Pacar? Sebelumnya Marion pulang dan mengadu bahwa Russel sudah punya pacar. Mereka tidak percaya dan mengira Marion melakukan sesuatu yang membuat Russel marah.Kali ini, mereka menyuruh Russel datang untuk memperjelas semuanya. Siapa sangka, Russel benar-benar membawa pacarnya kemari."Russel!" Begitu mendengar laporan dari pelayan, Marion yang sedang berdandan segera memakai bedak, lalu berlari turun dengan gembira.Namun, ketika melihat Russel membawa seorang wanita, ekspresinya langsung berubah drastis. Natalie khawatir suasana menjadi canggung, jadi buru-buru berucap, "Marion, Russel membawa pacarnya kemari. Ayo kemari."Marion pun merasa gusar. Natalie menyuruhnya kemari untuk menyapa pacar baru Russel?Samuel segera berkata, "Russel, Emma, duduklah."Emma melirik Russel dengan bingung. Russel menggandeng tangannya dan membawanya duduk di sofa. Selagi tidak ada yang memperhatikan, Samuel memberi isyarat mata kepada Marion agar tidak marah-marah.Samuel duduk di sofa samping, lalu
Emma tidak bisa memahami maksud Russel. Agar tidak ketahuan, dia tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi.Setelah mendengar penjelasan Russel, Samuel dan Natalie pun terdiam. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa."Aku benar-benar minta maaf karena gagal membina hubunganku dengan Marion. Tapi, kuharap hubungan keluarga kita nggak hancur karena masalah ini," tambah Russel."Hal seperti itu nggak bakal terjadi. Kami bisa paham kok. Lagian, kalian bukan suami istri benaran. Semua ini salah Marion karena kurang berusaha ...," timpal Samuel sambil tersenyum getir."Ayah!" Marion berharap orang tuanya bisa membelanya, tetapi Samuel malah langsung mengakui kekalahannya."Jangan katakan apa pun lagi. Sebenarnya kalian punya harapan menjadi keluarga sempurna, tapi kamu nggak tahu cara mendapat hati orang. Kamu sendiri yang salah. Kembali ke kamarmu sana!" hardik Samuel."Ayah, aku yang dicampakkan Russel. Kenapa malah jadi salahku? Apa kesalahanku?" Marion pun merajuk."Sudah, kamu turut
"Kinerjamu cukup baik tadi," puji Russel."Terima kasih." Meskipun tidak tahu hubungan di antara kedua belah pihak, Emma kira-kira bisa menebaknya.Bukankah Marion aktris terkenal? Ternyata wanita itu begitu terobsesi pada Russel? Selain itu, bukankah Russel punya penyakit? Bukan hanya penyakit fisik, tetapi juga penyakit mental.Ketika delusinya kambuh, Russel akan mengira semua anak kecil adalah putranya. Bagaimana bisa seorang aktris menyukai pria semacam ini? Benar-benar tidak masuk akal. Ternyata banyak wanita yang hanya mementingkan ketampanan."Sebagai dokter, aku ingin memperingatkanmu. Sebaiknya kamu segera diopname untuk menjalani perawatan. Selain itu, penyakitmu bisa kambuh kapan saja, jadi kamu nggak seharusnya menyetir. Semua ini demi keselamatanmu dan orang lain," nasihat Emma. Meskipun terlihat normal, penyakit Russel sebenarnya sangat parah."Kamu mengira dirimu benar-benar calon istriku?" ejek Russel."Ini jelas-jelas kekhawatiran dokter terhadap pasien! Sudahlah, hid
"Namaku Russel," jawab Russel dengan jujur."Kenapa kamu yang menjawab panggilanku? Di mana Kak Emma?" tanya Vir."Dia tidur," sahut Russel."Apa? Kalian tidur bersama?" Vir sungguh tercengang dengan jawaban ini. Bukankah Emma baru pulang dari luar negeri? Bagaimana bisa dia tidur dengan pria secepat itu? Menurut drama di TV, wanita akan hamil setelah tidur dengan pria.Ashton yang menemani Vir juga terkejut. Situasi macam apa ini? Vin bilang perasaan akan tumbuh setelah mereka berhubungan. Masa secepat ini?"Ah! Kamu harus bertanggung jawab pada Kak Emma! Cepat jujur! Siapa kamu? Gimana bisa kamu tidur bersama Kak Emma!" Vir sungguh murka.Pertanyaan anak ini .... Russel menimpali, "Kamu tanyakan kepada Emma saja nanti. Dia lebih tahu daripadaku."Emma yang mendekati Ashton untuk memenangkan hatinya dan menjadi nyonya besar. Wanita ini tahu betul apa yang dilakukannya!"Kak Emma ini ada-ada saja. Dia sudah punya pacar, tapi nggak beri tahu kami." Vir sungguh kesal dengan tindakan Emma
Namun, bukankah dirinya putra Russel dengan Marion? Apa ada rahasia yang tidak diketahuinya?"Presdir Hushborn International?" Seruan tajam Vir menyadarkan Ashton dari lamunannya. "Wow! Rupanya pria tampan dan kaya! Setelah dia menjadi papaku, apa aku akan mewarisi kekayaannya?""Kamu boleh mencobanya," sahut Ashton."Ternyata Kak Emma pintar sekali memilih pria. Aku harus pikirkan cara supaya mereka cepat nikah," gumam Vir.Ashton tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak menduga perkembangan hubungan Russel dan Emma akan secepat itu. Itu artinya, Ashton, Vin, dan Vir sama-sama menyetujui hubungan ini.Setelah kedua orang itu menikah, Ashton akan menjelaskan bahwa dirinya menggantikan posisi Vin supaya tidak ada kesalahpahaman lagi.Dengan begitu, mereka akan menjadi keluarga yang utuh dan sempurna. Setelah memikirkan semua ini, Ashton pun tersenyum manis. Sayangnya, pemikirannya ini terlalu lugu.....Kemarin, Emma benar-benar kelelahan sehingga tidurnya sangat pulas. Ketika bangun, kepala
Russel memeluk Emma dan terus menciumnya, membuatnya kehilangan kendali diri. Akhirnya, Emma makin larut dalam kemanisan ini.Tubuh Emma sampai bergetar dan panas. Dia seperti kecanduan obat dibuat Russel. Ada apa ini? Emma kehilangan akal sehatnya dan dikuasai hasrat. Dia tidak ingin berhenti!Di saat kritis, Russel tiba-tiba berhenti dan bangkit, lalu menatapnya dengan angkuh. Senyuman di wajahnya tampak dipenuhi ejekan."Emma, tubuhmu jujur sekali ya. Kamu masih bilang nggak ingin tidur denganku," sindir Russel. Ekspresi Emma menjadi sangat masam. Ini lebih menggusarkan daripada ditampar. Russel melakukan semua ini hanya untuk membalas dendam."Ingat reaksimu tadi baik-baik. Lain kali, jangan sok suci di hadapanku," ujar Russel yang turun dari ranjang. Sambil merapikan pakaian, dia berkata, "Hubungan kita palsu, tapi orang luar nggak boleh tahu. Kalau kamu benar-benar membuatku marah, jangan minta tanggung jawabku setelah aku menidurimu.""Russel, dasar berengsek!" maki Emma."Masih
Itu sebabnya, Emma bertekad harus segera menemukan putranya supaya dia bisa mengakhiri hubungan ini.Setelah makan siang, Emma datang ke ruang kantor Edric. Dia berkata dengan tidak enak hati, "Pak, aku ingin minta bantuanmu ....""Emma, katakan saja. Apa kamu kurang puas dengan perlakuan yang sekarang?" tanya Edric segera."Bukan begitu, aku sangat puas kok." Emma berjeda sebelum menjelaskan dengan perlahan, "Begini, ada temanku yang melahirkan di rumah sakit ini 6 tahun lalu. Tapi, dia meninggal karena distosia. Aku ingin memeriksa catatan medisnya."Ketika melahirkan, Emma memang sekarat. Saat itu, Cheria bersikeras menyuruh Emma melahirkan secara normal sehingga dokter hanya bisa menuruti keinginannya. Setelah melahirkan anak pertama, Emma pun kehilangan kesadaran.Menurut Gaby, kondisi Emma dan anaknya sungguh kritis saat itu. Jika melahirkan secara normal, Emma dan anak-anaknya hanya akan meninggal. Dokter juga memberi tahu Cheria tentang ini.Di catatan medis, tertulis bahwa Emm
"Kak Emma, kamu bilang kamu nggak bakal pulang malam ini?" Begitu mendengarnya, Vir sontak merasa gembira. Muncul pula ide nakal di benaknya."Ya, aku punya urusan. Mungkin besok sore baru pulang. Vin, jangan biarkan Vir keluar rumah sembarangan. Jaga dia baik-baik," pesan Emma.Emma sudah tahu di rumah sakit mana Katie bekerja sekarang. Kebetulan, dia tidak bertugas besok, jadi bisa pergi mencari dokter itu."Tenang saja, Kak. Aku pasti akan menjaganya," sahut Ashton segera.Setelah panggilan berakhir, Vir bertanya pada Ashton, "Vin, gimana kalau kita pergi cari calon papa kita?""Apa?" Ashton cukup terkejut mendengarnya."Kita cari Russel! Kak Emma pacaran dengannya, 'kan? Mungkin mereka akan segera menikah. Masa kita nggak boleh menemuinya?" tanya Vir."Aku nggak mau. Kak Emma sudah bilang kita nggak boleh ke mana-mana," tolak Ashton."Vin, sejak kapan kamu jadi begitu patuh? Bukannya kamu sendiri sering kabur dari rumah?" Vir menatapnya dengan tatapan curiga, lalu meneruskan, "Aku