Sebelas tiga puluh malam, Bayu mondar mandir dengan gelisah di ruang tamu rumahnya. Masih menunggu istrinya kembali kerumah, karena ia tahu Diana memang tak pernah bekerja hingga selarut ini.
Makan malam yang ia siapkan pun, mungkin rasanya sudah berbeda sebab sudah tak lagi hangat. Ia coba kembali menghubungi Diana, namun panggilan nya di tolak. Selelah ini ternyata rasanya menunggu Istri pulang di larut malam. Tak bisa ia bayangkan bagaimana lelahnya Diana yang menunggunya setiap malam. Bahkan tak jarang Bayu menemukan Diana tertidur di sofa sebab terlalu lelah menunggu nya. 'Di, maafin aku. setelah hari ini aku janji gak akan buat kamu kelelahan menunggu aku pulang lagi. Pulang lah, Di. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau kita selesaikan masalah ini. Aku gak tenang, Di.' Gumam nya dalam hati. Spontan ia melihat ke arah pintu, begitu ia dengar suara gemuruh mesin mobil di depan rumah nya. Lega rasa hatinya, akhirnya yang ia tunggu sejak siang tadi kini sudah kembali. "Assalamualaikum" Ucap Diana, dengan langkah lelah nya ia masuk ke dalam rumah. "Waalaikumussalam, Di, kok baru pulang ? Malem banget, dari mana ?" Tanya Bayu. Begitu bersemangat ia menyambut kedatangan sang istri, namun Diana hanya melirik dengan wajah datarnya dan mulai menaiki anak tangga. 'Gak salah lagi, dia pasti denger semuanya. Gak biasanya dia begini.' Terka Bayu dalam hati. "Di, aku tanya loh. Kok diem aja sih ?" "Tanya apa ? Aku dari mana gitu ? Ya kerja lah. Emang kamu kira aku dari mana ?" "Maksud ku kamu gak biasanya pulang jam segini, wajar kan aku mau tahu kamu dari mana ? Kok kamu gitu ?" "Ada angin apa kamu mau tahu soal aku ? Setiap hari aku juga nunggu kamu sampe ketiduran, biasa aja kok." Diana mengangkat bahu, kemudian meninggalkan Bayu dan berlalu menuju kamarnya. Menghela nafas, Bayu tak lagi menjawab. ia merasa apapun yang dikatakan nya saat ini tak akan memperbaiki suasana hati Diana. Wanita itu pasti masih kesal dengan nya. Kemudian ia ikuti saja Diana yang masuk ke dalam kamar. "Kamu udah makan ? Aku udah siapin makanan tapi kayaknya udah dingin. Kalo mau makan, aku suruh Mbak Asih buat panasin lagi, mau ?" "Makasih, aku udah makan." Diana berbohong. Pikiran nya yang sedang kacau begini tentu tak mendatangkan selera makan sedikit pun. Ia ingat terakhir kali ia makan adalah tadi pagi. Sebab makan siang nya pun batal karena hal tak terduga sudah terjadi. Dan untuk makan malam ? Ia terlalu malas. "Beneran udah makan ? Padahal niatnya aku mau gantiin makan siang kita yang batal. Kenapa kamu langsung pergi tadi siang ? Katanya mau makan sama aku ?" 'Bilang kalo kamu dengar sesuatu, aku akan jelasin semuanya dan kita selesaikan masalah ini.' Ujar Bayu dalam hati. "Kamu kenapa sih ? Tumben banyak banget kata-katanya. Biasanya juga sampe rumah langsung tidur. Banyak banget yang ditanya. Aku pusing, mau istirahat" Jawab nya. Diana sudah muak dengan sikap Bayu. Mengingat bagaimana lelaki itu dengan sadar mengatakan terpaksa menikahi nya hanya karena sebuah keharusan, dan bukan karena cinta. Untuk apa kini Bayu bersikap baik padanya ? Pikir Diana. Jika memang tak mencintainya, mengapa tak menceraikan nya saja ? Bukan kah itu lebih baik ? Berbagai pertanyaan kini memenuhi kepala Diana, hingga ia rasa berdenyut kencang urat-urat kepalanya. Ia pun duduk di tepi ranjang lantas berbaring setelah menyelimuti dirinya. Sedangkan Bayu kini memilih diam sebab Diana tak membahas masalah itu. Ia terlalu malu untuk mengakui kesalahan nya lebih dulu. Merasa tak tahu diri sudah bicara yang bukan-bukan di belakang sang istri. Padahal ia diperlakukan dengan baik. Dicintai dan dihormati dengan tulus oleh wanita itu. "Di, mau langsung tidur ? gak bersih-bersih dulu ?" Bayu kembali membuka suara. Tak mendapat jawaban, Bayu lantas menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Diana dan menyisipkan nya ke belakang telinga nya. "Diana ?" "Hm." "Aku tanya loh, kok dicuekin ?" "Tanya apa ?" "Kamu mau langsung tidur ? Gak bersih-bersih dulu ?" "Aku udah capek, Mas. Mau tidur." Jawab Diana. "Minimal ganti baju, biar lebih enak tidurnya. Mau aku ambilin bajunya ?" "Gak usah, makasih. Nanti aja aku udah ngantuk." Jawab Diana. Nada bicara nya sudah melembut, sebab disela amarahnya ia masih punya rasa tak enak hati jika terus berkata ketus pada suaminya yang kini terdengar sedang mempedulikan dirinya. Dan lagi, ia tak ingin Bayu menyadari bahwa ia sudah mendengar apa yang ia katakan tadi siang. Cukup ia rasa untuk menyimpan nya sendiri di dalam hati, sambil memikirkan apa yang sebaiknya ia lakukan setelah ini agar dapat mewujudkan keinginan nya untuk bercerai. Diana pun kini berbaring memunggungi Bayu. Berusaha memejamkan matanya setelah ia matikan lampu tidur yang berada dinatas nakas, dan menarik selimut untuk menyelimuti dirinya. Ia rasakan Bayu bergerak-gerak di belakang nya seakan sedang gelisah. Namun enggan menanyakan sebabnya Diana pun memilih menenangkan dirinya sendiri dulu tanpa mempedulikan Bayu. Namun setelah beberapa saat, nafas nya tertahan tanpa ia sadari. Sebab tiba-tiba ia rasakan tangan Bayu yang kekar kini melingkar memeluk nya dari belakang. Memejamkan matanya kuat-kuat, Diana pun tak kuasa menahan air matanya yang kembali menetes. Mengapa harus ia rasakan hangat sikap Bayu seperti ini justru ketika ia sudah mengetahui bagaimana perasaan Bayu yang sebenarnya. Bagaimana pula lelaki ini bisa bersikap seperti ini, padahal tahu ia tidak mencintainya ? Sungguh ia merasa tak membutuhkan sikap penuh kepura-puraan seperti ini, pikir Diana. Namun dibalik semua itu, sialnya ia malah merasakan kenyamanan. Di sisi lain ia memang begitu merindukan pelukan dari suaminya. Dimana hanya ia dapatkan ketika malam pertama pernikahan mereka. Setelah itu Bayu tak pernah lagi melakukan nya. Sementara Bayu, masih merasa tak tenang meski Diana sudah berada dalam pelukan nya. 'Pernikahan kita mungkin gak ada artinya untuk kamu, tapi enggak buat aku. Semarah apapun aku, aku masih bisa merasa bahagia hanya dengan pelukan mu yang seperti ini, Mas. Aku benci, Aku benci diriku yang begitu mencintai kamu. Sedangkan kamu mungkin merasa sedang mengorbankan perasaan dengan menikah dengan aku.' Diana mencurahkan isi hatinya di dalam hati. 'Maaf, Di. Maafin aku. Kasih aku kesempatan, izinkan aku untuk memperbaiki semuanya. Aku janji aku gak akan mengecewakan kamu. Aku janji aku gak akan mengabaikan kamu lagi. Aku akan berusaha yang terbaik untuk kita berdua.' Bayu pun mengutarakan niatnya di dalam hati. Melihat Diana yang bahkan tak merespon pelukan nya pun sudah membuat hatinya bertanya-tanya. Diana hanya diam, tak menolak, namun juga tak menyambunya. Dalam hati Bayu semakin yakin, Diana tidak baik-baik saja. Sikap diamnya semakin menunjukan Diana tak seperti biasanya.Bayu merasakan Diana yang terdiam, hanya menerima pelukan nya. tanpa balasan juga tanpa penolakkan. Namun meski begitu, tetap hatinya dihantui rasa bersalah juga ketidak tenangan akan perubahan sikap Diana yang tiba-tiba. Perlahan Bayu meregangkan pelukan nya, setelah ia rasakan Diana yang sudah terlelap sebab nafasnya sudah teratur. Kemudian ia menelentangkan tubuh nya dan memandang langit-langit kamarnya. Pikiran nya seketika melayang, kembali mengingat mengapa kini ia merasa tak bisa lagi membuka hatinya pada siapapun, termasuk istrinya sendiri. Sebab luka yang pernah ia rasakan. Sebab trauma yang membuatnya takut untuk kembali memulai karena takut jika sudah jatuh cinta ia akan kembali dikhianati. Rasa sakit nya bahkan seolah tak pernah berkurang, meski setiap hari ia berusaha mengikhlaskan apa yang tak bisa dimilikinya. ***Kilas Balik*** Toktoktok… Bayu mengetuk pintu apartemen Risma sambil membawa sebuah jar berisi penuh Cokelat kegemaran Risma. Hari ini tepat ha
Risma duduk berhadapan dengan Bayu. di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka bekerja. Di tempat ini lah mereka biasa menghabiskan waktu bersama, di sela kesibukan pekerjaan mereka. Dan kini, tempat ini pula yang dipilih oleh Risma untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan empat tahun lamanya. Kini tangan nya bergerak, meletakkan kotak hadiah berisi kalung emas pemberian Bayu dan mendorong nya perlahan kotak itu hingga sampai di hadapan Bayu. “Ini kamu simpan aja mas. Aku gak pantas terima ini.” Risma berkata pada Bayu dengan ekspresi yang dingin. “Kenapa ?" Suara berat Bayu kini terdengar putus asa. "Kenapa kamu begini ?” Tanya nya lagi. “Maaf..” Hanya itu yang terucap dari bibir wanita itu. “Jangan cuma maaf Risma! Kasih aku penjelasan!” Bayu sedikit membentak Risma hingga pengunjung lain di cafe itu sontak melihat ke arah mereka. Namun Bayu tak mempedulikan itu. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya karena Ia hampir tidak dapat membendung emosi
Bayu melangkah cepat menuruni anak tangga sambil mengenakan arloji nya. ia tergesa-gesa karena sudah hampir terlambat. entah Diana yang tak membangunkan nya, atau memang ia yang tak terbangun meski sudah dibangunkan. Dilihatnya Diana sudah bersiap dengan setelan kantornya, kini sedang menikmati sarapan nya di meja makan. Bayu menghentikan langkah nya, kembali teringat dengan masalah yang belum ia selesaikan kemarin. Diana masih tak terlihat meyapa nya, padahal setiap pagi biasanya ia selalu tersenyum manis menyambut Bayu di meja makan dengan berbagai menu sarapan yang ia siapkan sendiri. "pagi, Di." Bayu berusaha tersenyum, lalu ia kecup puncak kepala Diana dan mengusap lembut punggung nya. mengangkat sebelah alisnya, Diana melirik Bayu. Merasa heran sebab tak pernah Bayu sehangat ini menyapa nya di pagi hari. Biasanya pria itu langsung duduk bahkan nampak selalu enggan memulai pembicaraan apapun dengan nya. Diana masih terus berusaha pada awalnya. Namun setelah apa yang ia dengar
"Sayang ? kamu dateng Nak ?" Ratih, Ibunda Bayu. Dengan senyumnya yang hangat menyambut kedatangan menantu nya. Diana pun memeluk Ibu mertua nya, sebab rindu sudah hampir dua minggu mereka tak bertemu. "Mama gimana ? sehat ?" Tanya Diana sambil ia menempelkan pipi kanan dan kiri nya dengan kedua pipi Ratih bergantian. "Ya begini lah." Jawab Ratih. "Diana bawain bolu karamel kesukaan mama nih. bentar ya Diana taruh di piring." Ucap Diana sambil mengacungkan kantong plastik berisi bolu karamel yang ia beli dalam perjalanan tadi. "Makasih sayang." Jawab Ratih, Diana pun masuk ke dapur dan menyiapkan makanan itu untuk disajikan pada Ibu mertua nya. "Kamu gak kerja, nak ?" Tanya Ratih, begitu Diana kembali duduk disamping nya dan meletakkan piring berisi potongan bolu karamel tadi. Mereka duduk di sofa di depan tv yang terletak di ruang keluarga. "Diana lagi males banget ke kantor mah. Tadi udah izin sih." Jawab Diana, sambil mengunyah kue itu. "Bayu kerja ?" "Mas Bayu be
"Oh ada tamu ?" Sontak Bayu dan Diana menoleh ketika mereka mendengar suara Ratih yang lemah berusaha menyapa. "Mama bangun ?" Bayu pun menghampiri ibunya yang terlihat sedang berusaha untuk bangkit dan duduk. Pria itu segera membantu ibu nya menaikan kepala ranjang agar ibunya tetap dapat bersandar. Melihat itu, Diana pun tersenyum. Hatinya menghangat melihat Bayu begitu lembut memperlakukan ibu nya. "Siapa itu ?" Tanya Ratih, mendengar itu Diana pun berinisiatif menghampiri nya dan mencium punggung tangan nya dengan sopan. "Diana tante." Ucap Diana. "Oh Diana, pacar mu ya mas ?" Tanya Ratih, membuat Bayu dan Diana saling menatap dengan canggung. "Nghh.. Enggak mah, bukan. Ini Diana, temen kantor aku." Jawabnya, sementara Diana hanya tersenyum mengiyakan. "Oh kirain pacar, mama udah seneng padahal." Diana hanya tersipu mendengarnya, kemudian berpamitan untuk kembali ke tempat duduk nya. "Mah jangan gitu, Bayu gak enak." Bayu berbisik pada ibunya." "Iya maaf, Ma
"Lagi pada ngomongin apa sih ?" Tanya Bayu sambil masuk ke dalam ruangan itu. Sontak Diana dan Ratih pun menoleh ke arah nya. "Eh Mas, sini aku bawain." Ucap Diana lalu ia ambil kantong plastik yang ada di tangan kiri Bayu. "Itu aku beliin minuman ada di dalem sana, sama ada camilan juga, ambil aja." Jawab Bayu. "Makasih, mas." Ucap Diana. "Cepet banget dateng nya." Ratih seolah sedang protes pada putra nya. "Ih kok gitu mah ?" Tanya Bayu. "Mama lagi asik ngobrol sama Diana, kalo kamu dateng kan harus kerja lagi dia." Jawab Ratih, spontan Diana pun tersenyum dari sana, sementara Bayu kini menoleh padanya. "Nanti kan bisa ngobrol lagi, lagian mama juga harus banyak istirahat, iya kan ?" Jawab bayu. "Tuh kan, kalo sama Bayu mama disuruh tidur terus." Gerutu Ratih, sementara Bayu hanya terkekeh mendengarnya. lalu ia turunkan ranjang ibunya, agar dapat kembali berbaring dengan nyaman. "Aku har
KEESOKAN HARINYA Diana kembali memasuki ruang rawat Ibunda Bayu. Sesuai apa yang diperintahkan oleh Bayu kemarin, ia datang kembali untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Toktoktok! Diana mengetuk pintu ruangan, kemudian ia buka pintu nya dan masuk ke dalam. Namun tak ia dapati Bayu disana, malah Ratih yang terlihat sedang berusaha turun dari ranjang nya. "Tante, mau kemana ?" Tanya Diana kemudian menghampiri Ratih dan mencoba untuk membantu nya. "Eh, Diana. Kamu dateng lagi ?" "Mm..Iya tante, masih ada kerjaan sama Mas Bayu." Jawabnya. "Oh yaudah, duduk dulu aja. Bayu lagi keluar sebentar." Jawab Ratih. "Tante mau kemana ?" Tanya Diana lagi. "Tante mau ke toilet." Jawab Ratih. "Diana bantuin ya tante
"Mau mengajukan diri." Ucap Bayu. Seketika Diana pun terpaku menatap Bayu. Tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut pria itu. Namun begitu lah Diana dengan kenaifan nya, begitu mudah nya percaya pada Bayu yang tiba-tiba menyatakan perasaan nya. Tak lama setelah itu, pernikahan pun terjadi. Tak menunggu lama sebab Ibunda Bayu sudah merestui mereka begitu juga dengan keluarga Diana. Hingga disinilah ia sekarang, kini merasa terjebak dalam ikatan dimana ia baru mengetahui ternyata Bayu tak sungguh mencintai nya. Diana pun menyadari semua nya sekarang, tentang sikap Bayu yang seperti acuh tak acuh padanya. *Kilas Balik Selesai* ************************************** Bayu memarkirkan mobil nya di halaman rumah orang tua nya. Nampak sedikit terkejut sebab ia lihat mobil istrinya juga terp
"Aku di depan, sayang." Bayu berkata pada Diana melalui sambungan telepon, saat ia sudah ada di depan lobby untuk menjemput istrinya. Toktok! Diana pun tak menjawab, namun langsung mengetuk kaca pintu mobil Bayu. Bergegas pria itu pun membuka kunci pintu mobil nya agar Diana bisa masuk ke dalam mobil. "Lama ya ? Maaf macet banget tadi." Ucap Bayu begitu istrinya masuk dan duduk di samping nya. "Gak apa-apa, belum lama juga aku nunggu." Diana tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Bayu pun menyambutnya kemudian Diana mencium punggung tangan suaminya. Bayu mencondongkan tubuh nya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Diana, Namun wanita itu malah memejamkan mata membuat Bayu tersenyum melihatnya. "Kenapa tutup mata ?" Tanya Bayu sambil menahan senyum nya. "Huh ? Enggak.. Gak apa-apa." Diana menggaruk pelipisnya jadi salah tingkah sendiri karena sempat mengira Bayu akan mencium nya. Pipinya pun bersemu merah membuat Bayu semakin gemas melihat nya. "Gemes banget." Uc
"Aku anter." Ucap Bayu sambil menahan Diana yang hendak masuk ke dalam mobil nya. "Gak usah, nanti kamu telat. Aku sendiri aja ya mas." Jawab Diana. "Gak masalah, aku anter aja." Bayu bersikeras meski ia pun tahu ia akan terlambat sampai di kantor. Namun mulai hari ini ia berjanji akan lebih memperhatikan Diana dan tak akan membiarkan nya menjadi wanita yang terlalu mandiri hingga tak membutuhkan nya lagi. Ia ingin Diana bergantung padanya dalam segala hal yang akan ia lakukan. Melajukan mobil nya perlahan, Bayu sama sekali tak terlihat gelisah meski ia tahu sudah terlambat. Ia malah menggenggam tangan Diana dan menyematkan jari-jari mereka, sesekali ia kecup punggung tangan nya. Diana pun hanya bersandar, pertama kali nya ia merasa lebih santai berangkat bekerja sebab suami nya kini mengantar nya. Ia menatap Bayu yang terlihat sedang berusaha begitu memanjakan nya. Ia biarkan saja pria itu melakukan apa yang diinginkan nya sebab Diana juga ingin melihat seberapa jauh Bayu
Bayu mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Diana. Kemudian ia menuntun Diana duduk di depan meja rias nya. "Mau ngapain ?" Tanya Diana mencoba menolak, namun Bayu sedikit memaksa nya. "Sebentar aja, aku keringin rambut kamu." Jawab Bayu. "Aku bisa sendiri." "Aku mau bantu, kenapa sih ? Gak boleh ?" Tanya Bayu dengan lembut nya. "Kalo bisa sendiri kenapa harus dibantu ?" Diana balik bertanya dengan nada ketus nya, tentu saja. Kemudian ia berdiri dan berusaha menjauh dari Bayu, namun pria itu malah memeluknya dengan erat dari belakang. Merasa tak tahan lagi dengan sikap Diana yang ia rasa semakin menjauh dari nya. "Aku minta maaf." Ucap nya tiba-tiba membuat Diana terdiam di tempatnya. "Aku tahu kenapa sikap kamu jadi begini. Karena pembicaraan aku sama abi yang kamu dengar di kantor aku. Iya kan ?" Tak menjawab, Diana menunggu Bayu melanjutkan bicaranya. Pria itu pun membalik tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan. "Maaf, kalo kamu jadi merasa aku bohongin at
Kruuukk... Diana mengerejapkan mata perlahan sebab perut nya tiba-tiba berbunyi karena rasa lapar nya. ia ingat memang belum makan apapun setelah pulang dari rumah ibu mertua nya. Bergerak perlahan, ia berusaha memfokuskan penglihatan nya. Ia sadari kemudian Bayu yang juga berbaring di sebelah nya, masih terlelap dengan sebelah tangan nya melingkar diatas perut Diana. Ia pun baru menyadari posisi nya, dan tentu saja apa yang mereka lakukan tadi malam. Masih begitu terngiang di telinga nya, bagaimana Bayu mendesahkan namanya sambil menikmati permainan mereka tadi malam. Tertegun Diana beberapa saat. Kembali menatap wajah Bayu yang masih terlelap. Entah bagaimana mereka akhiri permainan, sampai mereka terbangun dan tak mengenakan apa-apa. hanya tertutupi dengan selimut tebal mereka. Perlahan ia singkirkan tangan Bayu berniat untuk turun ke bawah dan menyantap
Bayu berjalan dengan langkah yang lemah, masuk ke dalam rumah nya diikuti oleh Diana di belakang nya. Kepala nya terasa berat, sebab terlalu banyak menangis selama beberapa hari sejak kepergian ibu nya. sudah hari ketiga, sejak ibunya meninggal, mereka baru kembali ke rumah mereka. "Kamu mandi dulu aja, aku siapin makan." Ucap Diana sambil berlalu mendahului Bayu menuju ke dapur. Namun baru saja melangkah, pria itu menahan Diana dengan memeluknya dari belakang. menenggelamkan wajahnya pada bahu seolah sedang meminta ketenangan dari nya. "Terima kasih ya, kamu udah sayang sama mama. Kamu banyak nemenin mama sebelum mama meninggal." Bayu mengeratkan pelukan nya sementara Diana hanya diam. "Gak perlu berterima kasih, aku sayang sama mama kayak mama ku sendiri. Yaudah mandi sana, aku siapin makan." Ucap Diana. Bayu pun menuruti saja perkataan Diana, kemudian ia naik ke lantai dan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Diana kini dudul di salah satu kursi yang mengitari meja maka
Bayu keluar dari kamar mandi di kamar nya, mengeringkan rambut nya dengan handuk setelah berpakaian. Ia lihat Diana sedang berbaring memunggungi televisi yang ia biarkan menyala. Namun tak langsung menghampirinya, Bayu menyembulkan kepala nya keluar kamar, lalu ia lihat ibu nya sudah tak ada di ruang tengah. Ia tutup kembali pintu kamarnya, lalu ia hampiri Diana setelah meletakkan handuk nya di kursi "Di, udah tidur ?" Tanya nya. Ia perhatikan Diana, dan ia pun tahu wanita itu belum terlelap, sebab begitu Bayu menyentuh lengan nya, Diana terlihat menggenggam ujung selimut nya dengan erat. Bayu coba mengusap rambutnya dan menyisipkan rambut Diana di belakang telinga nya. Kemudian ia usap dengan lembut pipi Diana dengan punggung tangan nya. "Aku tahu kamu belum tidur, Di." Ucap Bayu. "Bener nih, mau cuekin aku ?" Ucap nya lagi. Bayu lantas menyadari mungkin ia harus membangun hubungan mereka dari awal lagi. Ia tak ingin memaksakan Diana untuk melayani nya malam ini ju
"Jadi, dia beneran denger semua nya ?" Tanya Abi di seberang sana. Bayu sedang membicarakan istrinya dengan Abi melalui telepon, sebab Bayu menyadari sikap Diana jadi seperti ini karena mendengar pembicaraan nya dengan Abi. "Iya. Gue yakin dia denger sih. Cuma gak mau bilang, tapi justru itu yang gue gak suka. Gue lebih baik di marahin daripada di diemin kayak gini. Jadi serba salah tahu gak. Dia juga dateng kerumah orang tua gue. Ngobrol sama nyokap nyindir-nyindir soal cerai seolah-olah lagi nyeritain masalah temen nya. Pusing gue, jadi gak tenang, kayak lagi di teror sama istri sendiri." Bayu mencurahkan isi hatinya. Ia memang merasa tak tenang sejak mendengar obrolan Diana dan Ibunya saat di meja makan tadi. Terbayang seandainya benar Diana menginginkan perceraian darinya. "Untung kalian udah gak satu kantor, coba kalo masih kerja di tempat yang sama, pasti kelihatan banget kalo adek gue lagi bete sama lo, dan udah pasti kalian jadi bahan gosip sama orang sekantor
"Mau mengajukan diri." Ucap Bayu. Seketika Diana pun terpaku menatap Bayu. Tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut pria itu. Namun begitu lah Diana dengan kenaifan nya, begitu mudah nya percaya pada Bayu yang tiba-tiba menyatakan perasaan nya. Tak lama setelah itu, pernikahan pun terjadi. Tak menunggu lama sebab Ibunda Bayu sudah merestui mereka begitu juga dengan keluarga Diana. Hingga disinilah ia sekarang, kini merasa terjebak dalam ikatan dimana ia baru mengetahui ternyata Bayu tak sungguh mencintai nya. Diana pun menyadari semua nya sekarang, tentang sikap Bayu yang seperti acuh tak acuh padanya. *Kilas Balik Selesai* ************************************** Bayu memarkirkan mobil nya di halaman rumah orang tua nya. Nampak sedikit terkejut sebab ia lihat mobil istrinya juga terp
KEESOKAN HARINYA Diana kembali memasuki ruang rawat Ibunda Bayu. Sesuai apa yang diperintahkan oleh Bayu kemarin, ia datang kembali untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Toktoktok! Diana mengetuk pintu ruangan, kemudian ia buka pintu nya dan masuk ke dalam. Namun tak ia dapati Bayu disana, malah Ratih yang terlihat sedang berusaha turun dari ranjang nya. "Tante, mau kemana ?" Tanya Diana kemudian menghampiri Ratih dan mencoba untuk membantu nya. "Eh, Diana. Kamu dateng lagi ?" "Mm..Iya tante, masih ada kerjaan sama Mas Bayu." Jawabnya. "Oh yaudah, duduk dulu aja. Bayu lagi keluar sebentar." Jawab Ratih. "Tante mau kemana ?" Tanya Diana lagi. "Tante mau ke toilet." Jawab Ratih. "Diana bantuin ya tante