Share

Mengejar Cinta Istriku
Mengejar Cinta Istriku
Penulis: Tiarariy

Tiga Bulan Pernikahan

"Bisa dibantu bu ?" Ucap salah seorang receptionist, dengan ramah menyambut Diana yang menghampiri meja nya.

"Saya mau ketemu pak Bayu." Jawab Diana membalas senyum.

"Baik, ditunggu sebentar." Balas receptionist itu, kemudian terlihat ia mengangkat gagang telepon nya untuk menghubungi seseorang disana.

"Silahkan masuk bu, tapi sekretaris nya bilang bapak sedang ada tamu, mungkin nanti menunggu sebentar di depan ruangan nya." Jelas wanita berbadan mungil itu.

"Baik, terima kasih." Jawab Diana, kemudian ia ikuti arahan receptionist itu. Namun, begitu sampai di depan ruangan Bayu, tak ia temui sekretaris yang biasanya selalu ada di balik meja kerja yang berada di depan ruangan suaminya itu.

"Langsung masuk atau gimana ya ?" Gumam nya. ia coba menghubungi suaminya, namun tak ada jawaban. Pasti pria itu sedang sibuk, pikirnya.

Ia pun berniat untuk langsung menemui nya saja, sebab tak memiliki banyak waktu karena harus pergi bekerja juga.

Ia pun melihat pintu ruangan Bayu sedikit terbuka, lantas berniat mengangkat kepalan tangan nya untuk mengetuk pintu, namun ia urungkan niatnya karena terdengar suara Bayu yang sepertinya sedang mengobrol serius dengan seseorang.

"Tapi lo cinta kan sama dia ?" Ucap seseorang disana.

"........"

Diana mengerutkan alisnya, saat tak mendengar jawaban apapun yang diberikan bayu pada lawan bicaranya.

"Kalo nggak, kenapa lo nikahin ?" mendengar pertanyaan itu, Diana semakin tertarik dengan percakapan mereka. Ia pun semakin mendekat berharap dapat mencuri dengar pembicaraan mereka.

"Gue nikah, karena harus nikah, udah butuh nikah. Lagian orang tua gue juga suka sama dia, lo tahu kan nyokap gue lagi sakit waktu itu ? Dia minta gue nikah, dan dia suka sama Diana. Jadi gue harus gimana ? Ya harus nikah aja kan ? Nikah ya nikah, cinta ya cinta. Gak semua orang bisa nikah sama orang yang mereka cinta kan ?"

DEG! Membelalak mata Diana spontan menutup mulutnya yang menganga dengan sebelah telapak tangan nya. Mendengar itu, ia merasa seperti ada batu besar yang menghantam kepala nya.

'Berarti selama ini?' Tanya nya dalam hati. Diana tak berniat melanjutkan langkah nya. Ia lantas menghapus air matanya yang menetes tak tertahan, takut anak buah suaminya melihat dan mereka menjadi bahan gosip yang tidak-tidak.

Padahal hari ini ia sengaja datang ke kantor suaminya, membawakan makan siang yang sengaja ia siapkan spesial untuk merayakan Diana yang baru saja dipromosikan di kantornya.

Ia lakukan ini, sebab Bayu selalu pulang larut dan tak sempat berinteraksi dengan nya jika dirumah. Berniat meminta sedikit waktu suaminya di sela kesibukan, ternyata malah 'kejutan' seperti ini yang ia dapatkan.

"Bu Diana ?" Terperanjat Diana, spontan berbalik ketika seseorang memanggil namanya. Ternyata Riska, sekretaris Bayu yang baru saja kembali. Ia menyapa Diana sebab sudah mengenalnya, dan ingin menanyakan maksud kedatangan nya.

"Oh, Ris. Saya mau ketemu Mas Bayu tadi. Tapi kayaknya masih ada tamu, saya titip ini aja ya. Nanti tolong kasihin aja." Diana nampak mengusap air matanya demi menyembunyikan tangisan nya dari pegawai suaminya itu.

"O..oh..I..Iya bu.. nanti..mm.. Bu, apa gak ditunggu dulu aja ? Mungkin sebentar lagi, Ibu kan udah jauh-jauh kesini." Riska coba menawarkan opsi pada Diana. Ia sedikit merasa canggung, sebab meski berusaha disembunyikan, ia tahu istri atasan nya itu baru saja menangis.

"Enggak deh, nanti juga ketemu lagi dirumah. Kalo gitu permisi, Saya buru-buru." Ucap Diana kemudian.

Tak dapat menahan kepergian nya lagi, Riska lantas hanya menuruti keinginan nya, dan menerima bingkisan, titipan dari Diana.

"Baik bu kalo gitu, hati-hati dijalan." Ucapnya.

Tak lagi menjawab, Diana pun pergi dari sana. Masih terpaku menatap punggung Diana yang menjauh, Riska terperanjat setelah mendengar Bayu membuka pintu ruangan nya dengan tergesa-gesa. Spontan ia menoleh dan mendapati atasan nya berdiri di ambang pintu.

"Siapa yang dateng ?" Tanya nya.

"Bu Diana pak, tadi saya lihat berdiri di sini, saya pikir mau masuk. Tapi waktu saya tanya, katanya titip ini aja, terus buru-buru pergi." Jelas Riska.

Bayu terlihat gelisah, menyadari bahwa mungkin Diana pergi karena mendengar pembicaraan nya dengan Abi, sahabatnya sekaligus kakak kandung Diana.

"Taruh diruangan saya." Ucapnya pada Riska, kemudian ia bergegas berlari kecil menuju pintu keluar, berusaha mengejar Diana.

Namun sudah sampai di lobby pun, ia tak menemui istrinya. Bertanya pada receptionist, juga tak ada yang melihatnya. Bayu lantas meraih ponsel nya, kemudian mencoba menghubungi istrinya.

Namun, beberapa kali mencoba wanita itu tak juga menjawab panggilan nya.

"Gimana ?" Tanya Abi yang juga ikut mencoba mengejar sang adik.

"Gak ada, Shit! dia pasti denger kita ngomong apa tadi." Bayu memijat pelipisnya, dan mereka berdua melangkah masuk kembali ke dalam ruangan nya.

"Bisa aja dia emang buru-buru terus cabut. Bukan karena denger obrolan kita tadi." Abi berusaha menenangkan Bayu yang terlihat begitu gelisah, dan kini malah memasukan ponsel dan beberapa berkas ke dalam tas nya.

"Gak mungkin, tadi dia telepon gue, emang katanya mau kesini buat makan siang bareng, dan gue iyain. Dia tiba-tiba cabut pasti karena itu." Bayu berusaha tenang, tapi tetap tak bisa.

"Mau kemana lo ?" Tanya Abi,

"Nyari Diana. Mungkin udah balik ke rumah kali." Jawab Bayu.

"Yaudah gue cabut juga deh, balik ke kantor." Abi pun beranjak dari sana, kemudian mereka berdua keluar dari gedung itu, dan melajukan mobil masing-masing.

Sementara di tempat lain, Diana menghentikan mobil nya di sudut jalan yang sepi, tak jauh dari kantor Bayu. masih tak menyangka dengan apa yang di dengarnya. Wanita itu kini menangis, menundukkan kepala nya pada stir mobil.

Semua perkataan Bayu kini menjadi masuk akal, kala ia mengingat bagaimana lelaki itu memperlakukan nya selama ini.

Mungkin ini sebabnya mengapa ia selalu pulang larut, dan berangkat pagi-pagi sekali setiap harinya. Ini pula sebab mengapa ia selalu bersikap dingin pada Diana. Sebab tatapan nya yang datar. Sebab mengapa ia hanya bicara seperlunya.

Semua itu karena ia tak pernah mencintai nya. Tak pernah menginginkan kehadiran Diana di rumah mereka. Dan pasti itu pula sebabnya mengapa ia selalu menggunakan pekerjaan sebagai alasan untuk lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah. Lelaki itu bahkan belum pernah sekalipun menyentuh nya sejak malam pertama pernikahan mereka.

Namun Diana masih berprasangka baik waktu itu. Bayu tak menyentuhnya pasti karena ia sedang datang bulan pada malam pernikahan mereka. Lalu malam-malam setelahnya, ia selalu sibuk dengan pekerjaan nya hingga selalu pulang tengah malam.

Namun kini tak bisa lagi ia berprasangka baik setelah mendengar ucapan nya. Semua pertanyaan yang selalu menghantui pikiran nya, seolah sudah terjawab. Terang benderang kini ia langsung mengerti sebab dan arti sikap sang suami padanya.

'Aku harus gimana mas ? Baru tiga bulan pernikahan kita dan aku harus mendengar ini semua. Harus kah aku pergi dari hidup kamu ? Kenapa kamu tega ? Aku udah terlanjur cinta, aku sayang kamu, Mas. Dan kamu yang buat aku punya perasaan ini. Tapi kenapa begini ? Kamu bohongin aku, Kamu bohongin diri kamu sendiri. Lantas kenapa harus aku yang kamu nikahi ? Padahal bukan aku yang kamu ingin kan.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status