"Bisa dibantu bu ?" Ucap salah seorang receptionist, dengan ramah menyambut Diana yang menghampiri meja nya.
"Saya mau ketemu pak Bayu." Jawab Diana membalas senyum. "Baik, ditunggu sebentar." Balas receptionist itu, kemudian terlihat ia mengangkat gagang telepon nya untuk menghubungi seseorang disana. "Silahkan masuk bu, tapi sekretaris nya bilang bapak sedang ada tamu, mungkin nanti menunggu sebentar di depan ruangan nya." Jelas wanita berbadan mungil itu. "Baik, terima kasih." Jawab Diana, kemudian ia ikuti arahan receptionist itu. Namun, begitu sampai di depan ruangan Bayu, tak ia temui sekretaris yang biasanya selalu ada di balik meja kerja yang berada di depan ruangan suaminya itu. "Langsung masuk atau gimana ya ?" Gumam nya. ia coba menghubungi suaminya, namun tak ada jawaban. Pasti pria itu sedang sibuk, pikirnya. Ia pun berniat untuk langsung menemui nya saja, sebab tak memiliki banyak waktu karena harus pergi bekerja juga. Ia pun melihat pintu ruangan Bayu sedikit terbuka, lantas berniat mengangkat kepalan tangan nya untuk mengetuk pintu, namun ia urungkan niatnya karena terdengar suara Bayu yang sepertinya sedang mengobrol serius dengan seseorang. "Tapi lo cinta kan sama dia ?" Ucap seseorang disana. "........" Diana mengerutkan alisnya, saat tak mendengar jawaban apapun yang diberikan bayu pada lawan bicaranya. "Kalo nggak, kenapa lo nikahin ?" mendengar pertanyaan itu, Diana semakin tertarik dengan percakapan mereka. Ia pun semakin mendekat berharap dapat mencuri dengar pembicaraan mereka. "Gue nikah, karena harus nikah, udah butuh nikah. Lagian orang tua gue juga suka sama dia, lo tahu kan nyokap gue lagi sakit waktu itu ? Dia minta gue nikah, dan dia suka sama Diana. Jadi gue harus gimana ? Ya harus nikah aja kan ? Nikah ya nikah, cinta ya cinta. Gak semua orang bisa nikah sama orang yang mereka cinta kan ?" DEG! Membelalak mata Diana spontan menutup mulutnya yang menganga dengan sebelah telapak tangan nya. Mendengar itu, ia merasa seperti ada batu besar yang menghantam kepala nya. 'Berarti selama ini?' Tanya nya dalam hati. Diana tak berniat melanjutkan langkah nya. Ia lantas menghapus air matanya yang menetes tak tertahan, takut anak buah suaminya melihat dan mereka menjadi bahan gosip yang tidak-tidak. Padahal hari ini ia sengaja datang ke kantor suaminya, membawakan makan siang yang sengaja ia siapkan spesial untuk merayakan Diana yang baru saja dipromosikan di kantornya. Ia lakukan ini, sebab Bayu selalu pulang larut dan tak sempat berinteraksi dengan nya jika dirumah. Berniat meminta sedikit waktu suaminya di sela kesibukan, ternyata malah 'kejutan' seperti ini yang ia dapatkan. "Bu Diana ?" Terperanjat Diana, spontan berbalik ketika seseorang memanggil namanya. Ternyata Riska, sekretaris Bayu yang baru saja kembali. Ia menyapa Diana sebab sudah mengenalnya, dan ingin menanyakan maksud kedatangan nya. "Oh, Ris. Saya mau ketemu Mas Bayu tadi. Tapi kayaknya masih ada tamu, saya titip ini aja ya. Nanti tolong kasihin aja." Diana nampak mengusap air matanya demi menyembunyikan tangisan nya dari pegawai suaminya itu. "O..oh..I..Iya bu.. nanti..mm.. Bu, apa gak ditunggu dulu aja ? Mungkin sebentar lagi, Ibu kan udah jauh-jauh kesini." Riska coba menawarkan opsi pada Diana. Ia sedikit merasa canggung, sebab meski berusaha disembunyikan, ia tahu istri atasan nya itu baru saja menangis. "Enggak deh, nanti juga ketemu lagi dirumah. Kalo gitu permisi, Saya buru-buru." Ucap Diana kemudian. Tak dapat menahan kepergian nya lagi, Riska lantas hanya menuruti keinginan nya, dan menerima bingkisan, titipan dari Diana. "Baik bu kalo gitu, hati-hati dijalan." Ucapnya. Tak lagi menjawab, Diana pun pergi dari sana. Masih terpaku menatap punggung Diana yang menjauh, Riska terperanjat setelah mendengar Bayu membuka pintu ruangan nya dengan tergesa-gesa. Spontan ia menoleh dan mendapati atasan nya berdiri di ambang pintu. "Siapa yang dateng ?" Tanya nya. "Bu Diana pak, tadi saya lihat berdiri di sini, saya pikir mau masuk. Tapi waktu saya tanya, katanya titip ini aja, terus buru-buru pergi." Jelas Riska. Bayu terlihat gelisah, menyadari bahwa mungkin Diana pergi karena mendengar pembicaraan nya dengan Abi, sahabatnya sekaligus kakak kandung Diana. "Taruh diruangan saya." Ucapnya pada Riska, kemudian ia bergegas berlari kecil menuju pintu keluar, berusaha mengejar Diana. Namun sudah sampai di lobby pun, ia tak menemui istrinya. Bertanya pada receptionist, juga tak ada yang melihatnya. Bayu lantas meraih ponsel nya, kemudian mencoba menghubungi istrinya. Namun, beberapa kali mencoba wanita itu tak juga menjawab panggilan nya. "Gimana ?" Tanya Abi yang juga ikut mencoba mengejar sang adik. "Gak ada, Shit! dia pasti denger kita ngomong apa tadi." Bayu memijat pelipisnya, dan mereka berdua melangkah masuk kembali ke dalam ruangan nya. "Bisa aja dia emang buru-buru terus cabut. Bukan karena denger obrolan kita tadi." Abi berusaha menenangkan Bayu yang terlihat begitu gelisah, dan kini malah memasukan ponsel dan beberapa berkas ke dalam tas nya. "Gak mungkin, tadi dia telepon gue, emang katanya mau kesini buat makan siang bareng, dan gue iyain. Dia tiba-tiba cabut pasti karena itu." Bayu berusaha tenang, tapi tetap tak bisa. "Mau kemana lo ?" Tanya Abi, "Nyari Diana. Mungkin udah balik ke rumah kali." Jawab Bayu. "Yaudah gue cabut juga deh, balik ke kantor." Abi pun beranjak dari sana, kemudian mereka berdua keluar dari gedung itu, dan melajukan mobil masing-masing. Sementara di tempat lain, Diana menghentikan mobil nya di sudut jalan yang sepi, tak jauh dari kantor Bayu. masih tak menyangka dengan apa yang di dengarnya. Wanita itu kini menangis, menundukkan kepala nya pada stir mobil. Semua perkataan Bayu kini menjadi masuk akal, kala ia mengingat bagaimana lelaki itu memperlakukan nya selama ini. Mungkin ini sebabnya mengapa ia selalu pulang larut, dan berangkat pagi-pagi sekali setiap harinya. Ini pula sebab mengapa ia selalu bersikap dingin pada Diana. Sebab tatapan nya yang datar. Sebab mengapa ia hanya bicara seperlunya. Semua itu karena ia tak pernah mencintai nya. Tak pernah menginginkan kehadiran Diana di rumah mereka. Dan pasti itu pula sebabnya mengapa ia selalu menggunakan pekerjaan sebagai alasan untuk lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah. Lelaki itu bahkan belum pernah sekalipun menyentuh nya sejak malam pertama pernikahan mereka. Namun Diana masih berprasangka baik waktu itu. Bayu tak menyentuhnya pasti karena ia sedang datang bulan pada malam pernikahan mereka. Lalu malam-malam setelahnya, ia selalu sibuk dengan pekerjaan nya hingga selalu pulang tengah malam. Namun kini tak bisa lagi ia berprasangka baik setelah mendengar ucapan nya. Semua pertanyaan yang selalu menghantui pikiran nya, seolah sudah terjawab. Terang benderang kini ia langsung mengerti sebab dan arti sikap sang suami padanya. 'Aku harus gimana mas ? Baru tiga bulan pernikahan kita dan aku harus mendengar ini semua. Harus kah aku pergi dari hidup kamu ? Kenapa kamu tega ? Aku udah terlanjur cinta, aku sayang kamu, Mas. Dan kamu yang buat aku punya perasaan ini. Tapi kenapa begini ? Kamu bohongin aku, Kamu bohongin diri kamu sendiri. Lantas kenapa harus aku yang kamu nikahi ? Padahal bukan aku yang kamu ingin kan.'"Ibu dimana mbak ?" Tanya Bayu pada asisten rumah tangga nya begitu ia sampai dirumah. "Belum pulang pak." Jawab Mbak Asih yang masih sibuk dengan pekerjaan nya di dapur. "Dari pagi ?" "Iya pak, Bukan nya biasanya pulang malam ?" "Biasa nya ibu pulang jam berapa ?" "Kadang jam enam, paling telat biasanya jam delapan udah dirumah kok pak. Emang ibu gak bisa dihubungin pak ?" Mbak Asih balik bertanya. Ia pun bingung dengan pertanyaan majikan nya yang seolah tak pernah tahu jam kerja istrinya. "Yaudah Mbak, makasih. kamu lanjut kerja aja." Jawab Bayu kemudian ia naik ke lantai dua rumahnya untuk masuk ke dalam kamar. Ia raih kembali ponsel nya, Diana masih tak menjawab telepon nya. Padahal Bayu sudah mendatangi kantor Diana dalam perjalanan pulang tadi, namun teman-teman nya mengatakan Diana sempat pamit ingin ke kantor suaminya saat jam istirahat makan siang, namun belum kembali sampai saat ini. Kini segala macam pikiran dan kemungkinan berkecamuk di dalam kepa
Sebelas tiga puluh malam, Bayu mondar mandir dengan gelisah di ruang tamu rumahnya. Masih menunggu istrinya kembali kerumah, karena ia tahu Diana memang tak pernah bekerja hingga selarut ini. Makan malam yang ia siapkan pun, mungkin rasanya sudah berbeda sebab sudah tak lagi hangat. Ia coba kembali menghubungi Diana, namun panggilan nya di tolak. Selelah ini ternyata rasanya menunggu Istri pulang di larut malam. Tak bisa ia bayangkan bagaimana lelahnya Diana yang menunggunya setiap malam. Bahkan tak jarang Bayu menemukan Diana tertidur di sofa sebab terlalu lelah menunggu nya. 'Di, maafin aku. setelah hari ini aku janji gak akan buat kamu kelelahan menunggu aku pulang lagi. Pulang lah, Di. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau kita selesaikan masalah ini. Aku gak tenang, Di.' Gumam nya dalam hati. Spontan ia melihat ke arah pintu, begitu ia dengar suara gemuruh mesin mobil di depan rumah nya. Lega rasa hatinya, akhirnya yang ia tunggu sejak siang tadi kini sudah kembali. "Assal
Bayu merasakan Diana yang terdiam, hanya menerima pelukan nya. tanpa balasan juga tanpa penolakkan. Namun meski begitu, tetap hatinya dihantui rasa bersalah juga ketidak tenangan akan perubahan sikap Diana yang tiba-tiba. Perlahan Bayu meregangkan pelukan nya, setelah ia rasakan Diana yang sudah terlelap sebab nafasnya sudah teratur. Kemudian ia menelentangkan tubuh nya dan memandang langit-langit kamarnya. Pikiran nya seketika melayang, kembali mengingat mengapa kini ia merasa tak bisa lagi membuka hatinya pada siapapun, termasuk istrinya sendiri. Sebab luka yang pernah ia rasakan. Sebab trauma yang membuatnya takut untuk kembali memulai karena takut jika sudah jatuh cinta ia akan kembali dikhianati. Rasa sakit nya bahkan seolah tak pernah berkurang, meski setiap hari ia berusaha mengikhlaskan apa yang tak bisa dimilikinya. ***Kilas Balik*** Toktoktok… Bayu mengetuk pintu apartemen Risma sambil membawa sebuah jar berisi penuh Cokelat kegemaran Risma. Hari ini tepat ha
Risma duduk berhadapan dengan Bayu. di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka bekerja. Di tempat ini lah mereka biasa menghabiskan waktu bersama, di sela kesibukan pekerjaan mereka. Dan kini, tempat ini pula yang dipilih oleh Risma untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan empat tahun lamanya. Kini tangan nya bergerak, meletakkan kotak hadiah berisi kalung emas pemberian Bayu dan mendorong nya perlahan kotak itu hingga sampai di hadapan Bayu. “Ini kamu simpan aja mas. Aku gak pantas terima ini.” Risma berkata pada Bayu dengan ekspresi yang dingin. “Kenapa ?" Suara berat Bayu kini terdengar putus asa. "Kenapa kamu begini ?” Tanya nya lagi. “Maaf..” Hanya itu yang terucap dari bibir wanita itu. “Jangan cuma maaf Risma! Kasih aku penjelasan!” Bayu sedikit membentak Risma hingga pengunjung lain di cafe itu sontak melihat ke arah mereka. Namun Bayu tak mempedulikan itu. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya karena Ia hampir tidak dapat membendung emosi
Bayu melangkah cepat menuruni anak tangga sambil mengenakan arloji nya. ia tergesa-gesa karena sudah hampir terlambat. entah Diana yang tak membangunkan nya, atau memang ia yang tak terbangun meski sudah dibangunkan. Dilihatnya Diana sudah bersiap dengan setelan kantornya, kini sedang menikmati sarapan nya di meja makan. Bayu menghentikan langkah nya, kembali teringat dengan masalah yang belum ia selesaikan kemarin. Diana masih tak terlihat meyapa nya, padahal setiap pagi biasanya ia selalu tersenyum manis menyambut Bayu di meja makan dengan berbagai menu sarapan yang ia siapkan sendiri. "pagi, Di." Bayu berusaha tersenyum, lalu ia kecup puncak kepala Diana dan mengusap lembut punggung nya. mengangkat sebelah alisnya, Diana melirik Bayu. Merasa heran sebab tak pernah Bayu sehangat ini menyapa nya di pagi hari. Biasanya pria itu langsung duduk bahkan nampak selalu enggan memulai pembicaraan apapun dengan nya. Diana masih terus berusaha pada awalnya. Namun setelah apa yang ia dengar
"Sayang ? kamu dateng Nak ?" Ratih, Ibunda Bayu. Dengan senyumnya yang hangat menyambut kedatangan menantu nya. Diana pun memeluk Ibu mertua nya, sebab rindu sudah hampir dua minggu mereka tak bertemu. "Mama gimana ? sehat ?" Tanya Diana sambil ia menempelkan pipi kanan dan kiri nya dengan kedua pipi Ratih bergantian. "Ya begini lah." Jawab Ratih. "Diana bawain bolu karamel kesukaan mama nih. bentar ya Diana taruh di piring." Ucap Diana sambil mengacungkan kantong plastik berisi bolu karamel yang ia beli dalam perjalanan tadi. "Makasih sayang." Jawab Ratih, Diana pun masuk ke dapur dan menyiapkan makanan itu untuk disajikan pada Ibu mertua nya. "Kamu gak kerja, nak ?" Tanya Ratih, begitu Diana kembali duduk disamping nya dan meletakkan piring berisi potongan bolu karamel tadi. Mereka duduk di sofa di depan tv yang terletak di ruang keluarga. "Diana lagi males banget ke kantor mah. Tadi udah izin sih." Jawab Diana, sambil mengunyah kue itu. "Bayu kerja ?" "Mas Bayu be
"Oh ada tamu ?" Sontak Bayu dan Diana menoleh ketika mereka mendengar suara Ratih yang lemah berusaha menyapa. "Mama bangun ?" Bayu pun menghampiri ibunya yang terlihat sedang berusaha untuk bangkit dan duduk. Pria itu segera membantu ibu nya menaikan kepala ranjang agar ibunya tetap dapat bersandar. Melihat itu, Diana pun tersenyum. Hatinya menghangat melihat Bayu begitu lembut memperlakukan ibu nya. "Siapa itu ?" Tanya Ratih, mendengar itu Diana pun berinisiatif menghampiri nya dan mencium punggung tangan nya dengan sopan. "Diana tante." Ucap Diana. "Oh Diana, pacar mu ya mas ?" Tanya Ratih, membuat Bayu dan Diana saling menatap dengan canggung. "Nghh.. Enggak mah, bukan. Ini Diana, temen kantor aku." Jawabnya, sementara Diana hanya tersenyum mengiyakan. "Oh kirain pacar, mama udah seneng padahal." Diana hanya tersipu mendengarnya, kemudian berpamitan untuk kembali ke tempat duduk nya. "Mah jangan gitu, Bayu gak enak." Bayu berbisik pada ibunya." "Iya maaf, Ma
"Lagi pada ngomongin apa sih ?" Tanya Bayu sambil masuk ke dalam ruangan itu. Sontak Diana dan Ratih pun menoleh ke arah nya. "Eh Mas, sini aku bawain." Ucap Diana lalu ia ambil kantong plastik yang ada di tangan kiri Bayu. "Itu aku beliin minuman ada di dalem sana, sama ada camilan juga, ambil aja." Jawab Bayu. "Makasih, mas." Ucap Diana. "Cepet banget dateng nya." Ratih seolah sedang protes pada putra nya. "Ih kok gitu mah ?" Tanya Bayu. "Mama lagi asik ngobrol sama Diana, kalo kamu dateng kan harus kerja lagi dia." Jawab Ratih, spontan Diana pun tersenyum dari sana, sementara Bayu kini menoleh padanya. "Nanti kan bisa ngobrol lagi, lagian mama juga harus banyak istirahat, iya kan ?" Jawab bayu. "Tuh kan, kalo sama Bayu mama disuruh tidur terus." Gerutu Ratih, sementara Bayu hanya terkekeh mendengarnya. lalu ia turunkan ranjang ibunya, agar dapat kembali berbaring dengan nyaman. "Aku har