Share

2. Dasar Wanita Murahan!

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" tanya Theona tersenyum miring.

"Apa kau bilang?" Ikosagon menggertakkan gigi dengan manik mata membola, "Kalau kau tidak mau mendengarkan perintahku, akan ku buat kau menyesal," lanjutnya balas tersenyum menyeringai.

"Baiklah-baiklah, aku mengerti. Tapi aku akan membersihkan riasanku lebih dulu." Mau tidak mau, Theona menuruti untuk suaminya.

Selesai membersihkan wajah, Theona langsung pergi ke ruang ganti. Tidak lama kemudian, ia kembali dan langsung membaringkan tubuhnya di samping Ikosagon.

"Astaga, Theo! Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Ikosagon frustasi.

"Aku mau tidur, Osa. Memangnya apa yang akan orang lakukan di atas tempat tidur semalam ini kalau bukan tidur?" sahut Theona heran.

"Aku tahu kau mau tidur, tapi tempat tidurmu bukan di sini melainkan di sana," kata Ikosagon sambil menunjuk ke arah sofa.

Bagaimana bisa pria itu meminta istrinya tidur di sofa? Bukankah ia sangat keterlaluan memperlakukan wanita yang baru saja dinikahi itu? Harusnya dia bersikap lembut sedikit saja.

"Aku tidak mau dan aku mau tidur di sini saja," tolak Theona tegas. Wanita itu merapikan bantal dan menarik selimut, lalu memejamkan mata bersiap untuk tidur.

"Kenapa tidak mau? Ini kamarku, ini tempat tidurku, dan aku tidak ingin orang lain tidur di atas tempat tidurku!" Ikosagon beranjak duduk dan menarik selimut yang menutup tubuh Theona.

"Aku tahu ini kamarmu dan kau juga harus tahu kalau aku ini istrimu. Apa pun yang kau miliki berarti milikku juga. Jadi, aku berhak tidur di tempat tidur ini," sergah Theona menggebu.

Theona benar-benar tidak habis pikir dengan sikap konyol Ikosagon. Bagaimana bisa ia tidur di sofa, sedangkan pria itu enak-enakan tidur di atas kasur yang empuk dan nyaman? Tidak, ini tidak bisa dibiarkan.

"Kau?" Ikosagon menggertakkan giginya geram, "Kau mau pindah ke sofa sendiri atau mau aku paksa?" imbuhnya mengancam.

"Nananana ... dudududu ... Syalalala." Theona bersenandung tanpa menghiraukan ancaman suaminya.

Melihat sikap Theona yang sama sekali tidak takut membuat Ikosagon semakin kesal. Pria itu mengulurkan kakinya dan menendang Theona hingga jatuh tersungkur di lantai.

"Aww! Apa kau gila?!" pekik Theona sambil mengusap pinggulnya.

"Salahmu sendiri mengabaikan peringatanku," sahut Ikosagon malas.

Theona beranjak berdiri sambil berkacak pinggang. "Dasar suami kejam!" umpatnya kesal.

Wanita dengan senyum teduh itu tidak menyangka kalau sang suami akan menendangnya. Kalau tahu begitu, ia akan pindah sejak awal.

"Tunggu-tunggu! Kenapa kau memakai kemejaku?" imbuhnya baru menyadari pakaian yang Theona kenakan.

"Karena aku tidak memiliki pakaian apa pun di rumah ini," sahut Theona merengkuh bantal dan langsung berbalik menuju sofa.

"Sial!" umpat Ikosagon kesal.

Harusnya sang ayah mempersiapkan segalanya sejak awal dan bukannya hanya memaksa menikah. Kalau sudah seperti ini, Ikosagon yang harus mengurus segala keperluan Theona.

Wanita itu meletakkan bantal dan lekas berbaring. "Apa lihat-lihat?" ketus Theona mendapati sang suami merperhatikannya.

"Dasar bodoh!" umpat Ikosagon.

"Kau yang bodoh!" balas Theona mengejek.

Theona menjulurkan lidahnya, lalu membenarkan posisi dan melipat kedua tangannya di atas perut. Awalnya, ia berbaring dengan posisi terlentang dan lama-kelamaan mulai tidak teratur. Paha mulusnya terlihat dan tidak sengaja tertangkap mata Ikosagon.

"Dasar wanita sialan!" Ikosagon membalikkan tubuhnya sambil bergumam, "Aku tidak boleh terpancing hanya karena paha mulus wanita bodoh itu."

Setelah mengumpat, Ikosagon memejamkan mata perlahan. Tidak lama kemudian, mulai terdengar suara dengkuran halus yang menandakan bahwa pria itu sudah tertidur pulas.

***

Keesokan harinya.

Beberapa saat setelah sarapan, Ikosagon beranjak berdiri dan bersiap pergi ke kantor. Namun, sang ayah justru mengikutinya sampai ke pintu utama.

"Semalam kau baru menikah dan sekarang sudah mau pergi bekerja? Astaga, Osa! Kau benar-benar pria pekerja keras," ujar Lakeswara mengejek.

"Dari dulu Osa memang pria pekerja keras, Pi," sanggah Ikosagon bangga.

Pria itu sama sekali tidak sadar kalau sang ayah sedang mengejeknya. Sebenarnya bukan tidak sadar, ia hanya berpura-pura tidak tahu saja.

"Pernikahan ini bukan akhir dari rencana papi, Osa. Jika kau tidak memberi papi cucu, maka sia-sia saja pernikahan ini kau lakukan. Tentu karena semua harta kekayaan keluarga ini akan jatuh ke panti sosial," ancam Lakeswara terlihat sangat serius.

"Maksud Papi apa? Bukankah Papi bilang Osa harus menikah dengan Theo agar Osa mendapat warisan? Lalu, apa ini?" tanya Ikosagon terbelalak.

"Cih! Kau pikir papi tidak tahu akal bulusmu? Tidak, Osa. Pokoknya kau harus memberi papi cucu dari Theo. Kalau tidak, maka tamatlah riwayatmu," sanggah Lakeswara menggebu.

Ia tahu betul seperti apa putranya. Ia tahu rencana apa yang akan Ikosagon lakukan setelah mendapatkan semua aset dan harta kekayaannya. Putranya itu akan meninggalkan Theona dan memilih untuk terus bersenang-senang dengan berbagai wanita di luaran saja.

"Papi benar-benar tidak adil!" Ikosagon melangkah ke depan dan berbalik masuk ke dalam. Sepertinya rencana untuk pergi ke kantor ia batalkan.

"Ikut aku ke kamar!" ajak Ikosagon dingin.

Theona menoleh ke belakang dan hanya mendapati punggung Ikosagon yang semakin menjauh. Ia lekas mengejar takut sang suami marah jika terlalu lama.

"Ada apa? Bukankah tadi kau sudah berpamitan mau pergi ke kantor?" tanya Theona sambil melangkah masuk ke dalam. Ia sama sekali tidak melihat bagaimana ekspresi kesal suaminya.

"Tidak perlu banyak tanya!" seru Ikosagon dingin.

Pria itu membalikkan badannya dan meraih tangan Theona. Sepersekian detik kemudian, ia mendorong tubuh sang istri ke atas tempat tidur dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan, Osa?!" tanya Theona sambil mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit.

"Mari kita lakukan malam pertama yang seharusnya kita lakukan semalam!" ajak pria itu.

"Iya, tapi tidak seharusnya kau bersikap kasar seperti ini," sungut Theona kesal. Mana ada suami meminta jatah, tetapi memperlakukannya dengan kasar?

Tanpa aba-aba, Ikosagon langsung mengungkung tubuh Theona. Dengan keahliannya membius setiap wanita yang akan ditiduri, Ikosagon sudah bisa membuat Theona terhipnotis.

Ikosagon mulai mengecup hingga melumat bibir ranum Theona. Permainan pria itu benar-benar lihai dan memabukkan. Pria itu tersenyum menyeringai melihat betapa Theona menikmatinya. Setelah merasa puas bermain-main, kini sudah saatnya bagi Ikosagon menuju ke inti dari tujuannya melaksanakan malam pertama yang tertunda yaitu membuat anak.

Bukannya merasa senang karena bisa memuaskan diri tanpa harus membayar wanita di luaran sana, Ikosagon justru kesal. Pria itu bergegas menyelesaikan aktivitasnya dengan raut kecewa.

"Dasar wanita murahan!" umpat Ikosagon.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Theona kecewa.

"Kau benar-benar murahan, Theo. Berapa banyak pria yang sudah menidurimu, huh?!" bentak Ikosagon kecewa.

Ikosagon pikir, ia bisa memiliki anak dengan Theona yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Selain demi harta warisan, ia juga sudah memutuskan untuk memiliki anak sungguhan dengan wanita itu. Namun yang tak disangka-sangka, Theona justru sudah tidak perawan lagi.

"Kau salah paham, Osa. Aku ... Aku tidak pernah tidur dengan laki-laki mana pun," jelas Theona dengan air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status