Theona berusaha mengendap-endap masuk ketika resepsionis sedang tidak fokus. Ia berencana masuk ke dalam dan mencari ruangan Ikosagon sendiri. Namun sayangnya, ia ketahuan resepsionis dan diancam akan memanggil petugas keamanan. Daripada ia diseret keluar dan tidak ada yang bisa membantunya, lebih baik ia pergi saja.Akhirnya, ia berencana untuk pulang dan akan menerima apa pun yang akan Ikosagon lakukan padanya."Theona? Kau benar-benar Theona istri Osa, 'kan?" tanya seorang pria."I-iya, aku Theo. Maaf kau siapa?" Theona mengerutkan keningnya merasa tidak mengenali pria itu. Namun, ia merasa pernah melihat dan wajahnya terasa tidak asing."Aku Sky, sepupu Osa. Kau kenapa di sini dan tidak masuk? Apa ada masalah?" Skywara melihat Theona yang mondar-mandir di lobby. Ia pikir, wanita itu sedang mengalami masalah.Sebelumnya, Theona memang pernah melihat Keluarga Candramawa lainnya termasuk Skywara. Namun, ia tidak terlalu memperhatikan karena waktu yang cukup singkat."Sebenarnya aku m
"Kau?" geram Ikosagon sambil menggertakkan giginya. Bagaimana bisa ia ketahuan tersenyum di depan orang lain? Ya, meskipun orang itu adalah Skywara, sepupunya sendiri. Namun, tetap saja hal itu akan menjadi bahan olokan. Apalagi Skywara tipe pria yang suka sekali membuatnya kesal dengan tingkah konyolnya.Skywara melangkah masuk ke dalam. Pria itu menatap Ikosagon dengan ekspresi yang sangat menyebalkan. "Kenapa? Apa kau takut kalau aku akan mengumbar tentang kejadian langka ini?" tanya pria itu sambil menunjukkan seringaian tipisnya. Pria itu duduk di sofa sambil melipat kakinya."Ada urusan apa kau datang kemari? Kalau tidak ada urusan apa-apa, lebih baik kau pergi karena aku dan Theo mau makan siang," tanya Ikosagon berusaha mengalihkan perhatian.Ia benar-benar malas meladeni sepupunya itu. Meskipun ia yakin ada tujuan tertentu, tetapi ia tidak ingin berlama-lama dalam situasi yang hanya akan mempermalukannya saja."Tentu saja ada. Aku ingin membahas masalah pekerjaan. Jadi, bisa
Theona membeku dengan manik mata terbelalak. Ia tidak menyangka Ikosagon akan bertanya sekaligus berbuat. Ia mengedip-ngedipkan matanya dan tersadar. Lalu, ia mendorong pria itu menjauh darinya."Apa yang kau lakukan, Osa?!" sentak Theona.Entah mengapa, ia seperti mainan yang bisa dimainkan sesuka hati. Mainan yang bisa dimainkan di kala bosan dan akan dibuang di saat pria itu teringat akan mainan kesukaannya."Memangnya apa yang aku lakukan? Bukankah aku sedang bertanya padamu?" Bukan sebuah jawaban yang Ikosagon lontarkan, tetapi balas melempar pertanyaan."Cukup, Osa! Jangan menyentuhku lagi!" seru Theona dengan manik mata yang membola. Sumpah demi apa pun, Theona tidak bisa percaya dengan sikap Ikosagon yang seperti ini. Kalau pria itu mencintai wanita lain dan tidak bisa menerimanya sebagai istri, lalu kenapa selalu berbuat seenaknya seperti ini?"Kenapa jangan?" tanya Ikosagon malas. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa dan menyandarkan tubuhnya."Kau masih tanya kenapa? As
Theona mendorong tubuh Ikosagon kuat-kuat hingga pria itu hampir terjengkang ke belakang. "Sudah kubilang jangan sentuh aku lagi!" seru Theona kesal.Belum lama ia mengatakannya pada Ikosagon. Mungkin baru ada lima sampai sepuluh menit dan pria itu sudah mengulanginya lagi. Sepertinya telinga dan wajah pria itu sangat tebal sampai-sampai bersikap seolah tidak tahu."Astaga, Theo! Kau yang menggodaku dan kau juga yang menolakku," kata Ikosagon tersenyum kecut.Berkali-kali ia mengingatkan agar Theona menutup mulutnya, tetapi wanita itu terus mengabaikan seruannya. Sekarang giliran disuruh tanggung jawab malah marah."Siapa juga yang menggodamu?" tanya Theona malas. Sejak kapan ia mulai menjadi wanita penggoda. Apalagi di depan suami menjengkelkan seperti Ikosagon. Yang ada bukannya senang, ia justru dirugikan baik secara fisik maupun hatinya."Sejak tadi kau menggodaku, Theo bodoh," balas Ikosagon kesal."Sejak tadi kapan? Sudah jelas-jelas aku tidak menggodamu," tanya Theona memeloto
"Astaga, Theo! Apa kata orang kalau mereka sampai tahu istri seorang Osa bekerja di luaran sana," ujar Ikosagon frustasi.Bagaimana mungkin ia membiarkan istrinya bekerja? Bukankah hal itu bisa membuat reputasinya dan keluarganya hancur? Ia tidak boleh mencoreng namanya hanya demi menuruti keinginan konyol Theona. "Biarkan saja orang mau berkata apa yang penting aku nyaman. Lagi pula, kau bisa menjelaskan pada mereka kalau aku yang menginginkannya. Bila perlu, kau katakan pada mereka kalau aku yang memaksa," sanggah Theona menggebu.Apa peduli mereka. Yang penting ia bisa bekerja dengan nyaman. Yang penting ia tidak akan merasa bosan karena setiap hari harus berada di rumah tanpa melakukan aktivitas apa pun.Mendengar ucapan Theona membuat Ikosagon kesal. Pria itu membanting sendok ke tempat makan dengan keras. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Memangnya kalau aku izinkan, kau mau bekerja di mana?" tanyanya berusaha sabar sambil mengeratkan giginya."Phoeni
"Apa perlu, aku menjawab pertanyaanmu?" tanya Ikosagon sambil meremas dadanya."Terserah kau saja mau mengatakannya atau tidak. Aku sama sekali tidak keberatan kalau kau tidak mau mengatakannya," balas Theona malas.Jujur, ia penasaran dengan luka di tubuh Ikosagon tepat di mana jantung pria itu berada. Namun, rasa keingintahuannya tidak boleh membuat pria itu marah. Ia akan sangat bersyukur jika sang suami mau menceritakannya dan ia juga tidak akan kecewa jika sang suami tidak ingin membicarakannya dengannya."Aku tidak ingin mengatakannya," kata Ikosagon datar.Meskipun Theona sudah sah menjadi istrinya. Namun, ia tidak perlu mengatakan perihal penyakitnya di masa lalu. Apalagi, ia memutuskan untuk tidak memberikan hatinya pada wanita itu. Lagi pula selain anggota keluarganya, tidak ada satu orang pun yang tahu perihal penyakitnya. Dan yang paling penting sekarang, ia sudah sembuh berkat donor jantung beberapa bulan yang lalu."Baiklah, kalau begitu aku mau pulang. Jangan lupa makan
Cassiopeia begitu terkejut mendengar pengakuan sahabatnya. Bagaimana bisa ayah dan ibu tiri Theona menemukan keberadaan Theona? Padahal, ia sudah berusaha keras membantu Theona bersembunyi. Di mulai dari mengosongkan kamar hotel sehingga nama Theona tidak ada di daftar pengunjung. Mematikan semua kamera pengawas di hotel dan sekitarnya. Akan tetapi, usahanya sia-sia saja karena Theona tetap menikah dengan orang yang orang tuanya pilihkan. Padahal, ia ingin sahabatnya menikah dengan adiknya, Wolf."Ceritanya panjang dan aku tidak tahu harus memulainya dari mana, Cassie," sahut Theona menunduk lesu. "Astaga, Theo!" Cassiopeia terlihat frustasi menghadapi sikap Theona. Sejak kapan sahabatnya itu menjadi berbelit-belit seperti itu? Membuatnya semakin penasaran saja."Maaf," lirih Theona dengan raut sedih. Kepalanya senantiasa menunduk seolah di tengkuknya ada beban yang cukup berat."Baiklah-baiklah. Kau bisa menceritakannya pada kakak di mulai dari kau menginap di hotel." Cassiopeia me
"Siapa bilang? Tidak ada satu wanita pun di dunia ini yang tidak akan jatuh cinta pada Wolf. Dia itu pintar, tampan, mapan, pekerja keras, bahkan dulu ketika SMP dia menjadi bintang di sekolah. Aku saja sampai silau waktu pertama kali melihatnya," sanggah Theona menggebu."Jadi, kau benar-benar menyukai Wolf?" Theona mengangguk mantap membuat Cassiopeia bersemangat, "Ya sudah, kau ceraikan saja suamimu dan menikah dengan Wolf," sambung Cassiopeia tidak kalah semangat dari sebelumnya.Mungkin, dulu ia tidak bisa menyatukan Wolf dengan Theona karena hadirnya sosok Petraeus yang berani. Jika saja Wolf memiliki keberanian seperti Petraeus dengan menyatakan perasaannya pada Theona. Mungkin Wolf yang akan menjadi pasangan Theona sekarang. Namun sayangnya, rasa takut kehilangan membuat Wolf menahan perasaannya lebih dari sepuluh tahun."Bukan suka seperti itu yang aku maksud, Cassie. Aku suka Wolf karena dia itu baik dan perhatian. Dia selalu ada untuk membelaku meski dia harus dibenci selur