Natan bersedia mengaku salah agar Zea tidak dalam mode senggol bacok terlalu lama.Cukup lama Zea mengomel dan Natan terus meladeni setiap celotehan sang istri, hingga sekarang Zea kelelahan sendiri dan berakhir terlelap dalam pangkuan Natan.Natan terkekeh kecil mendengar nafas Zea sudah teratur. “Dia kelelahan karena terus ngomong, kasian istriku.” Natan mengecup gemas ubun-ubun sang istri.Karena kasian Zea tidur tidak nyaman di pangkuannya, Natan memindahkan Zea ke dalam kamar kecil yang ada di dalam ruangannya. Kamar itu biasan Natan gunakan untuk beristirahat setiap kali lembur.“Tunggu sebentar lagi, Baby. Aku selesaikan semua pekerjaan ku dulu, setelah itu kita pulang.” Natan berbicara pada Zea yang tertidur, jelas dia tidak akan mendapatkan jawaban.Natan kembali mengerjakan semua pekerjaannya yang tersisa hari ini, hingga waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, barulah Natan benar-benar menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini
Natan benar-benar menepati janjinya, pria itu benar-benar mengajak Zea jalan. Kali ini Natan tidak dengan mobil seperti biasanya, melainkan dengan motor sport sesuai dengan permintaan Zea.Tadi siang Zea sempat meminta ingin jalan-jalan keliling kota dengan motor sport. Tentu saja Natan langsung mengiyakan permintaan Zea daripada terjadi perdebatan lagi di antara mereka.“Ada yang salah dengan penampilan aku?” Natan menatap dirinya sendiri dari atas sampai bawah.Pria itu salah tingkah diperhatikan tanpa berkedip seperti sekarang oleh Zea.“Ini beneran kamu?” Zea masih saja terbengong sambil mengelilingi tubuh Natan.“Iya lah aku, emang kamu pikir aku ini siapa?” Natan semakin bingung melihat Zea yang terus saja memperhatikan dirinya dengan begitu intens.“KOK BISA BEDA?” Zea berteriak mengeluarkan suara oktafnya membuat Natan spontan menutup telinga. “Ini kayak bukan kamu tau nggak sih, Mas.” Zea berhenti tempat di hadapan Natan.“Aku terlihat aneh ya berbadan seperti ini.” Natan mem
Zea mematung mendengar pertanyaan sang suami yang mampu membuat jantungnya berdetak karuan. ‘Gue harus jawab apa? Kenapa mesti nanyain hal ini sekarang?’ batin Zea menjerit.Sungguh Zea bingung harus menjawab apa.“Apa hati kamu masih dikuasai pria itu?” Natan kembali bertanya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Zea setelah menunggu sekian menit lamanya.“Pria itu mana lagi, Mas?” tanya Zea bak orang bodoh.“Ya mantan kamu itulah, Baby. Siapa lagi memangnya?” Natan greget sendiri berbicara dengan Zea yang dalam mode polos bak Anes begini.“Kayaknya enggak deh, aku udah nggak pernah memikirkan dia lagi sekarang," jawab Zea tanpa pikir panjang.Dari jawaban Zea Natan seperti mendapatkan secercah harapan untuk masuk ke dalam hati istrinya sendiri.“Lalu bagaimana dengan aku?” Natan tak mengalihkan pandangan dari wajah ayu Zea yang sudah menjadi candunya selama ini.“Sebelum aku jawab pertanyaan kamu, boleh aku nanya sesuatu dulu?” Zea menatap mata tajam Natan tanpa rasa taku
Zea keluar dari dalam toilet dengan nafas yang memburu bak habis dikejar anjing gila, penemuannya di toilet kantin sekolah barusan sangat membuat Zea merasa shock.“Lo kenapa, Zea? Hantu orang yang bundir itu bener-bener datengin lo.” Isi otak Anes tidak lain dan tidak bukan adalah hantu penasaran orang yang bunuh diri di sekolah ini.Zea menggeleng dengan wajah pucat pasi.“Terus lo kenapa? Jangan bikin gue panik deh.” Alea sedikit membentak karena Zea yang tak kunjung bersuara.“I-ini gue nemuin ini.” Tangan Zea bergetar memperlihatkan sesuatu yang ia temukan di dalam toilet tadi.Dahi Anes dan Alea berkerut selama beberapa saat, sampai beberapa saat setelahnya, Alea dan Anes ikutan menegang melihat benda yang Zea tenteng.“Lo hamil, Zea?” Anes yang polos tentu saja mengira benda tipis tersebut milik Zea karena di sekolah ini hanya Zea satu-satunya siswi yang sudah punya suami.“Bukan, bego. Ini bukan punya gue, gue cuma nemu ini di toilet.” Zea langsung membantah keras karena benda
Senyum di bibir Anes semakin melebar ketika melihat seseorang yang ia tunggu-tunggu sudah menampakkan wujudnya di antara keramaian parkiran sekolah malam ini.“Itu dia udah dateng.” Dengan begitu cerianya Anes menunjuk Darren yang baru saja keluar dari dalam mobil mewahnya.Secara spontan, Alea pun menengok ke sana.“Kelihatan banget muka nggak rela dia datang ke sini,” cibir Alea, tapi Anes hanya masa bodoh.Mau terpaksa kek, mau nggak kek, Anes mana peduli. Yang terpenting baginya hanya satu, A’a tampannya tetap menjadi pasangannya malam ini.“AKU DI SINI ‘A.” Anes melambaikan tangannya di antara keramaian.Melihat gadis pecicilan itu, Darren lantas mendengkus sambil mengayunkan kakinya menghampiri gadis polos yang berhasil mengancam dirinya sehingga mau tak mau dia harus datang ke acara seperti ini.“Gadis ini benar-benar—Arhhhg.” Darren hanya bisa mengerang marah seorang diri.Kalau marah di depan Anes, tentu saja Darren tidak akan pernah melakukan itu karena Darren tahu bahwa gad
“Tanggung jawab apa yang lo maksud?”“Jangan pura-pura lupa, Lea. Gue inget semua yang udah terjadi di antara kita.” laki-laki itu berbalik badan.Rasa bersalah terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu, entah hanya perasaan Alea atau bagaimana, dia terlihat jauh lebih kurus dari sebelumnya.“Sorry gue nggak tau apa maksud lo, kalau lo ngajak gue ke sini cuma buat ngomongin hal yang gue nggak tau sama sekali mending gue balik lagi ke acara. Zea sana Anes pasti udah nungguin gue.” Alea memasang muka tak paham tapi tangannya justru terkepal kuat di balik rompi dress yang ia pakai.“Gue cewek itu bener-bener lo, Azalea Alexander.” Akas menekankan nama Alea.“Cewek itu yang mana, Kas. Gue nggak ngerti, gue ngerasa nggak ada ketemu sama lo setelah dari apartemen lo waktu itu.” Alea menepis ucapan Akas.‘Apa benar gue salah orang? Apa iya cewek itu bukan Alea? Tapi—’ Akas berperang dengan batinnya sendiri.Akas Sanga mengin
Acara party malam ini berjalan begitu mulus dan sangat seru bagi orang-orang yang menikmatinya.Namun tidak dengan Dio, sang ketua kelas yang biasanya mengadakan konser di dalam kelas itu kini tampak lesu dan tidak bersemangat menari seperti teman-temannya yang lain.Sedangkan Alea yang menjadi penyebab galaunya Dio tidak merasa kasihan sama sekali.Sepertinya memang benar, tidak ada sedikitpun nama Dio terukir di hati mungil Alea. Malahan, Alea sedang berjoget heboh bersama kedua sahabatnya serta teman-teman satu kelasnya.“Ck, gue emang nggak ada artinya di mata dia.” Dio berdecak kesal.Rambutnya yang semula rapi, kini sudah berubah acak-acakan akibat tak henti-hentinya ia usap sajak tadi.“Jauhin dia!”“Asu!” Dio mengumpat sambil mengelus dada.“Gue pikir setan, ternyata malah kembarannya setan yang datengin gue,” gumam Dio tapi masih bisa didengar oleh seseorang yang menghampirinya.“Gue serius, ja
Rencana liburan yang sudah diatur oleh Natan harus gagal total gara-gara banyak hal yang sudah terbongkar.Mulai dari Monic yang nyatanya adalah sahabat almarhumah Tamara, ibu kandung Zea. Zea baru mengetahui bahwa ternyata Monic mau menikah dengan Abraham karena amanah terakhir dari Tamara.Ternyata Tamara sendiri yang telah meminta Monic untuk mau menikah dengan suaminya, Tamara tidak mempercayai siapapun untuk merawat Putri dan suaminya selain Monic.Tidak hanya itu, Zea juga sempat shock berat ketika tidak sengaja mendengar obrolan Natan dan Darren bahwa ternyata awalnya Natan menikahinya karena ingin membalas dendam kepada keluarga Akas yang di duga menjadi penyebab orang tua Natan meninggal dunia.Karena terlalu terkejut dengan semua fakta yang ada, Zea gelap mata. Zea sempat mengatakan ingin berpisah dengan Natan, namun tentu saja Natan menolak keras permintaan Zea."Kenapa, Mas? Kenapa?" Suara Zea melirih.Kalau saja kema