Share

6. Bagaimana Caramu Melayani Suamimu?

Theona terlihat gelagapan. Sebenarnya ia merasa senang berada dalam posisi itu. Namun, ia tidak boleh memanfaatkan situasi dan membuat Ikosagon semakin membencinya.

"Te-terimakasih," kata Theona terbata.

"Lain kali kau boleh memanggilku jika mengalami kesulitan. Apalagi tinggi badanmu yang ..." Ikosagon menghentikan kata-katanya dan tersenyum.

"Ternyata kau bisa tersenyum juga. Menurutku, kau lebih tampan jika tersenyum," kata Theona begitu terpana melihat senyum menawan Ikosagon.

Sejak awal, ia tidak pernah melihat Ikosagon tersenyum. Ekspresi wajah pria itu selalu dingin dan terkadang cenderung menakutkan. Apalagi ketika sedang marah dan mengejeknya.

"Aku tersenyum? Jangan mengarang cerita kau, Theo," sangkal Ikosagon.

"Ya, sepertinya aku memang mengarang," kata Theona menahan senyumnya.

"Apa kau tersenyum, Theo?" tanya Ikosagon dingin.

"Ah, tidak-tidak. Aku sangat lapar dan aku mau masak mie instan lagi." Theona beranjak pindah melihat kemarahan di manik mata bulat pria itu.

Ikosagon menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas berat. Kemudian, ia menatap punggung Theona sejenak dan beranjak pergi dari area meja makan.

***

Beberapa jam kemudian, Theona sudah ada di ruang ganti. Ia ingin bersiap-siap tidur dengan pergi ke kamar mandi. Mencuci kaki, tangan, wajah, dan menggosok gigi. Namun ketika ia pergi ke ruang ganti, ia tidak menemukan satu piyama pun di sana melainkan sederet lingerie seksi dengan berbagai warna.

"Bagaimana mungkin aku memakai pakaian ini? Yang ada Osa semakin memandang rendah aku dan mengataiku wanita murahan," batin Theona sambil mendesah pelan.

"Sepertinya besok pagi aku harus membeli piyama dan sekarang aku tidak perlu mengganti baju," putus Theona sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Theona membalikkan tubuhnya dan menabrak sesuatu yang keras. "Aww!" pekik Theona sambil menyentuh keningnya. Kemudian, ia mengangkat kepalanya dan melihat Ikosagon sedang menatapnya dingin.

"Maaf," lirih wanita itu.

"Kenapa kau bengong di situ?" tanya Ikosagon dingin.

"Tidak, tidak kenapa-kenapa." Theona menggeleng cepat, "Aku keluar dulu sudah mengantuk," imbuhnya sambil melangkah cepat.

Wanita itu merengkuh gagang pintu dan menoleh ke belakang. Ia merasa ada yang salah dengan ekspresi wajah Ikosagon. Padahal sebelumnya pria itu terlihat biasa-biasa saja, tapi kenapa sekarang kembali terlihat dingin?

Theona keluar dan duduk di depan meja rias. Ia memakai pelembab wajah sebelum akhirnya duduk di tepi ranjang. Ia masih tidak habis pikir dengan isi lemari gantungnya. Bagaimana bisa ibu mertuanya membelikan banyak sekali lingerie, tetapi tidak membelikannya satu piyama pun?

"Astaga! Kenapa tadi aku tidak memeriksa lemari lain? Kalau sampai semua isi lemari isinya lingerie semua bagaimana?" Theona mulai terlihat frustasi mengingat hal itu.

Tiba-tiba, pintu ruang ganti terbuka. Ia menoleh ke arah sana dan melihat raut wajah Ikosagon semakin tidak enak. Sepertinya pria itu sedang menghadapi masalah. Tatapan mata Theona terus terpaku pada Ikosagon. Bahkan sampai pria itu berbaring di atas tempat tidur.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Ikosagon dingin.

Sejak keluar dari ruang ganti, ia tahu bahwa Theona memperhatikannya. Jadi, ia bertanya karena penasaran.

"Ti-tidak, tidak ada," balas Theona menggeleng cepat.

"Kau mau ke mana?" tanya Ikosagon dengan dahi yang berkerut.

Ia melihat Theona beranjak berdiri bertepatan setelah ia membaringkan tubuhnya. Bukankah sebelumnya ia bilang mengantuk dan ingin pergi tidur?

"Aku mau tidur," sahut Theona.

"Kalau mau tidur kenapa malah berdiri bukannya berbaring?" tanya Ikosagon heran.

"Aku mau tidur di sofa saja," balas Theona menunjuk ke arah sofa.

Melihat raut tidak enak dari Ikosagon membuat Theona ingin menghindar. Ia takut salah langkah jika berbaring di atas tempat tidur tepat di samping pria itu. Jadi, lebih baik menghindar sebelum ia ditendang hingga jatuh tersungkur di lantai seperti sebelumnya.

"Kenapa? Bukankah sebelumnya kau sangat ingin tidur bersamaku?" tanya Ikosagon tersenyum sinis.

"Itu sebelumnya dan sekarang aku sudah tidak berminat," sanggah Theona gugup.

"Apa kau bilang? Cepat berbaring!" geram Ikosagon.

Ia benar-benar sakit telinga mendengar ucapan Theona. Memangnya ia pria jalang yang bisa diminati oleh siapa saja?

"Maaf, Osa, aku ingin tidur di sofa saja," tolak Theona tegas.

"Apa seperti ini cara orang tuamu mengajarimu untuk membantah perintah suamimu?" tanya Ikosagon sinis.

"Kenapa kau bawa-bawa nama orang tuaku?" tanya Theona mengeluh.

"Karena kau anaknya. Mana mungkin seorang anak diajarkan tata krama oleh orang lain," sanggah Ikosagon sambil menyeringai.

Ikosagon tahu ucapannya mampu membuat Theona akan berubah pikiran. Jadi, ia tidak terlalu menekan Theona dengan kata-kata jahatnya. Mungkin dalam hitungan jari wanita itu akan kembali dan berbaring di sampingnya.

"Baiklah, aku akan berbaring di situ," kata Theona lesu.

"Bagus. Mulai malam ini kau akan tidur di sini bersamaku." Ikosagon menatap Theona yang sudah berbaring.

"Hmmm, a-apa?" Theona cukup terkejut mendengar ucapan Ikosagon. Ia sampai beranjak berdiri sangking terkejutnya.

"Aku hanya tidak ingin ketahuan Papi sama Mami saja. Jadi, kau jangan salah paham," bohong Ikosagon.

"Hmmm." Theona menghela nafas kecewa. Ia pikir Ikosagon sudah mau menerimany, tetapi ia salah. Ia lekas berbaring dan tidak lama kemudian ia menggerakkan tubuhnya memunggungi Ikosagon.

"Astaga, Tuhan!" batin Ikosagon dongkol.

Bagaimana bisa ada wanita seperti Theona? Berani membelakanginya sedangkan banyak sekali wanita di luaran sana yang mendambakan tidur satu ranjang dengannya. Namun, sepertinya ia lupa dengan sikap kasar yang ia tunjukkan sebelumnya pada Theona. Atau memang seperti itu tabiatnya yang suka pura-pura lupa.

"Apa seperti ini cara orang tuamu meng--"

Ucapan Ikosagon seketika terhenti di awang-awang karena tiba-tiba Theona berbalik dan meletakkan jari telunjuknya di bibir Ikosagon.

"Jangan bawa-bawa nama orang tuaku. Aku tahu bagaimana cara bersikap dan melayani suamiku," geram Theona sambil menggertakkan giginya.

"Benarkah?" Ikosagon menyeringai mendapat kesempatan berlian.

"Ya," sahut Theona tegas.

"Jadi, bagaimana caramu bersikap pada suamimu?" tanya Ikosagon sambil memajukan tubuhnya. Tidak lupa dengan seringaian dan senyum liciknya.

"Ak-aku me-menawarimu makan dan membuatkanmu makanan," sahut Theona terbata.

"Hmmm, begitukah? Apa membuatkanku mie rebus bisa dikatakan membuatkanku makanan?" tanya Ikosagon tersenyum licik.

Theona menatap Ikosagon ngeri. Ia menyusutkan tubuhnya ke belakang dan menyadari bahwa ia sudah sampai di ujung. Jika tidak berhenti, maka ia akan jatuh terjengkang ke belakang.

"Baiklah, baiklah. Besok pagi aku akan pergi berbelanja bahan makanan dan akan membuatkanmu banyak makanan enak," balas Theona setelah merapikan ekspresi wajahnya yang kacau.

Ikosagon mengulurkan tangannya dan mengusap lembut rambut Theona. "Istri yang baik," pujinya.

Theona tersipu malu dengan wajah yang memerah. Bahkan, pria seperti Ikosagon yang dingin itu bisa tahu alasan wajahnya memerah.

"Kalau masalah kata-katamu tentang melayani suami. Bagaimana caramu melayani suamimu?" tanya Ikosagon penasaran dengan jawaban apa yang akan Theona berikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status