"Ibu dimana mbak ?" Tanya Bayu pada asisten rumah tangga nya begitu ia sampai dirumah.
"Belum pulang pak." Jawab Mbak Asih yang masih sibuk dengan pekerjaan nya di dapur. "Dari pagi ?" "Iya pak, Bukan nya biasanya pulang malam ?" "Biasa nya ibu pulang jam berapa ?" "Kadang jam enam, paling telat biasanya jam delapan udah dirumah kok pak. Emang ibu gak bisa dihubungin pak ?" Mbak Asih balik bertanya. Ia pun bingung dengan pertanyaan majikan nya yang seolah tak pernah tahu jam kerja istrinya. "Yaudah Mbak, makasih. kamu lanjut kerja aja." Jawab Bayu kemudian ia naik ke lantai dua rumahnya untuk masuk ke dalam kamar. Ia raih kembali ponsel nya, Diana masih tak menjawab telepon nya. Padahal Bayu sudah mendatangi kantor Diana dalam perjalanan pulang tadi, namun teman-teman nya mengatakan Diana sempat pamit ingin ke kantor suaminya saat jam istirahat makan siang, namun belum kembali sampai saat ini. Kini segala macam pikiran dan kemungkinan berkecamuk di dalam kepala Bayu. Padahal sebelumnya ia tak pernah peduli dengan perasaan Diana. Namun membuat wanita itu mendengar langsung pembicaraan nya dengan Abi, entah mengapa membuatnya merasa...bersalah. Panik tak karuan, pikiran nya sedikit kacau. Apalagi hari sudah menjelang sore, dan Diana masih belum bisa dihubungi. Semakin kuat firasat nya bahwa memang benar sang istri mendengar semua perkataan nya. Ia kembali mengusap layar ponsel nya dan dibuka nya ruang chat dirinya dengan Diana. 'Di, kamu dimana ?' 'Di, kita udah janji mau makan siang kan ? Kok kamu gak nemuin aku ? Kamu dimana ?' 'Diana, tolong angkat telepon sebentar.' 'Diana..' 'Di, angkat.' 'Aku pulang sekarang, kamu dimana ? aku ke kantor kamu, kamu gak ada.' Entah sudah berapa kali Bayu mengirimkan pesan singkat, dan entah sudah berapa puluh kali ia coba menghubungi Diana. Namun tak satupun pesan dan panggilan nya dijawab oleh wanita itu. 'Di, aku udah dirumah. Pulang sekarang ya, aku tunggu.' Bayu kembali mencoba mengirimi pesan singkat itu, sungguh berharap setidaknya Diana memberi tahu keberadaan nya. Drrt..drrtt.. getar tanda pesan masuk. Tergesa-gesa Bayu memeriksa pesan masuk di ponsel nya. Matanya berbinar penuh harap ketika ia lihat nama Diana yang tertera disana. 'Masih banyak kerjaan, aku pulang malam.' Dari sekian banyak pesan singkat yang ia kirimkan, hanya itu jawaban yang diberikan Diana. Seketika Bayu merasa ada yang hilang. Entah karena rasa bersalahnya, atau karena Diana yang tak jujur mengenai alasan nya tak menemui Bayu siang itu. Ia bahkan tak meminta maaf atau menjelaskan mengapa ia tak menjawab telepon suaminya, seperti yang biasanya ia lakukan. Dan yang lebih terasa mengganjal dan membuat Bayu tidak tenang, adalah Diana yang tak memanggilnya dengan panggilan sayang, seperti yang biasa ia katakan atau ia ketikan kapan pun ia bicara pada Bayu. Biasanya wanita itu selalu menyatakam cinta setiap kali hendak menutup telepon, mengakhiri obrolan pesan singkat atau pergi dari rumah. Namun kali ini sama sekali tak dilakukan nya. 'Malam jam berapa ? aku jemput ya ?' Penawaran bodoh, tentu saja Diana pasti menolak sebab ia selalu membawa sendiri mobil nya. Tapi lagi-lagi Diana tak membalas. 'Yaudah, ketemu dirumah kalo emang kamu sibuk. Kita makan malem dirumah aja ya.' Tak berputus asa, Bayu terus mengirimi nya pesan. Selesai itu, ia letakan ponsel nya di atas nakas. Menarik nafas panjang sambil memejamkan mata, kemudian kembali menghembuskan nya. Ia coba menenangkan diri dan memikirkan cara untuk menebus kesalahan dan membuat Diana merasa lebih baik. Ia edarkan pandangan ke seluruh ruang tidur itu dan meresapi udara nya. Wangi yang khas parfum milik Diana seolah selalu melekat pada ruangan ini. Ia lihat pula ranjang mereka yang selalu rapi, namun terkesan dingin. Disadarinya kemudian, selama pernikahan mereka Bayu belum pernah sekalipun menyentuh istrinya. Semula ia jadikan alasan Diana yang sedang datang bulan pada hari pernikahan mereka, selanjutnya selalu ia hindari hal itu dengan berbagai macam alasan untuk pulang kerumah ketika Diana sudah tertidur. Bayu duduk di tepi ranjang, helaan nafas berat kini kembali terdengar. merasa berdosa, sudah pasti. Ia memang tak seharusnya memperlakukan sang istri dengan tidak adil begini. Hanya karena terpaku pada satu kalimat bahwa 'Cinta nya sudah habis di orang lama', Ia jadi melalaikan kewajiban untuk memberikan apa yang menjadi hak Diana. Wanita baik hati yang ia jadikan istri. Bayu tahu, Diana tulus mencintai nya. Bayu juga tahu, Diana menganggap dirinya lebih penting dari pada hidup wanita itu sendiri. Semua anggota keluarga nya bahkan sangat menyayangi Diana karena kebaikan hati dan lembut tutur katanya. 'Maaf, Aku yang bodoh, aku tahu itu. Kamu pasti kecewa dengan apa yang kamu dengar tadi. Aku janji akan perbaiki semuanya. Izinin aku untuk mulai dari awal. Aku akan berusaha buat gak mengecewakan kamu lagi.' Bayu menyuarakan kebodohan nya sendiri di dalam hati. Beberapa saat ia terdiam, hingga akhirnya memutuskan untuk beranjak dan menemui ART nya di lantai bawah. "Mbak, tolong bersihin kamar ya." Ucap Bayu pada Mbak Asih. "Tadi udah dibersihkan pak. Masih kotor ya ?" "Bersihin lagi, kamar mandi nya juga. Gorden udah berdebu tuh kamu cuci aja, terus ganti sama yang bersih. Cepet ya Mbak, saya mau udah rapi sebelum ibu pulang." "Baik pak." Jawab Mbak Asih, lalu wanita muda itu langsung melaksanakan apa yang diperintahkan majikan nya. Sambil menunggu, Bayu pergi ke restoran langganan nya yang berada tak jauh dari rumah. Ia putuskan untuk menyiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Diana, demi mengganti makan siang mereka yang batal. Sementara disini lah Diana, masih di tempat yang sama. tak beranjak satu jengkal pun dari posisi nya. Entah sudah berapa jam ia menangisi nasib nya. kini ia menurunkan sandaran kursi mobil, setengah berbaring sambil sibuk dengan pikiran nya. Memang tak ia hiraukan panggilan dan pesan dari Bayu, sebab masih enggan bicara dengan pria itu. Diana merasa ditipu dan dipermainkan meski seharusnya ia sadari sejak awal Bayu tak pernah mencintai nya. Tak pernah ia dapatkan perhatian Bayu atau sekedar kepedulian nya tentang apa yang Diana lakukan, bagaimana kabarnya, atau sekedar bertanya apa saja yang sudah dilalui nya setiap hari. Lelaki itu selalu sibuk dengan apa yang dilakukan nya seolah hanya hidup untuk dirinya sendiri dan tak lagi membutuhkan orang lain. Seharusnya ia juga menyadari, selama ini hanya dirinya sendiri yang sibuk mencari-cari Bayu jika pria itu tak memberinya kabar seharian. Ia yang selalu berusaha mencari perhatian. Bahkan sering kali berpura-pura sakit hanya karena ingin Bayu mengajaknya bicara. Berbagai cara dan usaha selalu ia coba lakukan untuk mencairkan sikap Bayu yang begitu dingin. Kini ia sadari, semua usaha itu tidak akan pernah membuahkan hasil. Bukan karena dirinya yang tak pantas, melainkan bukan ia yang diinginkan. Bukan ia wanita yang dirindukan suaminya. Bukan ia pula yang dipilih. Entah siapa yang sebenarnya dicintai oleh Bayu. Diana tak ingin menambah kepedihan hatinya dengan mencari tahu tentang hal itu. Kini ia bahkan tak tahu bagaimana harus bersikap di hadapan Bayu. Ia bingung bagaimana harus menghadapi suaminya jika mereka bertemu lagi di rumah. Yang jelas hanya satu jalan yang dipikirkan nya saat ini, untuk menyelamatkan hati yang terlanjur sakit juga sisa harga dirinya. 'Aku mau cerai.'Sebelas tiga puluh malam, Bayu mondar mandir dengan gelisah di ruang tamu rumahnya. Masih menunggu istrinya kembali kerumah, karena ia tahu Diana memang tak pernah bekerja hingga selarut ini. Makan malam yang ia siapkan pun, mungkin rasanya sudah berbeda sebab sudah tak lagi hangat. Ia coba kembali menghubungi Diana, namun panggilan nya di tolak. Selelah ini ternyata rasanya menunggu Istri pulang di larut malam. Tak bisa ia bayangkan bagaimana lelahnya Diana yang menunggunya setiap malam. Bahkan tak jarang Bayu menemukan Diana tertidur di sofa sebab terlalu lelah menunggu nya. 'Di, maafin aku. setelah hari ini aku janji gak akan buat kamu kelelahan menunggu aku pulang lagi. Pulang lah, Di. Aku mau bicara sama kamu. Aku mau kita selesaikan masalah ini. Aku gak tenang, Di.' Gumam nya dalam hati. Spontan ia melihat ke arah pintu, begitu ia dengar suara gemuruh mesin mobil di depan rumah nya. Lega rasa hatinya, akhirnya yang ia tunggu sejak siang tadi kini sudah kembali. "Assal
Bayu merasakan Diana yang terdiam, hanya menerima pelukan nya. tanpa balasan juga tanpa penolakkan. Namun meski begitu, tetap hatinya dihantui rasa bersalah juga ketidak tenangan akan perubahan sikap Diana yang tiba-tiba. Perlahan Bayu meregangkan pelukan nya, setelah ia rasakan Diana yang sudah terlelap sebab nafasnya sudah teratur. Kemudian ia menelentangkan tubuh nya dan memandang langit-langit kamarnya. Pikiran nya seketika melayang, kembali mengingat mengapa kini ia merasa tak bisa lagi membuka hatinya pada siapapun, termasuk istrinya sendiri. Sebab luka yang pernah ia rasakan. Sebab trauma yang membuatnya takut untuk kembali memulai karena takut jika sudah jatuh cinta ia akan kembali dikhianati. Rasa sakit nya bahkan seolah tak pernah berkurang, meski setiap hari ia berusaha mengikhlaskan apa yang tak bisa dimilikinya. ***Kilas Balik*** Toktoktok… Bayu mengetuk pintu apartemen Risma sambil membawa sebuah jar berisi penuh Cokelat kegemaran Risma. Hari ini tepat ha
Risma duduk berhadapan dengan Bayu. di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka bekerja. Di tempat ini lah mereka biasa menghabiskan waktu bersama, di sela kesibukan pekerjaan mereka. Dan kini, tempat ini pula yang dipilih oleh Risma untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan empat tahun lamanya. Kini tangan nya bergerak, meletakkan kotak hadiah berisi kalung emas pemberian Bayu dan mendorong nya perlahan kotak itu hingga sampai di hadapan Bayu. “Ini kamu simpan aja mas. Aku gak pantas terima ini.” Risma berkata pada Bayu dengan ekspresi yang dingin. “Kenapa ?" Suara berat Bayu kini terdengar putus asa. "Kenapa kamu begini ?” Tanya nya lagi. “Maaf..” Hanya itu yang terucap dari bibir wanita itu. “Jangan cuma maaf Risma! Kasih aku penjelasan!” Bayu sedikit membentak Risma hingga pengunjung lain di cafe itu sontak melihat ke arah mereka. Namun Bayu tak mempedulikan itu. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya karena Ia hampir tidak dapat membendung emosi
Bayu melangkah cepat menuruni anak tangga sambil mengenakan arloji nya. ia tergesa-gesa karena sudah hampir terlambat. entah Diana yang tak membangunkan nya, atau memang ia yang tak terbangun meski sudah dibangunkan. Dilihatnya Diana sudah bersiap dengan setelan kantornya, kini sedang menikmati sarapan nya di meja makan. Bayu menghentikan langkah nya, kembali teringat dengan masalah yang belum ia selesaikan kemarin. Diana masih tak terlihat meyapa nya, padahal setiap pagi biasanya ia selalu tersenyum manis menyambut Bayu di meja makan dengan berbagai menu sarapan yang ia siapkan sendiri. "pagi, Di." Bayu berusaha tersenyum, lalu ia kecup puncak kepala Diana dan mengusap lembut punggung nya. mengangkat sebelah alisnya, Diana melirik Bayu. Merasa heran sebab tak pernah Bayu sehangat ini menyapa nya di pagi hari. Biasanya pria itu langsung duduk bahkan nampak selalu enggan memulai pembicaraan apapun dengan nya. Diana masih terus berusaha pada awalnya. Namun setelah apa yang ia dengar
"Sayang ? kamu dateng Nak ?" Ratih, Ibunda Bayu. Dengan senyumnya yang hangat menyambut kedatangan menantu nya. Diana pun memeluk Ibu mertua nya, sebab rindu sudah hampir dua minggu mereka tak bertemu. "Mama gimana ? sehat ?" Tanya Diana sambil ia menempelkan pipi kanan dan kiri nya dengan kedua pipi Ratih bergantian. "Ya begini lah." Jawab Ratih. "Diana bawain bolu karamel kesukaan mama nih. bentar ya Diana taruh di piring." Ucap Diana sambil mengacungkan kantong plastik berisi bolu karamel yang ia beli dalam perjalanan tadi. "Makasih sayang." Jawab Ratih, Diana pun masuk ke dapur dan menyiapkan makanan itu untuk disajikan pada Ibu mertua nya. "Kamu gak kerja, nak ?" Tanya Ratih, begitu Diana kembali duduk disamping nya dan meletakkan piring berisi potongan bolu karamel tadi. Mereka duduk di sofa di depan tv yang terletak di ruang keluarga. "Diana lagi males banget ke kantor mah. Tadi udah izin sih." Jawab Diana, sambil mengunyah kue itu. "Bayu kerja ?" "Mas Bayu be
"Oh ada tamu ?" Sontak Bayu dan Diana menoleh ketika mereka mendengar suara Ratih yang lemah berusaha menyapa. "Mama bangun ?" Bayu pun menghampiri ibunya yang terlihat sedang berusaha untuk bangkit dan duduk. Pria itu segera membantu ibu nya menaikan kepala ranjang agar ibunya tetap dapat bersandar. Melihat itu, Diana pun tersenyum. Hatinya menghangat melihat Bayu begitu lembut memperlakukan ibu nya. "Siapa itu ?" Tanya Ratih, mendengar itu Diana pun berinisiatif menghampiri nya dan mencium punggung tangan nya dengan sopan. "Diana tante." Ucap Diana. "Oh Diana, pacar mu ya mas ?" Tanya Ratih, membuat Bayu dan Diana saling menatap dengan canggung. "Nghh.. Enggak mah, bukan. Ini Diana, temen kantor aku." Jawabnya, sementara Diana hanya tersenyum mengiyakan. "Oh kirain pacar, mama udah seneng padahal." Diana hanya tersipu mendengarnya, kemudian berpamitan untuk kembali ke tempat duduk nya. "Mah jangan gitu, Bayu gak enak." Bayu berbisik pada ibunya." "Iya maaf, Ma
"Lagi pada ngomongin apa sih ?" Tanya Bayu sambil masuk ke dalam ruangan itu. Sontak Diana dan Ratih pun menoleh ke arah nya. "Eh Mas, sini aku bawain." Ucap Diana lalu ia ambil kantong plastik yang ada di tangan kiri Bayu. "Itu aku beliin minuman ada di dalem sana, sama ada camilan juga, ambil aja." Jawab Bayu. "Makasih, mas." Ucap Diana. "Cepet banget dateng nya." Ratih seolah sedang protes pada putra nya. "Ih kok gitu mah ?" Tanya Bayu. "Mama lagi asik ngobrol sama Diana, kalo kamu dateng kan harus kerja lagi dia." Jawab Ratih, spontan Diana pun tersenyum dari sana, sementara Bayu kini menoleh padanya. "Nanti kan bisa ngobrol lagi, lagian mama juga harus banyak istirahat, iya kan ?" Jawab bayu. "Tuh kan, kalo sama Bayu mama disuruh tidur terus." Gerutu Ratih, sementara Bayu hanya terkekeh mendengarnya. lalu ia turunkan ranjang ibunya, agar dapat kembali berbaring dengan nyaman. "Aku har
KEESOKAN HARINYA Diana kembali memasuki ruang rawat Ibunda Bayu. Sesuai apa yang diperintahkan oleh Bayu kemarin, ia datang kembali untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Toktoktok! Diana mengetuk pintu ruangan, kemudian ia buka pintu nya dan masuk ke dalam. Namun tak ia dapati Bayu disana, malah Ratih yang terlihat sedang berusaha turun dari ranjang nya. "Tante, mau kemana ?" Tanya Diana kemudian menghampiri Ratih dan mencoba untuk membantu nya. "Eh, Diana. Kamu dateng lagi ?" "Mm..Iya tante, masih ada kerjaan sama Mas Bayu." Jawabnya. "Oh yaudah, duduk dulu aja. Bayu lagi keluar sebentar." Jawab Ratih. "Tante mau kemana ?" Tanya Diana lagi. "Tante mau ke toilet." Jawab Ratih. "Diana bantuin ya tante
"Aku di depan, sayang." Bayu berkata pada Diana melalui sambungan telepon, saat ia sudah ada di depan lobby untuk menjemput istrinya. Toktok! Diana pun tak menjawab, namun langsung mengetuk kaca pintu mobil Bayu. Bergegas pria itu pun membuka kunci pintu mobil nya agar Diana bisa masuk ke dalam mobil. "Lama ya ? Maaf macet banget tadi." Ucap Bayu begitu istrinya masuk dan duduk di samping nya. "Gak apa-apa, belum lama juga aku nunggu." Diana tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Bayu pun menyambutnya kemudian Diana mencium punggung tangan suaminya. Bayu mencondongkan tubuh nya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Diana, Namun wanita itu malah memejamkan mata membuat Bayu tersenyum melihatnya. "Kenapa tutup mata ?" Tanya Bayu sambil menahan senyum nya. "Huh ? Enggak.. Gak apa-apa." Diana menggaruk pelipisnya jadi salah tingkah sendiri karena sempat mengira Bayu akan mencium nya. Pipinya pun bersemu merah membuat Bayu semakin gemas melihat nya. "Gemes banget." Uc
"Aku anter." Ucap Bayu sambil menahan Diana yang hendak masuk ke dalam mobil nya. "Gak usah, nanti kamu telat. Aku sendiri aja ya mas." Jawab Diana. "Gak masalah, aku anter aja." Bayu bersikeras meski ia pun tahu ia akan terlambat sampai di kantor. Namun mulai hari ini ia berjanji akan lebih memperhatikan Diana dan tak akan membiarkan nya menjadi wanita yang terlalu mandiri hingga tak membutuhkan nya lagi. Ia ingin Diana bergantung padanya dalam segala hal yang akan ia lakukan. Melajukan mobil nya perlahan, Bayu sama sekali tak terlihat gelisah meski ia tahu sudah terlambat. Ia malah menggenggam tangan Diana dan menyematkan jari-jari mereka, sesekali ia kecup punggung tangan nya. Diana pun hanya bersandar, pertama kali nya ia merasa lebih santai berangkat bekerja sebab suami nya kini mengantar nya. Ia menatap Bayu yang terlihat sedang berusaha begitu memanjakan nya. Ia biarkan saja pria itu melakukan apa yang diinginkan nya sebab Diana juga ingin melihat seberapa jauh Bayu
Bayu mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Diana. Kemudian ia menuntun Diana duduk di depan meja rias nya. "Mau ngapain ?" Tanya Diana mencoba menolak, namun Bayu sedikit memaksa nya. "Sebentar aja, aku keringin rambut kamu." Jawab Bayu. "Aku bisa sendiri." "Aku mau bantu, kenapa sih ? Gak boleh ?" Tanya Bayu dengan lembut nya. "Kalo bisa sendiri kenapa harus dibantu ?" Diana balik bertanya dengan nada ketus nya, tentu saja. Kemudian ia berdiri dan berusaha menjauh dari Bayu, namun pria itu malah memeluknya dengan erat dari belakang. Merasa tak tahan lagi dengan sikap Diana yang ia rasa semakin menjauh dari nya. "Aku minta maaf." Ucap nya tiba-tiba membuat Diana terdiam di tempatnya. "Aku tahu kenapa sikap kamu jadi begini. Karena pembicaraan aku sama abi yang kamu dengar di kantor aku. Iya kan ?" Tak menjawab, Diana menunggu Bayu melanjutkan bicaranya. Pria itu pun membalik tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan. "Maaf, kalo kamu jadi merasa aku bohongin at
Kruuukk... Diana mengerejapkan mata perlahan sebab perut nya tiba-tiba berbunyi karena rasa lapar nya. ia ingat memang belum makan apapun setelah pulang dari rumah ibu mertua nya. Bergerak perlahan, ia berusaha memfokuskan penglihatan nya. Ia sadari kemudian Bayu yang juga berbaring di sebelah nya, masih terlelap dengan sebelah tangan nya melingkar diatas perut Diana. Ia pun baru menyadari posisi nya, dan tentu saja apa yang mereka lakukan tadi malam. Masih begitu terngiang di telinga nya, bagaimana Bayu mendesahkan namanya sambil menikmati permainan mereka tadi malam. Tertegun Diana beberapa saat. Kembali menatap wajah Bayu yang masih terlelap. Entah bagaimana mereka akhiri permainan, sampai mereka terbangun dan tak mengenakan apa-apa. hanya tertutupi dengan selimut tebal mereka. Perlahan ia singkirkan tangan Bayu berniat untuk turun ke bawah dan menyantap
Bayu berjalan dengan langkah yang lemah, masuk ke dalam rumah nya diikuti oleh Diana di belakang nya. Kepala nya terasa berat, sebab terlalu banyak menangis selama beberapa hari sejak kepergian ibu nya. sudah hari ketiga, sejak ibunya meninggal, mereka baru kembali ke rumah mereka. "Kamu mandi dulu aja, aku siapin makan." Ucap Diana sambil berlalu mendahului Bayu menuju ke dapur. Namun baru saja melangkah, pria itu menahan Diana dengan memeluknya dari belakang. menenggelamkan wajahnya pada bahu seolah sedang meminta ketenangan dari nya. "Terima kasih ya, kamu udah sayang sama mama. Kamu banyak nemenin mama sebelum mama meninggal." Bayu mengeratkan pelukan nya sementara Diana hanya diam. "Gak perlu berterima kasih, aku sayang sama mama kayak mama ku sendiri. Yaudah mandi sana, aku siapin makan." Ucap Diana. Bayu pun menuruti saja perkataan Diana, kemudian ia naik ke lantai dan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Diana kini dudul di salah satu kursi yang mengitari meja maka
Bayu keluar dari kamar mandi di kamar nya, mengeringkan rambut nya dengan handuk setelah berpakaian. Ia lihat Diana sedang berbaring memunggungi televisi yang ia biarkan menyala. Namun tak langsung menghampirinya, Bayu menyembulkan kepala nya keluar kamar, lalu ia lihat ibu nya sudah tak ada di ruang tengah. Ia tutup kembali pintu kamarnya, lalu ia hampiri Diana setelah meletakkan handuk nya di kursi "Di, udah tidur ?" Tanya nya. Ia perhatikan Diana, dan ia pun tahu wanita itu belum terlelap, sebab begitu Bayu menyentuh lengan nya, Diana terlihat menggenggam ujung selimut nya dengan erat. Bayu coba mengusap rambutnya dan menyisipkan rambut Diana di belakang telinga nya. Kemudian ia usap dengan lembut pipi Diana dengan punggung tangan nya. "Aku tahu kamu belum tidur, Di." Ucap Bayu. "Bener nih, mau cuekin aku ?" Ucap nya lagi. Bayu lantas menyadari mungkin ia harus membangun hubungan mereka dari awal lagi. Ia tak ingin memaksakan Diana untuk melayani nya malam ini ju
"Jadi, dia beneran denger semua nya ?" Tanya Abi di seberang sana. Bayu sedang membicarakan istrinya dengan Abi melalui telepon, sebab Bayu menyadari sikap Diana jadi seperti ini karena mendengar pembicaraan nya dengan Abi. "Iya. Gue yakin dia denger sih. Cuma gak mau bilang, tapi justru itu yang gue gak suka. Gue lebih baik di marahin daripada di diemin kayak gini. Jadi serba salah tahu gak. Dia juga dateng kerumah orang tua gue. Ngobrol sama nyokap nyindir-nyindir soal cerai seolah-olah lagi nyeritain masalah temen nya. Pusing gue, jadi gak tenang, kayak lagi di teror sama istri sendiri." Bayu mencurahkan isi hatinya. Ia memang merasa tak tenang sejak mendengar obrolan Diana dan Ibunya saat di meja makan tadi. Terbayang seandainya benar Diana menginginkan perceraian darinya. "Untung kalian udah gak satu kantor, coba kalo masih kerja di tempat yang sama, pasti kelihatan banget kalo adek gue lagi bete sama lo, dan udah pasti kalian jadi bahan gosip sama orang sekantor
"Mau mengajukan diri." Ucap Bayu. Seketika Diana pun terpaku menatap Bayu. Tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut pria itu. Namun begitu lah Diana dengan kenaifan nya, begitu mudah nya percaya pada Bayu yang tiba-tiba menyatakan perasaan nya. Tak lama setelah itu, pernikahan pun terjadi. Tak menunggu lama sebab Ibunda Bayu sudah merestui mereka begitu juga dengan keluarga Diana. Hingga disinilah ia sekarang, kini merasa terjebak dalam ikatan dimana ia baru mengetahui ternyata Bayu tak sungguh mencintai nya. Diana pun menyadari semua nya sekarang, tentang sikap Bayu yang seperti acuh tak acuh padanya. *Kilas Balik Selesai* ************************************** Bayu memarkirkan mobil nya di halaman rumah orang tua nya. Nampak sedikit terkejut sebab ia lihat mobil istrinya juga terp
KEESOKAN HARINYA Diana kembali memasuki ruang rawat Ibunda Bayu. Sesuai apa yang diperintahkan oleh Bayu kemarin, ia datang kembali untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Toktoktok! Diana mengetuk pintu ruangan, kemudian ia buka pintu nya dan masuk ke dalam. Namun tak ia dapati Bayu disana, malah Ratih yang terlihat sedang berusaha turun dari ranjang nya. "Tante, mau kemana ?" Tanya Diana kemudian menghampiri Ratih dan mencoba untuk membantu nya. "Eh, Diana. Kamu dateng lagi ?" "Mm..Iya tante, masih ada kerjaan sama Mas Bayu." Jawabnya. "Oh yaudah, duduk dulu aja. Bayu lagi keluar sebentar." Jawab Ratih. "Tante mau kemana ?" Tanya Diana lagi. "Tante mau ke toilet." Jawab Ratih. "Diana bantuin ya tante