ayana." 

Ayana tertawa mendengar ucapan Ammar.

"Aku sedang tidak bercanda Ayana. Please."

Ayana pun berhenti seketika dia menatap Ammar lekat-lekat, iya tak ada kebohongan di sana.

"Apa ada punya jaminan bisa membuat saya bahagia pak Ammar?" 

"Tentu saja ada."

"Saya bukan lagi gadis remaja lagi yang suka dengan rayuan-rayuan manis Pak, saya memiliki anak yang sudah dewasa memangnya bapak mau nerima anak saya?"

"Kenapa tidak? Justru aku dapat dukungan juga dari Aziz. Bagaimana apa kau setuju?" 

"Bisakah aku meminta waktu untuk berfikir?" 

"Baiklah jika itu mau kamu, apa tiga hari cukup untuk memikirkannya? Aku tak ingin berlama-lama. Aku ingin segera jawabannya."

"InsyaAllah segera nanti aku kabari Pak." 

"Terima kasih."

"Dan bisakah mulai hari ini untuk tidak terlalu formal memanggilku dengan sebutan Pak dan saya. Apakah aku terlalu tua untukmu?" 

"Oh maafkan aku, bukannya aku tidak tahu tapi rasanya kurang sopan buatku. Sekali lagi maaf."

"Oke aku tunggu jawabannya segera. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." 

Ayana menatap punggung laki-laki yang tegap berdiri melangkah pergi dan menghilang di tikungan tajam.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gumam Ayana bimbang.

Ayana segera menelpon Ikhsan kakaknya. "Assalamualaikum Mas, aku ingin bicara sekarang kamu ada dimana?" 

"Waalaikumussalam, aku sedang ada di depan butikmu." 

"MasyaAllah, cepat ke atas Mas ada yang ingin aku sampaikan."

"Oke."

Ikhsan segera membuka pintu ruangan Ayana.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, Mas kok cepet nyampainya." 

"Hem, tadi dibawah aku ketemu sama Ammar dia meminta ijinku buat nikahin kamu."

"Terus Mas jawab apa?" 

"Ya jawab seadanya, semua tergantung dirimu. Asal kamu nyaman aku juga gak akan masalah." 

"Lantas bagaimana dengan Aziz mas, apa dia bakal mengijinkan?" 

"Tentu saja, dia sendiri yang mengusulkan Ammar sebagai calon ayah sambungnya."

"Baiklah jika demikian."

Ikhsan menautkan kedua alisnya. "Maksudnya?" 

"Aku akan menerima lamarannya mas." 

"Alhamdulillah, semoga ini yang terbaik untukmu."

Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja dan dicarinya dial nomor yang sering dihubungi.

"Assalamualaikum pak Ammar, eh maksudnya Mas Ammar." 

"Waalaikumussalam, ada apa Na? Apakah kamu ma---"

"Aku mau menjawabnya sekarang, jawabannya adalah aku bersedia." 

Hening sejenak, Ammar berusaha mencerna perkataan Ayana dengan baik.

"Jadi kapan kita m.e.n.i.k.a.h?" 

"Yakin? Baiklah. Besok pagi jam sembilan pastikan untuk tidak kemana-mana. Aku bakal datang ke rumah dengan kedua orang tuaku dan menikah." 

"MasyaAllah, apa aku tak salah dengar?" Ayana mencoba meyakinkan diri kembali.

"Atau kamu mau sekarang? Aku coba hubungi rumah dulu apakah orang tuaku sedang di rumah terutama ibu ku karena kita perlu restu darinya. Nanti aku telpon kembali." 

"Baiklah sampai nanti. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." 

Ammar segera menelpon Salma memastikannya apakah bisa hadir dalam pernikahannya yang mendadak ini, dan Salma pun menyanggupinya untuk datang. 

Ammar pun memberikan alamatnya pada Salma.

Menghubungi penghulu dan melobi masjid di masjid dekat rumah Ayana. Setelah semuanya beres Ammar segera meluncur ke rumah Ayana.

Begitupun dengan Ayana setelah mendapatkan kabar tentang kesiapannya dia bergegas pulang untuk menyiapkan acara pernikahan dadakannya dengan baik mulai dari catering serta perlengkapan ijab Qabulnya di masjid nanti.

Drrtt...drrt...

Pak Ammar calling...

"Hallo Assalamualaikum..." 

"Waalaikumussalam, bagaimana dengan persiapan di sana?" 

"Semuanya sudah beres tinggal menunggu kedatanganmu saja." 

"Baiklah ini juga sedang dalam perjalanan menuju rumahmu bersama ibuku." 

"Oh benarkah, aku tunggu. Hati-hati."

"Oke sampai jumpa."

Klik.

Baru juga mematikan ponselnya bunyi suara klakson mobil sudah menggema dari luar.

Tint...tint...

Tint..tint...

Betapa terkejutnya Ayana melihat rombongan Ammar sudah ada di depan rumahnya lebih tepatnya rumah Ikhsan.

"Assalamualaikum,.." 

"Waalaikumussalam, cepat sekali ternyata tidak sabar menunggu esok dengan adikku?" Canda Ikhsan pada Ammar.

"Bukan begitu aku hanya ingin mempersingkat waktu. Kenalkan ini ibuku Salma dan ayahku sedang dalam perjalanan bisnisnya ke Eropa jadi maaf tidak bisa hadir di sini."

"Oh baiklah, bagaimana jika segera melaksanakan akadnya. Aziz panggil mamamu segera." Seru Ikhsan pada Aziz keponakannya yang paling ganteng sedunia.

"Baik paman sebentar aku panggilkan." Aziz segera ke kamar dimana Ayana sedang menunggu.

"Itu adalah anakku bu, dia adalah anak Ayana. Aziz namanya." Jelas Ammar.

"Kamu tidak salah kan bagaimana dengan ibunya jika anaknya saja segede dia?" Komentar Salma.

"Tenang bu, Ayana adalah wanit---"

"Assalamualaikum," 

Semua pasang mata menatap pada Ayana, cantik itulah yang terlihat di wajah seorang Ayana mengenakan gamis berwarna salem dengan aplikasi manik-manik dan jilbab senada membuat Ayana terlihat lebih muda dari usianya.

"Waalaikumussalam." 

"Apa semua sudah siap, mari kita mulai acaranya." Ujar seorang yang ternyata adalah seorang penghulu.

Acara ijab Qabul berjalan dengan khidmat. Selesai acara pun rombongan Ammar segera balik tapi tidak dengan keluarga inti. 

Ammar, Fadli dan Salma masih disana.

"Kamu cantik sekali nak, ibu sampai tidak percaya jika kamu sudah pernah menikah dan sekarang ibu tidak hanya memiliki menantu tapi juga seorang cucu." Ucap Salma terharu.

Ayana hanya dapat tersenyum melihat kebahagian ini.

"Aziz apa kamu mau ikut dengan kami sekarang ke rumah baru kita?" Ajak Ammar.

"Aku, biar aku disini dulu Om. Eh maksud aku Pa--" Aziz merasa canggung dan belum terbiasa.

"Baiklah, jika kamu sudah siap katakan saja nanti aku akan menjemputmu." 

Aziz hanya dapat menganggukkan kepalanya.

"Kak, aku balik dulu antar ibu pulang ke rumah."

"Baiklah hati-hati."

Ammar mencium tangan Salma. "Hati-hati dijalan bu." 

"Kamu juga, jaga istrimu dengan baik."

Ammar mengangguk, "Assalamualaikum.." 

"Waalaikumussalam." Jawab serempak.

"Mas Ikhsan terima kasih untuk semuanya. Apa aku bisa bawa istriku pulang ke rumah sekarang?" Ijin Ammar pada Ikhsan.

"Tentu saja, sekarang dia adalah tanggung jawabmu tolong perlakukan dia dengan baik." 

"InsyaAllah mas, kalau begitu kami pamit dulu. Assalamualaikum." 

"Waalaikumussalam,.." 

Aziz memeluk Ayana, "Aziz bahagia sekali terima kasih." 

Ayana tersenyum mengusap kepala Aziz dengan lembut. 

"Beritahu ibu segera jika kamu sudah siap untuk pindah."

Aziz hanya mengangguk saja tanpa mengucapkan kata-kata.

***

Sementara di lain tempat tampak seorang sedang duduk menahan emosinya, siapa lagi jika bukan Robert ayah Ammar. Lelaki paruh baya itu marah karena tidak Ammar mengambil keputusan sepihak tanpa bicara dengannya.

"Dasar anak tak tahu diri! Dianggap apa aku sama dia. Lihat saja jika aku pulang nanti." 

Bab terkait

  • Menggapai Cinta Ayana   Malam yang indah

    "Aku sangat bahagia hari ini, terima kasih." Ammar mencium kedua tangan Ayana berkali kali."Justru aku yang harusnya berterima kasih karena sudah menerima ku dengan segala kekuranganku." Ayana tersenyum simpul membuat Ammar semakin gemas terhadapnya."Apakah boleh aku memintanya?""Tentu saja, lakukanlah."Ammar mencium kening Ayana sembari berucap doa, Ayana memejamkan matanya saat kedua daging kenyal tersebut menyentuh bagian keningnya.Ammar melepaskan Khimar instan yang dipakai oleh Ayana."MasyaAllah kau cantik sekali."Ayana menunduk malu pada Ammar, dengan cepat Ammar meraih dagu Ayana dengan tangan kirinya dan melahap bibir tipisnya dengan lembut. Bibir inilah yang selalu menganggu pikiran Ammar membuatnya tak fokus saat bekerja di kantor.Tangan kanannya bebas mengekplor tubuh Ayana dengan bebasnya.

  • Menggapai Cinta Ayana   Keinginan

    Ayana mempercepat langkahnya menuju parkiran basement kantornya, dia sudah terlambat menjemput anak lelakinya Aziz. Anak lelaki yang sangat manja dengan Ayana, anak laki laki kebanggaan Ayana. Karena hanya Aziz lah yang selalu menemaninya selama ini. Obat dari segala kegundahannya semenjak kepergian suaminya Daniyal zhacry. Laki laki yang menikahinya slama ini."Hallo, Assalamualaikum..." Ayana membuka mobilnya dengan kesusahan karena di tangan kirinya memegang berkas rancangan butiknya sembari mengapit ponselnya."Waalaikumussalam,... Dimana Ibu sekarang? Kenapa belum juga sampai? Aku sudah lelah Ibu" rengek Aziz di seberang sana."Tunggulah sebentar Ibu baru akan kesana, maaf tadi ada rapat mendadak" sesal Ayana karena tak bisa memberi tahukan putranya perihal rapat dadakan untuk acara pemotretan produk Khimar terbarunya."Aku tunggu disini Ibu jangan lama - lama. Assalamualaikum" klik Aziz dengan cepat mematikan sambungan teleponnya tanpa

  • Menggapai Cinta Ayana   Ketidaksegajaan

    "Kak, apa kau sudah menemui ayah?" Seru Fadli."Aku belum mengatakan apapun. Entahlah, apa bisa melawan kemauan ayah sedangkan apa beliau harus kita turuti. Aku bingung sendiri dan lagi nanti malam gadis yang akan dijodohkan denganku akan datang ke rumah""Apa kau punya solusi untukku?" Lanjut Ammar memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut nyeri."Aku... Kak, apapun keputusanmu aku akan mendukungmu. Pikirkanlah dengan baik aku tak mau kau kecewa untuk kedua kalinya" ujar Fadli menepuk bahu sang kakak sebelum akhirnya keluar dari ruangan Ammar.***Kantor Ayana"Mbak, kau datang lebih awal apa Aziz tidak ke sekolah?" Seru Rahma."Eoh, dia dijemput mas Ikhsan jadi aku bisa datang lebih awal. Apa kita jadi bertemu klien hari ini?" Seru Ayana menatap tumpukan gambar sketsa gaun pengantin.

  • Menggapai Cinta Ayana   Fakta

    "Om, apa ibuku baik baik saja?"Ammar dan Fadli menoleh ke arah sumber suara."Om, apa ibuku baik baik saja?""Kau,....?""Aku Aziz om, anaknya ibu yang kecelakaan tadi? Bagaimana keadaan ibu ku om?""Dia ada di dalam sedang melewati masa kritisnya. Doakan yang terbaik untuknya ya!""Apa ibuku akan baik baik saja?""Tentu saja"Ara dan Raka datang menyusul Aziz lari tergopoh gopoh."Mas, Tante gimana? Apa sudah sadar?""Belum Ra, ibu belum sadar""Sabar Ziz, ibu mu pasti baik baik saja"Ammar menatap ketiga anak muda yang datang berbeda waktu itu bergantian."Di mana ayahmu? Kenapa tak datang bersamamu?" Seru Ammar menatap Aziz."Ayah ga ada om, sudah meninggal" ucap Aziz."Nanti Papa Ikhsan akan kesini buat nemenin. Sabarlah mas!"ucap Ara.&n

  • Menggapai Cinta Ayana   Berharap

    "Benarkah, nanti biar papa tanyakan pada Om Robert." sahut Bram."Bener ya Pa?" Dinda meyakinkan ucapan Bram."Tentu saja, kapan papa bohong sama anak sendiri?" Bram menatap lekat lekat pada Dinda."Papa memang yang terbaik." Dinda mengacungkan dua jempolnya pada Bram. "Best lah pokonya." tambah Dinda.****"Nak, kau sudah bangun?" Salma menata sarapan di meja makan apartemen Ammar."Ibu kapan kesini? Kok aku ga tahu?" Ammar menyeruput kopi buatan Salma."Sudah dari jam tujuh ibu di sini kak, beliau khawatir tentang keadaan kakak apalagi dengan kejadian semalam. Ibu terus kepikiran makanya nyuruh aku nganter ke sini." ngomel Fadli."Memangnya ada apa semalam Bu? Perang dunia ke tiga atau keempat?" Ammar terkekeh."Kau ini kak, ibu khawatir karena ayah bersikeras mau jodohin kakak sama Dinda.

  • Menggapai Cinta Ayana   Permintaan Aziz

    "Raka... Tahu ga di mana Aziz dah hampir seminggu ga berangkat sekolah?" Tanya Husna setibanya di ruang kelas Aziz."Memang dia ga kasih tahu kamu kalau ibunya masuk rumah sakit?" Sahut Raka."Dia ga ngabarin soal itu hanya bilang dia lagi g pengen diganggu gitu aja sih" ucap Husna."Ya udah kalau itu pesennya jangan dihubungi untuk sementara waktu atau datang aja ke rumahnya nanti sore bareng aku. Ibunya siang ini dah balik kok dari rumah sakit""Beneran ya, nanti aku ditungguin loh jangan ditinggal" pinta Husna."Oke. Tapi jangan lupa uang bensinnya yaa!" Sahut Raka."Nah anak orang kaya kok g ada bensin ga modal banget" ketus Husna."Lah kan aku sopir kamu penumpang tetap bayar ongkos yaa...ya..!" Sahut Raka."Oke deh buat Aziz apa sih yang enggak buat dia" Husna tersenyum seketika wajahnya berbinar.&

  • Menggapai Cinta Ayana   Ancaman Dinda

    Ayana apa boleh aku menanyakan sesuatu yang pribadi padamu?" Ucap Ammar hati hati."Boleh memangnya ada apa?" Ayana menatap Ammar sekilas."Apa kau tidak berencana untuk menikah lagi?" Suara Ammar pelan.Ayana tercengang mendengar pertanyaan Ammar namun dengan segera dia menguasai perasaannya."Menikah? Dengan siapa? Memangnya masih ada yang mau menerimaku dengan status janda beranak satu" Ayana terkekeh."Jika kau mau pastinya banyak yang mau sama kamu. Kamu masih cantik dan menarik" komentar Ammar membuat Ayana tercengang untuk kedua kalinya."Jangan melawak tidak lucu sama sekali" sahut Ayana menata perasaannya karna dalam hatinya pun tak menampik bahwa dia masih terlihat seperti gadis berusia dua delapan tahun padahal sudah kepala tiga."Kau tidak percaya dengan ucapanku?" Ammar menatap lekat wajah Ayana."Kau ada ada saja" gur

Bab terbaru

  • Menggapai Cinta Ayana   Malam yang indah

    "Aku sangat bahagia hari ini, terima kasih." Ammar mencium kedua tangan Ayana berkali kali."Justru aku yang harusnya berterima kasih karena sudah menerima ku dengan segala kekuranganku." Ayana tersenyum simpul membuat Ammar semakin gemas terhadapnya."Apakah boleh aku memintanya?""Tentu saja, lakukanlah."Ammar mencium kening Ayana sembari berucap doa, Ayana memejamkan matanya saat kedua daging kenyal tersebut menyentuh bagian keningnya.Ammar melepaskan Khimar instan yang dipakai oleh Ayana."MasyaAllah kau cantik sekali."Ayana menunduk malu pada Ammar, dengan cepat Ammar meraih dagu Ayana dengan tangan kirinya dan melahap bibir tipisnya dengan lembut. Bibir inilah yang selalu menganggu pikiran Ammar membuatnya tak fokus saat bekerja di kantor.Tangan kanannya bebas mengekplor tubuh Ayana dengan bebasnya.

  • Menggapai Cinta Ayana   Pernikahan Ayana

    Ibu, kapan sampai? Kok ga ngabarin Ammar kalau mau datang kan bisa Ammar jemput." Rengek Ammar khas manjanya anak kecil."Ibu telpon kamu ga diangkat ya sudah Fadli yang antar kesini tadi. Kok tumben pulang sore banget biasanya jam enam dah balik?" Salma menatap Ammar lekat-lekat."Kapan kamu mau nganter itu calon istri kamu? Mama ingin cepat-cepat ketemu.""Sabar Bu, Ammar lagi atur kembali jadwalnya biar bisa ketemu dengannya lebih lama jadi lebih puas ngobrol dengannya. Memangnya ada apa bu, kok Ibu buru-buru gitu?""Ayah kamu, sudah nentuin tanggal pernikahan kamu sama Dinda."Deg!"Secepat itu? Oke bu, besok aku bicara sama ayah agar tidak usah mengatur segala sesuatunya. Karena aku sudah memiliki calonnya."Ammar menyerahkan ponselnya pada Salma dan Salma pun terhenyak melihat siapa yang ada di ponsel anaknya itu.&

  • Menggapai Cinta Ayana   Ancaman Dinda

    Ayana apa boleh aku menanyakan sesuatu yang pribadi padamu?" Ucap Ammar hati hati."Boleh memangnya ada apa?" Ayana menatap Ammar sekilas."Apa kau tidak berencana untuk menikah lagi?" Suara Ammar pelan.Ayana tercengang mendengar pertanyaan Ammar namun dengan segera dia menguasai perasaannya."Menikah? Dengan siapa? Memangnya masih ada yang mau menerimaku dengan status janda beranak satu" Ayana terkekeh."Jika kau mau pastinya banyak yang mau sama kamu. Kamu masih cantik dan menarik" komentar Ammar membuat Ayana tercengang untuk kedua kalinya."Jangan melawak tidak lucu sama sekali" sahut Ayana menata perasaannya karna dalam hatinya pun tak menampik bahwa dia masih terlihat seperti gadis berusia dua delapan tahun padahal sudah kepala tiga."Kau tidak percaya dengan ucapanku?" Ammar menatap lekat wajah Ayana."Kau ada ada saja" gur

  • Menggapai Cinta Ayana   Permintaan Aziz

    "Raka... Tahu ga di mana Aziz dah hampir seminggu ga berangkat sekolah?" Tanya Husna setibanya di ruang kelas Aziz."Memang dia ga kasih tahu kamu kalau ibunya masuk rumah sakit?" Sahut Raka."Dia ga ngabarin soal itu hanya bilang dia lagi g pengen diganggu gitu aja sih" ucap Husna."Ya udah kalau itu pesennya jangan dihubungi untuk sementara waktu atau datang aja ke rumahnya nanti sore bareng aku. Ibunya siang ini dah balik kok dari rumah sakit""Beneran ya, nanti aku ditungguin loh jangan ditinggal" pinta Husna."Oke. Tapi jangan lupa uang bensinnya yaa!" Sahut Raka."Nah anak orang kaya kok g ada bensin ga modal banget" ketus Husna."Lah kan aku sopir kamu penumpang tetap bayar ongkos yaa...ya..!" Sahut Raka."Oke deh buat Aziz apa sih yang enggak buat dia" Husna tersenyum seketika wajahnya berbinar.&

  • Menggapai Cinta Ayana   Berharap

    "Benarkah, nanti biar papa tanyakan pada Om Robert." sahut Bram."Bener ya Pa?" Dinda meyakinkan ucapan Bram."Tentu saja, kapan papa bohong sama anak sendiri?" Bram menatap lekat lekat pada Dinda."Papa memang yang terbaik." Dinda mengacungkan dua jempolnya pada Bram. "Best lah pokonya." tambah Dinda.****"Nak, kau sudah bangun?" Salma menata sarapan di meja makan apartemen Ammar."Ibu kapan kesini? Kok aku ga tahu?" Ammar menyeruput kopi buatan Salma."Sudah dari jam tujuh ibu di sini kak, beliau khawatir tentang keadaan kakak apalagi dengan kejadian semalam. Ibu terus kepikiran makanya nyuruh aku nganter ke sini." ngomel Fadli."Memangnya ada apa semalam Bu? Perang dunia ke tiga atau keempat?" Ammar terkekeh."Kau ini kak, ibu khawatir karena ayah bersikeras mau jodohin kakak sama Dinda.

  • Menggapai Cinta Ayana   Fakta

    "Om, apa ibuku baik baik saja?"Ammar dan Fadli menoleh ke arah sumber suara."Om, apa ibuku baik baik saja?""Kau,....?""Aku Aziz om, anaknya ibu yang kecelakaan tadi? Bagaimana keadaan ibu ku om?""Dia ada di dalam sedang melewati masa kritisnya. Doakan yang terbaik untuknya ya!""Apa ibuku akan baik baik saja?""Tentu saja"Ara dan Raka datang menyusul Aziz lari tergopoh gopoh."Mas, Tante gimana? Apa sudah sadar?""Belum Ra, ibu belum sadar""Sabar Ziz, ibu mu pasti baik baik saja"Ammar menatap ketiga anak muda yang datang berbeda waktu itu bergantian."Di mana ayahmu? Kenapa tak datang bersamamu?" Seru Ammar menatap Aziz."Ayah ga ada om, sudah meninggal" ucap Aziz."Nanti Papa Ikhsan akan kesini buat nemenin. Sabarlah mas!"ucap Ara.&n

  • Menggapai Cinta Ayana   Ketidaksegajaan

    "Kak, apa kau sudah menemui ayah?" Seru Fadli."Aku belum mengatakan apapun. Entahlah, apa bisa melawan kemauan ayah sedangkan apa beliau harus kita turuti. Aku bingung sendiri dan lagi nanti malam gadis yang akan dijodohkan denganku akan datang ke rumah""Apa kau punya solusi untukku?" Lanjut Ammar memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut nyeri."Aku... Kak, apapun keputusanmu aku akan mendukungmu. Pikirkanlah dengan baik aku tak mau kau kecewa untuk kedua kalinya" ujar Fadli menepuk bahu sang kakak sebelum akhirnya keluar dari ruangan Ammar.***Kantor Ayana"Mbak, kau datang lebih awal apa Aziz tidak ke sekolah?" Seru Rahma."Eoh, dia dijemput mas Ikhsan jadi aku bisa datang lebih awal. Apa kita jadi bertemu klien hari ini?" Seru Ayana menatap tumpukan gambar sketsa gaun pengantin.

  • Menggapai Cinta Ayana   Keinginan

    Ayana mempercepat langkahnya menuju parkiran basement kantornya, dia sudah terlambat menjemput anak lelakinya Aziz. Anak lelaki yang sangat manja dengan Ayana, anak laki laki kebanggaan Ayana. Karena hanya Aziz lah yang selalu menemaninya selama ini. Obat dari segala kegundahannya semenjak kepergian suaminya Daniyal zhacry. Laki laki yang menikahinya slama ini."Hallo, Assalamualaikum..." Ayana membuka mobilnya dengan kesusahan karena di tangan kirinya memegang berkas rancangan butiknya sembari mengapit ponselnya."Waalaikumussalam,... Dimana Ibu sekarang? Kenapa belum juga sampai? Aku sudah lelah Ibu" rengek Aziz di seberang sana."Tunggulah sebentar Ibu baru akan kesana, maaf tadi ada rapat mendadak" sesal Ayana karena tak bisa memberi tahukan putranya perihal rapat dadakan untuk acara pemotretan produk Khimar terbarunya."Aku tunggu disini Ibu jangan lama - lama. Assalamualaikum" klik Aziz dengan cepat mematikan sambungan teleponnya tanpa

DMCA.com Protection Status