Risma duduk berhadapan dengan Bayu. di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka bekerja. Di tempat ini lah mereka biasa menghabiskan waktu bersama, di sela kesibukan pekerjaan mereka.
Dan kini, tempat ini pula yang dipilih oleh Risma untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan empat tahun lamanya. Kini tangan nya bergerak, meletakkan kotak hadiah berisi kalung emas pemberian Bayu dan mendorong nya perlahan kotak itu hingga sampai di hadapan Bayu. “Ini kamu simpan aja mas. Aku gak pantas terima ini.” Risma berkata pada Bayu dengan ekspresi yang dingin. “Kenapa ?" Suara berat Bayu kini terdengar putus asa. "Kenapa kamu begini ?” Tanya nya lagi. “Maaf..” Hanya itu yang terucap dari bibir wanita itu. “Jangan cuma maaf Risma! Kasih aku penjelasan!” Bayu sedikit membentak Risma hingga pengunjung lain di cafe itu sontak melihat ke arah mereka. Namun Bayu tak mempedulikan itu. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya karena Ia hampir tidak dapat membendung emosi nya. “Kasih aku penjelasan, bilang kalau yang aku lihat itu salah. Bilang kalau yang aku lihat itu bukan kemauan kamu. Katakan apapun! Apapun..aku akan percaya sama kamu..meskipun kamu bohong aku akan percaya apapun yang kamu bilang.” Suara Bayu mulai bergetar menahan tangis. Risma hanya terdiam. Jangan kan untuk menjawab perkataan Bayu, Bahkan untuk balas menatapnya saja ia tak punya keberanian. Kini yang tersisa hanya penyesalan, sebab merasa tak dapat lagi berputar arah. Ia sudah memutuskan untuk melangkah dan menuruti apa yang diinginkan oleh kedua orang tua nya. “Kita akhiri sampai disini aja Mas. Maaf. Aku..Aku gak bisa lanjutin hubungan kita.” Risma menjawab ditengah tangisannya. Air matanya pun tak bisa lagi tertahan, mengingat sudah begitu banyak hal yang mereka lalui bersama. “Kenapa tiba-tiba begini ? Kenapa sih ? Hah ? Kemarin kita masih baik-baik aja kan ? Sejak kapan kamu sama dia ? Aku salah apa sebenernya Ris ?” Bayu masih menuntut penjelasan dari Risma. “Gak salah. Bukan salah kamu. Masalahnya aku. Aku mau nikah.” “Aku memang udah rencanain pernikahan kita kamu tahu itu kan ? Aku lagi berusaha, Risma.” “Bukan sama kamu, Mas." Jawabnya. Bayu pun terdiam mendengar jawaban Risma. “Gak bisa sama kamu. Orang tuaku gak kunjung merestui hubungan kita. Aku gak bisa nunggu lagi. Kamu gak bisa meyakinkan kedua orang tua ku. Aku capek, aku mau menikah dengan orang lain.” Seketika Bayu merasa tak punya lagi tenaga untuk sekedar duduk dengan tegak di hadapan wanitanya. Semua yang ia usahakan selama ini ia rasa sia-sia sebab ternyata Risma tak sedikitpun melihat nya. Wanita itu hanya tahu dan menganggap Bayu tak bisa meyakinkan kedua orang tua nya. “Siapa dia ?” Bayu menjawab dengan suara yang bergetar. Risma mengeluarkan undangan pernikahan nya dari dalam tas dan memberikan nya pada Bayu. Undangan dengan design yang mewah bertema merah hati dengan Nama Risma dan calon suami nya yang terpampang dengan jelas di halaman muka. Dan tentu saja lelaki itu adalah orang yang sama yang ia buat babak belur semalam. “Tiba-tiba udah ada undangan. Gak mungkin gak direncanakan sejak lama kan ?” Bayu mempertanyakan sikap Risma yang tidak adil padanya. “Sejak kapan kamu persiapkan ini ? Selama ini aku terus berusaha meluluhkan hati orang tua kamu. Sementara kamu sibuk mempersiapkan pernikahan kamu dengan laki-laki lain ? Dan di saat yang sama juga kamu bilang cinta sama aku dan akan terus ada di samping aku sampai kita bisa menikah nanti ? Jahat kamu. Kejam banget kamu sama aku. Kurang ku apa ? aku selalu berusaha memberikan yang terbaik yang aku bisa. Buat kamu..Buat kita.. Tapi ternyata dibelakang ku kamu mempersiapkan ini semua ? kamu anggap aku mainan kamu, Ris ?" “Aku capek mas ! Harus sampai kapan aku nunggu ?” Jawab Risma kemudian. “Harusnya kamu bilang dari awal!” Nada tinggi Bayu membuat Risma sedikit tersentak. “Aku mati-matian berjuang buat hubungan kita, aku terima semua hinaan dan cacian dari keluarga kamu, Aku terima kalian menghina aku dan orang tua ku, hanya demi pertahanin kamu Ris. Setiap hari aku pikirin cara nya, Karena aku sangat mencintai kamu ! aku berusaha menyenangkan hati orang tua kamu dan kamu membiarkan itu semua sambil mempersiapkan pernikahan mu ? ini yang aku dapat ? Hah ?” Bayu menghempaskan Undangan pernikahan Risma di hadapannya. Risma terdiam dan masih menundukan kepala nya. Ia tidak dapat berkata-kata lagi untuk membela dirinya. ia akui memang ia yang bersalah melakukan ini semua pada Bayu. Ia menjalani hubungan dengan laki-laki lain di belakang Bayu selama delapan bulan terakhir. Lelaki itu juga mengetahui hubungan nya dengan Bayu namun ia tetap bersedia menunggu Risma putus sambil mempersiapkan pernikahannya dengan Risma. Ia begitu mudah tergoda oleh kecantikan Risma. Tetapi Risma juga tidak berbohong ketika mengatakan ia mencintai Bayu. Hanya saja ia tidak bisa menunggu Bayu lagi yang belum terlihat masa depan nya. Bayu yang masih berjuang di awal karir nya bahkan belum memiliki rumah sendiri. Ia masih tinggal di indekos yang berada di dekat kantornya. Maka dari itu Risma harus memilih menikah dengan laki-laki yang direstui orang tuanya. Di usia nya yang masih muda lelaki itu sudah cukup mapan dan mampu memenuhi apapun keinginan Risma. Keluarga nya juga berasal dari keluarga yang terhormat, tidak seperti Bayu yang berasal dari keluarga biasa. Namun bukan berarti Bayu tak berasal dari keluarga yang tak mampu, hanya saja pria itu memilih merintis karirnya sendiri daripada harus bekerja di perusahaan sang ayah yang tidak sesuai dengan minat nya. Karena itu juga hubungan nya dengan sang ayah menjadi dingin. Ayahnya bahkan menolak untuk membantu Bayu jika sedang dalam kesulitan ekonomi. Baginya Bayu yang sudah memutuskan untuk memilih jalan nya sendiri, pun harus bisa bertanggung jawab dan menghadapi resiko dari keputusan nya sendiri. Hal itu juga yang menjadi ganjalan bagi Risma. berkali kali ia mencoba meyakinkan Bayu agar menuruti saja apa kata ayahnya, agar mereka bisa segera menikah, namun Bayu selalu menolak dan meminta Risma untuk bersabar. Kini ia pun harus mengambil keputusan. Meskipun ia juga mencintai Bayu tetap ia merasa tidak sepadan jika Bayu bersanding dengannya. Ia tidak ingin hidupnya susah jika menikah dengan Bayu yang masih merintis karir nya. Risma yang begitu realistis hingga meninggalkan Bayu demi menikah dengan laki-laki yang lebih Mapan dengan harapan masa depan nya akan lebih terjamin meskipun kelak ia tidak bekerja seperti sekarang. Sedangkan setelah semua ini, Bayu hanya bisa pasrah dan menerima keputusan Risma yang sudah bulat. Meskipun berat baginya, sebab ia seperti ingin mati saja jika membayangkan wanita yang selama ini menjadi tujuan hidupnya kelak harus bersanding dengan lelaki lain, bukan dengan nya. ***** Kilas balik selesai*****Bayu melangkah cepat menuruni anak tangga sambil mengenakan arloji nya. ia tergesa-gesa karena sudah hampir terlambat. entah Diana yang tak membangunkan nya, atau memang ia yang tak terbangun meski sudah dibangunkan. Dilihatnya Diana sudah bersiap dengan setelan kantornya, kini sedang menikmati sarapan nya di meja makan. Bayu menghentikan langkah nya, kembali teringat dengan masalah yang belum ia selesaikan kemarin. Diana masih tak terlihat meyapa nya, padahal setiap pagi biasanya ia selalu tersenyum manis menyambut Bayu di meja makan dengan berbagai menu sarapan yang ia siapkan sendiri. "pagi, Di." Bayu berusaha tersenyum, lalu ia kecup puncak kepala Diana dan mengusap lembut punggung nya. mengangkat sebelah alisnya, Diana melirik Bayu. Merasa heran sebab tak pernah Bayu sehangat ini menyapa nya di pagi hari. Biasanya pria itu langsung duduk bahkan nampak selalu enggan memulai pembicaraan apapun dengan nya. Diana masih terus berusaha pada awalnya. Namun setelah apa yang ia dengar
"Sayang ? kamu dateng Nak ?" Ratih, Ibunda Bayu. Dengan senyumnya yang hangat menyambut kedatangan menantu nya. Diana pun memeluk Ibu mertua nya, sebab rindu sudah hampir dua minggu mereka tak bertemu. "Mama gimana ? sehat ?" Tanya Diana sambil ia menempelkan pipi kanan dan kiri nya dengan kedua pipi Ratih bergantian. "Ya begini lah." Jawab Ratih. "Diana bawain bolu karamel kesukaan mama nih. bentar ya Diana taruh di piring." Ucap Diana sambil mengacungkan kantong plastik berisi bolu karamel yang ia beli dalam perjalanan tadi. "Makasih sayang." Jawab Ratih, Diana pun masuk ke dapur dan menyiapkan makanan itu untuk disajikan pada Ibu mertua nya. "Kamu gak kerja, nak ?" Tanya Ratih, begitu Diana kembali duduk disamping nya dan meletakkan piring berisi potongan bolu karamel tadi. Mereka duduk di sofa di depan tv yang terletak di ruang keluarga. "Diana lagi males banget ke kantor mah. Tadi udah izin sih." Jawab Diana, sambil mengunyah kue itu. "Bayu kerja ?" "Mas Bayu be
"Oh ada tamu ?" Sontak Bayu dan Diana menoleh ketika mereka mendengar suara Ratih yang lemah berusaha menyapa. "Mama bangun ?" Bayu pun menghampiri ibunya yang terlihat sedang berusaha untuk bangkit dan duduk. Pria itu segera membantu ibu nya menaikan kepala ranjang agar ibunya tetap dapat bersandar. Melihat itu, Diana pun tersenyum. Hatinya menghangat melihat Bayu begitu lembut memperlakukan ibu nya. "Siapa itu ?" Tanya Ratih, mendengar itu Diana pun berinisiatif menghampiri nya dan mencium punggung tangan nya dengan sopan. "Diana tante." Ucap Diana. "Oh Diana, pacar mu ya mas ?" Tanya Ratih, membuat Bayu dan Diana saling menatap dengan canggung. "Nghh.. Enggak mah, bukan. Ini Diana, temen kantor aku." Jawabnya, sementara Diana hanya tersenyum mengiyakan. "Oh kirain pacar, mama udah seneng padahal." Diana hanya tersipu mendengarnya, kemudian berpamitan untuk kembali ke tempat duduk nya. "Mah jangan gitu, Bayu gak enak." Bayu berbisik pada ibunya." "Iya maaf, Ma
"Lagi pada ngomongin apa sih ?" Tanya Bayu sambil masuk ke dalam ruangan itu. Sontak Diana dan Ratih pun menoleh ke arah nya. "Eh Mas, sini aku bawain." Ucap Diana lalu ia ambil kantong plastik yang ada di tangan kiri Bayu. "Itu aku beliin minuman ada di dalem sana, sama ada camilan juga, ambil aja." Jawab Bayu. "Makasih, mas." Ucap Diana. "Cepet banget dateng nya." Ratih seolah sedang protes pada putra nya. "Ih kok gitu mah ?" Tanya Bayu. "Mama lagi asik ngobrol sama Diana, kalo kamu dateng kan harus kerja lagi dia." Jawab Ratih, spontan Diana pun tersenyum dari sana, sementara Bayu kini menoleh padanya. "Nanti kan bisa ngobrol lagi, lagian mama juga harus banyak istirahat, iya kan ?" Jawab bayu. "Tuh kan, kalo sama Bayu mama disuruh tidur terus." Gerutu Ratih, sementara Bayu hanya terkekeh mendengarnya. lalu ia turunkan ranjang ibunya, agar dapat kembali berbaring dengan nyaman. "Aku har
KEESOKAN HARINYA Diana kembali memasuki ruang rawat Ibunda Bayu. Sesuai apa yang diperintahkan oleh Bayu kemarin, ia datang kembali untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Toktoktok! Diana mengetuk pintu ruangan, kemudian ia buka pintu nya dan masuk ke dalam. Namun tak ia dapati Bayu disana, malah Ratih yang terlihat sedang berusaha turun dari ranjang nya. "Tante, mau kemana ?" Tanya Diana kemudian menghampiri Ratih dan mencoba untuk membantu nya. "Eh, Diana. Kamu dateng lagi ?" "Mm..Iya tante, masih ada kerjaan sama Mas Bayu." Jawabnya. "Oh yaudah, duduk dulu aja. Bayu lagi keluar sebentar." Jawab Ratih. "Tante mau kemana ?" Tanya Diana lagi. "Tante mau ke toilet." Jawab Ratih. "Diana bantuin ya tante
"Mau mengajukan diri." Ucap Bayu. Seketika Diana pun terpaku menatap Bayu. Tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut pria itu. Namun begitu lah Diana dengan kenaifan nya, begitu mudah nya percaya pada Bayu yang tiba-tiba menyatakan perasaan nya. Tak lama setelah itu, pernikahan pun terjadi. Tak menunggu lama sebab Ibunda Bayu sudah merestui mereka begitu juga dengan keluarga Diana. Hingga disinilah ia sekarang, kini merasa terjebak dalam ikatan dimana ia baru mengetahui ternyata Bayu tak sungguh mencintai nya. Diana pun menyadari semua nya sekarang, tentang sikap Bayu yang seperti acuh tak acuh padanya. *Kilas Balik Selesai* ************************************** Bayu memarkirkan mobil nya di halaman rumah orang tua nya. Nampak sedikit terkejut sebab ia lihat mobil istrinya juga terp
"Jadi, dia beneran denger semua nya ?" Tanya Abi di seberang sana. Bayu sedang membicarakan istrinya dengan Abi melalui telepon, sebab Bayu menyadari sikap Diana jadi seperti ini karena mendengar pembicaraan nya dengan Abi. "Iya. Gue yakin dia denger sih. Cuma gak mau bilang, tapi justru itu yang gue gak suka. Gue lebih baik di marahin daripada di diemin kayak gini. Jadi serba salah tahu gak. Dia juga dateng kerumah orang tua gue. Ngobrol sama nyokap nyindir-nyindir soal cerai seolah-olah lagi nyeritain masalah temen nya. Pusing gue, jadi gak tenang, kayak lagi di teror sama istri sendiri." Bayu mencurahkan isi hatinya. Ia memang merasa tak tenang sejak mendengar obrolan Diana dan Ibunya saat di meja makan tadi. Terbayang seandainya benar Diana menginginkan perceraian darinya. "Untung kalian udah gak satu kantor, coba kalo masih kerja di tempat yang sama, pasti kelihatan banget kalo adek gue lagi bete sama lo, dan udah pasti kalian jadi bahan gosip sama orang sekantor
Bayu keluar dari kamar mandi di kamar nya, mengeringkan rambut nya dengan handuk setelah berpakaian. Ia lihat Diana sedang berbaring memunggungi televisi yang ia biarkan menyala. Namun tak langsung menghampirinya, Bayu menyembulkan kepala nya keluar kamar, lalu ia lihat ibu nya sudah tak ada di ruang tengah. Ia tutup kembali pintu kamarnya, lalu ia hampiri Diana setelah meletakkan handuk nya di kursi "Di, udah tidur ?" Tanya nya. Ia perhatikan Diana, dan ia pun tahu wanita itu belum terlelap, sebab begitu Bayu menyentuh lengan nya, Diana terlihat menggenggam ujung selimut nya dengan erat. Bayu coba mengusap rambutnya dan menyisipkan rambut Diana di belakang telinga nya. Kemudian ia usap dengan lembut pipi Diana dengan punggung tangan nya. "Aku tahu kamu belum tidur, Di." Ucap Bayu. "Bener nih, mau cuekin aku ?" Ucap nya lagi. Bayu lantas menyadari mungkin ia harus membangun hubungan mereka dari awal lagi. Ia tak ingin memaksakan Diana untuk melayani nya malam ini ju
"Aku di depan, sayang." Bayu berkata pada Diana melalui sambungan telepon, saat ia sudah ada di depan lobby untuk menjemput istrinya. Toktok! Diana pun tak menjawab, namun langsung mengetuk kaca pintu mobil Bayu. Bergegas pria itu pun membuka kunci pintu mobil nya agar Diana bisa masuk ke dalam mobil. "Lama ya ? Maaf macet banget tadi." Ucap Bayu begitu istrinya masuk dan duduk di samping nya. "Gak apa-apa, belum lama juga aku nunggu." Diana tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Bayu pun menyambutnya kemudian Diana mencium punggung tangan suaminya. Bayu mencondongkan tubuh nya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Diana, Namun wanita itu malah memejamkan mata membuat Bayu tersenyum melihatnya. "Kenapa tutup mata ?" Tanya Bayu sambil menahan senyum nya. "Huh ? Enggak.. Gak apa-apa." Diana menggaruk pelipisnya jadi salah tingkah sendiri karena sempat mengira Bayu akan mencium nya. Pipinya pun bersemu merah membuat Bayu semakin gemas melihat nya. "Gemes banget." Uc
"Aku anter." Ucap Bayu sambil menahan Diana yang hendak masuk ke dalam mobil nya. "Gak usah, nanti kamu telat. Aku sendiri aja ya mas." Jawab Diana. "Gak masalah, aku anter aja." Bayu bersikeras meski ia pun tahu ia akan terlambat sampai di kantor. Namun mulai hari ini ia berjanji akan lebih memperhatikan Diana dan tak akan membiarkan nya menjadi wanita yang terlalu mandiri hingga tak membutuhkan nya lagi. Ia ingin Diana bergantung padanya dalam segala hal yang akan ia lakukan. Melajukan mobil nya perlahan, Bayu sama sekali tak terlihat gelisah meski ia tahu sudah terlambat. Ia malah menggenggam tangan Diana dan menyematkan jari-jari mereka, sesekali ia kecup punggung tangan nya. Diana pun hanya bersandar, pertama kali nya ia merasa lebih santai berangkat bekerja sebab suami nya kini mengantar nya. Ia menatap Bayu yang terlihat sedang berusaha begitu memanjakan nya. Ia biarkan saja pria itu melakukan apa yang diinginkan nya sebab Diana juga ingin melihat seberapa jauh Bayu
Bayu mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Diana. Kemudian ia menuntun Diana duduk di depan meja rias nya. "Mau ngapain ?" Tanya Diana mencoba menolak, namun Bayu sedikit memaksa nya. "Sebentar aja, aku keringin rambut kamu." Jawab Bayu. "Aku bisa sendiri." "Aku mau bantu, kenapa sih ? Gak boleh ?" Tanya Bayu dengan lembut nya. "Kalo bisa sendiri kenapa harus dibantu ?" Diana balik bertanya dengan nada ketus nya, tentu saja. Kemudian ia berdiri dan berusaha menjauh dari Bayu, namun pria itu malah memeluknya dengan erat dari belakang. Merasa tak tahan lagi dengan sikap Diana yang ia rasa semakin menjauh dari nya. "Aku minta maaf." Ucap nya tiba-tiba membuat Diana terdiam di tempatnya. "Aku tahu kenapa sikap kamu jadi begini. Karena pembicaraan aku sama abi yang kamu dengar di kantor aku. Iya kan ?" Tak menjawab, Diana menunggu Bayu melanjutkan bicaranya. Pria itu pun membalik tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan. "Maaf, kalo kamu jadi merasa aku bohongin at
Kruuukk... Diana mengerejapkan mata perlahan sebab perut nya tiba-tiba berbunyi karena rasa lapar nya. ia ingat memang belum makan apapun setelah pulang dari rumah ibu mertua nya. Bergerak perlahan, ia berusaha memfokuskan penglihatan nya. Ia sadari kemudian Bayu yang juga berbaring di sebelah nya, masih terlelap dengan sebelah tangan nya melingkar diatas perut Diana. Ia pun baru menyadari posisi nya, dan tentu saja apa yang mereka lakukan tadi malam. Masih begitu terngiang di telinga nya, bagaimana Bayu mendesahkan namanya sambil menikmati permainan mereka tadi malam. Tertegun Diana beberapa saat. Kembali menatap wajah Bayu yang masih terlelap. Entah bagaimana mereka akhiri permainan, sampai mereka terbangun dan tak mengenakan apa-apa. hanya tertutupi dengan selimut tebal mereka. Perlahan ia singkirkan tangan Bayu berniat untuk turun ke bawah dan menyantap
Bayu berjalan dengan langkah yang lemah, masuk ke dalam rumah nya diikuti oleh Diana di belakang nya. Kepala nya terasa berat, sebab terlalu banyak menangis selama beberapa hari sejak kepergian ibu nya. sudah hari ketiga, sejak ibunya meninggal, mereka baru kembali ke rumah mereka. "Kamu mandi dulu aja, aku siapin makan." Ucap Diana sambil berlalu mendahului Bayu menuju ke dapur. Namun baru saja melangkah, pria itu menahan Diana dengan memeluknya dari belakang. menenggelamkan wajahnya pada bahu seolah sedang meminta ketenangan dari nya. "Terima kasih ya, kamu udah sayang sama mama. Kamu banyak nemenin mama sebelum mama meninggal." Bayu mengeratkan pelukan nya sementara Diana hanya diam. "Gak perlu berterima kasih, aku sayang sama mama kayak mama ku sendiri. Yaudah mandi sana, aku siapin makan." Ucap Diana. Bayu pun menuruti saja perkataan Diana, kemudian ia naik ke lantai dan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Diana kini dudul di salah satu kursi yang mengitari meja maka
Bayu keluar dari kamar mandi di kamar nya, mengeringkan rambut nya dengan handuk setelah berpakaian. Ia lihat Diana sedang berbaring memunggungi televisi yang ia biarkan menyala. Namun tak langsung menghampirinya, Bayu menyembulkan kepala nya keluar kamar, lalu ia lihat ibu nya sudah tak ada di ruang tengah. Ia tutup kembali pintu kamarnya, lalu ia hampiri Diana setelah meletakkan handuk nya di kursi "Di, udah tidur ?" Tanya nya. Ia perhatikan Diana, dan ia pun tahu wanita itu belum terlelap, sebab begitu Bayu menyentuh lengan nya, Diana terlihat menggenggam ujung selimut nya dengan erat. Bayu coba mengusap rambutnya dan menyisipkan rambut Diana di belakang telinga nya. Kemudian ia usap dengan lembut pipi Diana dengan punggung tangan nya. "Aku tahu kamu belum tidur, Di." Ucap Bayu. "Bener nih, mau cuekin aku ?" Ucap nya lagi. Bayu lantas menyadari mungkin ia harus membangun hubungan mereka dari awal lagi. Ia tak ingin memaksakan Diana untuk melayani nya malam ini ju
"Jadi, dia beneran denger semua nya ?" Tanya Abi di seberang sana. Bayu sedang membicarakan istrinya dengan Abi melalui telepon, sebab Bayu menyadari sikap Diana jadi seperti ini karena mendengar pembicaraan nya dengan Abi. "Iya. Gue yakin dia denger sih. Cuma gak mau bilang, tapi justru itu yang gue gak suka. Gue lebih baik di marahin daripada di diemin kayak gini. Jadi serba salah tahu gak. Dia juga dateng kerumah orang tua gue. Ngobrol sama nyokap nyindir-nyindir soal cerai seolah-olah lagi nyeritain masalah temen nya. Pusing gue, jadi gak tenang, kayak lagi di teror sama istri sendiri." Bayu mencurahkan isi hatinya. Ia memang merasa tak tenang sejak mendengar obrolan Diana dan Ibunya saat di meja makan tadi. Terbayang seandainya benar Diana menginginkan perceraian darinya. "Untung kalian udah gak satu kantor, coba kalo masih kerja di tempat yang sama, pasti kelihatan banget kalo adek gue lagi bete sama lo, dan udah pasti kalian jadi bahan gosip sama orang sekantor
"Mau mengajukan diri." Ucap Bayu. Seketika Diana pun terpaku menatap Bayu. Tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut pria itu. Namun begitu lah Diana dengan kenaifan nya, begitu mudah nya percaya pada Bayu yang tiba-tiba menyatakan perasaan nya. Tak lama setelah itu, pernikahan pun terjadi. Tak menunggu lama sebab Ibunda Bayu sudah merestui mereka begitu juga dengan keluarga Diana. Hingga disinilah ia sekarang, kini merasa terjebak dalam ikatan dimana ia baru mengetahui ternyata Bayu tak sungguh mencintai nya. Diana pun menyadari semua nya sekarang, tentang sikap Bayu yang seperti acuh tak acuh padanya. *Kilas Balik Selesai* ************************************** Bayu memarkirkan mobil nya di halaman rumah orang tua nya. Nampak sedikit terkejut sebab ia lihat mobil istrinya juga terp
KEESOKAN HARINYA Diana kembali memasuki ruang rawat Ibunda Bayu. Sesuai apa yang diperintahkan oleh Bayu kemarin, ia datang kembali untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Toktoktok! Diana mengetuk pintu ruangan, kemudian ia buka pintu nya dan masuk ke dalam. Namun tak ia dapati Bayu disana, malah Ratih yang terlihat sedang berusaha turun dari ranjang nya. "Tante, mau kemana ?" Tanya Diana kemudian menghampiri Ratih dan mencoba untuk membantu nya. "Eh, Diana. Kamu dateng lagi ?" "Mm..Iya tante, masih ada kerjaan sama Mas Bayu." Jawabnya. "Oh yaudah, duduk dulu aja. Bayu lagi keluar sebentar." Jawab Ratih. "Tante mau kemana ?" Tanya Diana lagi. "Tante mau ke toilet." Jawab Ratih. "Diana bantuin ya tante