Kruuukk... Diana mengerejapkan mata perlahan sebab perut nya tiba-tiba berbunyi karena rasa lapar nya. ia ingat memang belum makan apapun setelah pulang dari rumah ibu mertua nya. Bergerak perlahan, ia berusaha memfokuskan penglihatan nya. Ia sadari kemudian Bayu yang juga berbaring di sebelah nya, masih terlelap dengan sebelah tangan nya melingkar diatas perut Diana. Ia pun baru menyadari posisi nya, dan tentu saja apa yang mereka lakukan tadi malam. Masih begitu terngiang di telinga nya, bagaimana Bayu mendesahkan namanya sambil menikmati permainan mereka tadi malam. Tertegun Diana beberapa saat. Kembali menatap wajah Bayu yang masih terlelap. Entah bagaimana mereka akhiri permainan, sampai mereka terbangun dan tak mengenakan apa-apa. hanya tertutupi dengan selimut tebal mereka. Perlahan ia singkirkan tangan Bayu berniat untuk turun ke bawah dan menyantap
Bayu mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Diana. Kemudian ia menuntun Diana duduk di depan meja rias nya. "Mau ngapain ?" Tanya Diana mencoba menolak, namun Bayu sedikit memaksa nya. "Sebentar aja, aku keringin rambut kamu." Jawab Bayu. "Aku bisa sendiri." "Aku mau bantu, kenapa sih ? Gak boleh ?" Tanya Bayu dengan lembut nya. "Kalo bisa sendiri kenapa harus dibantu ?" Diana balik bertanya dengan nada ketus nya, tentu saja. Kemudian ia berdiri dan berusaha menjauh dari Bayu, namun pria itu malah memeluknya dengan erat dari belakang. Merasa tak tahan lagi dengan sikap Diana yang ia rasa semakin menjauh dari nya. "Aku minta maaf." Ucap nya tiba-tiba membuat Diana terdiam di tempatnya. "Aku tahu kenapa sikap kamu jadi begini. Karena pembicaraan aku sama abi yang kamu dengar di kantor aku. Iya kan ?" Tak menjawab, Diana menunggu Bayu melanjutkan bicaranya. Pria itu pun membalik tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan. "Maaf, kalo kamu jadi merasa aku bohongin at
"Aku anter." Ucap Bayu sambil menahan Diana yang hendak masuk ke dalam mobil nya. "Gak usah, nanti kamu telat. Aku sendiri aja ya mas." Jawab Diana. "Gak masalah, aku anter aja." Bayu bersikeras meski ia pun tahu ia akan terlambat sampai di kantor. Namun mulai hari ini ia berjanji akan lebih memperhatikan Diana dan tak akan membiarkan nya menjadi wanita yang terlalu mandiri hingga tak membutuhkan nya lagi. Ia ingin Diana bergantung padanya dalam segala hal yang akan ia lakukan. Melajukan mobil nya perlahan, Bayu sama sekali tak terlihat gelisah meski ia tahu sudah terlambat. Ia malah menggenggam tangan Diana dan menyematkan jari-jari mereka, sesekali ia kecup punggung tangan nya. Diana pun hanya bersandar, pertama kali nya ia merasa lebih santai berangkat bekerja sebab suami nya kini mengantar nya. Ia menatap Bayu yang terlihat sedang berusaha begitu memanjakan nya. Ia biarkan saja pria itu melakukan apa yang diinginkan nya sebab Diana juga ingin melihat seberapa jauh Bayu
"Aku di depan, sayang." Bayu berkata pada Diana melalui sambungan telepon, saat ia sudah ada di depan lobby untuk menjemput istrinya. Toktok! Diana pun tak menjawab, namun langsung mengetuk kaca pintu mobil Bayu. Bergegas pria itu pun membuka kunci pintu mobil nya agar Diana bisa masuk ke dalam mobil. "Lama ya ? Maaf macet banget tadi." Ucap Bayu begitu istrinya masuk dan duduk di samping nya. "Gak apa-apa, belum lama juga aku nunggu." Diana tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Bayu pun menyambutnya kemudian Diana mencium punggung tangan suaminya. Bayu mencondongkan tubuh nya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Diana, Namun wanita itu malah memejamkan mata membuat Bayu tersenyum melihatnya. "Kenapa tutup mata ?" Tanya Bayu sambil menahan senyum nya. "Huh ? Enggak.. Gak apa-apa." Diana menggaruk pelipisnya jadi salah tingkah sendiri karena sempat mengira Bayu akan mencium nya. Pipinya pun bersemu merah membuat Bayu semakin gemas melihat nya. "Gemes banget." Uc
"Bisa dibantu bu ?" Ucap salah seorang receptionist, dengan ramah menyambut Diana yang menghampiri meja nya. "Saya mau ketemu pak Bayu." Jawab Diana membalas senyum. "Baik, ditunggu sebentar." Balas receptionist itu, kemudian terlihat ia mengangkat gagang telepon nya untuk menghubungi seseorang disana. "Silahkan masuk bu, tapi sekretaris nya bilang bapak sedang ada tamu, mungkin nanti menunggu sebentar di depan ruangan nya." Jelas wanita berbadan mungil itu. "Baik, terima kasih." Jawab Diana, kemudian ia ikuti arahan receptionist itu. Namun, begitu sampai di depan ruangan Bayu, tak ia temui sekretaris yang biasanya selalu ada di balik meja kerja yang berada di depan ruangan suaminya itu. "Langsung masuk atau gimana ya ?" Gumam nya. ia coba menghubungi suaminya, namun tak ada jawaban. Pasti pria itu sedang sibuk, pikirnya. Ia pun berniat untuk langsung menemui nya saja, sebab tak memiliki banyak waktu karena harus pergi bekerja juga. Ia pun melihat pintu ruangan Bayu sedikit
"Ibu dimana mbak ?" Tanya Bayu pada asisten rumah tangga nya begitu ia sampai dirumah. "Belum pulang pak." Jawab Mbak Asih yang masih sibuk dengan pekerjaan nya di dapur. "Dari pagi ?" "Iya pak, Bukan nya biasanya pulang malam ?" "Biasa nya ibu pulang jam berapa ?" "Kadang jam enam, paling telat biasanya jam delapan udah dirumah kok pak. Emang ibu gak bisa dihubungin pak ?" Mbak Asih balik bertanya. Ia pun bingung dengan pertanyaan majikan nya yang seolah tak pernah tahu jam kerja istrinya. "Yaudah Mbak, makasih. kamu lanjut kerja aja." Jawab Bayu kemudian ia naik ke lantai dua rumahnya untuk masuk ke dalam kamar. Ia raih kembali ponsel nya, Diana masih tak menjawab telepon nya. Padahal Bayu sudah mendatangi kantor Diana dalam perjalanan pulang tadi, namun teman-teman nya mengatakan Diana sempat pamit ingin ke kantor suaminya saat jam istirahat makan siang, namun belum kembali sampai saat ini. Kini segala macam pikiran dan kemungkinan berkecamuk di dalam kepa
Sebelas tiga puluh malam, Bayu mondar mandir dengan gelisah di ruang tamu rumahnya. Masih menunggu istrinya kembali kerumah, karena ia tahu Diana memang tak pernah bekerja hingga selarut ini. Makan malam yang ia siapkan pun, mungkin rasanya sudah berbeda sebab sudah tak lagi hangat. Ia coba kembali menghubungi Diana, namun panggilan nya di tolak. Selelah ini ternyata rasanya menunggu Istri pulang di larut malam. Tak bisa ia bayangkan bagaimana lelahnya Diana yang menunggunya setiap malam. Bahkan tak jarang Bayu menemukan Diana tertidur di sofa sebab terlalu lelah menunggu nya. 'Di, maafin aku. setelah hari ini aku janji gak akan buat kamu kelelahan menunggu aku pulang lagi. Pulang lah, Di. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau kita selesaikan masalah ini. Aku gak tenang, Di.' Gumam nya dalam hati. Spontan ia melihat ke arah pintu, begitu ia dengar suara gemuruh mesin mobil di depan rumah nya. Lega rasa hatinya, akhirnya yang ia tunggu sejak siang tadi kini sudah kembali. "Assal
Bayu merasakan Diana yang terdiam, hanya menerima pelukan nya. tanpa balasan juga tanpa penolakkan. Namun meski begitu, tetap hatinya dihantui rasa bersalah juga ketidak tenangan akan perubahan sikap Diana yang tiba-tiba. Perlahan Bayu meregangkan pelukan nya, setelah ia rasakan Diana yang sudah terlelap sebab nafasnya sudah teratur. Kemudian ia menelentangkan tubuh nya dan memandang langit-langit kamarnya. Pikiran nya seketika melayang, kembali mengingat mengapa kini ia merasa tak bisa lagi membuka hatinya pada siapapun, termasuk istrinya sendiri. Sebab luka yang pernah ia rasakan. Sebab trauma yang membuatnya takut untuk kembali memulai karena takut jika sudah jatuh cinta ia akan kembali dikhianati. Rasa sakit nya bahkan seolah tak pernah berkurang, meski setiap hari ia berusaha mengikhlaskan apa yang tak bisa dimilikinya. ***Kilas Balik*** Toktoktok… Bayu mengetuk pintu apartemen Risma sambil membawa sebuah jar berisi penuh Cokelat kegemaran Risma. Hari ini tepat ha