Emma benar-benar lelah karena perjalanan yang cukup panjang ini. Namun, dia tidak beristirahat dan langsung kembali ke Rumah Sakit Advant."Bu, ada wanita yang mencarimu di ruang kantormu," lapor seseorang.'Seorang wanita? Pagi-pagi begini?' Emma memakai jas putih dan masuk ke ruangannya. Wanita itu berdiri menghadap jendela. Ketika mendengar suara pintu dibuka, wanita itu berbalik dan melepaskan kacamata hitamnya. Tatapannya dipenuhi permusuhan."Bu Marion," sapa Emma dengan sopan saat melihat Marion.Saat berikutnya, Marion langsung mendekat dan melayangkan tamparan kepada Emma. Emma yang sedang lengah pun kebingungan untuk sesaat."Dasar wanita murahan! Metode apa yang kamu gunakan sampai bisa naik ke ranjang Russel?" maki Marion.Setelah bereaksi kembali, Emma merasa pipinya sangat panas dan telinganya juga berdengung. Kemudian ... plak! Emma membalas tamparan Marion!"Kamu ... beraninya kamu menamparku!" Marion terkesiap. Dia ingin menampar Emma lagi, tetapi Emma mencengkeram per
Setelah Donny dibawa ke IGD, Emma langsung mengganti baju medis steril dan menginstruksi, "Suruh anggota keluarganya tanda tangan surat persetujuan operasi."Anggota keluarga memang diwajibkan menandatangani surat sebagai bukti mereka menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan. Para dokter dan suster sibuk membujuk putra Donny. Pria itu malah berkata, "Sudah kubilang, ayahku nggak perlu dioperasi! Bawa dia keluar!"Sepuluh menit telah berlalu. Kondisi pasien menjadi makin gawat. Hal ini membuat Emma merasa sangat panik."Bu, gimana ini? Anaknya nggak mau tanda tangan!" tanya suster. Emma sungguh gusar mendengar ini. Bagaimana bisa pria itu begitu kejam hingga tega melihat ayahnya mati?Emma hendak menyerbu keluar untuk memaki pria itu, tetapi Donny tiba-tiba meraih tangannya dengan lemas. Emma bisa melihat semangat hidup yang kuat darinya. Donny bergumam, "Tolong ... tolong aku ...."Emma merasa sangat sedih. Dia bisa merasakan keputusasaan dan ketidakberdayaan pasien. Ini ... seper
Emma merasa dirinya tertidur untuk waktu yang lama. Dia bermimpi panjang. Dia memimpikan ayahnya yang tersenyum penuh kasih sayang padanya. Kemudian, ayahnya tiba-tiba berdiri di lantai paling atas dan terjun ke bawah.Pada akhirnya, ayahnya tergeletak di atas genangan darah dan mengejang karena kesakitan. Sorot mata ayahnya mulai buyar. Ayahnya kesakitan hingga tidak bisa melontarkan sepatah kata pun.Hati Emma sungguh sakit. Dia berusaha keras membuka matanya. Ketika terbangun, wajahnya telah berlinang air mata."Bukannya kamu sangat hebat waktu berhadapan denganku? Kenapa malah begitu lemah di depan keluarga pasien?" Setelah bangun, hal pertama yang didengar Emma adalah sindiran seorang pria.Emma memandang ke sekeliling dengan lemas. Lagi-lagi di kamar mewah itu. Pria itu membawanya kemari lagi?Russel telah memahami keseluruhan kejadian. Dari sisi manusiawi, Emma tidak bersalah. Namun, menurut aturan rumah sakit, dia telah melakukan kesalahan.Russel juga melihat bagaimana pria it
[ Artis Papan Atas, Marion, Membuka Suara untuk Membela Keluarga Korban ]Unggahan Marion membuat para penggemarnya mengecam Emma. Ketika melihat kritikan itu, dia tidak bisa menahan tawanya. Tawa yang sungguh bangga."Ada apa? Kenapa senang sekali?" tanya Natalie saat melihat putrinya tertawa bahagia."Tentu saja ada hal baik." Marion menutup laptopnya, lalu berkata, "Ibu, suasana hatiku sedang baik hari ini. Suruh pelayan siapkan banyak makanan enak.""Oke, aku akan mengaturnya." Natalie mengiakan. Sejak putus dengan Russel, Marion terus terlihat murung. Natalie sudah lama tidak melihat putrinya sesenang ini, jadi tentu menuruti keinginannya.Samuel yang sedang membaca koran pun melihat istrinya sibuk mengatur pelayan masak. Dia hanya melirik sekilas dan tidak bertanya apa pun.Ketika makan, Marion tampak sangat senang. Samuel berkata, "Kamu sudah lama istirahat di rumah. Sudah waktunya keluar dan bekerja."Marion mencebik dengan kesal. Dia bertanya, "Kenapa? Ayah merasa kehadiranku
Kesalahan medis yang dilakukan Emma menjadi topik hangat untuk sekarang. Sekalipun Emma dianggap sebagai wanita Russel, Edric tetap tidak bisa melindunginya. Jadi, bonus tahunan Emma dipotong dan mendapat surat peringatan. Kompensasi untuk keluarga pasien juga ditanggung 50% oleh Emma."Maafkan aku, Pak. Aku yang sudah menimbulkan masalah untuk rumah sakit." Setelah menangis tersedu-sedu waktu itu, Emma tidak menghindar dan langsung mencari Edric.Ekspresi Edric tampak tertekan. Sejak Emma datang ke rumah sakit ini, sepertinya terjadi banyak masalah."Kamu juga tahu sanksi dari rumah sakit. Aku tahu kamu berbaik hati menolong pasien, tapi aturan rumah sakit nggak bisa dibantah," ujar Edric."Aku mengerti. Aku bersedia menanggung semua hukuman. Kompensasinya akan segera kubayar," timpal Emma.Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk membayar ganti rugi sebesar 2 miliar. Jadi, Emma harus membayar 1 miliar dan sisanya ditanggung oleh rumah sakit. Ini tentu bukan masalah sepele untuk Emma, t
[ Aku meminjam uang 1 miliar dari Russel dan berjanji akan melunasinya beserta bunga yang ada. Peminjam, Emma. ]Russel mengambil surat utang itu untuk melihat, lalu mendongak menatap Emma untuk bertanya, "Masa nggak ditulis kapan lunasnya?"Ketika Emma masih Nona Besar Damanik, uang 1 miliar tidak ada apa-apanya baginya. Namun, kini Emma hanya mengandalkan gajinya. Dia harus menghidupi kedua anaknya dan menggaji Gaby. Satu miliar adalah nominal yang sangat besar baginya."Tiga tahun lagi, apa boleh?" tanya Emma yang memaksakan diri. Sebenarnya dia sendiri juga tidak yakin."Gimana kalau kamu nggak bisa melunasinya dalam 3 tahun?" tanya Russel.Emma merasa sangat malu. Meminjam uang adalah hal yang sangat memalukan. Dia bertanya balik, "Apa maumu?"Russel langsung merobek kertas itu. Emma tentu terkejut dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?""Kamu nggak perlu mengembalikan uang ini," ucap Russel.Tidak perlu dikembalikan? Kenapa? Jangan-jangan .... Emma tanpa sadar mundur selangkah. Di
Ketika mendengar perkataan ini, Russel merasa dirinya telah menimbulkan kerepotan untuk diri sendiri."Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Aku dokter, jadi harus bertanggung jawab atas kesehatanmu. Sudahlah, aku mau minta rekaman medismu dari Weston. Lanjutkan saja pekerjaanmu," ujar Emma."Ingat pesanku, kamu harus siap sedia 24 jam. Kalau menghilang lagi seperti waktu itu, aku nggak akan mengampunimu," pesan Russel."Ya, aku sudah tahu. Jaga kesehatanmu, terutama suasana hatimu. Kalau kamu ingin hidup lebih lama, jangan terus marah-marah. Kamu akan mati cepat nanti." Emma berbaik hati memperingatkan.Selesai berbicara, Emma berbalik dan keluar. Russel tersenyum sinis. Wanita ini makin lama makin bernyali besar.Kinerja Weston sangat bagus. Dia segera menyerahkan rekaman medis Russel kepada Emma. Emma pun membawa rekaman medis itu dan pergi. Begitu masuk ke mobil, tiba-tiba terdengar suara seseorang."Emma." Emma sontak menoleh untuk melihat. Dia sangat terkejut saat mendapat
"Ya. Kamu merasa statusku kurang sepadan dengan Russel, jadi ingin aku menjauhinya ya?" Emma tentu bisa menebak isi pikiran Samuel."Bisa dibilang begitu. Kamu juga tahu status Russel. Sekalipun bukan bersama Marion, pasangannya seharusnya berasal dari keluarga besar yang kaya. Setahuku, kamu juga punya anak dan identitas ayah anakmu nggak diketahui," sahut Samuel.Jika Emma benar-benar punya perasaan terhadap Russel dan hubungan mereka ditentang oleh keluarga seperti ini, Emma pasti akan merasa sedih. Namun, mereka tidak punya perasaan untuk satu sama lain. Jadi, Emma hanya merasa kesal dan terhina."Paman, aku paham maksudmu. Sebagai orang tua, kamu tentu berharap anakmu menikah dengan pasangan yang sepadan. Tapi, Russel bukan anak kecil. Dia bisa menilai sendiri. Kalau dia merasa kami nggak cocok, dia pasti akan meninggalkanku tanpa ragu," ucap Emma.Setelah mendengarnya, Samuel tersenyum dengan agak kesal. Dia bertanya, "Itu artinya, kamu nggak akan menjauh dari Russel,""Ya. Aku r