Zea keluar dari dalam toilet dengan nafas yang memburu bak habis dikejar anjing gila, penemuannya di toilet kantin sekolah barusan sangat membuat Zea merasa shock.“Lo kenapa, Zea? Hantu orang yang bundir itu bener-bener datengin lo.” Isi otak Anes tidak lain dan tidak bukan adalah hantu penasaran orang yang bunuh diri di sekolah ini.Zea menggeleng dengan wajah pucat pasi.“Terus lo kenapa? Jangan bikin gue panik deh.” Alea sedikit membentak karena Zea yang tak kunjung bersuara.“I-ini gue nemuin ini.” Tangan Zea bergetar memperlihatkan sesuatu yang ia temukan di dalam toilet tadi.Dahi Anes dan Alea berkerut selama beberapa saat, sampai beberapa saat setelahnya, Alea dan Anes ikutan menegang melihat benda yang Zea tenteng.“Lo hamil, Zea?” Anes yang polos tentu saja mengira benda tipis tersebut milik Zea karena di sekolah ini hanya Zea satu-satunya siswi yang sudah punya suami.“Bukan, bego. Ini bukan punya gue, gue cuma nemu ini di toilet.” Zea langsung membantah keras karena benda
Senyum di bibir Anes semakin melebar ketika melihat seseorang yang ia tunggu-tunggu sudah menampakkan wujudnya di antara keramaian parkiran sekolah malam ini.“Itu dia udah dateng.” Dengan begitu cerianya Anes menunjuk Darren yang baru saja keluar dari dalam mobil mewahnya.Secara spontan, Alea pun menengok ke sana.“Kelihatan banget muka nggak rela dia datang ke sini,” cibir Alea, tapi Anes hanya masa bodoh.Mau terpaksa kek, mau nggak kek, Anes mana peduli. Yang terpenting baginya hanya satu, A’a tampannya tetap menjadi pasangannya malam ini.“AKU DI SINI ‘A.” Anes melambaikan tangannya di antara keramaian.Melihat gadis pecicilan itu, Darren lantas mendengkus sambil mengayunkan kakinya menghampiri gadis polos yang berhasil mengancam dirinya sehingga mau tak mau dia harus datang ke acara seperti ini.“Gadis ini benar-benar—Arhhhg.” Darren hanya bisa mengerang marah seorang diri.Kalau marah di depan Anes, tentu saja Darren tidak akan pernah melakukan itu karena Darren tahu bahwa gad
“Tanggung jawab apa yang lo maksud?”“Jangan pura-pura lupa, Lea. Gue inget semua yang udah terjadi di antara kita.” laki-laki itu berbalik badan.Rasa bersalah terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu, entah hanya perasaan Alea atau bagaimana, dia terlihat jauh lebih kurus dari sebelumnya.“Sorry gue nggak tau apa maksud lo, kalau lo ngajak gue ke sini cuma buat ngomongin hal yang gue nggak tau sama sekali mending gue balik lagi ke acara. Zea sana Anes pasti udah nungguin gue.” Alea memasang muka tak paham tapi tangannya justru terkepal kuat di balik rompi dress yang ia pakai.“Gue cewek itu bener-bener lo, Azalea Alexander.” Akas menekankan nama Alea.“Cewek itu yang mana, Kas. Gue nggak ngerti, gue ngerasa nggak ada ketemu sama lo setelah dari apartemen lo waktu itu.” Alea menepis ucapan Akas.‘Apa benar gue salah orang? Apa iya cewek itu bukan Alea? Tapi—’ Akas berperang dengan batinnya sendiri.Akas Sanga mengin
Acara party malam ini berjalan begitu mulus dan sangat seru bagi orang-orang yang menikmatinya.Namun tidak dengan Dio, sang ketua kelas yang biasanya mengadakan konser di dalam kelas itu kini tampak lesu dan tidak bersemangat menari seperti teman-temannya yang lain.Sedangkan Alea yang menjadi penyebab galaunya Dio tidak merasa kasihan sama sekali.Sepertinya memang benar, tidak ada sedikitpun nama Dio terukir di hati mungil Alea. Malahan, Alea sedang berjoget heboh bersama kedua sahabatnya serta teman-teman satu kelasnya.“Ck, gue emang nggak ada artinya di mata dia.” Dio berdecak kesal.Rambutnya yang semula rapi, kini sudah berubah acak-acakan akibat tak henti-hentinya ia usap sajak tadi.“Jauhin dia!”“Asu!” Dio mengumpat sambil mengelus dada.“Gue pikir setan, ternyata malah kembarannya setan yang datengin gue,” gumam Dio tapi masih bisa didengar oleh seseorang yang menghampirinya.“Gue serius, ja
Rencana liburan yang sudah diatur oleh Natan harus gagal total gara-gara banyak hal yang sudah terbongkar.Mulai dari Monic yang nyatanya adalah sahabat almarhumah Tamara, ibu kandung Zea. Zea baru mengetahui bahwa ternyata Monic mau menikah dengan Abraham karena amanah terakhir dari Tamara.Ternyata Tamara sendiri yang telah meminta Monic untuk mau menikah dengan suaminya, Tamara tidak mempercayai siapapun untuk merawat Putri dan suaminya selain Monic.Tidak hanya itu, Zea juga sempat shock berat ketika tidak sengaja mendengar obrolan Natan dan Darren bahwa ternyata awalnya Natan menikahinya karena ingin membalas dendam kepada keluarga Akas yang di duga menjadi penyebab orang tua Natan meninggal dunia.Karena terlalu terkejut dengan semua fakta yang ada, Zea gelap mata. Zea sempat mengatakan ingin berpisah dengan Natan, namun tentu saja Natan menolak keras permintaan Zea."Kenapa, Mas? Kenapa?" Suara Zea melirih.Kalau saja kema
Berbeda dengan Zea yang sudah memiliki rencana, Natan justru sedang uring-uringan mencari Zea ke mana-mana.Sudah dua hari sejak Zea hilang, selama itu pula Natan tak ubahnya bak orang gila. Sejak pergi setelah marah-marah waktu itu, Zea benar-benar menghilang membuat Natan pusing mencarinya.Mulai dari rumah orang, rumah kedua sahabat Zea, sudah Natan datangi semua. Namun hasilnya tetap sama, Nathan tidak menemukan Zea sama sekali."Kamu di mana, Baby?" Nathan menatap jalanan berharap bisa mendapatkan petunjuk ke mana ia harus mencari istrinya.Nathan sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya, rambut yang biasanya rapi ini sudah acak-acakan. Kemeja yang biasanya rapi kini kusut bak belum disetrika.Tapi bukannya terlihat jelek dengan penampilan seperti itu, Natan malah terlihat semakin tampan."Ke mana lagi aku harus mencarinya Ya Tuhan?" Natan sangat frustasi.Lebih parahnya lagi, Nathan tidak punya seseorang untuk ia
"Gilak, ini pemandangannya kece abis, Cok." Zea begitu bahagia melihat pemandangan yang membuat matanya sejuk."Udah gue bilang lo bakal tenang kalau di tempat ini." Alea pun tidak menampik bahwasanya tempat ini memang sangat indah."Udah mau lama kita di tempat ini tapi baru kali ini lo ajak gue ke tempat yang indah ini. Nggak asik banget lo, Lea." Zea ngomel tapi masih tetap terpanah dengan keindahan lautan di depan matanya."Gue juga suka, udah lama gue mau ke pantai. Eh tahunya sekarang kita malah liburan bertiga di sini." Anes tersenyum menatap betapa indahnya hamparan lautan dengan pemandangan yang luar biasa itu.Liburan?Ya, di saat semua orang sibuk mencari mereka. Ternyata tiga gadis nakal itu sedang asik-asiknya liburan di kota Bali.Hari itu, Alea mengajak Zea minggat untuk menenangkan pikiran karena jujur saja Alea pun butuh ketenangan.Sudah beberapa hari mereka di sana, mereka bertiga sengaja mematikan pon
Diam-diam Alea mengaktifkan ponselnya dibagi buta, baru 1 menit Alea mengaktifkan ponselnya. Benda tersebut dan sumber bunyi sehingga Alea harus bergerak pergi meninggalkan kamar hotel agar kedua sahabatnya tidak memarahi nya habis-habisan karena mengaktifkan ponsel.“Apa?” tanya Alea langsung to the point. “Akhirnya nomer lo aktif juga.” Alea bisa mendengar jelas helaan nafas lega seseorang dari seberang sana. “Kalian di mana? Semua orang sibuk nyariin kalian yang menghilang tiba-tiba.”“Bukan urusan lo.” Alea membalas dengan sinis. “Lo kenapa gini sih sama gue? Pulang, Lea. Kalian bikin semua orang khawatir tau nggak?” Suara Akas melembut.Dia tidak ingin menyakiti hati Alea meskipun sedang dalam keadaan kesal.“Nggak akan, dan satu lagi. Gue harap gue pulang nanti lo nggak pingsan pas denger kabar yang gue bawa.”Tut.Alea mematikan ponselnya kembali, ia tidak ingin keberadaan mereka bisa dilacak oleh
“A-air!”Deg!Zea menghentikan tangisnya mendengar suara yang tak asing di telinganya.Zea mengangkat kepala dan mengakibatkan menatap mata Natan yang mulai bergerak.“Mas! Kamu denger aku?” Zea berdiri dan memegang bahu Natan.“Ha-haus, aku butuh air.”Mata Natan mulai terbuka sempurna, suaranya terdengar sangat serak dan lirih.Zea menangis haru, Zea memencet tombol yang langsung terhubung pada Dokter yang selama ini menangani Natan.“Bentar ya, Mas. Sabar dulu, kita tunggu Dokter.” Zea mengusap punggung tangan Natan.Tangan Zea bergetar merasa terkejut dan sangat bahagia karena Natan akhirnya sadar juga.Natan tidak memberikan jawaban apa-apa, dia terlihat masih linglung.Akas dan Alea yang sejak tadi memang sudah berada di ruangan ICU dibuat terkejut melihat dokter dan dia orang suster berlari ke dalam ruangan yang sedang mereka jaga.“A-ada apa ini?” Alea terbata.
“Mana keluarga pasien atas nama Zea Veronica Zibrano?”Abraham langsung berdiri. “Saya ayah, Dok.”“Suaminya ke mana? Kami butuh berbicara dengan suaminya.” Dokter itu malah menanyakan Natan.“Suami putri saya dengan sakit, Dok. Dia koma dan tidak bisa datang ke sini, jadi saya yang akan menjadi wali putri saya.” Abraham menjawab dengan tegas.Dokter kandungan itu mengangguk, tadi sempat terjadi kehebohan karena Zea jatuh pingsan. Tidak hanya itu, Zea juga mengalami pendarahan hebat yang membaut semua orang cemas bukan main.“Karena darahnya masih terus keluar tapi pasien belum juga sadarkan diri, maka kami menyarankan untuk melakukan operasi Caesar. Detak jantung bayinya sudah melemah, sebaiknya bayinya segera dikeluarkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Deg!Tubuh Abraham langsung melemas mendengar itu.Cobaan apalagi yang sudah Tuhan persiapan untuk Zea, pikirnya.“Lakukan apapun asalkan
Malam ini Nathan benar-benar menepati janjinya untuk membawa sang istri jalan-jalan di sekitar kompleks Mansion mereka.Sampai tiba di taman Mansion yang sudah disulap menjadi begitu indah oleh Natan sebelumnya, data mengajak Zea untuk duduk berdua di sana."Gimana? Kamu suka kejutan dari aku?" tanya Natan kepada Zea yang sejak tadi tidak banyak bersuara karena terlalu terpesona dengan keindahan kelap-kelip lampu di taman belakang mansion mereka."Suka banget, Mas. Ini wow banget, kenapa bisa Mas kepikiran sulap taman belakang jadi sebagus ini?" Zea bertanya sambil tak bosan-bosannya untuk memperhatikan keadaan sekitar."Itu tidak penting, Baby. Yang terpenting bagi aku itu kamu sudah suka dengan kejutan yang aku buat," bisik Natan.Nathan menatap lekat mata indah yang membuatnya tertarik pada Zea pada pandangan pertama."Kamu cantik sekali malam ini, bahkan bunga-bunga di sana kalah cantiknya sama kamu." Natan merasa tidak bosan
Semakin lama penyakit yang Natan derita semakin parah, Natan sudah melakukan berbagai pengobatan selama empat bulan ini meskipun masih ia rahasiakan dari Zea.“Saran saya segera beritahu keluarga Anda, Tuan. Ini bukanlah sesuatu yang wajar untuk dirahasiakan lagi, kita tidak tau sampai kapan Anda bisa bertahan dari penyakit ini.” Dokter Johan yang merawat Natan selama ini memberi saran terbaik untuk Natan.“Justru itu yang saya takutkan, Dok. Saya tidak ingin istri saya yang sebentar lagi akan melahirkan malah harus stress memikirkan saya.” Natan bimbang sekarang.Dokter Johan juga tampak diam. “Atau beritahu saja Tuan Pradipta dan juga keluarga angkat Anda.” Dokter benar-benar menyarankan agar penyakit Natan diketahui oleh keluarga terdekatnya.“Saya akan pikirkan itu nanti, jadi kapan proses pengobatan saya yang selanjutnya?” tanya Natan setelah diam agak lama.“Dua Minggu lagi dari sekarang, ini sangat beresiko. Kemungkinannya hanya ada dua, selamat atau—”“Cukup, saya tidak ingin
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anes sudah tampil cantik dengan gaun pengantin berwarna Navy pilihannya.Pada akhirnya, akad nikah lah yang menjadi akhir dari kata-kata Darren yang selalu mengatakan tidak menyukai gadis kecil yang merepotkan.“Selamat, Nes. Sekarang lo udah jadi istri orang, kurangin dikit bego lo kalau bisa. Takutnya Kak Darren bisa mati muda gara-gara kelak lo,” ucap Alea.“Nggak usah ngatain gue sekarang, Lea. Gue nggak akan berubah semudah itu, ya kali sifat yang udah tumbuh dari lama bisa gue ubah gitu aja.” Anes mengerucutkan bibirnya.Anes merasa Alea seperti meledek dirinya.“Jangan ribut sekarang, waktunya kita foto-foto.” Zea menengahi perdebatan kedua sahabatnya.“Mas, sini!” Dengan senyum lebarnya, Zea memanggil Nathan untuk mendekat ke tempat pengantin.Begitu pula dengan Alea, dia ikut memanggil Akas untuk berfoto bersama dengan mereka.Sekarang mereka bertiga sudah bukan
Sesuai dengan permintaan Zea, Akas benar-benar menepati janji untuk bertanggung jawab.Dengan berani, Akas membawa kedua orang tuanya ke rumah Alea dan mengakui kesalahannya pada kedua orang tua Alea.Awalnya tentu saja Surya dan Reni marah, tapi memikirkan Deva yang sedang berbadan dua, akhirnya mereka setuju untuk menikahkan Akas dengan Alea.Dan saat ini, Akas dan Alea sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Baru saja Akas melantunkan ijab kabul di depan penghulu dan para saksi pernikahannya.“Jangan nangis lagi, sekarang lo juga udah jadi istri orang. Gue nggak nyangka bentar lagi kita bakal jadi ibu bareng-bareng.” Zea memeluk Alea yang tidak berhenti menangis sejak tadi.“Lo nggak marah sama gue?”“Enggak, Lea. Gue udah punya Mas Natan, Akas udah nggak ada lagi di hati gue.” Zea tersenyum tanpa beban agar Alea tidak terus kepikiran.“Gue nggak dipeluk?” Anes mengerucutkan bibirnya.Gadis polos itu muncul
"Ngaku sekarang, Alea. Yang tidur bareng gue di kode waktu itu benar-benar lo 'kan? tanya Akas langsung to the point."Nggak usah ngarang deh lo, dia nggak tahu apa-apa soal itu." Alea mengalihkan wajah.Alea tidak berani menatap mata Akas secara langsung."Kalau emang bukan elo, terus kenapa lu nggak berani natap mata gue? Tatap mata gue, Alea. Bilang sama gue kalau cewek yang waktu itu bukan Allah!" tekan Akas membuat Alea semakin tersudutkan.Alea diam, dia tidak menatap wajah Akas tapi tangannya terkepal di belakang punggungnya."Nggak usah menghindar lagi, Lea. Gue udah tahu semuanya, gue udah cari tahu sendiri. Dari CCTV lobby kamar hotel itu, cuma lo satu-satunya cewek yang yang masuk ke dalam kamar yang sama dengan kamar yang gue tempati waktu itu."Deg!Alea memegang, ia tak menyangka bahwa Akas bisa mengetahui semuanya dalam jangka waktu secepat itu. 'Sial, gue nggak kepikiran soal CCTV itu,' rutuk A
Tidur Natan terganggu karena dia merasa ada pergerakan di dekatnya, perlahan-lahan matanya yang sayu itu mulai terbuka dan terkejut melihat istri yang amat sangat ia rindukan ada di sampingnya.“Baby, kamu sudah pulang?” Suara serak Natan nan begitu lemah tak bertenaga membuat tangis Zea tak terbendung lagi.“Maaf, Mas. Maaf, gara-gara aku pergi Mas Natan jadi sakit begini,” sesalnya.Bak mendapatkan asupan tenaga, Natan yang tadinya lemah tidak kuat untuk bangun sendiri langsung bisa duduk tanpa bantuan orang lain.“Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi.”Akas dan Darren melongo melihat aksi Natan, mereka saling tatap sesaat sebelum akhirnya mereka melongos.“Dasar kang bucin,” maki Akas.Sejak tadi ia direpotkan mengurus Natan yang seperti orang yang akan mati besok, eh tahunya sekarang pas di depan istrinya Natan malah sok kuat padahal aslinya masih lemah.“Tembok kalua dikasih nyawa ya begitu, man
Diam-diam Alea mengaktifkan ponselnya dibagi buta, baru 1 menit Alea mengaktifkan ponselnya. Benda tersebut dan sumber bunyi sehingga Alea harus bergerak pergi meninggalkan kamar hotel agar kedua sahabatnya tidak memarahi nya habis-habisan karena mengaktifkan ponsel.“Apa?” tanya Alea langsung to the point. “Akhirnya nomer lo aktif juga.” Alea bisa mendengar jelas helaan nafas lega seseorang dari seberang sana. “Kalian di mana? Semua orang sibuk nyariin kalian yang menghilang tiba-tiba.”“Bukan urusan lo.” Alea membalas dengan sinis. “Lo kenapa gini sih sama gue? Pulang, Lea. Kalian bikin semua orang khawatir tau nggak?” Suara Akas melembut.Dia tidak ingin menyakiti hati Alea meskipun sedang dalam keadaan kesal.“Nggak akan, dan satu lagi. Gue harap gue pulang nanti lo nggak pingsan pas denger kabar yang gue bawa.”Tut.Alea mematikan ponselnya kembali, ia tidak ingin keberadaan mereka bisa dilacak oleh