Vin sedang menikmati hidupnya. Dia tampak berbaring di ranjang dengan santai."Vin, ada situasi mendesak. Sepertinya papaku dan Kak Emma sudah pacaran. Perkembangan hubungan mereka juga sangat cepat. Kemarin mereka tidur bersama," lapor Ashton."Apa? Secepat itu? Nggak ada yang perlu diherankan. Kak Emma memang punya pesona besar. Papamu pasti takluk dibuatnya!" sahut Vin dengan terkejut sekaligus gembira."Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa sudah waktunya untuk mengungkapkan kebenaran?" tanya Ashton."Ngapain terburu-buru? Mamamu yang seperti mama tiri itu sulit sekali dihadapi. Untuk sementara waktu ini, aku akan mengamati situasi dulu," timpal Vin."Vin, kamu senang sampai lupa diri ya?" ejek Ashton."Apa maksudmu? Kalau begitu, kita ganti posisi saja. Aku cuma memanfaatkan papamu, tapi kamu memanfaatkan mama dan adikku. Kamu nggak rugi dalam transaksi ini, 'kan? Gimana? Mau tukaran nggak? Asalkan kamu setuju, aku akan langsung pulang," tanya Vin."Lupakan saja,
Begitu mendengarnya, Russel pun tersenyum getir. Anak ini benar-benar nakal. Russel tidak mengatakan apa pun lagi dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Emma.Vir yang memperhatikannya langsung merebut ponsel Russel dan bertanya, "Apa yang ingin kamu lakukan?""Tentu saja menelepon mamamu. Aku mau suruh dia bawa kamu pulang," timpal Russel.Ucapan ini langsung membuat Vir meremehkan Russel. Dia mengejek, "Kamu sudah dewasa, tapi masih suka mengadu. Kak Emma lagi pergi. Kamu nggak akan bisa mencarinya. Selain itu, ini urusan antara kita berdua. Apa hubungannya dengan Kak Emma?"Russel merasa anak ini sangat menarik. Dia menyimpan kembali ponselnya, lalu menurunkan Vir di sofa dan menatapnya sambil berucap, "Oke. Kalau begitu, aku akan menemanimu mengobrol. Apa yang ingin kamu bahas?""Aku cuma ingin tanya, sebenarnya kamu tulus mencintai Kak Emma nggak? Kapan kamu akan menikahinya?" tanya Vir langsung.Russel sungguh kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa anak ini begitu lugas? Russel
Namun, anak ini memang menggemaskan.Supaya tidak ketahuan, Ashton menunggu di tempat yang tidak disorot oleh CCTV. Ketika melihat Vir keluar, dia langsung menarik Vir ke tempat yang aman."Gimana?" tanya Ashton."Ya begitu. Setelah mengobrol, aku baru tahu kalau dia bajingan!" pekik Vir dengan kesal.'Apa? Vir mengatakan papaku bajingan? Gimana bisa?' batin Ashton."Menurut omongannya, sepertinya dia nggak berniat menikahi Kak Emma. Bukankah pria seperti ini adalah bajingan?" jelas Vir dengan gusar.'Papa nggak berniat menikahi Kak Emma? Bukankah ini berarti usaha mereka sia-sia? Nggak boleh! Rencana tetap harus dilanjutkan! Papa dan Kak Emma harus saling mencintai!' batin Ashton lagi.....Keesokan hari, Emma pergi ke rumah sakit tempat Katie bekerja. Kebetulan, Katie bertugas hari ini, jadi Emma bisa menemuinya dengan mudah."Sekarang waktu istirahat. Jadwal konsultasi akan dibuka kembali sore nanti. Kalau darurat, tolong pergi ke UGD," jelas Katie saat mendengar suara langkah kaki.
Emma benar-benar lelah karena perjalanan yang cukup panjang ini. Namun, dia tidak beristirahat dan langsung kembali ke Rumah Sakit Advant."Bu, ada wanita yang mencarimu di ruang kantormu," lapor seseorang.'Seorang wanita? Pagi-pagi begini?' Emma memakai jas putih dan masuk ke ruangannya. Wanita itu berdiri menghadap jendela. Ketika mendengar suara pintu dibuka, wanita itu berbalik dan melepaskan kacamata hitamnya. Tatapannya dipenuhi permusuhan."Bu Marion," sapa Emma dengan sopan saat melihat Marion.Saat berikutnya, Marion langsung mendekat dan melayangkan tamparan kepada Emma. Emma yang sedang lengah pun kebingungan untuk sesaat."Dasar wanita murahan! Metode apa yang kamu gunakan sampai bisa naik ke ranjang Russel?" maki Marion.Setelah bereaksi kembali, Emma merasa pipinya sangat panas dan telinganya juga berdengung. Kemudian ... plak! Emma membalas tamparan Marion!"Kamu ... beraninya kamu menamparku!" Marion terkesiap. Dia ingin menampar Emma lagi, tetapi Emma mencengkeram per
Setelah Donny dibawa ke IGD, Emma langsung mengganti baju medis steril dan menginstruksi, "Suruh anggota keluarganya tanda tangan surat persetujuan operasi."Anggota keluarga memang diwajibkan menandatangani surat sebagai bukti mereka menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan. Para dokter dan suster sibuk membujuk putra Donny. Pria itu malah berkata, "Sudah kubilang, ayahku nggak perlu dioperasi! Bawa dia keluar!"Sepuluh menit telah berlalu. Kondisi pasien menjadi makin gawat. Hal ini membuat Emma merasa sangat panik."Bu, gimana ini? Anaknya nggak mau tanda tangan!" tanya suster. Emma sungguh gusar mendengar ini. Bagaimana bisa pria itu begitu kejam hingga tega melihat ayahnya mati?Emma hendak menyerbu keluar untuk memaki pria itu, tetapi Donny tiba-tiba meraih tangannya dengan lemas. Emma bisa melihat semangat hidup yang kuat darinya. Donny bergumam, "Tolong ... tolong aku ...."Emma merasa sangat sedih. Dia bisa merasakan keputusasaan dan ketidakberdayaan pasien. Ini ... seper
Emma merasa dirinya tertidur untuk waktu yang lama. Dia bermimpi panjang. Dia memimpikan ayahnya yang tersenyum penuh kasih sayang padanya. Kemudian, ayahnya tiba-tiba berdiri di lantai paling atas dan terjun ke bawah.Pada akhirnya, ayahnya tergeletak di atas genangan darah dan mengejang karena kesakitan. Sorot mata ayahnya mulai buyar. Ayahnya kesakitan hingga tidak bisa melontarkan sepatah kata pun.Hati Emma sungguh sakit. Dia berusaha keras membuka matanya. Ketika terbangun, wajahnya telah berlinang air mata."Bukannya kamu sangat hebat waktu berhadapan denganku? Kenapa malah begitu lemah di depan keluarga pasien?" Setelah bangun, hal pertama yang didengar Emma adalah sindiran seorang pria.Emma memandang ke sekeliling dengan lemas. Lagi-lagi di kamar mewah itu. Pria itu membawanya kemari lagi?Russel telah memahami keseluruhan kejadian. Dari sisi manusiawi, Emma tidak bersalah. Namun, menurut aturan rumah sakit, dia telah melakukan kesalahan.Russel juga melihat bagaimana pria it
[ Artis Papan Atas, Marion, Membuka Suara untuk Membela Keluarga Korban ]Unggahan Marion membuat para penggemarnya mengecam Emma. Ketika melihat kritikan itu, dia tidak bisa menahan tawanya. Tawa yang sungguh bangga."Ada apa? Kenapa senang sekali?" tanya Natalie saat melihat putrinya tertawa bahagia."Tentu saja ada hal baik." Marion menutup laptopnya, lalu berkata, "Ibu, suasana hatiku sedang baik hari ini. Suruh pelayan siapkan banyak makanan enak.""Oke, aku akan mengaturnya." Natalie mengiakan. Sejak putus dengan Russel, Marion terus terlihat murung. Natalie sudah lama tidak melihat putrinya sesenang ini, jadi tentu menuruti keinginannya.Samuel yang sedang membaca koran pun melihat istrinya sibuk mengatur pelayan masak. Dia hanya melirik sekilas dan tidak bertanya apa pun.Ketika makan, Marion tampak sangat senang. Samuel berkata, "Kamu sudah lama istirahat di rumah. Sudah waktunya keluar dan bekerja."Marion mencebik dengan kesal. Dia bertanya, "Kenapa? Ayah merasa kehadiranku
Kesalahan medis yang dilakukan Emma menjadi topik hangat untuk sekarang. Sekalipun Emma dianggap sebagai wanita Russel, Edric tetap tidak bisa melindunginya. Jadi, bonus tahunan Emma dipotong dan mendapat surat peringatan. Kompensasi untuk keluarga pasien juga ditanggung 50% oleh Emma."Maafkan aku, Pak. Aku yang sudah menimbulkan masalah untuk rumah sakit." Setelah menangis tersedu-sedu waktu itu, Emma tidak menghindar dan langsung mencari Edric.Ekspresi Edric tampak tertekan. Sejak Emma datang ke rumah sakit ini, sepertinya terjadi banyak masalah."Kamu juga tahu sanksi dari rumah sakit. Aku tahu kamu berbaik hati menolong pasien, tapi aturan rumah sakit nggak bisa dibantah," ujar Edric."Aku mengerti. Aku bersedia menanggung semua hukuman. Kompensasinya akan segera kubayar," timpal Emma.Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk membayar ganti rugi sebesar 2 miliar. Jadi, Emma harus membayar 1 miliar dan sisanya ditanggung oleh rumah sakit. Ini tentu bukan masalah sepele untuk Emma, t