Share

Mengejar Hati Cewek Dingin
Mengejar Hati Cewek Dingin
Penulis: Atami NM

PROLOG | Cewek Terbang

Penulis: Atami NM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sekumpulan siswi tampak berdiri cukup jauh dari tempat parkiran. Sudah cukup lama mereka berdiri, sekedar menunggu kapan gerombalan tukang rusuh itu pergi. Nyali mereka sangat kecil hanya sekedar untuk diganggu kakak kelas, setelah lelah melakukan kegiatan ekstrakuriler masing-masing.

“Gimana nih, nekat ke sana nggak ya?” ucap salah satunya.

“Ih jangan! Kita tunggu bentar lagi, kak Ika pasti bentar lagi ke sini.”

Yang diharapkan terjadi, orang yang ditunggu kedatangannya muncul. Pandangan Ralika datar dibalik topi berwarna putihnya. Ada banyak alasan kenapa tak seorang pun mau berurusan dengan cewek yang selalu menguncir rambutnya itu. Ralika bukan tandingan mereka.

17.36

Ralika berganti menatap kumpulan siswi itu setelah melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya. Matanya beralih fokus pada mereka yang tengah bersiul memanggil siswi di area parkiran. Pertanyaannya sudah terjawab, alasan kenapa mereka belum pulang padahal sudah lewat jamnya.

“Bro, ada Ika tuh,” ucap salah satu yang baru menyadari.

“Gawat, buruan cabut!” seru salah satunya.

Suara knalpot motor perlahan meninggalkan kawasan. Ralika bisa mendengar dengan samar, hembusan napas lega dari adik kelasnya itu. Ia mendekati mereka, masih dengan eskpresi yang sama.

“Kalian sudah bisa pulang sekarang.”

Mereka tersenyum. “Iya, makasih kak Ika.”

Ralika tetap berdiri di tempat yang sama, kedua matanya tetap mengawasi satu-persatu siswa yang meninggalkan parkiran. Setelah memastikan semuanya sudah pergi, ia mengeluarkan sebuah buku kecil dan pena. Peraturan tetap peraturan, dan tak akan ada yang luput dari pengawasannya.

Ralika Caitlin Andara si tangan kanan guru, memiliki segudang prestasi dan jago dalam hal beladiri. Ia tak pernah suka basa-basi atau apapun yamg sering dilakukan siswi kebanyakan. Hidupnya sederhana, labelnya sebagai ketua OSIS dan Siswi teladan adalah yang utama. Ia juga tak punya waktu untuk berteman, baginya orang berdiri di kaki sendiri. Untuk apa bergantung pada orang lain.

Tentu tugasnya kali ini belum selesai, tepat berhenti di gerbang, Ralika membuka kaca helmnya. “Pak, besok setelah ekstra selesai, area parkiran tolong dilihat lagi, banyak siswa yang menganggu siswi di sana.”

“Eh iya, Neng, makasih udah dikasih tau.”

Untuk hari ini tugasnya berjalan baik seperti biasa. Hanya menunggu hari esok lagi.

☁️☁️☁️

Debu halus mulai terlihat di pinggiran ibukota. Meskipun fajar baru menyapa, sudah banyak kendaraan roda dua maupun empat terlihat di sepanjang jalan. Masyarakat telah memulai hari dengan aktivitas masing-masing.

Di awal hari, sepantasnya orang-orang mendapat semangat penuh. Tapi mungkin hal itu tak berlaku bagi Deriel Magenta Arrafi yang hanya menatap lesu pohon-pohon dan bangunan tinggi yang tampak bergerak mundur. Matanya beralih pada Jodi, yang tetap fokus pada jalanan.

Dipindahkan karena terlalu jahil pada guru? Alasan macam apa itu? Yah ada sedikit kenakalan lain juga, tapi mengapa harus dipindahkan?

“Pak Jodi, ini mobil dibikin ngebut kek, lambat banget. Saya ini anak laki, bukan nenek-nenek,” protes El, “atau gini aja deh, bapak balik aja naik taxi, biar mobil saya yang bawa.”

“Maaf Mas, ibu udah bilang ke saya kalau Mas El nggak boleh bawa mobil dulu.”

“Nanti biar saya deh tanggung jawab, paling cuman dimarahin bentar." El kembali membujuk.

“Maaf Mas, ibu udah peringatan saya kalau Mas El sampai bawa mobil gaji saya bakalan dipotong.”

El berdecak, sekarang ia merasa diawasi lebih ketat. Seolah, dirinya akan membuat kekacauan kalau dibiarkan lepas. Mamanya itu khawatir berlebihan, bahkan semalam saja Nala sampai memeriksa kembali tas El, untuk berjaga kalau putranya itu membawa bahan kenakalan baru. Tingkah El seperti membuat wanita itu trauma. Padahal dia merasa kenakalannya selama ini masih normal, menurutnya.

“Maaf Mas, saya juga izin ke toilet sebentar.”

Mata El tanpa sadar mengikuti arah tujuan Jodi sampai lelaki itu hilang sepenuhnya. Merasa bosan menunggu, cowok itu keluar. Sepatu kanannya tanpa sadar mengikis dasar jalan, sedangkan lengan kanannya bersandar pada pintu mobil, tak jauh dari tempatnnya ada sebuah minimarket kecil yang baru dikunjungi segelintir orang.

Lumayan sepi.

Pandangannya tertarik ke arah pintu minimarket, seorang nenek baru saja keluar dengan barang belanjaannya. “Itu nggak ada yang bantuin apa?”

Baru saja ia berucap seorang pria menghampiri nenek tersebut.

“Ada ternyata orang baik,” ucapnya sambil tersenyum.

“Tolong! Copet!”

“Hah? Copet? Duh orang jahat ternyata.”

El berniat mengejar pria itu, tapi belum siap kakinya berlari. Dari arah berlawanan seseorang datang dan langsung menendang tepat punggung pria itu hingga ia terlempar. Masih dengan tatapan membeku dan mulut terbuka. El melihat jelas bagaimana cewek dengan seragam putih dan memakai trening dibalik rok-rok abu-abunya, mengambil dompet nenek tadi dengan ekspresi datar.

“Pergi! Sebelum saya seret ke kantor polisi!” ucap cewek itu. Dengan sigap si pria kabur.

Suara tegas si cewek terdengar lantang di gendang telingan El, ia menjadi saksi mata kejadian langkah ‘cewek terbang dengan tendangan maut'.

“Ini Nek, lain kali hati-hati, meski masih pagi jakarta emang rawan copet," ujarnya.

“Iya terimakasih banyak, ya Nak.”

Beberapa saat setelahnya tepukkan Jodi memudarkan tatapan kagum El. “Mas, maaf saya lama.”

“Eh?” Hanya sesaat ia berpaling, orang yang sejak tadi ditatapnya hilang, “ish Bapak sih, orangnya jadi pergi ‘kan!”

Jodi yang kebingungan hanya menatap arah pandangan El tadi. Apa yang membuat majikan mudanya itu kesal padanya?

El sudah kembali ke dalam mobil, ia masih tak percaya harinya dimulai dengan menyaksi aksi hebat dari seseorang yang tak disangkanya. “Sayang banget udah pergi, padahal mau kenalan.”

Bab terkait

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 1

    Suara pijakan kaki El terdengar setelah cowok itu keluar dari mobil. El menyandang sebelah tasnya, melirik ke Jodi lalu memberi arahan agar menjemputnya saat pulang. Sang sopir mengangguk, memutar haluan lalu pergi dengan kecepatan normal. El diam beberapa saat, lalu mengambil kerikil kecil di ujung sepatunya, ia melempar benda itu ke atas berulang-ulang menjadikannya sebagai mainan.Kalau dilihat dari luarnya, sekolah ini tidak jauh berbeda dari sekolahnya dulu, sama-sama tempat belajar dan tergolong cukup bagus.“SMA Dharma, semoga aja nih tempat nggak ngebosenin.”El melangkah masuk, dilihatnya ke arah samping, seorang satpam sedang duduk menyeruput kopi, sepertinya ia belum menyadari kehadiran El yang sudah terlihat santai bersandar di tiang pos.“Pak, kalau minum kopi harus ada yang nemenin, contohnya kayak roti.”Pak satpam yang diketahui namanya Dadang itu mendongak. “Eh mas datang dari mana?” Mata El sedikit menyipit. “Ya dari gerbang lah Pak, masa dari lubang semut.”Dadang

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 2

    Terhitung, ini adalah hari ketiga El bersekolah di SMA Dharma. Ia juga sudah banyak tahu tentang sekolah ini sekarang, belum lama ini di kelasnya sudah banyak cewek-cewek yang antre berkenalan dengannya, bahkan, tak sungkan memberi hadiah ataupun surat.Pembawaan sifat El yang supel dan mudah bergaul, membuat orang lain merasa tak canggung padanya, meski baru kenal. Hal itu juga membuat kebanyakan dari mereka sering menyalahartikan sikapnya yang murah senyum, beberapa menganggap kalau El playboy.Padahal yang sebenarnya ... hanya dirinya dan Tuhan yang tau.Tapi, El tetaplah El. Di sekolah baru maupun sekolah lama cowok itu selalu bertingkah sesuka hati, kadang tak jarang ia menjahili teman sekelasnya atau menggoda guru perempuan dari yang muda sampai yang punya anak empat malah. "Btw, nggak ada apa gitu hari ini, gue malas ke kantin, pasti rame.""Ya wajarlah rame, orang jam istirahat," timpal Ilham.Ardan menatap El. "Ngaku aja, lo ngindarin cewek-cewek yang mau kenalan sama lo 'ka

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 3

    Wajah serius dan penuh ketegasan terpencar dari gadis itu. Semua orang memperhatikan Ralika yang sibuk menjelaskan rencananya melalui HUT sekolah. Beberapa diantaranya mengangguk-angguk mendengar sebuah ide keluar dari mulutnya."Gue setuju ide lo, Ka," celetuk Ferdi mengangkat tangannya.Neta sang sekretaris OSIS berdiri dari duduknya. "Kalau menurut gue, ide lo itu nggak bagus."Si Ketua Osis yaitu Alex menatap Neta yang memang duduk di sampingnya. Ya, siapa yang akan selalu menentang tentang apa saja yang berhubungan dengan Ralika selain cewek itu, entah itu apapun, mau benar ataupun salah."Ta, idenya Ika itu bagus," balas Alex.Neta duduk kembali ke tempat duduknya menatap Alex. "Menurut gue idenya itu terlalu norak? Gue nggak mesti harus setuju 'kan? Lagian mentang-mentang dia tangan kanan guru, kalian setuju-setuju aja idenya."Alex menghela napas, berusaha sabar sedangkan Ralika, masih setia berdiri, sama sekali tak berniat membalas perkataan Neta. Semua orang bebas berpendapa

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 4

    El bersiul pelan sambil menyisir rambutnya ke arah belakang. Afdi dan Ardan terfokus pada layar playstation yang menampilkan permainan football, sedangkan Ilham, cowok itu asyik sendiri menikmati keripik kentang bumbu balado ukuran jumbo di tangannya."Woh, ganteng banget gue," celetuk El menatap pantulan dirinya di cermin."Dari tadi yang ada ngurusin rambut mulu, kayak cewek aja," timpal Ilham kembali memasukan keripik kentang ke mulutnya. Afdi dan Ardan masih setia pada permainan mereka. Sama sekali tak terganggu dengan celotehan keduanya."Kayak nggak tau aja, orang kasmaran kan emang 11 12 sama orang gila," ujar Afdi tanpa menoleh.El mengambil bantal di atas kasurnya. Melempar asal ke arah Afdi yang masih setia menatap layar permainan, dan tepat sekali mengenai wajahnya."Allahuakbar.""Yes, gue menang," girang Ardan detik itu juga.Afdi mendengus kecewa. Ia kalah permainan karena tiba-tiba di timpuk. Yang tadi awalnya fokus mencetak gol jadi buyar seketika dan berujung kebobol

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 5

    Ralika masuk ke kelas pada jam istirahat. Ia tak bisa masuk pelajaran pertama karena harus mengawasi cowok tak tahu malu itu membersihkan toilet, meski sebenarnya Ralika harus menghela napas ribuan kali, mendengar gombalan receh tak bermanfaat El. Bagaimana pun ia tak mau mengabaikan amanat Bu Rina, dengan pergi karena jenuh mendengar perkataan tak berguna cowok itu."Ika!"Matanya tertuju pada seorang cewek berambut ikal yang mendekat ke arahnya dengan membawa sebuah buku sambil senyum melebar."Nih."Ralika bergeming menatap sebuah buku yang di sodorkan Lea. "Untuk apa?"Lea tersenyum, cewek itu menarik tangan Ralika lalu meletakan buku tulis itu di telapak tangannya."Ini buku catatan gue, tadi 'kan lo nggak masuk kelas gara-gara gantiin Bu Rina. Jadi, lo pinjem aja buku catetan gue."Ralika menatap Lea tidak berekspresi kemudian matanya turun menatap buku tulis tersebut, perlahan tangannya membuka tiap lembar buku itu dengan teliti. Catatan materi di buku itu lengkap, semua rangku

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 6

    "El kita nggak balik, nih?" ucap Afdi. Sejak tadi mereka berdiri di depan kendaraan itu cukup lama, tapi tak ada tanda-tandanya El akan menawarkan untuk naik, malah dengan santainya menatap gerbang sambil memainkan kunci mobilnya.El menoleh. "Kalian kalau mau balik, balik aja, ngapain nungguin gue."Ketiganya saling pandang. "Jadi kita nggak pulang naik mobil lo, nih?""Nggak! lo semua pulang sendiri lah!"Afdi langsung cemberut. El sama sekali tak mengijinkannya ataupun yang lain menaiki kendaraan berwarna hitam itu."Ya, terus lo mau bawa nih mobil sendiri, gitu? Ngapain coba nyuruh supirnya pulang naik taksi, kalau nyatanya nggak ngajak kita pulang bareng," celetuk Ardan.El memandang ketiga temannya sambil berkacak pinggang. "Gue sengaja nyuruh Pak Jodi pulang duluan, biar Ralika pulang bareng gue. Bukan ngajak lo bertiga balik!"Ilham yang mendengar penuturan El menepuk jidatnya. "Ealah, ternyata lo ogeb banget!"El langsung menjitak kepala Ilham cukup keras. "Lo nggak nyadar lo

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 7

    El memejamkan matanya menikmati hidup yang kadang menyenangkan. Tidak ada pelajaran matematika yang memenuhi kepalanya, tidak ada ocehan dari guru yang super duper galak seperti Bu Wike.Free class menurutnya hal yang sangat membahagiakan, rasanya seperti di atas awan. "Gue bosan di kelas mulu."El membuka matanya menoleh ke kanan dimana Afdi sedang menekuk wajahnya. "Mendingan kita ke lapangan basket aja ngeliat pertandingan," ucapnya lagi."Kalau lo mau ke lapangan, ke lapangan aja," Pandangannya berubah memandang Ilham dan Ardan, "lo berdua juga bisa ikut. Gue mau tidur di kelas, lumayan free class capek begadang semalam."Afdi berdecak. "Ya nggak seru kalau lo nggak ikut 'kan jadi nggak lengkap, Emgansi.""Emgansi? Apaan tuh?" bingung Ardan."Empat cogan bergengsi," ujar Afdi menaik turunkan alis.Ardan bergidik melihat tingkah Afdi. "Jijik gue ngeliat lo kayak gitu."El masih menatap ketiga temannya, malas, memindahkan kedua tangannya menjadi bantal. "Kalian kalau mau kelapangan,

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 8

    Ralika mengelus kepala wanita yang terbaring lemah di hadapannya kini. Matanya tertutup dengan beberapa alat medis tertempel memenuhi tubuh. Suara alat deteksi jantung terdengar mengalun normal mengikuti irama jantungnya. Hal itu menandakan masih ada kehidupan di balik wajah pucat itu.Ralika bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu, ia sempat berbalik sebentar sebelum akhirnya keluar dengan wajah tertunduk.Untuk beberapa jam yang lalu Ralika sempat khawatir saat Niken ke sekolahnya dan mengatakan 'rumah sakit' Seperti ada dentuman keras yang menyerang dada, pikiran buruk tak bisa dibendung akan kemungkinan yang terjadi. Ruang tempat Nilam--mamanya-- dirawat saat itu sedang tertutup karena dokter sedang menanganinya. Lutut Ralika melemas untuk beberapa saat, yang hanya bisa dilakukannya hanya berdo'a dalam hati.Setelah beberapa menit, pintu ruangan terbuka, dokter dan beberapa suster keluar. Buru-buru Niken mencecar sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Dokter itu terdiam

Bab terbaru

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 42

    Seolah tersadar kalau sejak tadi matanya tak lepas dengan sosok cowok itu, Ralika segera melangkah keluar."Rara!" teriak El langsung turun begitu saja. Tepat saat ia turun dari panggung sempat El berpapasan dengan Alex. Cowok itu mengangkat tangannya, lalu menepuk punggung El seperti sebelumnya. "Good luck!""Rara!" panggilnya sekali lagi."Stop!" El mencoba mengatur napasnya sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Mata tajam Ralika seperti sudah tak ada lagi, lenyap tanpa jejak."Gue butuh jawaban," ucap El mantap."Minggir, saya harus ke atap sekolah!"El menggeleng. "Gue tadi udah susah-susah, Ra, buat nyanyi, ada yang fals apa? Sampe lo nggak mau bilang ya atau mau?"Ralika melipat tangannya. Seperti anak kecil yang meminta permen, Ralika lebih menganggap El seperti itu saat cowok itu tetap keukeh menghadang jalannya. Ralika mengangkat satu tangannya, menurunkan salah satu tangan El yang terbentang."Apa kamu benar-benar serius?" El mengangguk menyakinkan. "Iya."Ralik

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 41

    "Lea mau sampai kapan kamu menata rambut seperti itu?"Ralika sejak tadi menatap jamnya. Ia telah membuang waktu cukup banyak untuk sekedar menunggu Lea yang sejak tadi menata rambut."Ya ampun Ika, lo tau nggak, jadwal kalian kumpul semua itu jam 7."Lea berbalik, saat dirasa rambutnya sudah tertata. "Ka, lo pakai ini doang?"Ralika melipat tangannya lalu menunduk. Tidak ada yang salah dengan dirinya, semuanya lengkap. Buku kecil dan pena untuk mencatat kekurangan acara juga sudah disiapkan. Bajun berwarna hitam, serta jelana jins senada. Ini biasa 'kan?"Setidaknya lo dandan dikit lah Ika."Lea menarik Ralika agar duduk. "Lea kita tidak punya waktu, terlebih lagi saya ini adalah panitia bukan yang akan tampil."Lea malah sibuk mengecek tasnya, mengeluarkan benda warna-warna yang Ralika saja tidak tau apa namanya."Sekarang kita pergi, panitia sudah menunggu."Baru berdiri dua detik Ralika kembali dipaksa duduk oleh Lea. Mungkin Lea orang pertama yang membuat Ralika hanya bisa diam s

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 40

    Drrt... Drttt...El melirik ponselnya yang sejak tadi bergetar. Sebenarnya benda itu berungkali berkedip, tapi ia biarkan saja, karena biasanya jam segini yang akan masuk pesan tidak penting. Pesan tidak penting dari nomor tak dikenal, hal itu juga karena Ilham dan Afdi yang memberikan nomornya begitu saja pada semua cewek asal mereka bayar. Teman macam apa itu!"Hallo!"Karena sejak tadi benda itu terus menganggunya. El mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon."Hallo-hallo lo, lama amat sih ngangkat telfon gue!""Lah!" El menjauhkan ponselnya itu lalu menatapnya beberapa detik. Bang Mona."Lo Bang, ah kenapa nggak bilang!" El berdiri dari tempat tidurnya lalu berdiri dengan wajah berseri. "Lo kenapa nggak ada kabar sih setelah balik, padahal gue mau kasih tau sesuatu. Lo tau nggak kalau-""Eh-eh bentar, gue telfon lo cuman mau titip pesen sama bokap, transfer duit bulanan!""Hah? Lo 'kan bisa telfon Om, kenapa jadi gue?""Hp Papa sama Mama mati, terus Tante Nala kayaknya lag

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 39

    Lega, rasanya beban yang selama ini hinggap di hati Ralika telah hilang bersamaan dengan perginya sang Papa. Sekali lagi, sebelum berbalik, Ralika sempat menatap gundukan tempat Hendra beristirahat yang tepat di samping makam Kayla selama beberapa detik. Kenangan biarlah menjadi kenangan, meskipun memang berlangsung pahit, tapi semuanya sudah terjadi. Sebuah pelajaran datang saat seseorang mengalami kesulitan di masa lalunya.Kayla, Ralika bisa merasakan kalau adiknya itu akan bahagia di sana."Semangat, okey."Ralika menyentuh tangan Lea yang tersampir di pundaknya lalu mengangguk. Di sana hanya tersisatiga orang sedangkan yang lainnya sudah pulang duluan, kepala sekolah dan guru-guru pun tadi juga datang untuk mengungkapkan bela sungkawa. Nilam juga harus banyak istirahat, karena kondisinya yang kembali drop karena banyak pikiran."Kamu sebaiknya pulang duluan.""Nggak ah, gue mau nemenin lo.""Seragam kamu masih belum diganti, tas kamu juga, itu melanggar aturan sekolah, seharusn

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 38

    Ika .... " Ralika mengalihkan pandang. Berusaha mengendalikan hatinya, suara lirih Nilam seolah menuntunnya mendekati pria itu."Ma ... afin ... Papa."Ralika masih tak merespon perkataan Hendra yang bersusah payah mengatakan kalimat itu. Salivanya tertegun beberapa kali, ada perasaan tak sanggup saat menatap kembali pria itu, kilasan tentang kekejamannya sangat terekam jelas. Tapi ini untuk pertama kalinya, Hendra terlihat tak berdaya. Begitu lemah.Ralika sudah mengatakan orang baik akan dianggap yang paling lemah. Dan hari ini dia membuktikannya, mamanya kini sedang menatapnya dengan tatapan teduh dan penuh harap. Memaafkan? Itu hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang manusia yang sudah menutup sebagian hatinya!"Ka, mama mohon."Desakan lirih itu membuat Ralika tak sadar telah menatap Hendra. Matanya terpejam sesaat setelah melihat pria itu, apakah ia kini bermimpi? Sudah jelas Ralika melihat cairan bening dari ujung mata pria itu. Tangan kiri Hendra terangkat dengan sisa-s

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 37

    Untuk acara HUT kali ini, semua panitia sudah dibagi dari berbagai macam lomba. Seperti rencana awal, SMA Dharma mengadakan banyak lomba yang diikuti dari berbagai sekolah. Dharma murni sebagai tuan rumah dan tak terlibat dalam lomba apapun. Hingga sekarang terhitung 2 hari setelah hari pembukaan. Yang sudah bertanding adalah dari club olahraga, yaitu Futsal dan Volly. Dan hasil penyerehan hadiah bagi yang menang akan dilaksanakan, siangnya, tepat tanggal 31 Desember. "Ka, lo bisa ngira nggak antara SMA Raya sama SMA Wijaya yang mana menang?" ucap Lea sambil menatap ke depan.Ralika diam. Kini pandangannya menyapu satu persatu pemain yang berusaha mencetak poin. Sambil memakai kalung panitia dengan name tag namanya, Ralika kini turut menjadi panitia. Di sebrang ada Alex yang menggunakan baju kaos biru berlengan pendek dengan kalung panitia yang sama dengannya."Ka, jawab!" desak Lea.Terdengar hembusan napas pelan dari hidung Ralika. Padahal dari tadi ia sudah mengatakan agar cewek i

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 36

    "Ika, ya ampun, gue nggak nyangka banget Pak Bima ngumumin lo nggak salah hari ini, ah kenapa kepala gue harus pusing sih, gue pengen banget deh ngeliat mukanya Neta, pasti dia kesel banget tuh."Lea mencerocos tak jelas saat Ralika masuk, sudahlah tak masalah kalau hanya dibalas diam Ralika. Hari ini, hari bahagianya, wajah-wajah yang pernah menghujat Ralika rasanya sudah terhantam oleh kebenaran yang ada. Sayang sekali momen itu harus terlwat saat dirinya di UKS.Ralika duduk di kursinya. Meski secara tak langsung, ia bisa melihat kumpulan murid di sebelah kanan dari ujung matanya. Ralika juga sebenarnya tau kalau mereka tampak bingung ingin mendekat sambil mendorong satu sama lain. Jika kata orang siapapun tak akan luput dari pengawasannya selama berada di SMA Dharma, jawabannya benar. Ralika tau kalau merekalah yang mencoret mejanya dengan berbagai kata kasar selama ini secara diam-diam.Ralika berdiri lalu mendekati mereka. Pandangannya datar. Melihat Ralika yang mendekat, mereka

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 35

    Ralika memandang lurus-lurus, tepat menatap manik mata El yang menunggu ucapan keluar dari mulutnya. Perlahan matanya turun ke tangan El yang tengah menggenggam lengannya. Dengan sekali hentak cekalan itu terlepas."Saya masih ada urusan."El tak beranjak. "Tapi lo belum jawab pertanyaan gue!"Ralika berhenti. Mengepalkan kedua tangannya, lalu berbalik. "Lebih baik kamu sembuhin dulu luka kamu, baru bisa ngomong."El dibuat terdiam. Otaknya berpikir keras, biasanya Ralika akan dengan tegas menjawab sesuatu yang ditanyakan padanya. Tapi tampaknya cewek itu tak ada sedikit pun menerima atau menolak. Senyum miring El terukir, tepat saat Ralika berbelok."Gue masih punya kesempatan."El meloncat kecil, lalu berbalik. Tepat saat itu pula Alex berada di depannya, dengan kedua mata sulit diartikan."Ngapain lo ke sini? Nguping gue sama Rara ya?" ucapnya sinis. Tapi kemudian El mengelus dagunya, mendekati Alex."Lo denger 'kan tadi gue bilang apa?""Gue denger."El tersenyum puas. Ia kemudian

  • Mengejar Hati Cewek Dingin   Chapter 34

    "Nayla." Ralika baru saja yang pulang dari sekolah. Tujuannya ingin langsung masuk ke kamar dan mempersiapkan diri untuk latihan karate sore ini, tapi perhatiannya langsung tertarik pada Nayla yang tengah duduk di lantai sambil memainkan bonekanya."Bi Leli ke mana?" Pandangan Ralika mengedar, mencari keberadaan wanita itu.Sedikit ragu untuk mendekat, cewek itu menatapi Nayla selama beberapa saat sebelum akhirnya mendekat lalu berjongkok. Balita itu spontan menatapnya lalu tersenyum sambil menampilkan 2 buah gigi yang tumbuh di bagian bawah."Kakak."Ralika terdiam, padahal tak ada yang dirinya lakukan tapi balita itu malah tertawa dan kakak? Hatinya berdesir mendengarnya."Lo tau senyum itu ibadah, dengan senyum berarti bahagia,"Otaknya memutar kembali perkataan cowok itu, hingga tanpa sadar tangan kanannya terulur mengelus pipi gembul Nayla yang masih menampakkan senyum. Setelahnya Ralika menarik Nayla dalam dekapan. Matanya terpejam, merasa baru kali ini dia merasa begitu dekat d

DMCA.com Protection Status