Share

Awal perubahan (2)

Sebelas tiga puluh malam, Bayu mondar mandir dengan gelisah di ruang tamu rumahnya. Masih menunggu istrinya kembali kerumah, karena ia tahu Diana memang tak pernah bekerja hingga selarut ini.

Makan malam yang ia siapkan pun, mungkin rasanya sudah berbeda sebab sudah tak lagi hangat. Ia coba kembali menghubungi Diana, namun panggilan nya di tolak.

Selelah ini ternyata rasanya menunggu Istri pulang di larut malam. Tak bisa ia bayangkan bagaimana lelahnya Diana yang menunggunya setiap malam. Bahkan tak jarang Bayu menemukan Diana tertidur di sofa sebab terlalu lelah menunggu nya.

'Di, maafin aku. setelah hari ini aku janji gak akan buat kamu kelelahan menunggu aku pulang lagi. Pulang lah, Di. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau kita selesaikan masalah ini. Aku gak tenang, Di.' Gumam nya dalam hati.

Spontan ia melihat ke arah pintu, begitu ia dengar suara gemuruh mesin mobil di depan rumah nya. Lega rasa hatinya, akhirnya yang ia tunggu sejak siang tadi kini sudah kembali.

"Assalamualaikum" Ucap Diana, dengan langkah lelah nya ia masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumussalam, Di, kok baru pulang ? Malem banget, dari mana ?" Tanya Bayu. Begitu bersemangat ia menyambut kedatangan sang istri, namun Diana hanya melirik dengan wajah datarnya dan mulai menaiki anak tangga.

'Gak salah lagi, dia pasti denger semuanya. Gak biasanya dia begini.' Terka Bayu dalam hati.

"Di, aku tanya loh. Kok diem aja sih ?"

"Tanya apa ? Aku dari mana gitu ? Ya kerja lah. Emang kamu kira aku dari mana ?"

"Maksud ku kamu gak biasanya pulang jam segini, wajar kan aku mau tahu kamu dari mana ? Kok kamu gitu ?"

"Ada angin apa kamu mau tahu soal aku ? Setiap hari aku juga nunggu kamu sampe ketiduran, biasa aja kok." Diana mengangkat bahu, kemudian meninggalkan Bayu dan berlalu menuju kamarnya.

Menghela nafas, Bayu tak lagi menjawab. ia merasa apapun yang dikatakan nya saat ini tak akan memperbaiki suasana hati Diana. Wanita itu pasti masih kesal dengan nya. Kemudian ia ikuti saja Diana yang masuk ke dalam kamar.

"Kamu udah makan ? Aku udah siapin makanan tapi kayaknya udah dingin. Kalo mau makan, aku suruh Mbak Asih buat panasin lagi, mau ?"

"Makasih, aku udah makan." Diana berbohong. Pikiran nya yang sedang kacau begini tentu tak mendatangkan selera makan sedikit pun. Ia ingat terakhir kali ia makan adalah tadi pagi.

Sebab makan siang nya pun batal karena hal tak terduga sudah terjadi. Dan untuk makan malam ? Ia terlalu malas.

"Beneran udah makan ? Padahal niatnya aku mau gantiin makan siang kita yang batal. Kenapa kamu langsung pergi tadi siang ? Katanya mau makan sama aku ?"

'Bilang kalo kamu dengar sesuatu, aku akan jelasin semuanya dan kita selesaikan masalah ini.' Ujar Bayu dalam hati.

"Kamu kenapa sih ? Tumben banyak banget kata-katanya. Biasanya juga sampe rumah langsung tidur. Banyak banget yang ditanya. Aku pusing, mau istirahat" Jawab nya.

Diana sudah muak dengan sikap Bayu. Mengingat bagaimana lelaki itu dengan sadar mengatakan terpaksa menikahi nya hanya karena sebuah keharusan, dan bukan karena cinta.

Untuk apa kini Bayu bersikap baik padanya ? Pikir Diana. Jika memang tak mencintainya, mengapa tak menceraikan nya saja ? Bukan kah itu lebih baik ?

Berbagai pertanyaan kini memenuhi kepala Diana, hingga ia rasa berdenyut kencang urat-urat kepalanya. Ia pun duduk di tepi ranjang lantas berbaring setelah menyelimuti dirinya.

Sedangkan Bayu kini memilih diam sebab Diana tak membahas masalah itu. Ia terlalu malu untuk mengakui kesalahan nya lebih dulu. Merasa tak tahu diri sudah bicara yang bukan-bukan di belakang sang istri. Padahal ia diperlakukan dengan baik. Dicintai dan dihormati dengan tulus oleh wanita itu.

"Di, mau langsung tidur ? gak bersih-bersih dulu ?" Bayu kembali membuka suara. Tak mendapat jawaban, Bayu lantas menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Diana dan menyisipkan nya ke belakang telinga nya.

"Diana ?"

"Hm."

"Aku tanya loh, kok dicuekin ?"

"Tanya apa ?"

"Kamu mau langsung tidur ? Gak bersih-bersih dulu ?"

"Aku udah capek, Mas. Mau tidur." Jawab Diana.

"Minimal ganti baju, biar lebih enak tidurnya. Mau aku ambilin bajunya ?"

"Gak usah, makasih. Nanti aja aku udah ngantuk." Jawab Diana. Nada bicara nya sudah melembut, sebab disela amarahnya ia masih punya rasa tak enak hati jika terus berkata ketus pada suaminya yang kini terdengar sedang mempedulikan dirinya.

Dan lagi, ia tak ingin Bayu menyadari bahwa ia sudah mendengar apa yang ia katakan tadi siang. Cukup ia rasa untuk menyimpan nya sendiri di dalam hati, sambil memikirkan apa yang sebaiknya ia lakukan setelah ini agar dapat mewujudkan keinginan nya untuk bercerai.

Diana pun kini berbaring memunggungi Bayu. Berusaha memejamkan matanya setelah ia matikan lampu tidur yang berada dinatas nakas, dan menarik selimut untuk menyelimuti dirinya. Ia rasakan Bayu bergerak-gerak di belakang nya seakan sedang gelisah. Namun enggan menanyakan sebabnya Diana pun memilih menenangkan dirinya sendiri dulu tanpa mempedulikan Bayu.

Namun setelah beberapa saat, nafas nya tertahan tanpa ia sadari. Sebab tiba-tiba ia rasakan tangan Bayu yang kekar kini melingkar memeluk nya dari belakang.

Memejamkan matanya kuat-kuat, Diana pun tak kuasa menahan air matanya yang kembali menetes. Mengapa harus ia rasakan hangat sikap Bayu seperti ini justru ketika ia sudah mengetahui bagaimana perasaan Bayu yang sebenarnya.

Bagaimana pula lelaki ini bisa bersikap seperti ini, padahal tahu ia tidak mencintainya ? Sungguh ia merasa tak membutuhkan sikap penuh kepura-puraan seperti ini, pikir Diana.

Namun dibalik semua itu, sialnya ia malah merasakan kenyamanan. Di sisi lain ia memang begitu merindukan pelukan dari suaminya.

Dimana hanya ia dapatkan ketika malam pertama pernikahan mereka. Setelah itu Bayu tak pernah lagi melakukan nya.

Sementara Bayu, masih merasa tak tenang meski Diana sudah berada dalam pelukan nya.

'Pernikahan kita mungkin gak ada artinya untuk kamu, tapi enggak buat aku. Semarah apapun aku, aku masih bisa merasa bahagia hanya dengan pelukan mu yang seperti ini, Mas. Aku benci, Aku benci diriku yang begitu mencintai kamu. Sedangkan kamu mungkin merasa sedang mengorbankan perasaan dengan menikah dengan aku.' Diana mencurahkan isi hatinya di dalam hati.

'Maaf, Di. Maafin aku. Kasih aku kesempatan, izinkan aku untuk memperbaiki semuanya. Aku janji aku gak akan mengecewakan kamu. Aku janji aku gak akan mengabaikan kamu lagi. Aku akan berusaha yang terbaik untuk kita berdua.' Bayu pun mengutarakan niatnya di dalam hati.

Melihat Diana yang bahkan tak merespon pelukan nya pun sudah membuat hatinya bertanya-tanya. Diana hanya diam, tak menolak, namun juga tak menyambunya.

Dalam hati Bayu semakin yakin, Diana tidak baik-baik saja. Sikap diamnya semakin menunjukan Diana tak seperti biasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status